NovelToon NovelToon

Elements Master : The Seven Elements

Namaku adalah Jin

"Suatu saat nanti kau akan menghadapi masalah yang lebih besar dari siapapun"

Sosok misterius berbicara dalam mimpiku dengan nada yang sangat mencurigakan.

Setelah sosok itu berbicara, aku pun langsung terbangun dari mimpi ku.

Aku terbangun dengan wajah penuh keringat.

"Waahhh..." dengan spontan aku berbicara seperti itu.

"Ternyata cuma mimpi. Tapi..... Siapa ya?" pikirku.

"Jam berapa ya, sekarang" kata ku, sambil menoleh ke arah jam di kamar ku.

[Jam menunjukkan pukul 06.50]

"Waduh, sudah hampir telat nih, aku harus siap siap" ucap ku.

Dengan cepat, aku bersiap siap untuk berangkat sekolah sampai tidak sempat sarapan.

"Nak, sarapan dulu" kata ibuku.

"Tidak usah bu, aku buru buru" jawab ku.

"Hati hati di jalan ya nak" ucap ibuku.

"Baik bu"

Aku pun berlari dengan cepat, menuju ke sekolah ku.

Saat berlari, aku tidak sengaja menyenggol seorang perempuan.

"Maaf aku sedang buru buru" ucap ku.

Kemudian aku melanjutkan perjalanan ku menuju sekolah.

"Siapa ya, laki laki itu" pikir perempuan yang aku senggol.

[Pengenalan tokoh utama]

Perkenalkan, nama ku adalah Jin.

Aku adalah seorang siswa tahun ketiga di salah satu SMP di negara Petir ini.

Aku memiliki cita cita untuk menjadi Elements Master yang hebat lho.

Itu karena, dunia ini dipenuhi oleh para pengguna kekuatan Elemen.

Aku memiliki idola yang aku banggakan juga.

Namanya adalah Raiichi.

"Si Kilat Petir" Itulah julukannya.

Raiichi merupakan Elements Master No.1 di Negara Petir, sekaligus No.3 di dunia.

Dia mampu menggunakan 5 Elemen lho. Hebat bukan.

Di dunia ini, hanya segelintir pengguna Elemen yang mampu menguasai 5 Elemen.

5 Elemen, adalah batas yang mampu di kuasai setiap orang di dunia ini.

Elemen di dunia ini, ada 7 Elemen.

7 Elemen itu adalah Api, Air, Angin, Petir, Bumi, Alam dan Solar.

Semua Elemen memiliki tingkat penguasaan yang sama, tergantung penggunanya.

Tingkatan penguasaan Elemen ada 5.

Tingkatan itu adalah Begineer, Expert, Master, Grand Master dan Legends.

Orang yang mampu menguasai semua Elemennya sampai tingkat Master, disebut sebagai Elements Master.

Ada satu sekolah yang terus menciptakan Elements Master hebat, setiap tahunnya.

Sekolah itu adalah Golden Master, sekolah incaranku.

Golden Master, adalah sekolah khusus para pengguna Elemen.

Sekolah ini hanya terdapat di Negara Petir, dan menjadi sekolah terbaik di dunia.

Syarat masuk sekolah itu, sangatlah Ketat.

Tidak sembarang orang yang dapat masuk ke sekolah itu.

Kesulitan itulah, yang membuat ku ingin sekali masuk ke sekolah itu.

[Beberapa saat kemudian]

"Huuffttt....."

"Akhirnya sampai juga" ucap ku.

Aku pun memasuki ruang kelas ku.

Saat baru saja memasuki ruang kelas, ada temanku yang menarik ku saat itu juga.

"Kau masih berani masuk sekolah juga ya, Jin" kata Takeshi, teman masa kecilku.

"Dasar orang yang hanya mampu menggunakan satu Elemen" seru teman sekelas ku.

Lagi pula, hanya sekitar satu persen pengguna Elemen yang hanya dapat menggunakan satu Elemen saja.

Aku adalah salah satunya, karena hanya mampu menguasai Elemen Angin.

Aku hanya diam saja ketika dirundung teman sekelas ku, sampai guru datang.

Saat guru datang, teman sekelas ku hanya diam saja, seolah tidak terjadi apa apa.

"Baiklah anak anak, siapkan buku pelajaran kalian, kita akan memulai kelas hari ini" kata guru, untuk memulai kelas.

[Saat kelas sebentar lagi selesai]

Guru bertanya pada kami sekelas, "Sekolah mana yang ingin kalian masuki saat lulus nanti".

Dengan serempak, kami menjawab "Golden Master Pak".

Karena jawaban ku sama dengan yang lainnya, banyak teman sekelas ku yang tidak senang ketika mendengar jawaban ku.

"Kau ingin masuk sekolah itu juga, Jin" teriak Takeshi.

"Itu benar, kau itu tidak pantas masuk sekolah itu" seru teman sekelas ku.

Guru kami memukul meja, saking kesalnya dengan sikap teman sekelas terhadap ku.

"Kalian semua harus lebih menghargai impian orang lain, seperti Jin" teriak Guru kami semua.

"Jin memiliki impian, sama seperti kalian semua. Kalian harus berpikir lebih jernih lagi, paham" jelas Guru kami.

"Baik pak".

Bel pulang sekolah pun berbunyi, dan semua siswa pulang ke rumahnya masing masing.

Di tengah perjalanan pulang, aku mengambil brosur sekolah Golden Master yang di bagikan di pinggir jalan.

Dalam brosur tertulis, "Syarat minimal mendaftar sekolah ini, adalah menguasai minimal 2 Elemen".

Melihat syarat itu, semangat ku untuk masuk ke sekolah itu, hanyalah sebatas mimpi.

"Huh..... Sepertinya mimpi ku untuk masuk ke sekolah itu, hanyalah mimpi belaka" kata ku.

Aku pun melanjutkan perjalanan pulang ke rumah ku.

Di tengah perjalanan, aku melihat seseorang yang sedang menyelamatkan anak kecil dari kelompok penjahat.

Aku sangat terpukau dengan kehebatan orang itu.

Setelah aku lihat lebih jelas, ternyata orang itu adalah idolaku Raiichi.

Beberapa saat setelah Raiichi menyelamatkan anak kecil itu.

Para wartawan langsung mengerubungi Raiichi saat itu.

Tanpa aku sadari, ternyata Raiichi sudah melihat ke arah ku dalam waktu yang cukup lama.

Saat aku menyadarinya, aku langsung berlari dengan tersipu malu, karena dilihat oleh idolaku Raiichi.

Saat melihatku sedang berlari, Raiichi langsung dapat meloloskan diri dengan mudahnya dari para wartawan itu.

Raiichi mengejar ku yang sedang berlari.

Saking cepatnya, aku langsung disusul oleh Raiichi dengan kecepatannya.

"Kenapa kamu berlari saat aku melihatmu, wahai anak muda" ucap Raiichi saat menyusul ku.

"Ah, anu..... Aku hanya malu jika dilihat oleh idolaku sendiri" jawab ku.

"Tidak perlu malu segala, lagi pula aku hanya ingin bertanya siapa namamu" kata Raiichi.

"Namaku?, namaku adalah Jin, senang bertemu dengan anda" jawab ku dengan malu malu.

"Jin ya, nama yang bagus, aku suka itu" ujar Raiichi.

"Benarkah?, terima kasih" kata ku.

"Kenapa wajahmu terlihat murung tadi?, Jin" tanya Raiichi.

"Aku tidak bisa mendaftar masuk ie Golden Master, karena hanya bisa menggunakan satu Elemen" jawab ku dengan ekspresi murung.

"Kasihan juga kamu" kata Raiichi.

"Hmmm.... bagaimana ya" ucap Raiichi saat berpikir.

"Ada apa, paman Raiichi" tanya ku.

"Hmmmm.... bagaimana kalau kamu menerima Elemen Petir dariku, Jin" jawab Raiichi.

"Menerima Elemen?, aku rasa, aku tidak pantas paman. Lagi pula, mentransfer kekuatan itu perlu energi yang tidak sedikit kan" kata ku.

"Tidak apa apa Jin, lagi pula aku memang ingin membantumu" ucap Raiichi.

Aku pun berpikir sejenak, untuk mempertimbangkan pemberian dari Raiichi.

"Bagaimana?, kamu mau?, Jin" tanya Raiichi.

"Eemm..... Baiklah, aku terima" jawab ku.

"Bagus, kalau begitu terimalah kekuatan ini, Jin" kata Raiichi sambil tersenyum dan memegang pundakku.

Elemen Petir pun telah aku terima, melalui transfer kekuatan.

Kekuatan Elemen yang ditransfer, hanyalah sebagian kecil dari kekuatan Elemen yang dimiliki oleh pentransfer.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?, Paman" tanya ku.

"Apa lagi kalau bukan latihan, aku akan melatihmu cara menggunakan Elemen Petir, Jin" jawab Raiichi.

"La-latihan?, tapi di mana?" tanya ku.

"Latihannya akan di mulai besok, tempatnya di Kota Timur, mengerti?" jawab Raiichi.

"Ba-baik" jawab ku singkat.

Dan keesokan harinya, aku mulai berlatih bersama Raiichi selama 2 bulan penuh.

Selama 2 bulan aku berlatih, aku dilatih cara mengendalikan besaran listrik yang dikeluarkan.

Kemudian aku dilatih cara menyerang menggunakan listrik yang aku keluarkan.

Hingga aku dilatih cara menggunakan jurus [Sambaran Petir] oleh Raiichi.

Yang awalnya aku hanya memanggil Raiichi dengan sebutan "Paman Raiichi", berubah menjadi "Kak Raiichi", karena sudah cukup lama latihan bersama.

Setelah 2 Bulan berlatih, akhirnya pun tiba, hari pendaftaran masuk SMA Golden Master.

[SMA Golden Master]

Aku mulai memasuki gerbang sekolah, untuk mendaftar ke sekolah itu.

Nanun, di dekat gerbang sekolah, ada Takeshi yang ingin mendaftar juga.

"Takeshi..." panggil ku.

Takeshi menoleh ke belakang dan mengatakan "Kenapa kau ada di sini, apa kau benar benar ingin mendaftar hah?" dengan nada marah.

"Tentu saja, Takeshi. Tapi, aku pasti akan lolos, tunggu saja nanti" aku membalasnya dengan nada agak sombong, dengan senyum tipis juga.

Setelah itu, aku dan Takeshi, saling memalingkan wajah dan mulai memasuki tempat pendaftaran.....

Bersambung....

Masa lalu Jin

Hari ini adalah, hari dibukanya pendaftaran di SMA Golden Master.

Di gerbang sekolah, Jin secara tidak sengaja bertemu dengan Takeshi.

Mereka berdua sempat berseteru sebentar, sebelum memasuki tempat pendaftaran.

"Aku pasti akan lolos, Takeshi" ujar Jin.

"Lakukan kau bisa, Jin" balas Takeshi.

Kemudian mereka berdua, memasuki area pendaftaran masuk Golden Master dan mendaftar bersamaan.

"Terima kasih sudah mendaftar, silakan menunggu giliran untuk tes masuk" kata resepsionis.

Kemudian Jin dan Takeshi, menunggu giliran tes bersama.

"Kau serius, ingin mendaftar, Jin" tanya Takeshi, yang berharap Jin mundur.

"Tentu saja aku serius, Takeshi. Aku tidak akan mundur dengan mudah" jawab Jin.

"Sekarang kau jadi sombong ya, Jin" kata Takeshi.

"Mungkin hanya perasaan mu saja, Takeshi" balas Jin.

Dengan percaya dirinya, Takeshi mengatakan "Kau pasti akan gagal, Jin".

Jin hanya tersenyum, dan membalasnya dengan "Lihat saja nanti".

Perseteruan antara Jin dan Takeshi pun berakhir pada saat itu juga.

Jin dan Takeshi berhasil melewati tes masuk tanpa ada masalah sedikit pun.

Mereka berdua pun pulang ke rumahnya masing masing.

Hasil tes masuk SMA Golden Master, akan diumumkan dalam waktu satu minggu lagi.

Jin sangat tidak sabar, untuk menunggu hasil tes masuk tersebut.

[6 Hari berikutnya]

Satu hari lagi, hasil tes masuk SMA Golden Master, akan diumumkan.

Sembari menunggu hari esok, Jin berjalan keliling kota, hingga sore hari.

"Ibu, aku izin ke luar ya" kata Jin, untuk meminta izin.

"Memangnya kamu mau ke mana, nak" tanya ibunya.

"Aku cuma ingin keliling ke sekitar saja, ibu" jawab Jin.

"Baiklah, hati hati di jalan ya" kata ibunya.

"Baik bu" balas Jin.

Kemudian Jin ke luar, dan jalan jalan mengelilingi kota.

Angin sepoi sepoi terhembus, suasana damai kota yang menghangatkan hati.

Jin begitu bahagia ketika berkeliling kota.

Akhirnya pun langit mulai memerah, menunjukkan hari sudah mulai sore.

Jin singgah sejenak di Taman Kota, dengan ditemani angin sejuk dari pepohonan rindang.

Saat melihat bangku taman, Jin melihat Raiichi yang sedang duduk sendirian.

"Halooo, Kak Raiichi" panggil Jin sambil melambaikan tangannya.

"Oh, Jin ya. Ke sini, kita duduk bareng" kata Raiichi sambil membalas lambaian tangannya.

"Siap, Kak" balas Jin.

Jin pun duduk di sebelah Raiichi.

"Kamu sedang apa Jin?" tanya Raiichi.

"Aku hanya sedang berjalan mengelilingi kota, Kak Raiichi" jawab Jin.

"Oh, begitu ya. Bagaimana tes masuk mu, Jin" tanya Raiichi.

"Yaah, walaupun ada sedikit masalah, tapi aku bisa mengatasinya kok, Kak Raiichi" jawab Jin.

"Masalah apa itu?, Jin" tanya Raiichi.

"Aku bertemu dengan Takeshi, teman masa kecil ku, Kak Raiichi" jawab Jin.

"Memangnya kenapa?, bukankah bagus kalau bertemu teman?" tanya Raiichi.

"Aku memang punya masalah dengannya sejak dulu. Lagi pula, akan jadi sangat panjang jika diceritakan, Kak Raiichi" jawab Jin dengan wajah murung.

"Ceritakan saja, Jin" kata Raiichi yang tersenyum pada Jin.

"Baiklah, Kak Raiichi" jawab Jin.

"Ini dimulai 11 tahun yang lalu, atau lebih tepatnya, sejak kami berusia 5 tahun....."

[11 Tahun yang lalu]

Jin dan Takeshi sudah berteman baik sejak berusia 5 tahun.

Mereka berdua selalu bermain bersama dan terkadang saling beradu kekuatan, untuk menentukan siapa yang lebih kuat.

Pada saat itu, Takeshi masih menguasai satu Elemen yaitu Petir.

Mereka berdua juga memiliki idola yang sama yaitu, Raiichi Si Kilat Petir.

Mereka sering memperdebatkan tentang idola mereka yang sama, sampai berakhir dengan adu kekuatan.

"Idola ku itu Raiichi, kau jangan mengikuti ku dong" kata Takeshi.

"Harusnya itu kau, Takeshi" balas Jin.

"Kalau begitu, kita lihat saja, siapa yang lebih kuat di antara kita" kata Takeshi.

"Ide bagus, ayo kita bertanding, Takeshi" balas Jin.

Dan hal itu terus berulang kali terjadi, sampai tibanya hari itu.

[2 Tahun setelahnya]

Takeshi dan Jin sudah memasuki usia 7 tahun.

Dan selama itu, Jin masih berteman baik dengan Takeshi. Namun......

Takeshi mulai menunjukkan perbedaan antaranya dan Jin.

Perbedaan itu adalah, Elemen yang dikuasainya.

Takeshi sudah bisa menguasai 2 Elemen lainnya, yaitu Api dan Air.

Sedangkan Jin, hanya bisa menggunakan satu Elemen dan tidak bisa menggunakan Elemen yang lainnya.

"Ternyata kamu hanyalah orang yang lemah ya, Jin" Takeshi mulai menghina Jin sejak saat itu.

Hubungan pertemanan antara Jin dan Takeshi mulai retak, akibat perbedaan kekuatan.

Takeshi menganggap Jin lebih lemah darinya, dan tidak mau berteman lagi dengannya.

Jin yang hanya bisa menggunakan 1 Elemen cuma bisa diam, karena tak mampu melawan Takeshi.

Sejak saat itulah, pertemanan antara Jin dan Takeshi, mulai hancur secara perlahan.

[Jin selesai bercerita]

"Seperti itulah, masa lalu ku, Kak Raiichi" kata Jin saat selesai bercerita.

"Jadi, pertemanan antara kamu dan Takeshi, hancur karena perbedaan itu" tanya Raiichi.

"Itu benar, hanya karena perbedaan kekuatan, Takeshi mulai menjauh dari ku" jawab Jin.

"Maaf karena sudah membuatmu menceritakan tentang masa lalumu" kata Raiichi.

"Tidak apa Kak Raiichi, aku baik baik saja" kata Jin.

Tak terasa, langit sudah mulai gelap saat Jin menceritakan masa lalunya, suhu yang hangat mulai berubah menjadi dingin.

Tanda bahwa malam sudah datang, Jin dan Raiichi tidak menyadarinya.

"Waduh, sudah malam nih Kak" ujar Jin yang sedang panik.

"Benar juga, kita terlalu lama di sini" balas Raiichi.

"Aku harus pulang dulu Kak Raiichi, aku takut ibu ku marah" ujar Jin.

"Kalau begitu, cepatlah pulang Jin" balas Raiichi.

"Sampai ketemu di lain hari, Kak Raiichi"

"Sampai ketemu di lain hari juga, Jin"

Jin dan Raiichi pun berpisah pada malam itu.

[Di sekitar Rumah Jin]

Jin yang sedang berlari dengan cepat menuju rumahnya.

"Aduuh, aku harus cepat cepat sampai nih" batin Jin saat berlari.

Jin pun sampai di rumahnya, dan kemudian membuka pintu rumahnya.

"Aku pulang" kata Jin saat membuka pintu.

Ibunya yang menunggu di depan pintu, memasang wajah marah sambil menunggu Jin membuka pintunya.

Jin yang melihat ibunya sedang menunggunya di balik pintu, langsung merasa takut saat melihat ekspresi ibunya.

"Dari mana saja kamu, Jin" kata ibunya dengan senyuman dan tatapan yang tajam terhadap Jin.

Melihat ekspresi dari ibunya, wajah Jin mulai mengeluarkan keringat dan ekspresi takutnya.

Dengan cepatnya Jin menjawab "Maaf ibu, tadi aku terlalu lama mengobrol dengan orang lain di taman".

Ekspresi ibunya langsung berubah menjadi ceria, dan mengatakan "Hanya bercanda kok, ibu tidak marah padamu, nak".

Jin merasa lega, saat tahu kalau ibunya tidak marah padanya.

"Aku pikir ibu akan marah padaku" kata Jin.

"Tentu saja ibu tidak marah, Jin" ucap ibunya dengan senyuman manis yang menyeramkan.

Setelah itu, Jin pun dimarahi oleh ibunya karena pulang terlalu lama.

[Beberapa jam kemudian]

Jin kembali memimpikan sosok misterius itu.

Sama seperti sebelumnya, sosok itu hanya mengucapkan satu kalimat.

Kalimat itu adalah, "Aku tidak sabar menunggu hari esok, Jin".

Kemudian Jin terbangun di tengah malam yang dingin itu.

"Siapa dia, apa maksud perkataannya tadi"

Jin terus memikirkan maksud dari perkataan sosok misterius itu, sampai hampir tidak bisa tidur pada malam itu.

[Keesokan harinya]

Jin berlari dengan terburu buru menuju SMA Golden Master untuk melihat hasil tes masuk yang ia lakukan.

Jin bangun terlambat, karena terus memikirkan sosok misterius dalam mimpinya itu.

"Aku bisa terlambat nih, aku harus cepat cepat sampai ke sana" batin Jin saat berlari.

Di dekat gerbang masuk, Jin tidak sengaja menyenggol seorang anak perempuan yang ikut mendaftar di sana juga.

"Maaf maaf, aku sedang buru buru tadi" Jin meminta maaf pada perempuan itu.

"Aduuh...." "Lho, bukannya kamu adalah orang yang menyenggolku 2 bulan yang lalu" kata perempuan itu.

"Jadi yang aku tabrak waktu itu, adalah kamu, maaf ya, saat itu aku juga sedang buru buru" Jin meminta maaf sekali lagi.

Perempuan itu tersenyum dan menahan tawanya, "Hi hi, aku maafkan kok, tapi kalau boleh tahu, siapa namamu" tanya perempuan itu.

"Oh, namaku Jin, kalau kamu" jawab Jin.

"Aku Sakura, senang bertemu denganmu" balas perempuan itu.

"Oh, Sakura ya, nama yang bagus, senang bertemu denganmu juga" ucap Jin dengan senyuman dan bersalaman dengan Sakura.

"Kamu mendaftar di sini juga, Jin" tanya Sakura.

"Iya, aku mendaftar di sini" jawab Jin.

"Itu artinya, kita bisa menjadi teman di sekolah ini dong, jika kita berdua di terima" ujar Sakura.

"Lho, kamu juga ikut mendaftar di sini" tanya Jin.

"Iya, aku juga mendaftar di sini, Jin" jawab Sakura.

"Oh, sudah saatnya hasil tes masuk diumumkan" ujar Jin.

"Kamu benar, ayo kita masuk, Jin".

"Ayo".

Kemudian Jin mendapatkan teman baru yang bernama Sakura.

Jin dan Sakura memasuki wilayah sekolah, untuk melihat hasil tes masuk mereka berdua.

Dalam papan pengumuman, terpampang jelas nama Jin dan Sakura dalam daftar siswa yang diterima.

Namun, ada sebuah perbedaan dengan tahun lalu dan sebelumnya, yaitu dari jumlah siswa yang diterima.

Tahun lalu dan sebelumnya, ada 80 orang siswa yang diterima.

Namun tahun ini, mendadak tertulis jumlah siswa yang diterima adalah 160 orang.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?.

Kemudian salah satu guru dari Golden Master, menghampiri semua siswa yang diterima tersebut.

Guru itu berkata "Baiklah para siswa sekalian, sekaranglah saatnya....."

Bersambung....

Ujian masuk Khusus

[SMA Golden Master]

Terjadi peningkatan jumlah siswa yang diterima di Golden Master.

Hanya sedikit siswa yang menyadari penambahan itu, sampai datangnya salah satu guru di Golden Master yang bernama Kazuki.

Sambil berjalan ke arah para siswa, guru Kazuki berkata "Baiklah para siswa sekalian, sekarang saatnya untuk kalian menghadapi ujian masuk yang sebenarnya".

"Tunggu, apa yang sebenarnya sedang terjadi" pikir Jin.

"Ada apa ini", "Apa maksud bapak, tentang ujian yang sebenarnya", "Apa maksudnya itu".

Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan oleh para siswa yang diterima.

Guru Kazuki hanya menjawab satu, yaitu "Kalian semua akan melewati ujian masuk khusus, untuk menentukan seberapa pantas kalian diterima di sini".

"Ujian masuk itu akan dimulai 2 jam lagi, kalian akan diarahkan menuju tempat ujian yang dimaksud, dan di sanalah kalian akan diberitahu seperti apa peraturannya" lanjut guru Kazuki.

Semua siswa yang diterima hanya diam dan mendengarkan saja, lalu mengikuti instruksi dari guru Kazuki.

[Tempat ujian masuk khusus]

"Karena kalian semua sudah berkumpul, saya akan menjelaskan peraturan ujian masuk khusus ini" kata guru Kazuki.

Kemudian guru Kazuki menjelaskan bagaimana peraturan dalam ujian khusus tersebut.

Peraturannya adalah:

1) 160 Siswa yang ada akan dibagi ke dalam sebuah tim beranggotakan 4 orang.

2) Setiap tim, akan ditempatkan di area yang berbeda sebelum dimulai.

3) Setiap tim harus bertarung dengan tim yang lainnya, apabila bertemu.

4) Ujian akan dinyatakan selesai, apabila telah tersisa 80 orang.

5) Semua siswa diperbolehkan menggunakan seluruh kemampuannya untuk melawan tim yang lainnya.

6) Siswa yang bertarung dilarang memberikan luka yang sangat besar pada anggota tim lawannya.

"Itu saja peraturan ujian khusus ini. Sekarang saya akan membagi kalian dalam beberapa kelompok, mengerti" kata guru Kazuki.

"Mengerti" jawab semuanya.

Kemudian pembagian tim pun dilakukan.

Jin berada dalam satu tim dengan Sakura, Takeshi dan perempuan yang bernama Ayaka.

[Tempat dimulainya tim Jin]

"Tunggu dulu, kenapa aku harus satu tim denganmu hah" ujar Takeshi yang tidak ingin satu tim dengan Jin.

"Harusnya aku yang bilang begitu, Takeshi" balas Jin.

"Sombong sekali kau, Jin" ujar Takeshi.

"Kau juga sama, Takeshi" balas Jin.

Jin dan Takeshi terus berseteru tanpa mempedulikan teman satu tim yang lainnya.

"Sudahlah, kalian berdua jangan bertengkar" ucap Sakura yang ingin menengadahi perseteruan itu.

"Kau diam saja" ujar Jin dan Takeshi secara bersamaan.

"Huuuuhhh..... Kalau sudah begini, mau bagaimana lagi" kata Ayaka.

Kemudian Ayaka menggunakan Elemen Alamnya untuk mengikat Jin dan Takeshi yang terus berseteru.

"Tu- tunggu, apa ini, lepaskan aku" ujar Takeshi.

"Lepaskan..... Lepaskan......" ujar Jin yang berusaha untuk melepaskan ikatannya.

"Aku akan melepaskan kalian, jika kalian berhenti bertengkar" balas Ayaka.

"Sudahlah, lepaskan saja aku, jangan dia" ujar Takeshi.

"Jangan lepaskan Takeshi, lepaskan saja aku" ujar Jin.

"Kalian berdua ini ya, menyebalkan sekali" Ayaka semakin marah dan menguatkan ikatannya.

"Sudahlah, kamu lepaskan saja mereka, Ayaka" kata Sakura.

"Kamu diam saja Sakura, mereka memang harus diikat seperti ini" balas Ayaka.

"Sudah sudah, kamu tenangkan dirimu dulu, Ayaka" ucap Sakura untuk membujuk Ayaka.

"Baiklah Sakura, akan aku lepaskan mereka" kata Ayaka.

Tepat sebelum Jin dan Takeshi dilepaskan ikatannya, ada sebuah serangan Elemen Api yang menyerang kelompok Jin.

Tanpa disadari, ternyata kelompok itu sudah mengawasi kelompok Jin dalam waktu yang cukup lama.

Jin dan kelompoknya menerima luka kecil dari serangan tersebut.

"Wah wah, kalian malah bertengkar saat ada tim lain yang mengawasi ya" ujar salah satu anggota tim lawan.

Sambil menahan rasa sakit, Takeshi membalas "Siapa kalian hah, beraninya mengganggu urusanku".

"Kau itu bodoh atau bagaimana sih, tidak menyadari adanya musuh" ujar salah satu dari mereka.

"Kaauuu...." Takeshi kesal dengan ejekan dari tim lawan.

"Akan ku habisi kau...." amarah Takeshi semakin memuncak.

"Sudahlah Takeshi, jangan ceroboh melawan mereka sendirian" ucap Jin untuk menahan Takeshi.

"Kamu diam saja Jin, jangan menggangguku" ujar Takeshi.

"Kalian masih saja bertengkar ya, kalau begitu....." ujar salah satu dari mereka yang kemudian diikuti oleh serangan [Hembusan Api].

Ayaka dengan sigap menyelamatkan Jin dan Takeshi, menggunakan Elemen Alam miliknya dan segera kabur dari lawan.

"Cih, kabur ya, penakut sekali mereka" umpat salah satu dari mereka.

[Lokasi tim Jin]

"Kenapa kita kabur, harusnya sudah aku habisi mereka semua" ujar Takeshi.

"Kabur adalah pilihan terbaik, kalau tidak kabur, kita akan kalah dengan mudah melawan mereka" balas Ayaka.

"Itu benar, kita harus menyusun rencana untuk melawan mereka" sambung Sakura.

"Kali ini, aku setuju dengan mereka berdua, Takeshi. Kita memang harus menyusun rencana" Jin setuju dengan Sakura dan Ayaka.

"Apa kau bilang, kita harus punya rencana untuk melawan mereka" Takeshi semakin bersikeras untuk maju sendirian.

"Harus ku akui, kali ini kita memang harus bekerjasama, Takeshi" ucap Jin.

"Apa!!!, kita harus bekerjasama, aku tidak setuju dengan itu" Takeshi semakin menolak pendapat teman satu timnya.

"Kalau kau sangat ingin menang, aku mohon, bekerjasamalah dengan kami, Takeshi" saran Ayaka.

"Baiklah, kali ini aku akan bekerjasama dengan kalian" Takeshi setuju dengan teman satu timnya, walaupun masih merasa kesal.

"Tapi..... Harus aku yang menyelesaikan mereka semua, itulah syarat dariku ini" ujar Takeshi.

"Baiklah, aku terima saranmu, Takeshi. Sekarang, mari kita susun rencananya" kata Ayaka.

"Rencana seperti apa, yang akan kita lakukan" tanya Sakura.

"Aku punyai usul, maukah kalian mendengarkannya" jawab Jin.

"Apa rencana mu, Jin" tanya Ayaka.

Kemudian Jin memberitahu rencananya, pada teman satu timnya.

"Apa kau serius Jin, menjalankan rencana itu" tanya Sakura.

"Aku serius, Sakura. Karena itulah rencana terbaik, yang aku pikirkan sendiri" jawab Jin.

"Bagaimana menurut kalian?" tanya Jin.

"Bukan rencana yang buruk, aku setuju denganmu, Jin" jawab Takeshi.

"Aku juga setuju, Jin" jawab Ayaka.

"Baiklah, mari kita jalankan rencananya, kalian semua" Ucap Jin sambil bangun dari tempat duduknya.

"Yoo..... Kau harus bisa, Jin. Itu karena aku lebih mengenal mu, lebih dari siapapun" ujar Takeshi dengan senyuman dan kepalan tangan ke arah Jin.

"Huh, kau sekali ya, Takeshi" kata Jin sambil membalas kepalan tangan Takeshi, dengan senyuman berseri di wajahnya.

"Hebat juga kalian, mau bekerjasama" sahut Ayaka.

"Itu benar, aku kira kalian memang tidak bisa akrab sedikit pun" sambung Sakura.

"Sakura.... Ayaka.... Jangan remehkan kami berdua, kami tidak selemah itu lho" ucap Jin.

"Baiklah Jin, mari kita tunjukkan kerjasama kita pada lawan kita" ujar Takeshi.

"Kau benar Takeshi, mari kita tunjukkan kekuatan kita berdua" balas Jin.

Jin dan Takeshi pun beradu kepalan, sebelum dimulainya rencana mereka berempat.

Jin membuka rencana dengan satu kalimat.

Kalimat itu adalah "Baiklah, dengan begini, rencananya..... dimulai...."

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!