NovelToon NovelToon

Mysterious Man

1

"Mika cepetan dong lama banget sih" kesal seorang gadis yang sejak tadi menunggu didepan pintu kelas

"Sebentar Ara, kayaknya Mika lupa bawa dompet"

"Araaaa!"

Teriakan Mika membuat Ara terkejut dan memutar bola matanya malas "jangan bilang dompetnya ada diatas meja"

Mika berjalan mendekati Ara dan bergelayut manja ditangan Ara "sekali lagi ya Ra, bayarin please, nanti gantian Mika yang traktir Ara"

"Yaudahlah ayo, Ara udah laper banget nih"

"Yang sampai terakhir dia yang pesan" tanpa aba-aba Mika berlari begitu cepat di koridor sekolah. Ara yang baru sadar langsung mengejar Mika

"Bay Mika" Ara melompati 3 anak tangga sekaligus tanpa perhitungan

Brakkk

"Araa"

"Aduh sakit sekali, kenapa sih muncul tiba tiba, Ara kan gada perhitungan" kesal Ara saat tiba tiba saja ada seseorang muncul dihadapannya, membuat Ara jatuh menabrak tubuh orang tersebut

"Jangan lari lari di koridor Dek!"

Ara diam mematung saat mendengar suara pria dihadapannya, pria tersebut berbicara tanpa nada dan ekspresi, membuat siapapun merinding ketika menatap matanya yang tajam

"Mampus kayaknya Ara nabrak monster es"

"Apa yang kamu katakan?" Tanya pria tersebut dengan nada dinginnya

Mika dengan cepat menarik tubuh Ara agar menjauhi pria tersebut. "Maaf ya Kak, Ara ga sengaja tadi, kita juga gak bakal lari larian lagi" Mika membungkukkan tubuhnya dan menarik tubuh Ara agar ikut membungkuk

"Ngapain sih Mik?" Bisik Ara

"Minta maaflah, kamu kan nabrak Kakak itu" jawab Mika dengan posisi yang masih membungkuk. Ara yang penasaran mengangkat kepalanya

"Monster es" ucap Ara dengan kembali menundukkan kepalanya

"Udahlah Van, kita gak punya banyak waktu ayo"

Ara dan Mika melihat kepergian kedua pria dihadapannya dan akhirnya mereka dapat bernafas lega

"Akhirnya pergi juga" Ara kembali berdiri tegak dan berjalan seperti niat awal yaitu pergi ke kantin

"Ara sih ngapain main loncat gitu aja"

"Ya Ara mana tau bakal ada orang"

"Araaaa Mikaaa"

"Mampus Ra, jelangkung dateng lagi" Mika memegang tangan Ara da merapatkan tubuhnya kearah Ara "Siap ya Ra kita pakai jurus kedua" bisik Mika

"Kaburrr" teriak keduanya dan berlari kencang

"Loh kok malah kabur sih"

"Salah Lo ngapain dipanggil dulu, jadi kabur kan"

"Aaarrgghhh tau lah, ayo kejar"

"Hufffttt cape banget"

"Kenapa sih tu dua curut selalu ngejar kita, kan serem banget" Mika bergidik ngeri ketika membayangkan wajah kedua pria yang baru saja memanggilnya

"Udah ah laper mending pesen dulu gak sihh?" Ara bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri salah satu warung yang ada disana

"Hai Ibu Ana yang paling cantik"

"Eh neng Ara tumben baru kesini, biasanya paling awal tuh"

Ara mencomot gorengan yang baru saja matang "Aduh panas Pak"

"Ya jelas panas atuh neng, orang baru mateng"

"Gak tau nih Ara gak jelas" Mika mengambil gelas dan membuat minumannya sendiri

"Bu tau gak?" Ara duduk dihadapan Bu Ana yang sedang menyiapkan pesanan murid lain

"Apa neng?"

"Ternyata yang kemaren nyamperin Pak Mamat tu istri keduanya" bisik Ara

"Ara ini pake sambel gak?" Tanya Mika yang sedang membantu Pak Asep menyiapkan pesanan mereka berdua

"2 sendok Mik" jawab Ara

"Yang bener Neng?"

"Ck bener Bu, sejak kapan coba Ara ngasih tau informasi palsu"

Bu Ana mengangguk kepalanya setuju dengan ucapan Ara, karena semua yang diucapkan Ara selalu benar "Gimana tanggapan istri pertamanya ya Neng, tu Pak Mamat kayaknya nikah lagi tanpa sepengetahuan istrinya"

"Nwah itwu Bwu.."

"Udah udah, makan dulu, ngomong terus ntar keselek, hobi banget gosipin orang" Mika memberikan semangkuk mie ayam dengan segelas jus mangga

"Kita nyari meja dulu ya Bu, nanti dilanjut lagi"

"Iyaa neng, besok harus lebih awal kesininya biar lama kita gosipnya"

"Siapp"

Ara dan Mika berjalan kearah sudut kantin dan mulai memakan makanan mereka

"Araa.."

"Mikaa.."

Ara dan Mika dengan kompak memutar bola matanya malas saat mendengar suara yang tidak asing

"Baru juga satu suap" ucap Ara dengan berbisik

"Mau pake jurus kedua lagi tapi perut masih laper nih Ra" bisik Mika

"Yaudah biarin aja deh, abisin Mik"

"Kalian kok diem aja sih?" Tanya Zio

Plakk

Mika memukul lengan Kenzo saat minumannya akan diambil begitu saja "Beli minum sendiri, jangan kebiasaan nyerobot punya orang, emang gada duit?" Ketus Mika

"Pake jurus kesatu ya Ra" bisik Mika. Ara diam dan mengedipkan matanya beberapa kali

"Kalian laper?"

"Oh jelas laper, kita belum makan apapun dari pagi" jawab Kenzo dengan semangat

Mika dan Ara kompak menggeserkan mangkuk mereka "makan aja ini, kita kenyang"

"Loh serius?" Tanya Zio tak percaya, pasalnya mereka berdua tau betul bahwa Ara dan Mika selalu menghindar saat akan didekati

"Serius cepet mau gak? Kalo gak mau gue abisin"

"Mau mau" dengan cepat Kenzo dan Zio mulai memakan mie ayamnya tanpa rasa jijik sedikitpun

"Ihh yayang Zio kok mau maunya sih makan bekas 2 bocah freak itu, jijik banget deh, sini biar aku beliin aja yaa"

"Ck mulai deh" Mika kembali memutar bola matanya malas saat melihat kedatangan orang yang begitu dibencinya

"Apasih? Gausah ngurusin hidup kita bisa gak?! Sehari aja jangan muncul dihadapan kita berdua!" Ketus Kenzo

"My honey Kenzo kok gitu sih" Ica duduk disamping Kenzo dengan memasang wajah cemberutnya

Ara dan Mika bergidik ngeri ketika melihat interaksi antara geng cewe pickme dengan para jelangkung

"Sekarang Mik" bisik Ara

"Bentar dulu, masih haus nih" Mika menyeruput jus jeruknya hingga habis tak tersisa

"YANG DIEM BAYAR!" Teriak Mika, dengan segera Ara menarik tangan Mika dan berlari kencang meninggal kantin, beberapa orang disana malah diam mematung termasuk 2 jelangkung dan juga geng cewe pickme

2

"Kamu pulang sama siapa Mik?"

"Biasa naik ojek, kamu pasti sama Liam kan?" Mika menggandeng tangan Ara dan berjalan keluar kelas

"Iya pasti sama dia, sama siapa lagi, kamu kan tau sendiri"

"Kenapa kamu betah banget sih sama dia? Padahal posesif parah, dah gitu toxic lagi, hubungan tidak sehat" Mika beberapa kali menggelengkan kepalanya saat ingat perlakuan Liam terhadap Ara

"Kamu kayaknya dipelet deh Ra"

"Kamu kayaknya dipelet deh Ra"

Ara berbicara bersamaan dengan Mika, mereka saling pandang dan akhirnya tertawa bersama

"Kamu kok tau sih Mika bakal bilang apa?" Tanya Mika. Ara memegang erat tangan Mika dan menatap lekat wajah lugu Mika "bukan sekali dua kali kamu bicara begitu Mik, bahkan hampir setiap hari"

"Ya kamu sih Ra, kayak kepelet sama tu tengik, kenapa sih mau aja sama dia, betah banget lagi 2 tahun, Mika udah sering kali bilang, dia gak baik buat kamu, sekarang kamu di kekang parah, kesini gak boleh kesana gak boleh sedangkan dia gak bisa nemenin kamu kemanapun, kamu kemana mana juga sendiri, bahkan buat naik motor sama Mika aja gak boleh" kesal Mika

"Udahlah Mik, mau gimana lagi, namanya juga cinta. Kalo kata Mamah Ara 'cinta tu bagaikan tai kucing rasa cokelat' yang artinya kita tu bener bener dibutakan oleh cinta"

Tukk!

Dengan santainya Mika mengetuk kepala Ara menggunakan botol plastik yang dipegangnya. "Jadi kamu mau aja gitu makan tai kucing?" Ketus Mika

"Ya gak gitu juga Mik, jijik banget" Ara bergidik ngeri saat membayangkan bagaimana jadinya jika dia memakan tai kucing yang begitu bau

"Ojeknya udah didepan, Aku duluan ya Ra"

"Okee hati hati dijalan" Ara melambaikan tangannya saat Ara sudah mulai berjalan menjauh

Ara memilih duduk di depan pos satpam dengan tangan yang sibuk mengutak-atik ponsel

Tin...Tin...

"Ara gue anter pulang ayo"

"Z-zio gak usah" Ara panik ketika Zio tiba tiba berhenti dihadapannya

Zio turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri Ara, menarik pelan tangan gadis itu

"Ayo Ra, disini panas banget, nanti Lo item"

"Ara udah ada yang jemput Zi, kamu duluan aja" Ara mencoba melepaskan genggaman tangan Zio tetapi lebih dulu ada seseorang yang menghentakkan tangan mereka berdua

"Ngapain Lo pegang pegang tangan cewe gue?! Lo juga jadi cewe gausah murahan, enak dipegang pegang gitu hah?!"

"Lo gapapa marahin gue, tapi gausah lo bentak bentak Ara, ini tempat umum, lo pacarnya atau bukan? Kasar banget jadi cowo!"

"Kak udah ayo kita pulang. Zio maaf ya" Ara dengan cepat menarik tangan Liam untuk pergi meninggalkan halaman sekolah, tetapi tangannya tertahan oleh Zio

"Lo pulang bareng gue aja Ra" ucap Zio dengan masih menggenggam tangan Ara, dan kedua kalinya Liam menghentakkan kasar tangan Ara

"S-sakit Kak" lirih Ara saat tangannya tak sengaja terbentur tembok karena hentakan yang begitu kuat

"Makanya jadi cewe gausah ke gatelan, dan buat lo!" Liam berjalan mendekati Zio dengan jari telunjuk yang menempel di dada Zio. "Gausah ngedeketin cewe gue, dia milik gue, punya harga diri sedikit jadi cowo, disini cewe banyak bukan dia doang. Dan sekali lagi gue liat lo nyentuh dia, habis lo ditangan gue" ucap Liam penuh penekanan dan berbalik dengan kembali menarik tangan Ara

"Gue gak takut sama lo, dan gue bakal buktiin kalo suatu saat Ara bakal bahagia tanpa lo, sialan lo!" Teriak Zio

"Kak udah" Ara menahan tangan Liam saat Liam hendak berbalik, dan segera mengajak Liam untuk segera meninggalkan area sekolah karena beberapa orang yang masih berada dilingkungan sekolah terus menatap kearah mereka dengan berbagai pandangan

"Lo suka disentuh sentuh gitu?!" Tanya Liam saat mereka sudah berada didalam mobil milik Liam

Ara hanya diam menunduk dengan tangan yang terus bergerak memainkan roknya

"JAWAB!" bentak Liam

"G-gak gitu Kak, Ara gak tau tadi tiba tiba aja Zio megang tangan Ara" jawab Ara dengan rasa takut

"Ck emang dasarnya murahan" gumam Liam yang masih terdengar jelas oleh Ara

Jleb...

Ara hanya bisa diam dengan menahan air matanya, walupun bukan pertama kalinya Liam bicara seperti itu kepada dirinya, tetapi tidak dapat Ara pungkiri bahwa hatinya benar benar sakit, saat ini rasanya Ara ingin melompat dari dalam mobil dan berlari menjauh dari Liam

20 menit perjalanan hanya ada keheningan dan rasa canggung, kini mobil Liam terparkir sempurna di depan rumah Ara

"M-makasih Kak, dan m-maaf" Ara segera turun dari mobil Liam dan berlari masuk kedalam rumah

"Loh udah pulang? Liam nya mana?"

"Gak tau Mah, Ara cape mau istirahat" Ara segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya

Brukk

Ara melemparkan tasnya keatas meja belajar dan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya

"Walaupun bukan pertama kali, tapi rasanya tetap sama aja, sakit" lirih Ara dengan mengusap air matanya

"Kenapa rasanya sangat sulit untuk ku membencinya, ya Tuhan sakit sekali, kenapa ucapannya masih terngiang ditelinga ku" Ara menutup wajahnya dengan bantal dan nangis tanpa menimbulkan suara

****

"Ara sayang"

Tok...Tok....

"Araaa"

"Eugh..." Ara mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengingat kembali apa saja yang baru dilakukannya

"Astaga Ara ketiduran, jam berapa ini" Ara segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu

"Kamu tidur ya?"

"Hehe iyaa Mah, ketiduran, gak sengaja" Ara hanya bisa cengengesan mendapati ibunya yang sudah bersidekap dada

"Kan Mamah udah bilang, kalo pulang langsung mandi, jangan dulu tiduran, lihat nih kasur kamu pasti banyak kumannya. Tas disimpen dimana aja kalo udah pakai langsung simpan ditempatnya, sepatu juga kamu gak masukin lagi ke rak, malah gitu aja didepan pintu" omel Ibu Ara

"Ara kamu denger Mamah gak sih?"

"Ah iya mah, Ara denger"

"Denger denger, kamu dengerin mamah masuk telinga kanan keluar telinga kiri, gak disimpen di otak, kalo Mamah udah gak ada kamu mau bagaimana? Coba belajar mandiri deh, kamu tu udah besar Ra, jangan selalu mengandalkan orang lain" Salma sibuk mengganti sprei dan merapihkan kasur Ara

"Mamah mulai deh, Ara gak suka ya kalo mamah bilang kayak tadi, Ara bakal selamanya sama Mamah"

"Makanya jangan selalu bikin Mamah kesel biar gak darah tinggi dan bisa berumur panjang"

"Iyaa Mamah sayang"

Salma berjalan kearah lemari dan mengambil satu buah handuk "sana mandi dulu, Mika udah nungguin tuh daritadi" Salma mendorong tubuh Ara untuk masuk kedalam kamar mandi

"Mika?"

3

"Mika?"

"Iyaa sayang, katanya mau ngerjain tugas kelompok di cafe Samantha"

"Astaga lupa" Ara segera berlari menuju kamar mandi dan bergegas membersihkan diri. Sedangkan Salma kembali menuju ruang tamu

"Maaf ya Mika nungguin Ara lama, dia ketiduran" Salma berjalan menghampiri Mika dan duduk tepat dihadapan Mika

"Ah gapapa kok Tante, lagian Mika juga datengnya lebih cepet kok, soalnya tadi Mika udah chat Ara tapi gak dibales nah Mika emang berfikir kalau Ara ketiduran"

"Yaudah sayang kalau gitu tungguin dulu Ara disini ya, Tante harus siapin makan malam buat Om Dika"

"Iyaa Tante silahkan, maaf ya Mika jadi ganggu Tante"

"Gapapa sayang, Tante tinggal dulu yaa"

"Iyaa Tante" Mika mengangguk dengan terus melihat kearah Salma yang mulai menghilang dibalik pintu dapur

Tak berselang lama Ara pun turun dengan tergesa gesa "Mika maaf ya nungguin lama, Ara tadi ketiduran" ucap Ara dengan penuh rasa bersalah

"Gapapa Ara, lagian temen temen yang lain juga belum pada dateng tuh" Mika menunjukan chat grup dan memperlihatkan beberapa anggota kelompok yang lainnya masih sibuk dengan urusan masing masing

"Yaudah mau berangkat sekarang?"

"Boleh tuh ayo"

"Mah kita berangkat dulu yaa" teriak Ara

"Hati hati sayang, jangan ngebut ya Mika bawa motornya, kalau nanti pulangnya takut biar Papah jemput"

"Iyaa Tante, Mika bawa motornya pelan pelan kok" jawab Mika sopan saat Salma tepat ada dihadapan mereka

"Yaudah kalian cepet berangkat, ntar malah kemaleman"

"Kita berangkat" ucap keduanya kompak dan mulai berjalan keluar rumah

"Kita berapa orang sih Mik lupa lagi?" Tanya Ara

"8 orang gitu, Mika juga kurang tau, coba liat di grup"

Ara mulai membuka ponselnya dan melihat anggota grup "9 orang ini Mik, satu lagi siapa ya, kok Ara gak save nomernya?"

"Hah?"

"Satu lagi ini siapa Mika?" Teriak Ara, karena mereka kini berada diatas motor yang memang mengganggu sedikit pendengaran

"Mika juga gak tau" jawab Mika dengan ikut teriak

"Yaudahlah gapapa nanti kita tanyain aja disana" Ara kembali memasukkan ponselnya kedalam tas

30 menit perjalanan akhirnya mereka sampai ditujuan

"Sorry guys, kita telat" ucap Ara dengan rasa tidak enak

"Gapapa Ra santai aja, kita juga baru sampe kok"

"Oh ya, ini di grup kita ada 9 orang, satu lagi siapa ya?" Tanya Mika

"Itu Ilham, dia gak kebagian kelompok makanya gue ajakin"

"Ohh oke, yaudah kita mulai aja"

Mereka mulai sibuk mengerjakan tugas. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam

"Beres juga, gilaa gak nyangka bisa beres sehari, nilai kita bakal gede nih" ucap Ara begitu antusias

"Keren banget kita, kelazzzz" Mika dan Ara saling bertos ria tanpa ada rasa malu karena menjadi pusat perhatian

"Ini nih yang bikin kita manggil kalian duo freak, sebenernya sih asik ya main sama kalian karena gak jaim, tapi sedikit malu maluin"

"Biarin lah malu maluin juga, kita sih gak maksa kalian buat mau temenan sama kita, iyakan Ra?" Mika menyenggol pelan lengan Ara dengan menaik turunkan alisnya

"Hmm benar sekali, jadi gimana mau temenan apa enggak?" Ara menatap satu persatu teman kelompoknya

"Yehh siapa juga yang gak mau, freak gini juga kalian paling pinter dikelas, dan menurut gue sih kalian positif vibes, bener gak temen temen?"

"Gue setuju sama Ilham"

Semua teman kelas Ara dan Mika memang mengakui bahwa keduanya memang pintar, hanya prilaku keduanya saja yang sedikit unik dan berbeda daripada yang lain

"Udah mau jam 11 nih, gue cabut duluan lah ya, nyokap gue nyariin nih"

"Malem Minggu juga, ngapain buru buru amat?" Tanya Mika

"Besok pagi gue harus nganter nyokap ke rumah sepupu, jadi harus tidur cepet"

"Kita kita juga duluan ya masih ada keperluan"

"Yaudahlah kalian semua balik aja, ntar dicariin mamih kalian, dan dimarahin karena pulang telat" ledek Ara

"Yeh dasar bocah" Tian yang merupakan ketua kelas dengan beraninya mengetuk kepala Ara menggunakan sedotan

"Kita seumuran jangan berlagak paling tua ya!" Ketus Ara

"Udah udah jangan mulai deh, Tian ayo buruan gue nebeng"

"Jangan balik malem malem, gak baik buat cewe, kita duluan" Tian menyambar kunci mobilnya dan segera berjalan menyusul yang lain.

Kini di cafe tersebut hanya tersisa beberapa orang termasuk Ara dan Mika

"Eh buset Ra, ini dibayar belom" Mika melihat meja mereka yang sedikit berantakan oleh gelas minuman dan juga beberapa piring cemilan

"Lah iya, pada pergi gitu aja, kayaknya kita ditipu sama mereka biar bayarin"

"Sialan emang" Mika dengan kesal berjalan kearah kasih dan menanyakan berapa jumlah pesanan yang harus dibayar

"Abis duit jajan sebulan, nyebelin banget sih" Mika kembali berjalan menghampiri Ara dengan mulut yang terus berkomat kamit mengeluarkan sumpah serapahnya

"Lo kenapa gak bilang gue hah?!"

"Ara udah bilang kan 2 hari yang lalu kalo bakal ada kerja kelompok"

"Lo belum dapet izin dari gue kenapa berani banget keluar gitu aja. Liat noh jam berapa? Kenapa masih belom balik sih! Lo mikir kagak, Lo tu cewe!"

Mendengar suara yang tidak asing, dengan cepat Mika berjalan menghampiri Ara dan merebut ponsel Ara begitu saja

"Orang tua Ara juga kagak ngelarang dia keluar, lo cuman pacarnya aja kenapa ngerasa lebih berkuasa, dasar manusia gila!"

Tutt...

Tanpa aba-aba Mika menutup telpon begitu saja, dan dengan kesal menyimpan ponsel Ara kedalam tasnya

"Ra please ya, stop untuk terus diatur atur sama Liam, kamu punya kehidupan sendiri, jangan takut untuk memberontak, bahkan orang tua kamu saja mengizinkan, dia cuman pacar, cuman pacar loh Ra, kenapa kamu jadi gini sih, kamu seakan boneka tau gak!"

"Gak tau lah Mik, Ara cape untuk bahas hal ini"

"Udah lah mending pulang aja, nginep dirumah Mika, biar Mika yang izin sama Tante Salma"

Ara hanya diam saja saat Mika menarik tangannya keluar dari cafe. Selama perjalanan pulang, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Ara maupun Mika, keduanya sama sama terhanyut dalam pikiran masing masing

"Ra udah sampe" ucap Mika saat mereka sudah sampai dihalaman rumah, Ara segera turun dan berdiri disamping Mika

"Mi"

"Hmm?"

"Mika"

"Hmm?" Mika hanya bergeming, dan fokus mengeluarkan bukunya dari dalam jok motor

"Mika Elena"

Mika menghentikan aktivitasnya dan berbalik menatap Ara. Dirinya sudah tahu jika Ara memanggil nama lengkapnya, maka ada hal serius yang akan dibicarakan

"Ara mau putus sama Liam"

Mika masih diam tak bergeming dengan mata yang sedikit menyipit mencoba mencerna kata kata Ara

"Mika dengerin Ara gak sih?" Kesal Ara karena sejak tadi dirinya merasa diabaikan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!