Barra tengah menikmati suasana sore hari sambil menyesap sebatang rokok yang terselip di antara jarinya ketika suara ribut ribut di rumah tetangga membuyarkan lamunannya.
"Papiiihhh... Kemana ini si Kevin... ngga ada di kandangnya ih.....!!!" teriak suara seorang gadis dengan suara cempreng nya
"apa sih Alina.... Ribut terus .. Berisik tau ngga!" omel sang ayah memarahi anak gadisnya
"ini loh pih... si Kevin ngga ada di kandangnya...." ujar gadis itu sambil menunjukan jarinya kearah kandang kucing di sudut ruangan
"yaudah sana cari.. Ahelaaah ganggu orangtua lagi santai aja ni anak..." sungut pak Badhot, ayah Alina yang tengah bersantai di teras depan rumahnya.
Dari tempatnya berdiri, Barra dapat mendengar suara gaduh dari rumah tetangga nya tersebut. apalagi dengan suara cempreng anak perempuan itu, Barra sudah sangat hafal di luar kepala.
Alina berjalan keluar gerbangnya dengan terus berteriak memanggil nama Kevin, kucing kesayangan nya.
" Duh....kemana sih ini Kevin... sukanya bikin rusuh nih bocil...." ucap Alina sambil menghentakkan kakinya kesal
"Om... Om Barra... " panggil Alina pada Barra yang tengah berdiri tak jauh dari Alina
"Ya" jawab Barra acuh
"Om liat kucing aku nggak? Namanya Kevin, kali aja dia masuk ke rumah Om Barra..." ucap Alina masih dengan setengah berteriak
Barra nampak acuh saja hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Ck... Si Om... Di tanyain juga, ga jawab.. Gimana sih Om?" ucap Alina berdecak sebal
Alina masuk menerobos ke dalam rumah Barra sambil memanggil manggil nama kucing kesayangan nya itu.
"Alina, tidak ada kucing kamu disini. Pulang lah.!" ucap Barra sedikit ketus
"Alina ngga mau pulang sebelum Alina yakin kalo si Kevin bener ngga masuk ke dalam rumah Om Barra," jawab Alina tak mau kalah
Barra diam saja tak menyahut dan membiarkan Alina masuk ke dalam rumahnya mencari cari kucingnya.
Sepuluh menit telah berlalu namun Alina tak kunjung keluar dari dalam rumahnya membuat Barra mengerutkan keningnya bingung
'tuh bocil ngapain sih di dalem...nyari kucing apa tidur?' gumam Barra seorang diri hingga ia pun memutuskan masuk ke dalam rumahnya itu
"Ck... Astaga Alea... kamu lagi ngapain??" tanya Barra mendapati gadis tetangga sebelah rumahnya tengah menungging di depan ranjang kamar tidurnya
"Sssst!! Diem om!! Jangan berisik!!" ucap Alina masih dengan posisi nya menungging memperhatikan sesuatu di bawah kolong tempat tidur Barra
Barra mengusap wajahnya frustasi dan mengacak rambutnya sendiri. Bagaimanapun Barra adalah seorang pria dewasa yang normal. Dan kini ia di suguhi dengan sebuah pemandangan yang sangat indah di depannya, di dalam kamarnya sendiri pula!
'oh tuhan... Kuatkan lah aku....' ucap Barra dalam hati
"Kamu lagi lihat apa sih Alina???" tanya Barra mulai gemas
"Itu Om... Kevin... Kevin lagi kawin.... Lihat deh... Tapi jangan ganggu kasian dia!!" ucap Alina polos sambil menungging dan menempelkan pipinya pada lantai kamar Barra membuat pria itu panas dingin melihatnya
" Alina, apa kamu selalu bertingkah seperti itu di depan pria asing?" tanya Barra tiba tiba sambil bersedekap tangan di depan dada
"maksud Om?" tanya Alina masih tak mengerti
"Kamu tiba tiba masuk ke kamar saya tanpa permisi dan nungging nungging ga jelas kaya gitu di depan saya... apa kamu sengaja mau menggoda saya? Hemmmm?" ucap Barra dengan tatapan tajamnya
Alina terkesiap dengan ucapan yang di lontarkan Barra. Gadis itu segera berdiri dan menundukkan kepalanya merasa bersalah
"Maafkan saya Om... Saya ngga bermaksud ngga sopan barusan. Serius tadi saya bener bener nyari kucing saya tapi ternyata Kevin masuk kamar Om Barra dan saya spontan ngikutin. Sekali lagi maaf ya Om...."
"Siapa yang mengijinkan kamu masuk kamar saya? Hemm?" tanya Barra dengan wajah garangnya.
Alina makin menunduk ketakutan ketika ia menyadari ia telah masuk ke dalam kamar seorang pria asing. Dan pria itu adalah Barra, pria dingin yang tidak tersentuh wanita.
Alina memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap pria tampan yang menatap tajam padanya.
"Eummm... Om Barra .. Alina ijin pulang deh... Itu... Ituu Kevin biar saja disitu dulu..." ucapnya sambil nyengir menampilkan deretan giginya yang berbaris rapi
"Ngga bisa! Saya ngga mau ada kucing di kamar saya... Dan kamuuuuu.....kamu harus di hukum karena berani masuk ke dalam kamar saya tanpa ijin..." ucap Barra
"yaaaah masa di hukum sih om...." ucap Alina mengerucutkan bibirnya kesal
Barra memperhatikan penampilan Alina yang sangat sederhana mengenakan piyama tidur pendek motif beruang dengan rambut yang di kucir asal. Namun gadis itu tampak cantik alami dan Barra sempat mematung untuk beberapa detik ketika menyadari kecantikan Alina
"kenapa Om Barra ngeliatin Alina kaya gitu?" tanya Alina sambil mendongakkan wajahnya dan mendekati Barra.
Gadis itu sama sekali tidak merasa takut dengan gertakan Barra bahkan Alina mendudukan dirinya di atas ranjang besar berukuran king size itu dengan santainya
"Denger yah Om... Alina ngga takut sama Om.. " ucap Alina santai
Barra dibuat kesal dengan tingkah gadis kecil itu namun kini ia merasa memiliki mainan baru. Barra sedikit tertarik untuk sekedar memberi pelajaran pada gadis tengil macam Alina
"Sungguh kamu tidak takut sama saya?" ucap Barra dan berjalan pelan mendekati Alina. Alina reflek memundurkan wajahnya ketika wajah Barra mendekat ke arahnya dan hanya berjarak beberapa senti saja.
"Om... Om Barra mau apa? Jangan rese deh.. Saya itu masih kecil om.. Saya juga ini tetangga Om... Om Barra sumpah ini ngga lucu...."ucap Alina mulai ketakutan ketika wajah Barra hampir menyentuh wajahnya
Alina semakin memundurkan wajahnya hingga ia pun terjatuh dengan posisi terlentang diatas ranjang Barra dengan Barra yang tepat berada di atas tubuhnya.
"masih bilang ngga takut sama saya?" ucap Barra menakut nakuti
"engg.. Enggak ... Alina nggak takut.. "ucap Alina namun untuk sesaat tubuhnya mematung ketika bibir Barra tiba tiba menyerang mencium bibirnya dengan singkat
Cup
"Gimana? Enak?" tanya Barra sambil memiringkan wajahnya dan tersenyum smirk
"ihhh... apaan sih om... " ucap Alina dan gadis itu segera mendorong dada Barra ke belakang.
"Yang kawin itu kucing kamu kan? Apa kamu mau ikutan juga kaya kucing kamu hemmm?" tanya Barra menggoda
"Om... Alina laporin papih baru tau rasa loh!" ujar Alina mengancam
"lapor papih kamu?? Uhhh Om takutttt! Om dengan senang hati mempersilahkan kamu lapor papih kamu sekarang... biar kita di nikahkan sekalian.... Gimana?" ucap Barra masih mode menggoda
"Oke oke saya kalah..saya minta maaf karena telah masuk kamar Om tanpa ijin. Tapi... Om juga sudah mencuri ciuman pertama saya! jadi kita impas!!" ucap Alina sambil menangkap Kevin dan menggendong didalam pelukan nya
"Ngga segampang itu keluar dari sini nona manis...." ucap Barra lagi
"Apa lagi Om? Ini Kevin sudah ketangkep jadi saya mau pulang...." ucap Alina hendak menerobos keluar kamar namun Barra menahan nya dengan menarik tubuhnya. Alina yang tidak fokus pun nyaris kehilangan keseimbangan dan gadis itu limbung ke kiri. Dengan sigap Barra menangkap tubuh gadis itu namun Alina memekik histeris ketika menyadari tangan Barra yang tepat memegang benda keramat empuk miliknya itu.
*****
Barra spontan melepas genggaman tangannya pada bagian tubuh empuk Alina yang tidak sengaja ia pegang.
"ish... Om Barra mesum ih! Jangan pegang pegang punya Alina dong om.. "
"yeee... Siapa juga yang sengaja megang...."
"ck... Jangan cari kesempatan deh Om.... Om Barra bisa saya aduin loh. Tindak pelecehan anak di bawah umur...." ucap Alina sambil memelototkan matanya
"ck.. Siapa juga yang mau lecehin kamu? Punya kamu kecil begitu juga, ckkk,"
"ishhh jangan menghina ya Om....kaya punya Om gede aja!!" cibir Alina tak mau kalah
"kamu mau liat punya Om? Hemmmm?" tanya Barra menantang sambil berkacak pinggang
"idiiiihhh ge er amat om.Om, Alina pikir Om Barra itu orangnya dingin, cool, serem... Ehhh taunya cuma Om Om mesum yang suka gangguin bocil macam saya... Ya elah....ya tuhan ampunilah hambamu ini yang ketinggian ekspektasi sama tetangga sebelah rumah hamba... Aamiinnnn...." ucap Alina panjang lantas segera berjalan menerobos tubuh Barra yang berdiri di ambang pintu kamarnya.
Barra mematung untuk sementara mendengar doa aneh yang di panjatkan tetangga tengil nya tersebut.
"Urusan kamu belum selesai sama saya, Alina... Lihat saja nanti....!!" ujar Barra setengah berteriak ketika gadis itu tengah berjalan menjauhinya dan hilang di telan pintu rumah
"Bodoooo amaaat!!!" teriak Alina tak kalah kerasnya sambil melenggang keluar meninggalkan pelataran rumah Barra
Barra memegang dadanya yang sedari tadi berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Sial!! Kenapa gue jantungnya berdebar debar gini sih?? Aishhh gara gara kucing kawin ini pasti!!" ucap Barra seorang diri menggerutu tak jelas
Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan mencoba memejamkan matanya. Bayangan ketika dirinya mengecup singkat bibir Alina kini menari nari dalam benak pemuda bertato naga itu.
Barra membolak balikan tubuhnya merubah posisi untuk menghilangkan bayangan bayangan aneh tersebut, namun nihil. Alina masihlah menari nari dalam pelupuk matanya.
"Ckckck. Itu bocah tengil kenapa malah jadi gue pikirin gini sih ah! Ngga guna banget....," gumamnya lantas ia segera beranjak ke kamar mandi untuk sekedar menyegarkan pikirannya.
Alina memasuki rumahnya dengan langkah gontai. Ia membiarkan Kevin lompat dari pelukannya begitu saja.
"ini semua gara gara kamu Kevin! Lain kali kalo mau kawinin si Belang jangan di rumah sebelah.. rese itu yang punya rumah... Kamu denger aku ngomong ngga Kevin?!" ujar Alina sambil mengelus elus kepala Kevin yang tengah melingkar di karpet ruang tamu rumah Alina
Meeeooow meoow....
"Nah... gitu .. Kalo diajak ngobrol itu pinter nyahutin. Kamu memang kucing pintar Kevin..." ucap Alina sambil tersenyum menatap hewan peliharaan nya itu
"Kamu lama lama setres Alina, kucing di ajak ngobrol... Makanya cari pacar sana biar ada yang bisa di ajak ngobrol...." ujar pak Badhot yang datang sambil membawa cangkir kosong di tangannya
"Hemm papih itu ngga tau model pacaran jaman sekarang. Emangnya papih mau anak semata wayangnya ini di grepe grepe in sama anak orang? Hemmm?" ucap Alina berdecak sebal
"Ya kamu pinter lahh cari pacar yang bener.. Yang ngga suka sama kamu cuma karena nafsu aja..." elak sang papih membela diri
"Aduhh duhhh...engga bapak ...engga anak... ribut terus kerjaannya...ngga capek apa berdebat terus kalian ini hah?" Ucap Bu Koni menyela
"Itu tuh mih.. Si papih.. Masa Alina disuruh cepet cepet cari pacar. Gimana kalo ketemunya cowok ngga jelas coba?" adu Alina pada ibunya
"Yaa kamu jangan mau lah jadi pacarnya kalo ngga jelas begitu...." ucap sang ibu membela suaminya
"Tuh kan mamih pasti juga bela papih... Dah lah, kalian bertiga rese semuanya...."ucap Alina kesal dan beranjak masuk ke dalam kamarnya
Pak Badhot dan Bu Koni saling pandang.
"Mamih tadi denger kan? Dia bilang apa? Kalian bertiga? kok bertiga sih... Kita kan cuma berdua ya mih?" tanya Pak Badhot merasa aneh dengan ucapan putrinya
" Iya pih, mami denger kok .. oh satunya mungkin si Kevin yang Alina maksud Pih..."jawab Bu Koni memberi solusi
" Iya juga..bisa jadi..."
*****
Dua hari berlalu sejak kejadian kucing kawin di kamar Barra, pria itu menjadi lebih sering duduk di teras rumah sekedar untuk melihat Alina yang lewat. Setiap pagi setiam jam setengah tujuh pagi, Barra akan standby di depan pagar rumahnya dengan pura pura sibuk menyiram tanaman depan rumahnya yang hanyalah berupa rumput rumput tak jelas.
Tangan pria itu memegang alat penyiram tanaman namun matanya selalu melihat ke arah rumah di sebelah nya berharap Alina muncul dan menyapanya.
Sialnya, gadis tengil itu bahkan sama sekali tak menoleh ke arah Barra sedikitpun seolah tak ada seorangpun di sana.
Alina melewati Barra begitu saja mengendarai sepeda listriknya menuju ke sekolah.
"Kalo kaya gini ga bakalan nyapa lagi dia..."ucap Barra membatin dan meluruhkan bahunya
"Ehhh ada Om Barra.. Tumben rajin banget siram rumput...padahal semalem ujan loh Om...jangan lupa sekalian siram rumput di lapangan yah Om... Dadahhh" ucap Alina sambil terkekeh dan berlalu meninggalkan Barra yang masih terbengong
Barra mengerjapkan matanya dan tersadar , ia menatap pot pot terbengkalai di depan rumahnya yang hanya di tumbuhi rumput rumput tak jelas dan membandingkan dengan pot pot didepan teras Pak Badhot yang berisi bunga bunga cantik.
"Astagaaa... kenapa gue gila gini sih?! Masa nyiram rumput alang alang ginian... Capeee deh!!" gerutu Barra seorang diri dan membanting penyiram tanaman di tangannya
"Lohhh... Mas Barra kenapa?" tanya Pak Badhot yang tiba tiba berdiri di ambang pintu rumah nya
"Oh.. Nggak apa apa Pak Badhot. Ini lagi kesel aja, ternyata pot saya sudah penuh rumput ini..." ucapnya mencari alasan
"Oh iya juga... Ayoh mas Barra saya bantu bersihkan rumputnya. Mumpung saya senggang..."
"Eh ngga usah Pak.. Ngerepotin jadinya...Nanti biar saya saja pak." ucap Barra merasa tak enak hati
"Eh. Ngga papa mas... Daripada saya bengong ngga ada kegiatan ini..." ucap Pak Badhot sedikit memaksa
"Memangnya Pak Badhot ngga kerja?" tanya Barra berbasa basi
" Saya? Eheheh saya lagi ngga ke resto dulu Mas. Kerjaan hari ini sudah di handel sama Agung. Jadi saya bisa santai dirumah." ucap Pak Badhot tersenyum ramah
Pak Badhot adalah pemilik beberapa resto dan kafe yang tersebar di kotanya. Ia telah mempercayakan sepenuhnya urusan resto dan kafe pada orang orang kepercayaan nya. Hanya sesekali pak Badhot akan datang sekedar berkunjung dan mengawasi, itupun tidak setiap hari. Jadi pak Badhot lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dengan sang istri.
" Mas Barra sendiri ngga kerja?" tanya Pak Badhot mulai memangkas rumput rumput yang mulai meninggi itu
"Saya pak? Saya mah pengangguran pak..." ucap Barra meringis canggung
"Ah bapak ngga percaya... Pengangguran kok kaya raya,mobilnya lima" cibir Pak Badhot yang memang tidak mengetahui apa pekerjaan Barra sebenarnya.
Barra tersenyum kikuk dan mengusap tengkuknya yang mendadak gatal.
"He itu mah mobil ayah saya pak. Ehmm iya mobil warisan itu." ucap Barra berbohong mencari alasan yang masuk akal
"Jadi orngtua mas Barra sudah meninggal?" tanya Pak Badhot dengan nada serius
"Aish... ya masih hidup pak... Orangtua saya ada di Semarang." jawab Barra sedikit bingung
"Lah itu katanya Warisan?"
"oh eh warisan dari kakek saya mungkin. Nggak tau pak saya juga lupa itu mobil siapa." ucap Barra terkekeh sendiri dan Pak Badhot pun ikut tergelak mendengar nya
"Mas Baraa.. Mas Barra... Ada ada saja .." ucap Pak Badhot sambil menggelengkan kepalanya merasa geli
"Ketahuan yah pak kalo saya ngga bisa bohong he he he ," ucap Barra terkekeh
"Saya itu sebenarnya kagum sama sosok mas Barra. Masih muda, tampan, kaya lagi. Kalo saya perempuan sudah pasti saya naksir sama mas Barra," ucap Pak Badhot terkekeh
"Ah, bapak bisa aja. Sudah lama kita tetanggaan tapi baru kali ini kita ngobrol lama kaya gini yah Pak?" ucap Barra merasa nyaman berbincang dengan tetangga sebelah rumahnya itu
"Iya itu karena Mas Barra terlalu sibuk, jarang meluangkan waktu sama tetangga sekitar. Jadi kita jarang komunikasi. Padahal, bertetangga itu menyenangkan loh mas..."
"he he iya juga Pak. Maklum, saya ini pemalu pak orangnya." ucap Barra sambil mencabut tanaman ngga jelas yang menghuni pot pot nya itu
"Saya pikir mas Barra itu orangnya serem loh...eh ngga taunya asyik juga," ucap Pak Badhot sambil menepuk bahu Barra
"Emang kelihatan serem yah pak?" tanya Barra lagi
"Yaaa engga sih... cuma kan situ lebih serem dari saya. Ha ha ha,... Udah ngga usah di pikirin. Sebentar saya ambil arit dulu di belakang." ucap Pak Badhot sambil berlalu meninggalkan Barra yang masih asyik berjongkok mencabuti rumput rumput itu.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!