NovelToon NovelToon

Traditional Marriage

PROLOG

Tujuan Nyentana,

Meningkatkan kesatuan dan keharmonisan keluarga.

Menghormati perempuan sebagai pemilik hak waris.

Membangun hubungan yang erat antara keluarga.

Prosesi

Pemilihan pasangan: Keluarga mempelai perempuan memilih pasangan yang tepat.

Upacara pernikahan: Dilakukan di rumah mempelai perempuan dengan ritual Hindu.

Penerimaan: Mempelai laki-laki diterima sebagai anggota keluarga.

Kebiasaan

Mempelai laki-laki membantu pekerjaan rumah tangga.

Menghormati adat dan tradisi keluarga istri.

Mengikuti ritual keagamaan di rumah istri.

Sedikit pengenalan adat Nyentana di lingkungan Hindu Bali yang masih ada sampai sekarang. Oleh sebab itu banyak terjadi para istri yang tidak punya anak laki-laki, akan melakukan segala upaya supaya punya seorang putra untuk di wariskan harta dan kewajiban.

Sedangkan yang sudah terlanjur tidak punya anak laki-laki akan berupaya mengarahkan putri mereka untuk mencari suami untuk dinikahi.

*****

TERUSIR

Brukk!!

Arghhh...

Badanku jatuh terjengkang ke belakang di dorong oleh Cindy sel*ngkuhan Agung. Aku sekuat tenaga berusaha bangun. TIdak ingin terlihat lemah, walaupun tubuh dan bok0ng terasa sangat sakit.

Uhh...

Mataku membara saat menatap kedua orang yang berdiri angkuh di depanku. Agung Sagara, dia adalah tunanganku dan Cindy sel*ngkuhannya.

"Manusia s*mpah, kau cocoknya kembali ketempat asalmu!" teriak Cindy geram. Dia tidak terima saat aku menegurnya karena berani datang ke tempat ini dan mencuri laki-laki yang ingin aku nikahi.

"Aku tidak butuh dikomentari oleh pelak0r m*rahan seperti kau. N*jisss!. Kau teriak s*mpah kepada ku, sedangkan kau wanita daur ulang yang tak ada harganya." kataku dengan suara bergetar.

Wanita itu tambah marah dia maju dan ingin menj*mbak rambut ku. Tapi duluan Agung bertindak.

Plaak! Plook!

Tiba-tiba tamparan dari Agung melayang ke pipi ku. Laki-laki itu dengan beringas membela selingkuhannya. Sungguh Ironis Hatiku tersayat, sakit. Kemudian Agung memeluk Cindy didepan mataku berusaha membuat mata ku panas.

Aku punya harga diri, tidak mungkin memperlihatkan rasa cemburu dan sakit hati berlebihan.

Dengan sinis aku menatapnya tajam. Rasa perih menjalar ke keseluruh wajah, tapi lebih sakit hatiku.

"Kau menamparku gara-gara wanita ini?" kataku dengan suara bergetar.

"Karena mulut kau lancang. Beraninya kau menuduh calon istriku sehina itu. Asal kau tahu, aku lebih memilih dia daripada kau, dasar b4bu!" bentak Agung seraya memeluk Cindy. Duuhhh....

Cindy tersenyum penuh kemenangan, dia balas memeluk Agung dengan manja. Aku muak melihat pemandangan recehan di depan ku. Agung bergaya mesra sambil mengelus perut Cindy yang sedikit buncit.

"Itu kenyataan! apa sebutannya kalau ada j4l4ng merebut tunangan orang. Pelak0r! dan itu kau. Hanya wanita 4fkir yang tidak laku, yang bertingkah b*nal." telunjuk ku mengarah ke wajah Cindy.

"Aku bukan tunangan kau! Dan aku tidak mencintai kau. Aku lebih baik mati daripada jatuh cinta kepada perempuan seperti kau." bentak Agung marah.

"Dasar s*mpah! Kau pasti ngarep bisa tidur dengan Agung, hahaha....mana mungkin dia mau dengan b*bu. Makanya ngaca!!" ejek Cindy.

"Secuilpun aku tidak pernah berharap, semua ini karena ibumu. Kau pikir aku sudi dengan penc*ndang seperti dia...ciihhh..." aku menyahut lantang.

D4da ku sesak saking marahnya. Aku memang cepat emosi dan berani. Padahal sudah sering belajar Yoga, tapi melihat ketidak adilan, d*rah ku muncrat ke otak. Rasanya ingin makan orang.

"Pertunangan kita batal." teriakku kesal.

"Hahaha...itu sudah ada di agenda kami. Aku akan sangat puas melihat kau berada di jalanan sebagai pengemis. Kau cocok untuk itu, menjadi pemungut rongsokan." ejeknya sambil tertawa.

"Sayank, gimana kalau kita jadiin dia b*bu di rumah? sekarang mencari b*bu yang sedekil dia sangat langka, jadi kita bisa gratis tanpa harus bayar."

"Kau memang genius honey, dia tidak mungkin berani pergi, dia terlalu obsesi terhadapku. Mau makan apa di jalanan, rumah tidak punya, keluarga tidak punya, uang tidak punya...."

"Ciihhh!"

"Jangan terlalu somb0ng, nanti jatuhnya sakit! Aku tidak sudi bersatu dengan pec*ndang seperti kau." ucapku dengan kemarahan yang super.

"Jangan sok jagoan. Kau harus sadar diri. Tanpa aku, kau bisa apa, apakah kau bisa makan? Wajar aku sayang dan mencintai Cindy karena dia sering membantu dan selalu support aku. Sedangkan kau bisa apa?"

"Kerjanya menengadahkan tangan setiap hari lebih rendah dari pengemis dijalanan, hahaha.."

Cindy ikut menimpali, dia terlihat sangat senang dan merasa memenangkan cinta Agung. Aku malah semakin mu4k melihat kedua manusia itu. Mereka sengaja saling b*rpelukan serta b*rciuman di depanku.

Rasanya ingin menjambak rambut j4lang itu. Darahku meluncur naik ke otak. Hati terasa teriris, aku menahan air mata yang sedari tadi mendesak mau jatuh. Begini rasanya bertepuk sebelah tangan. bathin ku.

Akhirnya manik mataku m*nghujam ke satu titik. Aku sudah hilang kendali, tidak bisa menahan diri lagi.Tanpa mereka sadari kaki kiri ku melayang.

BRUGGG!!

Kedua manusia syet4n itu terpental tanpa terkendali saat tendanganku melayang mengenai tubuh mereka. Tidak rugi aku latihan Taekwondo.

"M*mpusss!"

"Aduhhh...."

Mereka berteriak kaget. Agung cepat meloncat bangun dan langsung mem*kul aku dengan membabi buta. Tanganku sibuk menepis pukulan lelaki itu.

"J*lang!! Beraninya kau menendang kami, sampai Cindy keguguran, aku bun*h kau!"

Teriakan Agung mengguntur, matanya merah dan melotot. Aku sedikitpun tidak gentar. Aku biasa berantem dengan pria jahil yang mencoba menggangguku.

"Aku tidak takut dengan ancaman kau, b*ncii!" sahut ku menyambut tangannya yang siap memukulku.

Agung cepat menarik tangannya takut di plintir. Kembali tend*nganku mendarat di pinggangnya. Dia cepat berkelit, tetap saja tubuhnya terhuyung.

"Sayank, perutku sakit...hiks..hiks..." rintih Cindy tiba-tiba penuh drama sambil memegang perutnya.

Agung berhenti memukul ku, dia menoleh ke arah Cindy dan membantu wanita itu berdiri. Agung menatapku sekilas dengan mata merah menahan marah. Dia mungkin sangat g*ram dengan ku.

"Scurity, tangkap perempuan ini, masukin ke gudang bawah tanah!" teriak Agung.

"Siap boss."

Mendengar perintah itu aku cepat berlari seperti kancil. Badanku yang kurus kering melayang ke luar. Semenjak aku berada di rumah Agung tubuhku yang sexy menjadi kurus, saking banyaknya tugas yang di bebankan padaku.

Aku terus berlari ke jalan raya. Agung aku dengar memaki ku sambil marah-marah.

Biasanya security itu hormat dan menurut padaku, karena aku tunangan Agung, tapi kini mereka berlomba mengejarku.

"Nona berhentilah, stop berlari. Jangan sampai kami memakai senjata untuk menangkap."

"Please nona, jangan buat masalah. Kalau nona tidak bisa saya tangkap, Tuan akan marah dan habislah riwayat saya."

Aku tidak peduli dengan teriakan kedua security itu. Tubuhku yang ramping begitu ringan melesat ke jalan raya. Aku bingung mau kemana. Tanpa uang dan hanya ada baju daster yang melekat dibadan.

Satu tanganku menarik naik ujung daster supaya gampang berlari, tidak peduli ada pejalan kaki melihatku. P4ha mulus ku menjadi pusat perhatian mereka.

Aku terus berlari, saat melihat banyak orang berkerumun dipinggir jalan, aku ikut gabung. Rupanya mereka sudah bersiap mau pergi. Mereka naik ke mobil masing-masing sambil menggerutu m4rah-m4rah.

Banyak sump4h serap4h terlontar dari bibir mereka. Sekilas aku mengerti bahwa mempelai wanita lari dengan selingkuhan. Dia kabur saat di jemput oleh mempelai lelaki ke rumahnya.

Aku yakin acara pernikahan batal. Aku mendengar keributan dan kem4rahan mereka. Aku jadi aman, tidak ada yang peduli dengan keberadaan ku.

Saat aku menoleh kebelakang. Security yang mengejarku sudah semakin dekat. Aku bingung, akhirnya menerobos masuk ke salah satu mobil yang pintunya masih terbuka. Aku melempar tub*hku ke jok mobil dan membungkuk supaya tidak dilihat oleh security.

"Tuan, tolong, aku mau ditangkap oleh dua orang j4hat." ucapku memohon.

Tanpa berpikir panjang kepalaku masuk menelusup ke jas laki-laki itu. Bau tubuh yang bercampur dengan wangi parfum membuat tubuhku merinding.

"Lancang kau, keluar!!"

Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari luar, ada tangan menarik kaki ku dengan kasar.

Tanganku reflex m*meluk pinggang lelaki ini dengan kencang. Untungnya orang ini tidak bergeming, membiarkan tingkah ku yang pasti sangat meny*balkan.

"Tuan, tolong, aku mau dib*nuh!" ucapku lirih sambil menangis. Walau tidak tau siapa pria ini, aku tetap memaksa supaya dia mau menolong ku. Aku sedikit egois dan sangat takut.

"Turun-turun dasar gemb*l." kembali orang yang menarik kaki ku berteriak.

******

Apakah laki-laki itu akan menyelamatkan Melody atau melepaskannya di jalan? Ikuti terus kisahnya.

DIPAKSA NIKAH

"Salomo, lepaskan kakinya. Tutup pintu mobil." perintah laki-laki itu kepada sopirnya.

"Baik, tuan."

Dadaku berdesir lega ketika mendengar suara berat laki-laki yang jas dan pahanya basah menampung air mataku.

Aku yakin pria ini berwajah kotak, keras, dengan rahang menonjol dan mata tajam seperti elang, serta hidung yang pasti mancung.

Pintu mobil ditutup dan mobil melaju pelan. Aku bersyukur merasa terbebas dari kejaran kedua suruhan Agung.

Aku belum berani bergerak, ketika sudah merasa agak jauh, wajahku menyembul dari balik jas pria itu, kemudian berusaha duduk setenang mungkin sambil menghapus air mata.

"Apakah kau m*ncuri sehingga di kejar oleh kedua scurity itu?" tanyanya sinis sambil membuka jas melempar ke jok belakang. Aku merasa bersalah, dia jij*k karena jas itu basah oleh air mataku. Cepat-cepat aku minta maaf.

"Maaf tuan aku mengotori jas mu." ucapku tergugu.

Hemm....

"Aku tidak biasa disentuh sembarang orang. Semoga saja kamu tidak berbuat kriminal yang berdampak kepadaku."

Aku terdiam. Malas menjawab omongan orang sombong. Dia merasa sudah kaya raya, baru naik mobil Alphard. Bathin ku.

"Apakah kamu pelak0r yang di tangkap istri majikan?"

Aku tersentak mendengar pertanyaan itu. Seolah laki-laki yang duduk disampingku ini mencurigaiku. Perlahan aku bergeser duduk, sungkan menatap wajahnya.

"Maaf tuan, aku tadi berselisih dengan calon suamiku, dia bers*lingkuh dan aku sempat mem*kul dan men*ndangnya. Mereka berdua j4tuh dan m4rah. Pasti dia ingin memb*nuhku." jawabku detail.

"Alasan kamuflase. Kenapa kamu harus berb0hong, tidak mungkin mereka jatuh gara-gara tend*nganmu. Lihat badanmu setipis triplek."

"Aku bukan orang yang senang mencari perhatian atau menjual kesedihan untuk mencari keuntungan. Aku tidak bohong." sahutku mulai merasa kesel.

Sekali lagi aku menoleh dan menatapnya dari samping. Buru-buru aku menghapus sisa air mata dengan ujung lengan baju.

"Sekarang banyak wanita mur4han yang senang menggaet laki-laki dengan berbagai cara."

"Aku tidak tahu tuan, yang jelas aku tidak seperti yang tuan pikirkan. Sebenarnya aku tidak senang membela diri memberi penjelasan. Terserah tuan menilai aku." sahut ku kesel.

Aku selalu jujur, kalau ada yang ngeyel, aku cepat naik darah. Mungkin karena aku anak bungsu yang dilatih mandiri dari kecil. Dan aku selalu serius orangnya.

Pria yang belakangan aku tahu bernama Arunakha Saloka tetap tidak percaya. Apalagi dia baru saja dikhianati oleh calon istrinya. Dia sakit hati dan menganggap semua wanita hanya mengincar kekayaannya.

Katanya dia sangat malu dan terpukul, calon istrinya kabur dengan laki-laki lain. Harusnya ia pulang membawa mempelai wanita, sekarang ia gigit jari. Kasihan.

Hari naas tidak ada di kalender. Saat ini ia kena apesnya. Menurut adat istiadat di Bali, mempelai lelaki datang menjemput mempelai wanita, tapi Arunakha sangat kecewa, karena mempelai wanita hilang dari rumahnya.

Tentu saja Arunakha tidak bisa berkutik dan menyalahkan orang tua si wanita. Orang tua mempelai wanita tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa menangis. Sungguh ironis!

Aku bisa membayangkan bagaimana malunya keluarga Harunakha sangat malu sekali, istilahnya rugi bandar, rugi segalanya. Apalagi tamu undangan sudah pada datang ke rumahnya.

Aku sendiri juga lagi apes berusaha tegar mencoba menenangkan diri. Aku menarik nafas dalam dan membuangnya kasar. Ujung mataku melirik Arunakha, dari tadi dia terlihat gelisah.

Nasibnya tidak beda denganku. Dikhianati oleh pasangan. Orang lain hanya bisa menepuk punggung kita dan berucap, "sabar, mungkin belum jodoh."

Aku menarik nafas panjang, menghalau sesak dihati, mencoba menerima keadaan. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi.

Tiba-tiba Arunakha menatapku, mata kami bersirobok. Sumpah, aku mengagumi wajah itu. Ganteng, dia tersenyum penuh arti.

"Ada apa?" tanyaku kaku dengan mata membulat penuh kegugupan.

Aku terpana dibuatnya. Lebih macho dari Agung. Penilaianku sepuluh aku sematkan untuk ke gantengan Arunakha.

"Siapa namamu?" tanya Arunakha dingin dan tetap memandang ke wajah ku.

"Melody."

"Kasta?"

"Maaf, aku tidak punya kasta, aku rakyat jelata yang lahir di Indonesia. Darah ku merah!" jawab ku kesel. Hari gini masih nanyain kasta. Peradaban sudah berubah, sudah modern, Gen Alpha.

"Heemm.."

Hening! Hanya suara nafas terdengar.

"Sekilas wajahmu cantik, manis dan percaya diri. Aku paling benci dengan wanita miskin sock suci dan somb0ng." sindirnya.

Laki-laki itu kembali berdehem, aku tidak tau apa maknanya. Terus terang aku tak peduli terhadap penilaiannya kepada ku. Bebas merdeka menilai orang. Masa bodoh!

Rasanya sudah kenyang menyamar jadi tunangan Agung yang dipaksakan. Penuh lika liku dan manipulatif.

Tinggal dirumahnya malah disuruh bekerja seperti b4bu. Mengurus ibunya yang stroke, kakaknya yang song0ng, adiknya yang pem4las, ponakannya yang hiperaktif. Aku seperti gangsing bekerja dari pagi sampai malam. Badanku yang montok berubah jadi kurus. Hanya satu yang bisa dibanggakan lepas dari rumah Agung yaitu Mahkotaku masih segel.

Sebenarnya Agung tidak salah memusuhi ku, karena dia merasa tidak level denganku. Coba aku memperlihatkan jati diri, mungkin dia mau menikahiku.

Gara-gara menyamar jadi orang miskin aku diperlakukan semena-mena oleh keluarga Agung.

Penyamaran itu kulakukan gara-gara orang tua ku, ingin cepat punya menantu. Aku pergi dari rumah menyamar jadi orang lusuh, miskin, untuk mencari calon suami yang siap nyentana.

Ketemu ibunya Agung, dia mengajak aku kerumahnya untuk disandingkan dengan Arunakha.

Kata ibunya dia ingin sekali punya menantu yang sederhana tapi bisa di suruh dirumah dan menemani dirinya yang sedang sakit.

Kenyataannya sungguh berbeda Agung tidak merespon dan malah dia benci padaku. Aku sering minta mundur, tapi ibunya sangat tergantung padaku.

Tapi syukurlah, aku tidak jadi menikah dengan Agung, padahal aku mulai ada hati padanya.

Lamunanku buyar kala mendengar suara dingin dari Arunakha.

"Kau sudah aku selamatkan, aku minta bayaran. Hutang nyawa dibayar nyawa."*

"Deggg!"

"Apa ini, terdengar horor."

Aku reflex menoleh menatap wajahnya dari samping. Mataku menelisik wajah tampan itu dengan seksama. Pasti orang ini Psychopath, bathin ku.

"Arunakha, kau betul-betul horor, Apa kau kanibal. Apa kau benar menginginkan nyawa ku?"

"Aku serius, kau tidak kenal aku?" Ucapnya dengan suara serak.

"Aku tidak peduli siapa kau, tadi aku minta tolong karena keadaan mendesak. Jadi berhentilah bercanda karena aku bukan wanita yang suka merengek dengan kaum lelaki."

"Aku telah menolongmu, sekarang kamu harus menolongku dengan pura-pura menjadi istriku. Aku mohon kamu bisa menutupi rasa malu yang kini menampar keluarga ku."

"Nah begitu dong, ngomong yang jelas, dari tadi muter-muter melulu. Tapi maaf aku tidak mau menikah dengan kamu, walaupun hanya pura-pura."

"Aku akan memberimu segalanya apapun yang kamu minta..."

"Aku mau menikah denganmu asal kamu mau nyentana. Aku anak bungsu tidak punya saudara laki-laki, makanya orang tua ku menyuruh menikahi laki-laki untuk disuruh "Nyentana". Jelasku.

Mendengar kata nyentana, Arunakha menautkan alisnya. Mana mungkin dia pergi dari rumahnya, meninggalkan orang tua, leluhur demi mengemban tanggung jawab di rumah orang lain. Apalagi gadis ini miskin. Pikirnya.

Tapi hari ini dia butuh seorang istri, untuk menutupi malu keluarganya.

⁹Aggrrhhh...

Arunakha sangat bingung. Akhirnya ia nekat menyetujui permintaan Melody untuk nyentana. Nanti tinggal mengusir dia dari rumah. Pikir Arunakha.

"Aku setuju nyentana, asal kamu sanggup mengikuti pernikahan dirumahku. Setelah tiga bulan aku akan pindah kerumahmu membuat pernikahan kedua." ucap Arunakha serius.

"Pernikahan itu sakral, kita tidak bisa sembarangan, keluargaku perlu datang dan dilibatkan."

"Tadi kamu bilang orang tuamu tidak ada, mereka di kampung, kita butuh tiga bulan saja untuk pernikahan kedua. Jangan banyak pertimbangan."

Aku terpaksa mengangguk, tidak tahu apa yang seharusọnya dilakukan. Lagipula aku rada takut dengan ancaman Arunakha.

"Tapi kamu harus membuat perjanjian, hitam di atas putih."

"Tidak usah banyak cincong, kita sudah sampai, kamu cepat-cepat berhias."

"Baik-baiklah..." sahutku nervous.

Tidak berapa lama aku disuruh turun dari mobil, oleh beberapa wanita yang memakai pakaian adat. Mereka memandangku sebelah mata, maklum aku terlihat lusuh.

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!