Cerita ini berlatar di sebuah kerajaan fiktif Eropa pada abad ke-18. Nama-nama karakter, tempat, dan peristiwa dalam kisah ini adalah karangan belaka, dan tidak terkait dengan sejarah nyata. Semua elemen dalam cerita ini, termasuk keluarga kerajaan dan para bangsawan, hanyalah hasil imajinasi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai fakta sejarah.
Kerajaan , tempat cerita ini berlangsung, adalah sebuah kerajaan besar dengan struktur sosial yang sangat terstruktural. Di atas segala hirarki bangsawan, berdiri keluarga kerajaan yang memiliki kekuasaan mutlak, memimpin kerajaan dengan tangan besi. Raja dan Ratu mengatur segala urusan kerajaan, sementara para putra mahkota dan anggota keluarga kerajaan lainnya berperan dalam pemerintahan dan keputusan politik besar.
Di bawah keluarga kerajaan Kingswell, terdapat berbagai kelas bangsawan, dari para Duke/Duchess yang memiliki tanah luas dan pengaruh besar, hingga Baron/Baroness yang memimpin wilayah yang lebih kecil. Persaingan antar bangsawan untuk memperoleh posisi dan kekuasaan sering kali menjadi perebutan yang tak berkesudahan. Banyak yang berlomba-lomba untuk mempertahankan atau memperbesar pengaruh mereka di mata keluarga kerajaan, sambil memanfaatkan kedekatan atau hubungan politik demi kepentingan pribadi.
🏰 JABATAN KERAJAAN KINGSWELL
Keluarga Kerajaan
Raja/Ratu:
Pemimpin tertinggi kerajaan, yang memiliki kekuasaan mutlak atas urusan politik, militer, dan hukum.
Dalam beberapa kerajaan, raja atau ratu mungkin memiliki peran simbolik dengan banyak kekuasaan diserahkan kepada penasihat atau pejabat tinggi lainnya, namun biasanya mereka tetap memiliki otoritas tertinggi.
Putra Mahkota/Putri Mahkota:
Penerus takhta kerajaan yang akan menggantikan raja atau ratu setelah mereka wafat.
Sebagai calon pemimpin masa depan, mereka seringkali terlibat dalam kegiatan kerajaan, seperti pertemuan dengan bangsawan, kedutaan, atau tugas penting lainnya.
Duke/Duchess
Duke/Duchess adalah gelar yang diberikan kepada bangsawan yang memerintah wilayah besar dalam kerajaan.
Peran: Mereka mengatur provinsi atau wilayah yang luas dan memiliki banyak tanah serta kekayaan. Biasanya, mereka memiliki pasukan dan mampu mempengaruhi keputusan politik penting. Dukedom atau Duchy seringkali diwariskan turun-temurun.
Duchess adalah gelar untuk istri dari Duke, yang juga sering memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan politik, terutama di kalangan bangsawan.
Marquis/Marquess
Marquis/Marquess adalah gelar bangsawan yang lebih tinggi daripada Count/Countess tetapi lebih rendah daripada Duke/Duchess. Biasanya mereka mengatur wilayah yang terletak di perbatasan kerajaan.
Peran: Karena wilayah mereka berada di perbatasan, mereka sering kali bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan daerah tersebut. Mereka memiliki pengaruh militer dan politikal yang cukup besar, dan sering kali menjadi perantara antara kerajaan dan wilayah luar.
Count/Countess
Count/Countess adalah gelar bangsawan yang lebih rendah dari Marquis/Marquess dan lebih tinggi dari Baron/Baroness. Mereka mengatur wilayah yang lebih kecil.
Peran: Meskipun kekuasaan mereka terbatas pada wilayah yang lebih kecil, mereka masih memegang pengaruh sosial dan ekonomi yang signifikan. Mereka berperan dalam administrasi lokal dan sering terlibat dalam politik kerajaan.
Baron/Baroness
Baron/Baroness adalah gelar bangsawan yang berada di bawah Count/Countess dan mengatur wilayah yang lebih kecil.
Peran: Mereka memiliki kekuasaan yang terbatas, sering mengelola tanah yang lebih kecil dan berfokus pada urusan lokal. Meskipun tidak sekuat Duke atau Marquis, mereka tetap penting dalam jaringan politik kerajaan karena keterkaitan mereka dengan kelas bangsawan lebih tinggi.
Viscount/Viscountess
Viscount/Viscountess adalah gelar yang lebih rendah dari Baron/Baroness dan biasanya diberikan kepada bangsawan yang memerintah wilayah yang sangat kecil.
Peran: Mereka bertanggung jawab atas pengelolaan tanah dan urusan lokal, meskipun kekuasaan dan pengaruh mereka terbatas dibandingkan dengan gelar yang lebih tinggi. Mereka sering berfungsi sebagai pemimpin lokal dan menjadi bagian dari masyarakat bangsawan yang lebih luas.
Pangeran/Putri
Pangeran/putri biasanya merujuk pada anak-anak raja atau ratu yang bukan penerus takhta.
Peran: Mereka memiliki status tinggi dalam masyarakat bangsawan, seringkali berperan dalam diplomasi dan urusan kerajaan. Dalam beberapa kerajaan, pangeran dapat memegang posisi penting dalam pemerintahan atau militer.
Pejabat Kerajaan
Selain kelas bangsawan, kerajaan sering kali memiliki berbagai pejabat tinggi yang mengelola urusan negara.
Penasihat: Menyediakan nasihat politik dan membantu dalam pembuatan keputusan penting.
Mentri Keuangan: Bertanggung jawab atas ekonomi kerajaan dan pengelolaan pajak.
Mentri Luar Negeri: Menangani urusan diplomatik dan hubungan internasional.
Komandan Militer: Bertanggung jawab atas pertahanan kerajaan dan pasukan militer.
Pengadilan Kerajaan: Pengadilan yang mengatur masalah hukum dan urusan internal keluarga kerajaan serta bangsawan.
Rakyat Biasa
Meskipun tidak memiliki gelar bangsawan, rakyat biasa (termasuk petani, pedagang, pekerja, dan kelas menengah) memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan sosial kerajaan. Meskipun tidak memiliki pengaruh politik langsung, kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan keputusan yang diambil oleh bangsawan dan keluarga kerajaan.
💰 MATA UANG KERAJAAN KINGSWELL
Di dalam kerajaan Kingswell, sistem mata uang terbagi menjadi tiga jenis logam utama: emas, perak, dan perunggu, yang masing-masing memiliki nilai yang jelas dan teratur. Setiap jenis koin digunakan sesuai dengan tingkat transaksi dan status sosial yang berlaku dalam kerajaan ini.
Nilai Tukar:
1 Koin Emas setara dengan 10 Koin Perak. Koin emas adalah mata uang paling berharga di kerajaan Kingswell. Biasanya, koin ini digunakan untuk transaksi besar atau sebagai bentuk tabungan bagi kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan.
1 Koin Perak setara dengan 10 Koin Perunggu. Koin perak adalah mata uang yang lebih umum digunakan oleh kalangan menengah hingga bawah, dan sering kali beredar dalam transaksi sehari-hari. Meskipun memiliki nilai lebih rendah daripada emas, perak tetap merupakan simbol kekayaan yang cukup tinggi.
1 Koin Perunggu adalah mata uang yang digunakan untuk transaksi sehari-hari yang kecil. Bagi rakyat biasa, koin perunggu adalah bentuk utama dari transaksi sehari-hari, mulai dari membeli makanan hingga membayar sewa rumah kecil.
👑 ANGGOTA KERAJAAN KINGSWELL
Raja : Richard Kingswell
Ratu: Evelina Kingswell
Selir Raja: Ophelia Kingswell
Putra Mahkota : Edmund Kingswell
Putri Ratu : Selene Kingswell
Pangeran Selir : Evander Kingswell, Maximilian Kingswell
Putri Selir : Anastasia Kingswell
🛡️ TOKOH DAN PEROLEHAN GELAR
Keluarga Jasmine (Duke D'Orland)
Ayah Jasmine: Duke Edgar D'Orland
Perolehan Gelar: Duke Edgar mendapatkan gelar Duke dari raja kerajaan Kingswell setelah berperan besar dalam memenangkan pertempuran penting yang melibatkan negara mereka. Selain itu, keluarganya juga telah memegang gelar Duke secara turun-temurun, dengan kekayaan yang luar biasa dari tanah yang mereka kelola.
Latar Belakang: Seorang pemimpin militer dan bangsawan senior yang dikenal bijaksana dan berpengaruh. Edgar adalah sosok yang sangat dihormati dalam dunia politik dan militer kerajaan. Masih merupakan kerabat raja saat ini.
Ibu Jasmine: Duchess Elise D'Orland
Perolehan Gelar: Elise adalah istri dari Duke Edgar dan secara otomatis memperoleh gelar Duchess setelah menikah. Sebelumnya, ia berasal dari keluarga bangsawan lain, tetapi tidak memiliki gelar setinggi suaminya.
Kakak Laki-Laki Jasmine: Lord Victor D'Orland
Perolehan Gelar: Sebagai anak pertama dari Duke Edgar, Victor mewarisi gelar Lord dan status sebagai ahli waris keluarga D'Orland. Sebelum menikah, ia diharapkan untuk mengelola sebagian besar tanah dan kekayaan keluarga.
Latar Belakang: Victor adalah sosok yang tampak serius dan pendiam, tetapi memiliki kemampuan kepemimpinan yang luar biasa. Ia sangat terlatih dalam hal politik dan strategi, dengan pengaruh kuat di kalangan bangsawan. Namun, karena keteguhannya, ia sering kali menjadi sosok yang sulit diajak kompromi.
Jasmine D'Orland (Pemeran Utama)
Perolehan Gelar: Sebagai anak perempuan dari Duke Edgar dan Duchess Elise, Jasmine berstatus sebagai Lady D'Orland sebelum menikah. Namun, setelah menikah dengan Louise Clair, ia memperoleh gelar Duchess Clair.
Latar Belakang: Jasmine adalah seorang wanita yang cerdas, independen, tangguh dan pemberani. Namun setelah menikah dengan seorang Duke, ia berubah menjadi pendiam, penakut, dan bucin akut terhadap suaminya.
Duke Clair
Louise Clair (Suami Jasmine)
Perolehan Gelar: Louise Clair adalah seorang yatim piatu yang memperoleh gelar Duke Clair setelah melakukan prestasi besar bagi kerajaan Kingswell. Ia diberi wilayah yang sangat kaya dan strategis oleh raja setelah keberhasilannya dalam mengalahkan musuh besar yang mengancam kerajaan. Meskipun tidak memiliki keluarga dekat atau saudara, Louise berhasil mendirikan kekuasaannya sendiri.
Latar Belakang: Louise adalah seorang pria yang kuat, cerdas, dan berorientasi pada tujuan. Ia membangun karirnya dari bawah dan membuat dirinya dihormati oleh keluarga kerajaan dan bangsawan lainnya, meskipun statusnya yang tidak memiliki saudara dan kekayaan turun-temurun.
Louise, meski telah menikah dengan Jasmine, hati dan pikirannya selalu tertuju pada Cecilia Thorne, wanita cantik dari keluarga Count yang berasal dari kalangan bangsawan namun status jabatannya di bawah Duke dan marquis. Setiap kali Cecilia berbicara, semua yang dikatakannya terasa seperti kebenaran yang tak terbantahkan. Ada kehangatan dan kelembutan dalam setiap kata-katanya, sesuatu yang tak pernah dirasakan Louise dari Jasmine, yang selalu dibencinya.
Count Thorne
Count Hendrik Thorne, kepala keluarga, dikenal sebagai pria yang cerdas namun licik, selalu mengutamakan kekuasaan dan keuntungan pribadi.
Countess Beatrice Thorne, adalah wanita yang berhati dingin dan sangat ambisius, sering kali memainkan peran di balik layar untuk mencapai tujuannya.
Lady Cecilia Thorne, yang meskipun terlihat anggun dan lembut, memiliki sifat manipulatif yang luar biasa. Cecilia, dengan kecantikan dan pesonanya, selalu berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, meskipun harus mengorbankan orang lain.
Nama-nama tokoh pendukung lainnya akan diperkenalkan seiring berjalannya cerita dalam novel ini.
Hari itu begitu dingin dan suram di tempat eksekusi, dengan langit kelabu yang seolah meratapi nasib Jasmine.
Duchess Jasmine Claire atau Duchess Jasmine D'Orland adalah seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahatnya. Di kerajaan Kingswell, ia dituduh berselingkuh, dan akibat tuduhan itu, ia berakhir di tempat pemenggalan dengan tubuh yang terikat.
Di depan raja, ratu, putra mahkota, para bangsawan, dan rakyat, Jasmine siap menghadapi akhir hidupnya. Namun, tak hanya kebencian yang ia terima, melainkan juga sumpah serapah dari rakyat yang mendengar rumor kejahatan Jasmine dari para bangsawan dan juga karena para rakyat tau nya jika Jasmine ketahuan selingkuh dan melakukan 'ranjang panas' di kediaman Duke.
"Sialan kau, Duchess! Semoga kehidupanmu yang selanjutnya hanya penuh penderitaan!"
"Jasmine, wanita terkutuk, semoga karma membalasmu seratus kali lipat!"
"Perempuan jalang! Kau tidak pantas menjadi Duchess kami!"
"Mengkhianati suami sendiri? Bahkan hewan saja lebih tahu cara menghormati pasangan mereka!"
"Inilah hukuman yang layak untuk seorang perempuan keji seperti kau!"
"Darahmu akan menjadi pelajaran bagi semua wanita yang tidak tahu malu!"
Jasmine hanya diam, tatapan kosong bahkan ia juga tak mendengarkan makian dari pada rakyat dan bangsawan. Para bangsawan ini merupakan penggemar Cecilia. Nona cantik dari Count yang baik hati, lembut dan jujur. Para bangsawan tau jika selama ini Jasmine selalu membully Cecilia, namun dengan baik hati Cecilia memaafkan perbuatan Jasmine. Padahal itu tidak benar.
"Jasmine, kau memalukan! Kau telah mencoreng nama keluarga D’Orland dan Duke Clair serta mencemari kehormatan kami semua!"
"Bagaimana mungkin seorang Duchess bertingkah lebih rendah dari pelayan di istananya?"
"Kau hanya menginginkan kekuasaan, dan lihatlah di mana keserakahanmu membawamu!"
"Louise memberimu segalanya, dan kau membalasnya dengan penghinaan ini? Kau sungguh monster!"
"Jasmine, kau adalah noda dalam sejarah kerajaan. Dunia akan lebih baik tanpa keberadaanmu!"
Para bangsawan ini tak tahu, jika Jasmine di kediaman Duke Louise Clair di perlakukan semena-mena oleh para pelayan maupun Duke Louise sendiri.
"Duchess? Kau lebih cocok disebut wanita murahan!"
"Aku tahu sejak awal kau adalah wanita licik, Jasmine! Kau tidak pernah pantas berada di sisi Duke Louise!"
"Wanita seperti kau seharusnya tidak pernah diberi kesempatan untuk hidup di kalangan kami!"
"Bahkan di detik-detik terakhir hidupmu, kau tetap menjijikkan!"
"Kematian adalah hadiah terlalu berharga bagimu, Jasmine!"
Para wanita bangsawan juga tak ketinggalan memaki Jasmine yang masih menatap sang suami, Louise yang sedang memegang benda tajam ditangannya. Bahkan makian dan sumpah serapah yang keluar dari tadi, tidak lebih sakit dibandingkan sang suami yang dicintainya, yang lebih percaya pada omongan seorang wanita licik dan manipulatif.
"Dosa-dosamu terlalu besar, bahkan neraka pun mungkin menolakmu!"
"Kau menghancurkan hidup suamimu, menghancurkan martabat bangsamu. Kau adalah aib bagi manusia!"
"Seorang Duchess yang tidak setia adalah cerminan kehancuran bangsa. Kau hanya membawa kehinaan bagi semua wanita di kerajaan ini!"
"Kematianmu adalah peringatan bagi mereka yang berpikir bahwa pengkhianatan dapat lolos begitu saja."
"Louise pantas mendapatkan seorang istri yang mulia, bukan perempuan rendah seperti dirimu!"
Jasmine terpaku dengan ucapan pak tua yang dia dengar, apakah ia memang se rendah itu? Padahal dia telah melakukan banyak hal baik untuk sang suami. Namun balasannya ia selalu disiksa, di caci maki bahkan di depan umum sekalipun.
Louise, suami yang sangat membencinya, masih berdiri di hadapannya. Setiap ia mendengar ucapan makian dari para rakyat dan para bangsawan, ia sangat senang seolah-olah ia menikmati penderitaan Jasmine.
Louise dengan niat untuk mengakhiri hidup istrinya, sedangkan Jasmine terpaku pada pria di hadapannya, Louise, yang kini mengangkat pedang dengan kebencian yang nyata.
“Jasmine Clair oh tidak karena aku telah menceraikanmu, jadi Jasmine D’Orland,” suara Louise bergema dingin. “Atas perbuatanmu yang tercela, kau akan menerima hukuman mati. Tidak ada belas kasih untuk wanita sepertimu.”
Duchess Jasmine menelan ludah, bibirnya bergetar. “Louise… pernahkah kau mencintaiku, walau hanya sedikit?”
Duke Louise Clair tersenyum sinis. “Cinta? Tidak pernah. Kau orang yang licik menjebakku hingga kita melakukan hubungan panas itu, sehingga aku harus menikahi mu dengan terpaksa. Satu-satunya wanita yang kucintai pasti kau tahu.”
Hati Duchess Jasmine seperti teriris. Ia tahu dirinya tidak sempurna, tapi mendengar pengakuan itu langsung dari mulut suaminya membuatnya merasa lebih sakit daripada kematian yang akan ia hadapi.
Sambil berlinang air mata, Duchess Jasmine berkata, "Tapi itu bukan aku yang menjebakmu, aku telah mengatakannya dari awal dan berulang-ulang kali. Tapi kamu tak pernah percaya padaku, Duke,"
"Aku sudah tak peduli semua itu, terimalah hukumanmu," ucap Duke Louise Clair dengan tajam.
Dengan air mata yang masih menetes, Jasmine berkata dengan suara terbata-bata, "Aku sangat menyesal pernah mencintaimu, Duke Louise Clair. Semoga di kehidupan selanjutnya, kau dan orang-orang yang menyakitiku merasakan penderitaan yang sama. Semoga kalian menyesal."
Duke Louise Clair tak memberikan waktu lebih lama, dan dalam sekejap, pedangnya terayun, memisahkan kepala Jasmine dari tubuhnya. Kepala Duchess Jasmine D'Orland terjatuh ke tanah, mengalirkan darah ke lantai yang dingin. Dunia Duchess Jasmine gelap dalam sekejap.
Raja, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan D'Orland, hanya bisa menyayangkan nasib buruk yang menimpa sang Duchess. Namun, beberapa orang lainnya malah bersorak, merasa lega dengan kematian Duchess Jasmine D'Orland, seolah ia pantas menerima nasibnya.
Cecilia Thorne berdiri tidak jauh dari tempat eksekusi. Bibirnya membentuk senyum licik, sementara matanya memancarkan kepuasan yang mendalam.
"Duchess Jasmine D’Orland... akhirnya kau lenyap dari dunia ini," pikir Cecilia dengan perasaan puas.
"Namamu hanya akan menjadi cerita usang yang tidak lagi diingat siapa pun."
"Sekarang, semua ini milikku. Pengaruhmu? Hilang. Kehormatanmu? Hancur. Bahkan keluargamu tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawanku. Aku menang, Duchess Jasmine D'Orland. Kau kalah.”
Keluarga D’Orland yang baru tiba di alun-alun istana dengan tergesa-gesa. Derap langkah kuda mereka menggema di antara suara sorakan rakyat yang haus darah melihat pemandangan di depannya. Namun, bagi keluarga D'Orland itu adalah pemandangan yang menghancurkan hati.
Duke Edgar D’Orland yang tiba terlebih dahulu, turun dari kudanya dengan tergesa, matanya yang biasanya tenang kini dipenuhi kepanikan. “Jasmine!” ia berteriak, suaranya serak.
Duke Edgar D'Orland nafasnya memburu setelah berlari sekuat tenaga. Mata nya membelalak, wajahnya berubah pucat, ketika melihat tubuh putrinya, tergeletak diatas panggung eksekusi. Lehernya berdarah, rambut emas nya terurai, dan wajahnya yang selalu dipenuhi keberanian kini dingin tanpa nyawa. Ia meraih tangan jasmine yang dingin dan menatap wajah putrinya dengan penuh penyesalan.
“Putriku, maafkan Ayah...” suaranya bergetar, hampir tidak terdengar. “Ayah seharusnya melindungimu... Ayah seharusnya berada di sini lebih cepat...” Air mata pria itu jatuh membasahi tangan Jasmine yang tidak lagi bisa merasakannya.
Duchess Elise D'Orland datang beberapa menit kemudian, ia hampir terjatuh saat berlari mendekat. Gaun mewahnya menyapu tanah kotor, tetapi ia tidak peduli.
Duchess Elise D'Orland terhuyung-huyung saat melihat pemandangan mengerikan itu. Matanya membelalak saat melihat tubuh Jasmine yang sudah tergeletak di panggung pemenggalan. "Tidak... Jasmine...!" suara tangisnya pecah seketika.
Duchess Elise D'Orland tersungkur di samping suaminya, menggenggam tangan Jasmine yang lain. "Jasmine! Putriku!".
Duchess Elise kemudian memeluk tubuh Jasmine yang dingin. Memeluknya dengan erat meskipun darah mengotori gaun mewahnya. Air matanya jatuh deras, suara nya pecah di tengah tangisnya, “Anakku… kenapa harus seperti ini? Kau masih terlalu muda… terlalu banyak yang belum kau alami… Kenapa mereka tega melakukan ini padamu?” ia menangis tersedu-sedu. "Maafkan ibumu, putriku! Maafkan kami... Kami tidak bisa menyelamatkanmu."
Victor, kakak laki-laki Jasmine, berdiri mematung. Tubuhnya gemetar, dan tinjunya mengepal erat. Ia menatap tubuh adiknya dengan mata yang merah dan penuh amarah. “TIDAK! Ini tidak mungkin! Jasmine tidak pantas menerima ini!” raungnya, lututnya lemas hingga ia jatuh di atas tanah.
Victor mendekati tubuh Jasmine dan berlutut di sampingnya. Ia menatap wajah adiknya yang kini terlihat damai, tetapi itu justru menghancurkan hatinya lebih dalam. “Jasmine, aku bersumpah, aku akan membalaskan dendammu. Orang-orang yang melakukan ini padamu tidak akan pernah lolos. Aku tidak akan membiarkan mereka hidup tenang!” suaranya penuh dendam, tetapi air matanya tetap mengalir deras.
Rasa kehilangan Jasmine tetap menjadi luka yang mendalam bagi keluarga D’Orland. Kehilangan itu tidak hanya merampas putri dan adik mereka, tetapi juga menyisakan penyesalan yang tidak akan pernah hilang.
Kerumunan telah membubarkan diri dari tadi hingga hampir kerumunan tak ada disana, tapi keluarga D’Orland tetap di sana, tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Mereka hanya bisa menatap tubuh Jasmine yang kini dingin, menyesali semua yang tidak sempat mereka lakukan untuk menyelamatkannya.
Sedangkan disisi lain, di atas panggung eksekusi, roh Duchess Jasmine D’Orland berdiri terpaku, menatap tubuhnya sendiri yang tergeletak tanpa nyawa. Di sekelilingnya, sorak-sorai massa perlahan menghilang, digantikan oleh suara tangisan keluarganya. Ia menyaksikan ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya datang terlambat, hanya untuk mendapati kenyataan yang begitu menyakitkan.
Wajah Ayah, Ibu dan Kakak Laki-lakinya penuh kesedihan. Jasmine menutup mulutnya, tak mampu berkata-kata. “Ayah… Ibu… Kak Victor…” ucapnya lirih. Suaranya penuh penyesalan yang mendalam.
Melihat semua itu, Jasmine merasakan dadanya sesak, meskipun ia hanya roh. Ia mencoba menyentuh pundak ibunya, tapi tangannya hanya melewati udara kosong. Air matanya mulai mengalir tanpa ia sadari.
“Aku… menangis?” ucapnya, penuh keterkejutan. Ia menyentuh wajahnya, menyadari bahwa meski ia hanyalah roh, rasa sakit dan penyesalan itu tetap nyata.
Jasmine berlutut di tempatnya, menatap keluarganya dengan air mata yang terus mengalir. “Ayah, Ibu, Kak Victor… Aku minta maaf. Aku telah membuat kalian kecewa. Aku terlalu bodoh, mencintai orang yang salah.”
Ia menunduk, berdoa dengan tulus kepada Tuhannya. “Tuhan, jika Engkau berkenan memberikan aku kesempatan kedua, izinkan aku kembali sebagai putri Ayah dan Ibu. Izinkan aku kembali sebagai adik Kak Victor. Aku ingin melindungi mereka… Aku ingin memperbaiki semuanya…”
Kata-kata itu keluar dengan tulus dari hatinya, dan air matanya terus menetes. Ia memandang ke arah keluarganya yang masih menangis, dan dalam hati ia berjanji. Jika aku dilahirkan kembali, aku tidak akan menyia-nyiakan keluargaku. Aku akan melindungi mereka, seperti mereka ingin melindungiku hari ini.
Hingga akhirnya, suara isakan ibunya yang semakin keras membuat Jasmine berteriak meski ia tahu takkan terdengar. "Ibu! Ayah! Kak Victor! Aku mencintai kalian… Maafkan aku… Maafkan aku…”
Namun, suara Jasmine hanya terpantul di ruang kosong, dan yang tertinggal hanyalah dirinya yang berurai air mata, menyaksikan keluarganya yang diliputi duka.
Tubuh rohnya mulai terasa semakin ringan, seolah-olah tarikan tak terlihat itu menariknya menjauh dari dunia yang masih dipenuhi dengan kesedihan keluarganya. Jasmine berusaha bertahan, ingin tetap di sana untuk mereka. Ia ingin memeluk ibu yang sangat ia cintai, menyentuh tangan ayahnya yang tampak begitu hancur, dan memberi semangat kepada kakaknya yang menangis dalam keputusasaan.
Namun, semakin lama, ia merasakan tubuh rohnya semakin menghilang. Ia tak bisa lagi bertahan di dunia ini. Ada sesuatu yang menghalanginya untuk tetap ada, dan ia tahu bahwa waktunya sudah habis.
Dengan perlahan, rohnya mulai menghilang ke dalam kabut yang semakin gelap. Ia melihat keluarga yang masih terpaku di sana, berjuang dengan kehilangan yang mendalam, dan hatinya terasa hancur, namun ada harapan baru yang muncul.
“Tuhan… Jika Engkau memberiku kesempatan kedua… Aku akan kembali dan memperbaiki semuanya. Aku akan menjadi anak yang baik, adik yang baik… Aku akan melindungi mereka…”
Tetesan air mata yang tak terbendung lagi jatuh, mengaburkan pandangannya. Dan dalam sekejap, tubuh roh Jasmine menghilang, meninggalkan dunia ini dengan sepi. Hanya kesedihan yang tertinggal di dalam hati keluarga D'Orland, dan harapan baru yang terpendam di dalam doa Jasmine yang mengalir ke angkasa, mencari jalan untuk kembali ke dunia yang penuh dengan penyesalan dan peluang kedua.
Ketika Duchess Jasmine membuka mata, ia dikejutkan dengan air matanya yang menetes. Nafasnya memburu seolah ia baru lolos dari kematian. Duchess Jasmine menghapus air mata itu, dan melihat sekelilingnya. Ia terkejut mendapati dirinya berada di dalam gereja, berlutut di lantai dengan bantalan di bangku untuk membantu berlutut, tangan dilipat di depan dada seperti orang berdo'a.
“Dimana… aku?” gumamnya, melihat sekeliling. Bangunan batu dengan patung-patung suci berdiri megah di depannya. Cahaya lilin menerangi ruang yang tenang, menciptakan suasana damai yang berbanding terbalik dengan akhir hidupnya yang tragis.
“Duchess, Anda baik-baik saja?” Suara seorang wanita muda mengejutkannya. Duchess Jasmine menoleh, melihat seorang pelayan yang dikenalnya, Lianne, berdiri dengan khawatir."
“Anne?” Jasmine mengerjap bingung. Ia mengenali gadis itu. Lianne adalah pelayan setia yang melayani dirinya sebelum ia menjadi sasaran fitnah Cecilia. Namun, Lianne seharusnya sudah mati di hukum gantung atas perintah Duke Louise Clair.
“Ya, Duchess. Anda terlihat pucat.” ucap Lianne dengan panik.
"Anne, aku masih hidup, oh Tuhan... Terimakasih," ucap Jasmine dengan bersyukur tanpa mengindahkan pertanyaan Lianne.
"Duchess, apa yang Duchess fikirkan? Duchess baik-baik saja. Meskipun Duke jahat dan kejam, Duchess tak boleh berkata seperti itu! ucap Lianne dengan isak tangis.
Sedangkan Jasmine termenung sejenak.
“Duchess. seperti nya Anda sedang sakit. Apa Anda ingin saya panggilkan tabib?” tanya Lianne.
“Tidak perlu,” jawab Jasmine akhirnya, berusaha menjaga ketenangannya. Ia mengatur napas, mencoba memahami situasi. “Aku hanya merasa sedikit lelah.”
“Baiklah, Duchess. Saya akan menyiapkan teh herbal di kamar Anda,” ujar Lianne sebelum membungkuk dan pergi.
Begitu Lianne pergi, Jasmine perlahan bangkit dari posisi berlututnya. Dengan langkah lemah, ia berjalan menuju bangku gereja. Saat punggungnya menyentuh sandaran kayu yang dingin, rasa sakit dan perih menjalar di tubuhnya.
Lianne melangkah perlahan mendekati Jasmine, yang duduk termenung di bangku kayu gereja. Matanya yang dulu berkilau penuh kebanggaan kini tampak suram, seolah diselimuti bayangan dari masa lalu yang mengerikan. Suara langkah Lianne terdengar lembut, namun cukup untuk membangunkan Duchess Jasmine Clair dari lamunannya.
"Duchess, mari kita ke kamar Anda. Udara malam ini terlalu dingin untuk Anda tetap di sini," ujar Lianne dengan nada lembut, menatap penuh perhatian pada wanita yang ia layani.
Duchess Jasmine Clair mengangkat wajahnya, menatap Lianne dengan tatapan kosong, seolah kelelahan untuk merespons. Namun, Lianne tetap sabar. Ia perlahan membantu sang Duchess berdiri, melingkarkan tangan Duchess Jasmine Clair di bahunya untuk menstabilkan langkah sang Duchess yang tampak lemah.
"Terima kasih, Anne," gumam Duchess Jasmine Clair pelan, suaranya hampir tak terdengar.
"Tak perlu berterima kasih, Duchess. Ini tugasku," jawab Lianne, mencoba menghibur dengan senyum tipis di wajahnya.
Mereka berjalan perlahan melalui lorong-lorong gereja yang hening, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang redup. Sesampainya di kamar sederhana yang disediakan untuk Duchess Jasmine Clair, Lianne mempersilakannya duduk di ranjang kayu kecil. Ia segera menuju sudut ruangan, di mana teko teh yang baru saja ia seduh masih mengepul hangat.
"Tunggu sebentar, Duchess. Saya akan menuangkan teh untuk Anda," kata Lianne dengan suara yang penuh kelembutan. Ia menuangkan teh panas ke dalam cangkir keramik sederhana, aroma harum bunga chamomile memenuhi ruangan. Kemudian, ia menyerahkan cangkir itu kepada Jasmine.
Duchess Jasmine Clair menerima cangkir tersebut dengan tangan yang sedikit gemetar. Saat ia meminum seteguk teh, kehangatannya menjalar ke tubuhnya yang dingin. Matanya perlahan mulai memerah, menandakan air mata yang hendak jatuh. Ia menyesap minumannya itu kembali dengan mata tertutup.
Duchess Jasmine Clair perlahan membuka mata, rasa sakit di punggungnya membuatnya mengerutkan dahi. Ia memandang sekeliling kamar kecil di gereja itu, penuh dengan perabot sederhana yang jauh dari kemewahan kediaman Duke Louise Clair. Jasmine menoleh ke arah pelayannya, Lianne, yang sedang merapikan meja di sudut ruangan.
“Anne...” suara Jasmine terdengar serak. “Kenapa punggungku terasa sakit dan perih? Dan... kenapa kita berada di gereja ini?”
Lianne menghentikan pekerjaannya dan menoleh. Ia ragu sejenak, lalu menjawab dengan hati-hati, “Duchess, punggung Anda sakit karena... cambukan dari Duke Louise. Beliau marah karena Anda mendorong Lady Cecilia Thorne saat pesta terakhir di kediaman keluarga Thorne.”
Jasmine menatap Lianne dengan mata membelalak. “Cambukan? Duke Louise mencambukku?”
Lianne mengangguk perlahan, suaranya sedikit bergetar. “Iya, Yang Mulia. Beliau mengatakan itu hukuman atas tindakan Anda yang dianggap tidak pantas. Dan mengenai gereja ini... kita berada di sini karena Duke menganggap Anda perlu merenungkan kesalahan Anda. Beliau tidak menyukai cara Anda berbicara dengan Lady Cecilia yang dianggap kurang sopan.”
Jasmine mengernyit, mencoba mengingat apa yang terjadi, namun ingatannya terasa kabur. “Merenung? Apa aku benar-benar melakukannya, Anne? Mendorong Lady Cecilia? Kurang sopan?”
Lianne mendekat, duduk di tepi ranjang Duchess Jasmine. “Duchess, apa Anda lupa? Anda terlihat sangat marah saat itu. Lady Cecilia, seperti biasanya, berusaha memprovokasi Anda.
Jasmine mendesah panjang, memijat pelipisnya. “Sepertinya aku memang lupa. Berapa lama kita sudah di sini?”
“Seminggu, Duchess,” jawab Lianne lembut. “Dan ini adalah hari terakhir kita. Besok, kita harus kembali ke kediaman Duke Louise Clair.”
“Baik, aku mengerti, Anne!” ucap Duchess Jasmine menganggukkan kepalanya.
Lianne menatap penuh harap ke arah Duchess Jasmine, suaranya sedikit gemetar saat ia memohon, “Duchess, saya mohon... jangan mudah terpancing oleh omongan Lady Cecilia lagi. Dia seperti rubah, licik, penuh tipu daya. Apa pun yang dia katakan hanya untuk memancing emosi Anda.”
Duchess Jasmine menghela napas panjang, memalingkan wajah ke arah jendela. “Anne, aku tahu Cecilia bukan wanita baik-baik. Baiklah aku mendengarkanmu.”
Duchess Jasmine menatap Lianne yang sedang kembali mengerjakan pekerjaannya disana, Sedangkan Duchess Jasmine merenung dan mengingat-ingat sejarah pelayannya yang bernama Lianne.
Lianne adalah seorang budak yang dibeli oleh Duchess Jasmine di pasar budak ketika Lianne berusia 10 tahun, sementara Jasmine saat itu baru berusia 8 tahun. Meskipun status awalnya adalah budak, Jasmine memperlakukan Lianne lebih dari sekadar pelayan.
Saat pertama kali bertemu, Duchess Jasmine kecil merasa kasihan melihat kondisi Lianne yang kurus, penuh luka, dan tampak ketakutan. Jasmine kecil memohon kepada ayahnya untuk membeli Lianne dan membawanya ke kediaman keluarga D’Orland. Sejak itu, Lianne dibesarkan di bawah asuhan keluarga D’Orland, diberikan pendidikan dasar, dan dijadikan pelayan pribadi Jasmine.
Lianne yang kini berusia dua tahun lebih tua dari Duchess Jasmine telah menjadi seseorang yang sangat setia pada majikannya. Ia memahami Duchess Jasmine lebih baik dari siapa pun, bahkan lebih baik dari keluarga atau suaminya sendiri. Sebagai pelayan pribadi, Lianne selalu berada di sisi Duchess Jasmine dalam suka maupun duka, meskipun sering merasa tak berdaya melihat penderitaan yang dialami majikannya setelah menikah dengan Duke Louise Clair.
Lianne memiliki sifat yang lemah lembut, penuh perhatian, namun juga berani ketika harus melindungi Duchess Jasmine. Ia sering memberikan nasihat kepada Duchess Jasmine agar lebih berhati-hati dan bijaksana, terutama dalam menghadapi intrik Lady Cecilia. Namun, sebagai seorang pelayan, Lianne hanya bisa melakukan sebatas kemampuannya tanpa melampaui batas statusnya.
Meskipun memiliki latar belakang yang berbeda, hubungan Duchess Jasmine dan Lianne sudah menyerupai hubungan saudara. Lianne selalu berusaha menjadi penopang dan penghibur bagi Duchess Jasmine di saat-saat sulit, sementara Duchess Jasmine menghargai kesetiaan Lianne lebih dari apa pun. Lianne adalah satu-satunya orang yang Duchess Jasmine percaya sepenuhnya di kediaman Clair.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!