...****************...
Kisah ini berawal dari bangku Sekolah Menengah Pertama.
Rani Sandira yang biasa dipanggil Rani seorang murid teladan nan cantik yang sedang duduk di bangku SMP, Rani adalah anak dengan prestasi segudang dan pastinya dengan latar belakang keluarga yang sangat diinginkan banyak orang.
Rani mempunyai seorang pacar bernama Aditya Cakra Adi Pangestu biasa dipanggil Aditya nama yang tampan seperti rupanya tentunya.
Secara latar belakang keduanya patut disandingkan tanpa celah apapun Aditya seorang ketua OSIS di SMP tersebut.
Kedua orang tua Rani dan Aditya adalah orang tua dambaan semua anak, orang tua Rani yaitu Bagas dan Ani merupakan pemilik toko bangunan yang sudah memiliki banyak cabang di berbagai wilayah.
Sedangkan orang tua Aditya adalah seorang tentara yang mempunyai jabatan lumayan tinggi, dan tentunya Aditya di didik dengan didikan ala militer yang agak keras, sayangnya orang tua Aditya bercerai karena ibunya berselingkuh dengan teman dari ayahnya sendiri, perselingkuhan itu sangat membekas dalam mental dan jiwa Aditya sehingga sendiri berita-cita akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya kelak.
Singkat cerita Rani dan Aditya menjalani masa berpacaran dengan penuh kebahagiaan dan pastinya diikuti restu orang tua.
Sehingga mereka tampak langgeng dan akhirnya terus berpacaran hingga lulus SMA bahkan sampai bangku kuliah.
Aditya mengambil jalan berbeda dari ayahnya yang seorang tentara, Aditya mengambil keputusan untuk kuliah jurusan Arsitek sedangkan Rani berkuliah dengan jurusan manajemen.
Pada saat sedang berkencan dalam waktu luang mereka Aditya pernah mengatakan suatu hal yang sangat menyentuh hati seorang Rani.
"Ran, jika nanti aku sudah mempunyai pekerjaan tetap aku akan melamar mu." Kata Aditya sambil memandang wajah Rani dengan dalam.
"Aku janji Ran akan menjadi Suami yang baik dan ayah yang baik untuk anak-anak kita kelak."
"Aku mungkin tidak berasal dari dunia yang sama dengan kamu, apalagi dari keluarga yang harmonis seperti keluarga kamu dan kamu tahu itu, tapi aku janji Ran, aku tau bagimana rasanya hidup dengan kehilangan salah satu orang tua apalagi dengan cara yang buruk. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk selalu bersama kamu Ran." Kata Aditya dengan mata berkaca-kaca.
Rani yang berada di depan Aditya tak sanggup menahan air matanya.
"Iya Dityaa, Aku tau itu. Kamu tenang aja masih ada aku, ayah kamu, dan pastinya orang tua aku. Aku akan selalu bareng kamu" Kata Rani sambil menepuk-nepuk punggung tangan Aditya"
Aditya yang berusaha tampak tegar akhirnya menangis sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap wajah Rani, Rani terus menenangkan Aditya dengan menepuk nepuk punggung Aditya.
...****************...
Kehidupan Aditya dan Rani terus berjalan dengan baik dan terus berada di jalur yang benar.
Aditya melamar Rani setelah mendapatkan pekerjaan tetap dan beberapa bulan kemudian Aditya meminang Rani sebagai istrinya.
Aditya berkerja sebagai konsultan arsitektur dengan berbagai pengalaman dan lisensi yang dimiliki Aditya, Aditya menjadi seorang konsultan arsitektur yang cukup di kenal banyak orang dan wajahnya sering masuk majalah-majalah besar.
Sedangkan Rani bekerja sebagai seorang Akuntan dari salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan.
Kehidupan mereka berjalan dengan sangat baik dan memiliki seorang putri yang bernama Calista Vania Pangestu.
...****************...
Pagi ini kaluarga kecil Rani sedang menyantap sarapan mereka, ketiga orang tersebut yang sudah berpakaian rapi dengan Aditya yang memakai setelan jasnya, Rani dengan seragam kantornya dan Vania dengan seragam PAUD nya.
"De, nanti mas pulang agak malam ya ada rapat sama pimpinan Kantor, kamu mau nitip sesuatu?." Tanya Aditya sambil terus melahap roti panggang nya.
"Iya mas, enaknya nitip apa ya?." Kata Rani sambil memikirkan banyak makanan.
"Terang bulan sepertinya enak si mas, mau deh satu porsi ya." Kata Rani.
"Oo yang kaya biasa ya." Kata Aditya.
"Kalau Vania mau apa?." Tanya Aditya pada putrinya.
"Aku mau es cream aja yah, yang cokelat ya." Kata Vania.
"Okee siap!" Kata Aditya sambil mengelus kepala putrinya.
Keluarga kecil itu melanjutkan sarapan mereka sambil bertukar cerita hingga akhirnya Bibi yang biasa membantu Rani mengurus rumah datang.
"Bundaa ada yang ngetuk pintu." Kata Vania di tengah perbincangan mereka.
"Oh iya, paling itu Bibi bentar bunda bukain dulu ya." Kata Rani sambil meninggalkan meja makan.
Setelah semuanya selesai sarapan Rani membereskan piring-piring di atas meja dan meletakkannya di wastafel dapur.
Walaupun ada yang membantu di rumah, bukan berarti Rani melepaskan tanggung jawabnya, Rani memilih tetap membantu sesekali jika sedang ada waktu luang.
"Bibi, kami berangkat dulu ya." Kata Rani dengan nada lembut sambil mencium tangan Bibi yang membantu mengurus rumah sederhananya itu.
"Mas, Vania Salim dulu sama Bibi." Kata Rani pada Aditya dan Vania.
Rani selalu menekankan Aditya dan Vania untuk selalu berpamitan dan salim dengan bibi sebelum pergi karena Rani menganggap itu sudah pantas di lakukan apalagi Bibi yang paling tua di rumah ini walaupun bukan anggota keluarga inti.
"Bi Aditya berangkat dulu." Kata Aditya dibarengi senyuman di wajah tampannya.
"Bibi Vania berangkat sekolah yaa." Kata Vania sambil menunjukan jejeran gigi putihnya.
"Iya Mas, non hati-hati dijalan nggih." Kata Bibi sambil mengelus rambut Vania.
"Dadah Bibi." Kata Vania ambil meninggalkan Bibi.
Aditya dan Rani membawa mobil yang berbeda dikarenakan jadwal kepulangan mereka kadang berbeda waktu.
Untuk yang mengantar Vania ke sekolah sudah di sepakati di keluarga mereka, bahwa mereka akan berselang seling mengantar Vania ke sekolah dan untuk yang menjemput pulang Vania dari sekolah ada suami dari Bibi yang membantu di rumah, Jadi total mobil yang dimiliki Aditya dan Rani adalah 3 mobil.
Hari ini adalah jadwal Rani mengantar Vania ke sekolah.
"Vania Salim dulu sama Ayah."Kata Rani.
"Ayah aku berangkat sekolah ya." Kata Vania dengan wajah imutnya.
"Okee anak ayah, yang pintar di sekolah ya, jangan bertengkar dengan teman lainnya oke?." Kata Arya.
"Siap ayah." Jawab Vania.
"Vania masuk mobil dulu ya." Kata Aditya.
"Aku berangkat ya Dityaa." Kata Rani sambil tersenyum iseng.
"Ehhh kok Dityaa, panggilnya mas dong." Kata Aditya membalas Rani.
"Sini salim dulu." Kata Aditya sambil merentangkan kedua tangannya.
"Ih kok gitu salimnya." Kata Rani tersenyum manis.
"Kan salim versi kita berdua." Kata Aditya tersenyum tampan.
Rani mendekatkan tubuhnya ke pelukan Aditya.
"Yang semangat kerjanya istriku." Kata Aditya sambil terus mengelus kepala Rani.
"Kamu juga semangat suamiku, jangan lupa terang bulannya." Kata Rani menepuk-nepuk punggung Aditya.
"Siapp!." Kata Aditya.
Tiba-tiba klakson mobil Rani berbunyi.
"Ihh Ayah, Bunda sudah dulu pelukannya nanti adek kesiangan." Kata Vania sambil mengintip dari kursi supir.
"Lepasin mas pelukannya ih, itu Vania teriak teriak." Kata Rani.
"Vania, kamu tidak usah sekolah ya, Ayah sama Bunda mau pelukan aja gini terus." Kata Aditya pada Vania yang masih mengintip dari dalam sambil terus memeluk Rani.
"Ihh Ayahh cepet, lepasin Bundaa." Kata Vania terus berteriak.
"Ih mas jangan gitu." Kata Rani mencubit perut Aditya sehingga Aditya melepaskan pelukan eratnya.
"Aww." Kata Aditya sambil memegang perutnya.
"Ya udah aku berangkat dulu mas, bye bye." Kata Rani sambil melambaikan tangannya.
"Oke hati-hati sayang." Kata Aditya.
Bibi yang melihat kebersamaan keluarga kecil tersebut dari jendela rumah tersenyum lebar, dirinya selalu berharap keluarga tersebut selalu dilimpahkan kebahagiaan dari jalan manapun.
Flash back on
Bel SMA Cakra berbunyi menandakan di mulainya pelajaran pada pagi hari ini.
Kelas Aditya dan Rani berdampingan sehingga memudahkan mereka untuk bertemu ketika waktunya istirahat.
Setelah sekitar tiga jam pelajaran akhirnya terdengar bunyi bel istirahat.
"Rani." Kata Arya di depan pintu kelas Rani.
"Ranii dipanggil Adityaa." Teriak Siska teman dekat Rani.
Rani sedang berbincang dengan temannya yang lain di bangku belakang tanpa mendengar panggilan dari Aditya.
"Ranii dipanggil Adit." Kata Daniel salah satu teman dekat Rani dan Aditya.
"Ehh iyaa." Kata Rani tampak terkejut dan menghampiri Aditya.
Aditya, Rani, Siska dan Daniel merupakan teman dekat apalagi latar belakang keluarga mereka yang hampir sama. Mereka dekat tidak secara bersamaan. Daniel mulai bertemu Rani lebih dahulu di bangku SD sedangkan Siska bertemu Aditya di bangku SMP. Mereka ber empat dihubungkan oleh hubungan antara Rani dan Aditya sehingga Siska dan Daniel juga berteman.
Setelah panggilan kedua, akhirnya Rani mendatangi Aditya yang ada di ambang pintu kelas.
"Ada apa ditya?." Tanya Rani.
"Ayo ke kantin aku yang traktir." Kata Aditya.
Meskipun mereka berpacaran tetapi ketika bersekolah Aditya dan Rani tetap membayar makanan mereka secara terpisah dan itu merupakan kesepakatan mereka berdua awalanya dengan usul Rani pastinya, karena Rani tak mau menambah pengeluaran Aditya apalagi dia masih belum bisa mencari uang sendiri.
"Serius?." tanya Rani.
"Iyaa serius." Kata Aditya.
"Nggak usah lah bayar sendiri aja." Kata Rani.
"Sekali-kali aja ayo!" Kata Aditya tampak menarik baju Rani.
"Siska, Daniel mau ikut ke kantin nggak? Ini katanya mau di traktir sama Dityaa?." Kata Rani yang diikuti dengan wajah terkejut Aditya.
"Eh jangan ajak merekaa". Kata Aditya.
"Emang kenapa?." Tanya Rani dengan polos.
"Eh serius dit? kita boleh ikut ." Kata Daniel tampak mendekat ke ambang pintu dengan wajah senangnya.
"Jangann, ini uangnya lo jajan berdua aja sama Siska ya." Kata Aditya sambil memberikan uang lima puluh ribu pada Daniel.
Setelah menyelesaikan kalimatnya Aditya menarik lembut tangan Rani dan menuju kantin.
"aelahhh kalau gini gue bisa jajan sendiri." Kata Daniel tampak kecewa.
Siska yang melihat kejadian tersebut tidak tampak terkejut dan memalingkan wajahnya dari peristiwa di depannya.
"Kenapa aku nggak boleh ajak Siska sama Daniel?." Kata Rani.
"hah kenapa? nggak peka banget sih!." Batin Aditya.
"Nggak papa Ran hehe." Kata Aditya diikuti tawa manisnya.
Flashback off
...****************...
Hari ini berjalan seperti biasanya Rani pulang bekerja pukul 4 sedangkan Aditya akan lembur dan pulang agak malam.
"Bunda aku tidur dulu ya, nanti kalau Ayah pulang es cream coklatnya taruh kulkas aja." Kata Vania.
"Iya sayang, siap." Kata Rani pada Vania.
"Tidur yang nyenyak ya, mimpi indah, jangan lupa berdoa dulu." Kata Rani.
Vania menuju kamarnya yang berada di lantai dua, sedangkan Rani menunggu kepulangan suaminya di ruang santai sambil menonton drama favoritnya.
Setelah menunggu sekitar setengah jam Aditya tak kunjung pulang, akhirnya Rani pun tertidur di atas sofa.
...----------------...
Aditya mengetuk pintu tetapi tak kunjung ada yang membukakan, akhirnya Aditya membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu di bawanya.
...ceklek ...
Suara pintu terbuka dan Aditya melihat Rani yang tengah tertidur di atas sofa.
Aditya mengelus kepala istrinya.
"Maafkan aku Rani, selama belasan tahun aku selalu melibatkan mu, tapi aku tak bisa diam dengan kelakuan berengsek manusia itu yang telah merusak hidupku dan Ayah." Kata Aditya dengan suara gemetaran.
Ketika Aditya mengelus kepala Rani, Rani tak sengaja terbangun dari tidur lelapnya.
"Eh kamu sudah pulang mas." Kata Rani sambil mengerjakan mata.
"Kamu sudah makan malam?." Tanya Rani.
Aditya tak menjawab dan hanya menggelengkan kepala.
"Aku panaskan makan malam dulu ya, tunggu sebentar." Kata Rani.
"Aku mau bersih-bersih dulu." Kata Aditya sambil membuka ikatan dasinya.
"Iya nanti kalau udah langsung turun ya makan malam dulu." Kata Rani sambil terus memanaskan makan malam.
"Iyaa sayangg, ini terang bulannya di makan ya aku taruh di atas meja." Kata Aditya.
"Iya, terima kasih suamikuu." Kata Rani tampak tersenyum manis.
"Sama-sama istriku." Kata Aditya sambil terus menaiki tangga rumah mereka menuju kamar.
...----------------...
Setelah beberapa menit kemudian Aditya turun dengan baju tidurnya dan rambutnya yang masih basah.
Rani yang melihat rambut Aditya basah kuyup berinisiatif mengeringkan rambut suaminya dengan handuk.
"Ini mas, makan dulu aku mau ambil handuk." Kata Rani sambil menyodorkan piring yang sudah di penuhi dengan nasi dan lauk.
Setelah sekitar dua menit Rani turun dengan membawa handuk di tangannya.
"Mas diam dulu ya, rambutnya tak keringin dulu." Kata Rani sambil mengusap usap rambut suaminya dengan handuk.
"Kalau habis mandi usahain rambutnya di keringkan dulu, takutnya nanti masuk angin." Kata Rani sambil terus mengusap usap rambut suaminya dengan handuk.
"Udah sini duduk aja sayang." Kata Aditya sambil menarik lembut tangan Rani.
Rani langsung duduk di samping Aditya.
"Kamu ikut makan gih." Kata Aditya.
"Aku udah makan tadi sama Vania, giman masakan aku enak?." Tanya Rani.
"Masih bisa di makan lahh." Jawab Aditya dengan ekspresi mengejeknya.
"Ihh apaan sih, kalau doyan enak berarti." Kata Rani tampak kesal.
Aditya tak menjawab dan hanya tersenyum melihat wajah Rani yang tampak cemberut.
"De." Panggil Aditya.
"Kenapa?."
"Maafin Mas ya selama sama kamu belum bisa ngasih apapun kepada kamu dan Vania." Kata Aditya.
"Mas dengerin aku, ini semua sudah cukup untuk aku dan Vania, yang penting itu kita bertiga bersama-sama terus, saling menguatkan dan pastinya saling mendukung." Kata Rani sambil mengelus pundak suaminya.
Cuaca di luar tiba-tiba hujan di sertai dengan petir yang terus menyambar.
Aditya yang sedang makan menjatuhkan piring d atas meja, ya! Aditya mempunyai trauma dengan hujan petir. Ketika cuaca di luar sedang hujan tubuh Aditya akan bergetar hebat dan kadang tak bisa bernafas, entah trauma apa yang di miliki oleh Aditya, Aditya tak pernah mau bercerita tentang traumanya itu entah karena alasan apa.
"Mas, gak papa ada aku di sini." Kata Rani sambil terus berusaha menenangkan Aditya.
Aditya tampak menangis dan terus memukul dadanya sendiri.
"Mas jangan gitu, gapapa ada adek di sini." Kata Rani sambil memeluk tubuh Aditya yang bergetar hebat.
Setalah kondisi Aditya mulai stabil, Rani membawa Aditya ke ruangan kedap suara yang memang sudah di siapkan untuk keadaan darurat seperti ini, walaupun tidak seratus persen menghilangkan suara hujan dan petir tetapi ini bisa sangat membantu Aditya mengatasi traumanya.
...----------------...
flash back on
Suara deras hujan dan gemuruh petir menyambar malam ini, malam penuh ketakutan dalam hidup seorang Aditya.
Kedua orang tuanya bertengkar hebat keduanya saling melemparkan barang ke arah satu sama lain.
"Kamu harus lepasin aku mas." Kata Ibu Aditya.
"Aku sudah tidak cinta sama kamu, aku sudah menemukan orang yang lebih baik dari kamu."Kata Ibu Aditya.
"Kamu gila?! Gimana anak kita Aditya?." Kata Ayah Aditya.
"Tidak dia anakmu, dari awal kita di jodohkan dan aku tidak pernah cinta sama kamu, persetan anak itu!." Kata Ibu Aditya sambil berteriak.
"Jaga mulut kamu! Jangan sebut anakku dengan mulut kotormu itu! Jika kamu mau pergi pergi sekarang jangan bawa anakku." Kata Ayah Aditya menggebu-gebu.
Ibu Aditya melemparkan cas bunga ke arah tubuh suaminya kemudian pergi dari ruangan tersebut.
Tanpa mereka berdua sadari sedari pertengkaran itu di mulai Aditya mendengarkan semua perkataan ayahnya dan ibunya.
Aditya berlari mengikutinya ibunya yang keluar dari rumah dengan menyeret sebuah koper berisi pakaian.
Tubuh Aditya basah kuyup di basahi oleh air hujan yang terus turun layaknya air mata yang terus keluar dari mata Aditya.
Setelah mengikuti ibunya sekitar 15 menit, ibunya berhenti di sebuah stasiun bus dan bertemu dengan seorang pria, melihat wajah pria terbit Aditya merasa tidak asing.
"Ayo mas kita pergi." Kata Ibu Aditya pada seorang pria.
Aditya pikir ibunya tak akan meninggalkannya jika melihat Aditya mengikutinya. Tapi Aditya salah, dari awal Aditya mengikuti ibunya, ibunya sudah tau dan bahkan melihat ke arah Aditya sebelum menaiki bus tersebut. Siapa sangka bahwa itu adalah kali terakhir Aditya melihat wajah orang yang telah melahirkannya.
Aditya terus menangis dengan mata yang memerah dan diiringi suara hujan dan sambaran kilat serta petir.
Seketika pandangan Aditya kabur dan akhirnya tubuh Arya ambruk.
Flash back on
Setalah hujan petir semalam akhirnya pagi hari pun tiba tanpa di sadari Aditya tertidur di ruangan kedap suara dari semalam dengan Rani yang berada di sampingnya.
"De bangun udah pagi." Kata Aditya sambil menepuk lembut pundak Rani.
Rani terbangun dengan mengucek matanya yang masih setengah tertutup.
"Mas." Panggil Rani.
"Iya, Kenapa?." Tanya Aditya.
"Kamu tidak ada niat mau cerita soal trauma yang kamu derita." Kata Rani mulai membuka topik.
Seketika Aditya terdiam dan seolah tetohok dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Rani.
"Maaf de, mas belum bisa cerita soal masalah ini." Kata Aditya sambil menatap mata Rani.
"Iya mas." Kata Rani.
...----------------...
Setelah seluruh anggota rumah mempersiapkan diri untuk memulai aktifitas pagi ini, mereka turun untuk menyantap sarapan yang sudah di siapkan Rani yaitu roti panggang.
"Ayah es cream coklat Vania gimana?." Tanya Vania.
Mendengar pertanyaan dari Vania Aditya dan Rani tampak panik, dikarenakan es cream cokelat milik Vania sudah mencair.
"Ayah lupa beli es creamnya hehe." Kata Aditya dengan tersenyum.
"Ayah kan udah janji kemarin." Kata Vania tampak murung.
"Hari ini deh, ayah janji baka beliin Vania 3 es cream coklat." Kata Aditya sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
"Okee Ayah, janji yaa." Kata Vania dengan wajah cerahnya.
Akhirnya mereka bertiga pun berangkat seperti biasanya, hari ini jadwal Aditya mengantar Vania ke sekolah
"Mas aku berangkat dulu ya." Kata Rani sambil mencium tangan suaminya.
"Kamu hati -hati dijalan ya." Tambah Rani.
"Iya siap aku berangkat dulu." Kata Aditya sambil membuka pintu mobil.
Rani merasa ada yang berubah dari sikap suaminya, biasanya sebelum berangkat kerja Aditya selalu mencium keningnya tapi entah kenapa dia bulan terakhir ini sikap Aditya berubah.
...----------------...
Hari berjalan seperti biasa, Rani pulang pukul 4 sore sedangkan Aditya jam 3 sore, Ketika Rani pulang ke rumah Aditya sudah berada di rumah.
Rani memasuki kamarnya dan Aditya , Rani melihat Aditya sudah berada di atas kasur sedang asik memainkan ponselnya.
"Eh mas sudah pulang?." Tanya Rani pada Aditya yang tak melihatnya masuk kamar sama sekali.
"Iya sayang, udah ini dari tadi." Jawab Aditya.
"Sini sayangg! Aku mau pelukk." Kata Aditya pada Rani.
"Ih tapi aku belum mandii." Kata Rani sambil menenteng handuk di tangannya.
"Iya gapapa kan peluk aja buat nge cas energi aku yang udah abiss, sini cepettt!." Kata Aditya sambil meregangkan kedua tangannya.
Keduanya berpelukan erat dengan tangan Aditya yang terus mengelus kepala Rani.
"Adee , mas sayang banget sama Ade." Kata Aditya.
"Iyaa aku juga sayang banget sama mas." Jawa Rani sambil mengelus elus punggung Aditya.
"Aku mandi dulu ya, ini bau keringet bangett." Kata Rani pada Aditya sambil melepaskan pelukan Aditya.
Aditya tak menjawab dan hanya mengangguk diikuti senyuman manis yang terukir di wajah tampannya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Rani keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit rambutnya, Rani melihat suaminya yang tampak tertidur lelap dengan tangan nya sendiri digunakan sebagai bantal, suaminya tampak menawan saat memejamkan mata.
Tok tok tok
Pintu Kamar Rani diketuk dari luar.
"Non Rani permisi, ini tadi siang ada paket." Kata Bibi dari luar pintu.
"Wah paket aku dateng." Kata Rani tampak bahagia paket pesanannya datang.
Ceklek
Rani membuka pintu kamarnya.
"Makasih bi." Kata Rani sambil tersenyum.
"Iya non sama-sama, bibi mau sekalian pamit pulang ya non." Kata Bibi.
"Iya bi hati-hati ya, terima kasih buat hari ini bi." Kata Rani.
"Iya non sama-sama, bibi duluan ya." Kata bibi.
Bibi membawa kunci rumah Rani, ada tiga kunci utama yang dipegang oleh Rani, Aditya dan Bibi. Bibi bukan orang sembarangan Bibi merupakan orang yang dulu membantu ibunya tetapi dikarenakan Rani menikah, Bibi diminta untuk pindah membantu Rani di rumah kecilnya dengan kata lain Bibi merupakan orang kepercayaan di keluarga Rani.
Rani tak menjawab tetapi menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah.
Setelah bibi tampak menjauh dari kamar Rani, dan Rani memutuskan untuk keluar dari kamar dan menuju kamar Vania untuk mengecek keadaan Vania, karena seharian ini dia belum melihat buah hatinya sam sekali.
Rani masuk ke kamar Vania dan mendapati bahwa Vania sudah tertidur pulas, seketika itu juga muncul rasa bersalah dalam hati Rani karena kesibukan Rani di belum bisa mendampingi Vania secara maksimal, bahkan belajar pun Vania harus les dan tidak di dampingi ibunya.
"Vania bunda minta maaf karena mungkin selama kamu lahir, bunda belum bisa memberikan banyak kasih sayang yang umumnya diterima anak dari ibunya." Kata Rani sambil mengelus rambut hitam legam milik Vania sambil di iringi tangisan dari kedua matanya.
Rani pun segera berdiri dari duduknya dan menyelimuti tubuh mungil Vania.
Rani berkeliling kamar Vania dan melihat gambar keluarga yang digambar Vania, gambar keluarga kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak kecil dengan senyum di wajah mereka.
Keluarga bahagia Vania
Bagitulah kira-kira tulisan di gambar tersebut.
Rani tersenyum lebar melihat gambar Vania dan memotret gambar tersebut dengan handphone nya.
Setelah berkeliling Rani keluar dari kamar Vania dan masuk ke kamarnya hendak beristirahat.
Namun saat hendak menyelimuti dirinya dengan selimut, Vania melihat paket yang belum di bukanya di atas meja rias.
"Oh iya paket aku." Kata Rani sambil mengambil peket tersebut.
"Loh ini bukan paket aku." Kata Rani tampak terkejut.
"Kok nggak ada resinya sih, kosong gini." Kata Rani sambil membolak-balikan paket yang diterimanya.
"Apa ya kira-kira isinya." Kata Rani sambil sesekali menekan-nekan paket tersebut.
"Gunting aku perlu gunting." Kata Rani sambil mencari gunting di rak.
Dubrakkk
Sebuah kotak tak sengaja jatuh dan menimbulkan suara yang keras, Aditya yang mendengar suara tersebut tampak menggerakkan kakinya.
Rani yang menyadari suaminya terganggu dengan suara tersebut kemudian segera membereskan secara pelan-pelan membereskan kotak-kotak yang berserakan.
"Wah ini struk cafe dan restoran, sering juga ya mas Aditya makan di luar." Kata Rani sambil membereskan puluhan struck yang terjatuh.
Dalam struck tersebut Rani melihat ada keanehan.
"Bukannya mas Aditya alergi stroberi ya?." Kata Rani tampak bingung melihat menu berbahan dasar stroberi dalam struck cafe tersebut.
"Ohh mungkin mas Aditya makan bareng temannya kali." Kata Rani sambil terus membereskan kotak-kotak tadi dan menaruhnya kembali ke atas lemari.
Rani akhirnya dapat dengan tenang membuka paket di depannya.
"Mari kita buka, apa sebenarnya isi dari paket ini." Kata Rani tampak excited.
Rani mulai menggunting paket tersebut, setelah Rani membuka paket tersebut wajah Rani tampak langsung pucat pasi.
"Mas?."
"Ini Mas Ditya?." Kata Rani tampak terkejut.
Seketika itu Rani menengok ke arah suaminya yang sedang tertidur lelap.
bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!