Novel ini adalah season kedua dari novel author "Aku kah Antagonisnya", jika ingin lanjut membaca boleh karena author tetap melampirkan ringkasan dari novel sebelum nya, tapi akan lebih baik lagi jika mampir ke novel sebelah sebelum nya biar lebih detail
Terima kasih ️️️
Beatrice tersenyum penuh kebahagiaan sambil menggandeng tangan sang ayah menyusuri lorong menuju altar pernikahan.
Ini menjadi hal terbaik dalam kehidupan nya baik sebagai Beatrice Winfrey Putri bungsu marquess Liam winfrey maupun sebagai Reina gadis modern yang meninggal kecelakaan dahulu.
Sudah hampir 18 tahun Reina terlahir kembali sebagai Beatrice winfrey dan dia menikmati setiap momen dalan hidup nya dengan penuh kebahagiaan.
Menjadi putri kesayangan sang ayah Liam Winfrey, menjadi adik kesayangan ketiga kakak nya, Bian Winfrey, Juan Winfrey dan Melissa Winfrey.
Serta memiliki dua sahabat terbaik yang berakhir menjadi kakak ipar nya. Katherine Wilis dan Mary Ann Allen. istri dari kedua kaka nya Bian dan Juan Winfrey
Kehidupan nya sempurna walaupun terlahir sebagai anak selir, tapi tetap saja tidak ada sesuatu yang benar benar sempurna, kesempurnaan itu di rusak oleh tragedi percobaan pembunuhan yang di alami nya saat berusia lima tahun oleh ibu tiri nya sendiri, Rosalia ibu kandung ketiga kakak nya.
Rosalia juga lah yang membunuh ibu kandung Beatrice Sofia dan adik Beatrice yang saat itu ada di dalam kandungan. Hingga saat semua terungkap ibu tiri nya itu di hukum dengan hukuman kurung di menara bangsawan selama 25 tahun lama nya.
Tidak hanya keluarga tapi juga percintaan, pertunangan nya yang gagal dengan pangeran ke tiga Allarick Hoffman hingga bertemu dengan cinta sejatinya, calon Archduke utara Sankara Estrillda, sosok tampan dengan tubuh tinggi semampai, rambut seputih salju dengan sepasang iris mata nya yang berbeda warna menambah ke tampan nya.
(Selengkapnya baca di novel pertama othor)
Katherine dan Mary Ann duduk di atas sofa besar di kamar Beatrice saat para pelayan sibuk mendandani Beatrice di hari paling spesial nya. wajah Beatrice yang sudah sangat cantik semakin mempesona setelah polesan make up sempurna menghiasi wajah nya.
Rambut perak nya yang ikal indah di tata dengan jalinan cantik dan rumit dengan di hiasi sebuah tiara indah yang datang dari utara, tiara itu adalah tiara resmi archduchess, sebuah tiara mewah yang bahkan jauh lebih mewah dari pada tiara marchioness yang di gunakan oleh sahabat sekaligus kakak ipar pertama nya, Katherine di hari pernikahan nya dengan Bian winfrey beberapa bulan yang lalu.
Tiara tiga tingkat dengan model seperti mahkota es yang berkilau di hiasi dengan berlian dan Aquamarine berwarna snow blue berpotongan asimetris seperti bongkahan es yang pecah tidak beraturan. Benar benar seperti bongkahan es, yang akan mencair jika terkena panas udara akhir musim semi tersebut.
Tiara yang amat sangat cocok untuk Beatrice seakan mahkota turun temurun dari keluarga Estrillda tersebut memang tercipta khusus untuk nya, Penampilan Beatrice sungguh seperti ratu es dengan mahkota es nya
Setelah selesai dengan riasan rambut dan wajah nya para maid membuka bridal robe penuh renda milik Beatrice dan mereka semua mulai memasangkan gaun pernikahan sang gadis.
Gaun pernikahan beatrice sangat berbeda dengan gaun di zaman itu yang berbentuk ball gaun mewah yang sangat mengembang.
Karena sudah memakai gaun seperti itu setiap hari nya, beatrice merasa sangat bosan, karena itu setelah diskusi panjang dengan butik mereka berhasil membuat mahakarya seindah itu, sebuah gaun mermaid yang membentuk lekukan indah tubuh hingga ke pantat, dari pantat ke bawah baru gaun itu mengembang besar dan panjang menyapu lantai di bagian belakang sepanjang satu meter.
Veil yang di pasang di bawah tiara es nya juga sangat panjang mencapai tiga meter dengan sulaman buatan tangan. Gaun nya penuh renda dan payet mewah buatan tangan dengan pengerjaan nya memakan waktu hingga tiga bulan lama nya.
Gaun pengantin Beatrice memiliki model off shoulder dengan lengan pendek dan pita besar di pinggang belakang.
"Bebe... kamu cantik sekali, gaun unik pilihan kamu benar benar sangat indah dan cocok sekali dengan mu, ide mu benar benar bagus sekali" ucap Katherine sambil menatap Beatrice sambil memutari adik ipar nya itu.
"Benar kah? aku pikir kamu akan bilang kalau gaun aku aneh... kan kamu selalu saja ngomel saat melihat model pilihan aku dulu" sungut Beatrice saat mendengar ucapan Katherine.
"Tapi benar saat kamu menggambar nya dulu konsep nya benar benar aneh, untung saja designer kita sangat hebat hingga bisa membuat gambar kamu menjadi gaun seindah ini" ucap Katherine.
"Iya gambar ku memang jelek" ucap Beatrice dengan bibir yang semakin runcing karena ucapan sang kakak ipar.
"Udah... berhenti berdebat kita harus memilih kalung untuk Bebe, Kate. coba lihat leher nya terlalu kosong" ucap Mary Ann mencoba menengahi perdebatan kedua gadis tersebut.
Kate membuka semua kotak beludru berisi koleksi perhiasan Beatrice mencoba mencari kalung yang cocok dengan mahkota yang di gunakan gadis itu.
"Tok... tok... tok..." pintu kamar yang di gedor dari luar membuat mereka saling pandang, Mia pelayan pribadi Beatrice dengan cepat membuka pintu kamar yang tertutup rapat.
"Tuan besar..." sapa Mia saat melihat siapa yang berdiri di sana.
"Ayah... ayo masuk" ucap Beatrice saat melihat sang ayah.
"Ayo keluar dulu," kepala maid memerintah kan semua pelayan yang sedari tadi mendandani Beatrice untuk keluar dari kamar.
Dengan teratur semua pelayan keluar.
"Kami juga keluar dulu ayah banyak yang harus kami persiapkan di lokasi pesta kami juga harus menyambut tamu juga" pamit Katherine.
"Baik terima kasih kate.. Ann.." ucap Liam sambil melangkah masuk ke dalam kamar Beatrice yang sudah kosong.
"Ayah lihat kamu masih belum memilih kalung yang akan kamu pakai sayang..." ucap Liam saat melihat beberapa kotak perhiasan Beatrice yang terbuka tapi lehernya masih kosong.
Liam mengeluarkan sebuah kotak beludru hitam dari balik jubah nya dan menyerahkan nya pada Beatrice.
"Apa ini ayah?" hanya Beatrice sambil menerima kotak tersebut.
"Jika kamu mau kamu boleh memakai itu, itu adalah perhiasan pertama yang ayah belikan untuk ibu mu Sofia, dan kalung yang dia pakai di hari pernikahan kami," terang Liam
Mendengar itu ekspresi Beatrice tampak terkejut sekaligus bahagia, Beatrice tidak mengenal ibu kandung nya, karena beliau sudah meninggal Saat dia merasuki tubuh Beatrice yang asli tapi entah kenapa mendengar ayah membahas sang ibu tanpa di minta membuat kebahagian membuncah di dada.
"Ini milik ibu yah?" tangan Beatrice yang di jawab dengan anggukan dan senyuman kecil oleh sang ayah.
Bergegas Beatrice membuka kotak tersebut, satu set perhiasan mewah terdapat di dalam kotak tersebut, kalung bertingkat tiga, anting panjang dan sebuah gelang mewah.
"Ayah ini sangat indah, apa benar ini milik ibu? apa aku boleh meminjam nya ayah?" tanya Beatrice.
Liam tersenyum sambil melangkah mendekati sang putri mengambil kalung dari kotak dan menempelkan nya di leher sang putri.
"ini bukan ayah pinjam kan sayang, ini adalah hadiah pernikahan buat kamu... apa kami suka?" tanpa Liam sambil memakaikan kalung tersebut pada leher Beatrice.
kalung nya yang sangat dingin menjadi pertanda entah sudah berapa lama kalung itu tak lagi menghiasi leher seseorang.
"Benarkah?" tanya Beatrice dengan ekspresi terkejut.
"Tentu saja..." ucap Liam.
"Terima kasih banyak ayah," ucap Beatrice dengan mata berlinang, tangan mengusap lembut kalung sang ibu yang
menempel di leher nya.
***
Beatrice berjalan menyusuri lorong panjang yang di alas dengan karpet bulu tebal yang terhampar dari rumah menuju tepi danau buatan di mana di buat sebuah kanopi bunga indah tempat dia dan Sankara akan mengucap kan janji pernikahan.
Gadis itu berjalan bersama sang ayah dengan tangan kanan nya berada dalam genggaman sang ayah.
"Kamu siap?" tanya Liam lembut
Beatrice mengangguk dengan pasti sambil melangkah dengan langkah kecil menyusuri lorong panjang tersebut
Di kiri dan kanan karpet para tamu undangan sudah duduk di atas kayu berpotongan asimetris tapi sangat estetik, wajah para tamu terlihat sangat terpesona dengan konsep yang di pilih oleh beatrice.
Mungkin karena di zaman itu orang menikah dalam gedung mewah atau aula mansion belum ada konsep pernikahan outdoor dengan konsep rustic maka nya pernikahan Beatrice menjadi konsep baru bagi para bangsawan kelas atas.
Karena masih sore, lampion yang bergantungan masih belum di hidupkan, lampu kristal dengan lilin sebagai sumber cahaya juga belum di hidupkan.
"Wah coba lihat gaun lady Winfrey... Sangat indah, belum pernah sekalipun aku melihat gaun seindah itu dengan model sangat berbeda tersebut" ucap para tamu
"Benar, tidak hanya pengantin nya yang unik, konsep pernikahan nya juga sangat berbeda" ucap yang lain dengan nada takjub
"Aku lebih terkejut lagi ternyata bagian belakang mansion Winfrey seindah ini"
Nada takjub dan terpesona terdengar dari mulut pada tamu.
Beatrice yang mendengar bisik bisik para tamu tersenyum senang, karena hasil karya nya sangat berhasil, para tamu terlihat terpesona dengan pernikahan nya.
Perhatian Beatrice pada para tamu berakhir saat tatapan nya akhir nya berhenti pada sosok jangkung yang berdiri menunggu nya di bawah kanopi bunga mawar rambat.
Wajah beatrice memerah karena malu, dada nya berdebar cepat dan tangan berkeringat dingin karena nervous, semakin langkah mereka mendekat.
"Tangan kamu dingin sayang" goda Liam dengan suara kecil
"Ayah jangan bilang, aku jadi semakin nervous" bisik beatrice sambil meremas tangan sang ayah.
Liam tertawa kecil melihat reaksi sang putri.
Sesungguh nya dia belum sanggup kehilangan sang putri dan tinggal terpisah dengan sang putri dengan jarak sejauh itu, tapi melihat antusias dan kebahagiaan sang putri Liam mencoba berdamai dengan hati nya, apa lagi dia tau calon menantu nya adalah pemuda yang baik dan tidak pernah punya skandal, berbeda dengan pemuda pilihan nya dulu yaitu Allarick pangeran ke tiga kerajaan.
Saat jarak mereka tinggal lima meter lagi pandangan kedua pasangan kasmaran tersebut saling terkunci penuh makna.
seakan cinta mereka meruap keluar dari mata mereka yang saling tatap.
Saat sampai di depan kanopi dengan atap bunga, berpanggung rendah pasangan ayah dan anak itu berhenti, Sankara turun dari panggung sedikit membungkuk pada Liam yang akan menjadi ayah mertua nya, setelah itu dia menjulurkan tangan nya pada Liam dengan hormat.
Liam menjulurkan tangan nya yang menggenggam nya tangan sang putri dan meletakkan di atas tangan Sankara yang terjulur.
"Archduke muda, Bebe adalah Jantung hati ku, putri kesayangan ku dan dan belahan jiwa ku, aku sudah menjaga dan mencintai sepanjang hidup nya, tidak pernah aku izinkan rasa sakit mendekati nya apa lagi sampai menyentuh nya, saya mohon tolong jaga putri kesayangan saya, jangan sampai dia mengenal air mata, Saya titip dia dengan penuh kepercayaan kalau anda bisa menyayangi nya dengan cara anda" ucap liam pada Sankara panjang lebar.
"Tuan marquess anda bisa mempercayai saya, saya akan mencintai, menyayangi dan menjaga Bebe dengan cara saya. Saya tidak akan memberi nya kesempatan untuk mengeluh, karena hari hari nya akan penuh dengan cinta dan kebahagiaan" ucap Sankara
Kata kata calon menantu nya itu entah kenapa membuat dada Liam terasa sangat lega, rasa tersumbat yang beberapa hari terakhir seakan menyumbat jalur nafas nya kini tak lagi terasa.
Lega...
Bahagia
Dan sedih di saat yang sama..
Mungkin itu kata yang paling cocok me dengan kondisi nya saat ini.
Perlahan Liam melepaskan tangan nya dari tangan sang putri yang sudah dia letakkan di atas tangan yang di pilih sendiri oleh sang putri, tangan yang sebenar nya sudah lama dia percayai.
Sankara lalu menggenggam tangan Sang kekasih lalu dengan penuh perhatian Sankara membantu Beatrice untuk naik dan berdiri berhadapan dengan kepala biro pernikahan yang telah menanti mereka.
***
Setelah acara pernikahan yang panjang dan penuh keromantisan serta kebahagiaan langsung di sambung dengan perpisahan yang dramatis.
Beatrice Winfrey yang mulai hari ini bernama Beatrice Estrillda akan di boyong oleh suami nya menuju wilayah utara, wilayah Archduchy Estrillda yang setengah tahun nya di dominasi musim dingin dan Salju.
Perjalanan jauh menuju utara memiliki dua rute, rute pendek yang jalan nya membelah hutan dan gunung terjal yang jalan nya sedikit kecil dan curam serta rute memutar yang melewati jalan normal yang melewati daerah pesisir.
Jika melewati rute singkat waktu yang mereka butuhkan sekitar sepuluh hingga dua belas jam perjalanan tanpa berhenti dengan kereta kuda, Sedangkan jalan pesisir yang akan melewati beberapa kota akan memakan waktu hingga dua hingga tiga kali lipat dengan kereta kuda.
Karena Sankara membawa pulang sang istri untuk pertama kali dia memilih menggunakan rute panjang selain karena jalanan nya lebih aman dari bandit dan serangan binatang liar pemandangan melewati pesisir jauh lebih indah.
Sankara ingin perjalan menuju utara akan terasa menyenangkan dan berkesan buat sang istri karena itu dia memilih perjalanan melewati pesisir.
Karena itu rombongan mereka akan berbagi jadi dua bagian, jalur panjang untuk Sankara dan jalur pendek untuk Sang kakek, Archduke Estrillda saat ini. Satu satu nya keluarga nya yang tersisa.
Karena urusan di utara yang tidak bisa di tinggalkan terlalu lama Arcduke memilih jalan pendek bersama setengah pasukan dan setengah pasukan lain akan mengawal calon penerus Archduke dan Arcduchess melewati jalan pesisir.
"Bebe... Ayah akan sangat merindukan mu, jika nanti kamu tidak terlalu sibuk pulang sesekali dan kunjungi ayah, Setelah Melissa kakak mu menjadi putri mahkota dia semakin susah untuk mengunjungi kita, dan kamu putri ayah yang tersisa juga harus pergi ke utara" ucap Liam Winfrey sambil memeluk tubuh yang putri dengan sangat erat seakan enggan untuk melepaskan nya.
"Ayah, wilayah Esttrillda di utara tidak terlalu jauh, kita akan sering bertemu dan berkirim surat, ayah pun bisa mengunjungi ku kapan saja, aku dan kak Melissa hanya pindah rumah ayah, tapi kami masih tetap putri ayah," ucap Beatrice sambil membalas rangkulan sang ayah tak kalah erat nya.
Setelah sang ayah giliran kedua kakak nya memeluk tubuh mungil sang gadis.
Bian dan Juan Winfrey memeluk Beatrice tanpa sepatah kata apapun ketiga nya larut dalam kehangatan yang menengkan.
"Kakak jaga ayah ya, perhatikan makan nya, jangan sampai lambung ayah bermasalah lagi karena telat makan," ucap Beatrice lirih suara nya bergetar menahan tangis yang hampir saja tumpah.
"Kamu nggak usah khawatir kami akan menjaga ayah" ucap Bian dengan lembut.
Saat memeluk ketiga pria kesayangan nya Beatrice masih sanggup untuk menahan tangis nya, tapi entah kenapa melihat kedua sahabat yang sudah beralih status menjadi kakak ipar tangis Beatrice ikutan pecah.
Katherine dan Mary Ann adalah sahabat yang selalu ada untuk nya dari dulu, selalu menemani Beatrice dalam kondisi apapun. Dan Sekarang kepada kedua sahabat nya itu lah Beatrice menitipkan keluarga kesayangan nya, ayah dan kedua kakak nya akan Bali baik saja dengan ada nya kedua gadis tersebut.
"Aku titip kan keluarga Winfrey pada kalian berdua, dengan kalian yang menjadi nyonya rumah rasa nya aku sangat lega, aku mempercayai kalian berdua dari hati ku," ucap Beatrice dengan suara terisak.
"Kamu Nggak usah khawatir Bebe, kami berdua berjanji akan menjaga keluarga kita dengan baik" ucap Katherine.
"Juga jaga keponakan ku ya serta jaga diri kalian yang akan menjadi ibu. Jangan lupa kirimi aku surat, kabari aku bagaimana keadaan kalian semua" ucap Beatrice.
Ketiga nya berpelukan sambil menangis. Sankara berjalan mendekati mereka dan memegang bahu sang Istri dengan lembut.
Saat melihat sang suami Beatrice melepaskan pelukan nya dari kedua kakak ipar nya dan beralih ke pelukan sang suami.
"Ayah, kami akan berangkat tolong restu perjalanan kami, kami akan rutin mengirimkan surat untuk memberi kabar," ucap Sankara pada Liam Winfrey dengan nada hormat, walaupun secara status kebangsawanan Archduke memiliki status yang lebih tinggi dari pada mertua nya yang seorang Marques tapi sebagai seorang menantu Sankara tetap menghormati ayah kandung istri nya tersebut.
"Yang mulia Archduke muda Estrillda, saya akan berbicara sebagai mertua mau, Sankara sekali lagi tolong jaga putri bungsu ku, anak kesayangan ku, buah hatiku, aku menitipkan nya pada mu, cintai dia sangat banyak hingga dia tidak lagi merindukan cinta ayah dan saudara saudara nya, jangan biarkan dia kesepian di sana, bantu dia dan beri dia waktu beradaptasi dengan wilayah baru" ucap Liam sambil menepuk bahu menantu nya tersebut.
"Tentu saja ayah, ayah tidak usah khawatir, aku tidak akan membiarkan ayah mengeluh pada ku" ucap Sankara.
"Kita berangkat?" tanya Sankara pada Beatrice yang di jawab dengan anggukan kepala oleh gadis tersebut.
Sankara menggandeng Beatrice menuju kereta kuda mewah besar dengan jendela kaca besar.
Sankara membantu sang Istri naik dan duduk dengan nyaman.
Tak lama iring iringan rombongan Archduke Estrillda berlalu meninggalkan mansion Marques Winfrey, dengan membawa anak bungsu keluarga tersebut.
Rombongan mereka terdiri dari para ksatria berkuda satu kereta kuda besar buat Sankara dan Beatrice, Satu kereta barang yang berisi segala barang milik Beatrice seperti gaun mewah, peti perhiasan, sepatu dan tas tangan buatan boutique mewah langganan Keluarga Winfrey yang di pesan khusus oleh sang ayah.
Tak lupa satu peti berisi "uang jajan" untuk sang anak.
Liam sengaja membekali sang putri dengan kereta kuda penuh barang mewah tersebut sebagai harga diri dan kehormatan sang gadis yang akan datang ke rumah mertua nya.
***
Air mata Beatrice mulai mengering dan dia mulai tertidur di pelukan hangat sang suami.
Setelah tujuh jam perjalanan dengan dua kali istirahat, mereka di sambut oleh udara panas dan kering serta berbau garam, samar samar telinga Beatrice Mendengar suara deburan ombak di kejauhan.
Beatrice membuka gorden yang menutupi jendela kaca besar di samping nya, saat di buka dia di sambut dengan cahaya matahari yang menyilaukan, karena udara di dalam kereta mulai pengap, Beatrice membuka jendela kaca tersebut, hingga udara kering masuk memenuhi kereta mereka.
"Kita di mana?" tanya Beatrice pada sang suami dengan suara serak karena terlalu banyak menangis.
"Kita di wilayah oceanland, wilayah laut terbesar di kerajaan kita, wilayah yang berbatas lautan langsung dengan kerajaan Tigria." terang Sankara dengan lembut.
"Kerajaan yang berhasil berdamai dengan kerajaan kita berkat putra mahkota Arthur" sambung Sankara.
Beatrice mengangguk, dia ingat dulu sebelum menikahi kakak nya Melissa Winfrey Pangeran pertama yang sekarang bergelar putra mahkota Arthur Hoffman sempat tinggal lama di kerajaan Tigria dalam rangka perdamaian dari perang dingin dan menjalin kembali kerja sama ekonomi yang sempat terputus.
Dan kerja keras Pangeran pertama di hargai oleh seluruh rakyat.
"Aku belum pernah ke sini, karena ayah tidak mengizinkan, aku tidak tau ternyata wilayah ini sangat indah," ucap Beatrice.
"Mau tinggal di sini sehari? Ada sebuah penginapan indah di sini, letak nya ada di pesisir pantai, pemandangan indah matahari terbenam." ucap Sankara.
"Apakah boleh?" tanya Beatrice.
"Tentu saja" jawab Sankara dengan cepat.
"Iya aku mau" ucap Beatrice dengan cepat, rona wajah nya yang tadi sendu berubah menjadi ceria dan bahagia.
***
Sebuah penginapan di pinggir pantai menjadi pilihan Sankara untuk memanjakan sang istri, pantai itu sangat indah, dan bersih. Laut biru dengan langit biru jernih terlihat menyapu di ujung cakrawala.
Pasir putih yang berbutir halus di sepanjang pantai berombak besar terasa sangat lembut di kaki Beatrice yang berjalan di sana tanpa alas kaki.
Sankara berjalan di sisi sang Istri dengan langkah kecil, sesekali kaki mereka di cium oleh air saat ombak pecah di bibir pantai.
Tangan kedua nya menyatu seakan tidak terpisahkan. Mia satu satu nya pelayan yang di bawa oleh Beatrice dari rumah orang tua nya berjalan sekitar 20 meter di belakang mereka bersama dua ksatria.
Mia berjalan sambil menenteng sebuah keranjang piknik dan tas kecil berisi sepatu tuan dan Nyonya nya.
Saat mereka berjalan tiba tiba saja kaki kanan Beatrice terperosok ke dalam sebuah lubang, untung saja dengan cepat Sankara menahan tubuh nya hingga dia tidak sampai terjerembab mencium pantai.
"Kenapa sayang?" tanya Sankara melihat wajah Beatrice yang meringis.
"Sakit..." Bukan nya menjawab Beatrice malah semakin meringis dan terlihat hampir menangis.
Dengan cepat Sankara mengangkat tubuh sang istri dan berjalan cepat menuju deretan pohon rindang di pinggir pantai dan mendudukkan sang Istri di sana.
Mia dan kedua ksatria yang tadi nya berjalan dengan santai berlari dengan cepat mendekati mereka berdua.
"Ada apa yang mulia?" tanya salah satu ksatria.
"Seperti nya kaki nyonya keseleo, kita batalkan dulu piknik nya, kita kembali ke penginapan." putus Sankara.
"Baik yang mulia" jawab mereka.
Karena rasa sakit nya yang tajam akhir nya air mata lolos juga dari marah abu abu muda sang gadis, walaupun dia sudah berusahan menahan tangis nya
"Apa sakit sekali?" tanya Sankara
Beatrice yang sedang berada di dalam bopongan sang suami hanya mengangguk.
Beatrice mengalungkan tangan nya di leher Sankara dan menyembunyikan tangis nya di cerukan leher sang suami.
Sankara mempercepat langkah menuju hotel. Dia sedikit menyalahkan diri nya sendiri karena tidak melihat jalan di sana, dia terlalu fokus pada kecantikan sang istri dan melupakan hal lain nya.
"Harus nya aku membawa dokter mansion dalam perjalanan ini, kita tidak tau apa yang mungkin terjadi selama perjalan" ucap Sankara lirih.
"Tanya kan pada pengelola Penginapan apa ada dokter di penginapan mereka? Kalau tidak tanya kan di mana dokter terdekat" perintah Sankara pada salah satu ksatria nya.
"Baik yang mulia" ucap nya dengan cepat.
Sesampai nya di kamar yang mereka sewa Sankara meletakkan Beatrice dengan hati hati di atas ranjang.
"Maaf sayang, aku tidak memperhatikan jalan yang akan kita tempuh hingga kamu jadi celaka Seperti ini ucap Sankara dengan nada bersalah.
"Tidak suami ku, ini semua kecelakaan, ini bukan salah siapa siapa, bukan salah kamu ataupun salah ku" ucap Beatrice.
Walaupun rasa sakit nya tidak berkurang tapi Beatrice berhasil menenangkan diri nya mencoba menyesuaikan diri dengan rasa sakit yang tajam tersebut.
Sankara berjalan menuju kaki Beatrice dan menyingkapkan sedikit rok nya nya lembab bekas kena air laut. Alangkah terkejut nya Sankara saat melihat kaki Beatrice, hanya dalam hitungan menit kaki Beatrice sudah sangat bengkak dan berwarna kebiruan.
"Tok tok tok... Yang mulia dokter sudah datang" samar samar suara Mia terdengar memberi tau tentang kedatangan dokter.
"Masuk..." perintah Sankara dengan lantang.
Mia mendorong pintu kamar dan mempersilahkan seorang pria setengah baya masuk ke dalam kamar paling mewah di penginapan tersebut.
"Dokter ayo cepat masuk, tolong periksa kaki istri saya, Kenapa kelihatan nya sangat parah" ucap Sankara.
"Baik yang mulia" jawab nya sambil berjalan menuju ranjang.
Oleh para ksatria sebelum nya dia sudah Di beri tau kalau akan mengobati istri archduke muda Estrillda membuat dokter itu sedikit gugup.
"Maaf nyonya saya akan memeriksa kaki anda" ucap dokter tersebut sebelum menyentuh kaki Beatrice.
"Silakan dok" ucap Beatrice lembut.
Sankara membantu dokter itu menyingkapkan kan sedikit rok sang istri, dokter itu duduk di atas kursi dekat ranjang yang di ambilkan oleh Mia.
Dengan lembut dia menekan kaki Beatrice untuk melihat apa yang terjadi.
Tapi sentuhan lembut itu sudah membuat suara teriak tertahan keluar dari mulut Beatrice dengan cepat Sankara memeluk sang Istri.
"Apa kau tidak bisa sedikit lebih lembut? Istri ku sangat kesakitan" bentak Sankara dengan penuh amarah.
"Maaf yang mulia saya harus menekan nya, juta harus mencari tau apa ini hanya keseleo atau patah tulang, kalau patah tulang nyonya harus di operasi atau pelurusan secara manual dan rasa nya akan sangat sakit. Tapi jika keseleo kaki nyonya hanya harus di balut dan dan di kompres dengan air dingin untuk mengulangi efek bengkak nya" ucap dokter tersebut menjelaskan dengan sabar.
Walaupun baru saja di bentak oleh Sankara tapi tidak ada kemarahan dalam suara, suara nya tetap lembut dan memenangkan.
"Dan bagaimana cara nya untuk mengecek hal itu patah atau keseleo?" tanya Sankara. Nada amarah dalam suara nya mulai mengecil.
"Saya harus sedikit meraba sumber sakit nya tuan, memang akan sangat sakit bagi nyonya, tapi hanya beberapa detik saja" ucap dokter tersebut.
Sankara sedikit berfikir, dia Benar benar tidak sanggup melihat sang istri kesakitan, setiap jeritan Beatrice serasa merobek robek jantung nya.
"Lakukan saja dokter" ucap Beatrice lirih.
"Bebe tapi ini akan sakit sekali" ucap Sankara
"Tidak apa apa suami ku,aku akan mencoba menahan nya, lakukan saja dan biarkan aku berteriak" ucap Beatrice.
Sankara terdiam sebentar dan saat melihat keyakinan di mata Beatrice dia pun akhir nya setuju.
"Ayo peluk aku,Jika sakit nya tidak tertahankan kamu bisa menggigit bahu ku, tidak apa apa" ucap Sankara.
Beatrice menghela nafas lalu memeluk sang suami dengan erat menyembunyikan wajah nya di ceruk leher Sankara
"Lakukan dok" ucap Beatrice, Sankara bisa merasakan kesakitan dan ketakutan Beatrice dari tubuh nya yang gemetar.
Dokter mulai menekan kaki Beatrice dan sedikit memutar nya membuat pekikan menggelegar dari mulut Beatrice di sertai dengan air mata.
Dokter tidak bohong, memang hanya beberapa detik tapi rasa sakit yang di rasakan Beatrice sungguh sungguh sangat sakit.
Tangis nya pecah walaupun dokter sudah tidak lagi memegang kaki nya.
Sankara memeluk nya dengan lembut dan mengusap punggung nya berharap bisa mengurangi rasa sakit nya.
Perlahan tangis nya mulai reda, Sankara lalu merebahkan kembali Beatrice ke ranjang.
"Bagaimana dok?" tanya Sankara.
"Kita cukup bersyukur yang mulia, kaki nyonya hanya keseleo,kita hanya perlu membalut nya, dan mengompres dengan air dingin untuk mengulangi bengkak," ucap dokter tersebut.
Wajah Sankara terlihat sangat lega, dokter mengeluarkan sebuah kain elastik dalam posisi tergulung dari dalam tas nya.
"Apa kau pelayan nyonya?" tanya dokter pada Mia
"Iya tuan dokter" jawab Mia.
"Kompres kaki nyonya 4 sampai lima kalian sehari sampai bengkak nya berkurang, saya juga akan mengajar kan pada mu bagaimana cara memasang kain ini pada kaki nyonya." ucap dokter.
"Ajar kan pada saya saja dokter, Biar saya yang memasang kan kain itu" ucap Sankara.
"Tidak apa apa suami ku, biar Mia saja" ucap Beatrice
"Tidak mau, Biar aku saja Bebe," rajuk Sankara.
"Bagaimana kalau anda juga ikut belajar tuan besar, nanti siapa yang bisa dia yang membalut kaki nyonya."ucap dokter mencoba mencari jalan tengah.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!