\*\*\*\*\*\*
" Apa ini Citra?
Cuma ikan cuek yang kamu masak !" Ucap Adit suaminya Citra ketika hendak sarapan sebelum berangkat kerja.
Ya bagaimana lagi Mas, bahan masakan sekarang pada mahal, hanya itu yang bisa dibeli dengan uang 15 ribu," jawab Citra dengan santainya.
" Nah baru 15 ribu kan Citra? Bisanya kau ke mana kan? Kau simpan ya buat jajanmu !" Sentak bu Indah Ibu mertuanya Citra.
Dari awal Bu Indah memang tak menyukai Citra yang berasal dari rakyat jelata, pun tak jelas asal-usulnya.
" Simpan apa sih Bu, kan sabun mandi habis, belum sampo dan juga Rinso. 10 ribunya aku buat beli sabun sabun.
Memang bajunya bisa bersih tanpa Rinso?
Kalau masih bau ibu Juga nanti pasti ngomel." Ucap Citra membalas.
Kak dia biarkan dirinya selalu di ditindas, dia menantu, bukan babu yang hanya diam saja ketika ditindas!
" Lihat istrimu Adit, ngelawan terus sama orang tua!" Adu Bu Indah kepada putra kebanggaannya.
Aditya Saputra Nugroho suami Citra itu bekerja di pabrik, awalnya dia hanya buruh pabrik biasa tapi sudah setahun ini dia naik jabatan jadi kepala pengawas di pabrik tersebut. Gajinya Bun juga sudah naik yakni menjadi 7 juta rupiah perbulan.
Tetapi tentu saja iya sembunyikan dari istrinya, dia tetap mengaku menjadi karyawan pabrik biasa dan selalu memberi uang 25 ribu untuk keperluan satu rumah.
Keperluan masak dan sabun-sabun jika diperlukan. Uang 25 ribu tersebut diharuskan cukup!
Dan pagi ini Adit sudah dibuat kesal oleh istrinya itu karena cuma Diberi makan ikan cuek dan sayur bening bayam.
Adit sudah mau memarahi istrinya, tetapi ditengahi oleh ayahnya.
" Sudah sudah kalian ini pagi-pagi sudah ribut saja... Malu terdengar sama tetangga" Pak Hermawan sok bijak.
Alhasil Adi pun hanya mendengus, terpaksa memakan lauk sederhana bikinan istrinya.
Setelah selesai, Adit pun kembali ke kamar, ndak mengambil tasnya.
" Mas, minta duit dong. Bedakku habis" Ucap Citra menodongkan tangannya tepat di hadapan sang suami.
Adit lagi lagi mendengus,
" Nggak ada, bulan ini harus hemat!" Kok nanya tak mau memberikan uang untuk Citra
" Cuma 30 ribu aja loh Mas, itu pun bedaknya bisa sampai setahun baru habis !" Ucap Citra.
Nggak ada yang nggak ada Citra! Kamu kan tahu gaji aku cuma berapa? Belum lagi untuk menghidupi satu keluarga besar. Lagi pula buat apa sih Kamu pakai bedakan segala?
Udah kawin ini, nggak bakal ada yang bakal lirik kamu walaupun kamu bedakan sekalipun" sarkas Adit melantur kemana mana.
Citra terdiam, sungguh susah sekali minta uang kepada suaminya ini, suaminya ini terlalu pelit, padahal gaji suaminya 2 juta 500, jika setiap hari keluar uang 25 ribu, di kalikan 30 hari berjumlah 750 ribu, masih ada sisa satu juta lebih.
" Mas, cuma 30 ribu aja, kamu pelit banget sih. 25 ribu sebulan itu baru 750 ribu, gajimu masih sisa 1 juta lebih kan? Sekarang aku minta jatah nafkah ku!"
Citra tetap memaksa meminta haknya. Bekerja keras di rumah ini, masa iya cuma dimintai bedak seharga 30 ribu saja suaminya tidak mau kasih!
CK...!!!
Adit berdecak kesal.
Tak banyak bicara dia pun mengeluarkan dompetnya.
" Nih, cuma ada segini! Belilah kau bedak Kelly, nggak perlu lah beli yang Wardah yang harganya selangit itu!" Sungut Adit menyodorkan uang sebesar 10 ribu.
Sungguh definisi suami Fir'aun Adit ini!
Citra melongo melihat uang 10 ribu tersebut.
" Ya Allah gusti iii masih punya suami pelit!" Batin Citra dalam hati.
" Sudah kan? Sama kalau mau beli bedak. Awas aja kalau aku pulang masih kucel seperti ini!' ketus Adit yang kemudian terlalu dari hadapan sang istri.
Citra hanya bisa mengelus dadanya.
\*\*\*\*\*
Astaghfirullahaladzim....
Begini amat punya suami! Pelitnya naudzubillah syaiton!" Ucap Citra menahan kesal.
Citra pun menatap uang 10 ribu Di tangannya.
" Ck, padahal mau beli yang refill-nya saja memang benar-benar Mas Adit itu!" Gerutu Citra.
Dok
Dok
Dok !!
Tiba-tiba ada yang mengedor-gedor pintu kamar Citra.
" Heh Citra!! ngapain
Tiba-tiba ada yang Kamu di kamar? Mau tidur ya? Cepat keluar dan cuci baju!" Teriak Bu Indah Tak seindah namanya, nyatanya kelakuannya kebalikannya dari namanya yang indah. Malah sangat buruk kelakuan dari ibu mertuanya Citra itu.
Citra pun mendengus, sabar sabar nasibnya orang numpang Ya seperti ini" ucap Citra kemudian membuka pintu.
" Apaan sih Bu teriak-teriak? Memang ini hutan apa? Ucap Citra sedikit ketus.
" Eh eh! Jawab terus kalau ada orang tua ngomong! Kamu itu harus hormat sama yang lebih tua Citra, itu namanya tidak bunda sopan santun! Apalagi sama mertua!" Ucap Bu indah nyolot.
Mitra memutar matanya dengan malas.
" Citra kurang sopan gimana sih Bu? Perasaan Citra manuk-manuk saja dijadikan babu di sini" sama sekali tidak ada takut-takutnya sama mertua. Walau dia tetap Mengerjakan yang diperintahkan oleh sang mertua, tapi pantang baginya menerima hinaan.
Mata Bu indah pun langsung melotot sempurna.
" Kamu bicara apa Citra!" Sentak Bu indah sambil megap-megap. Rasanya cara tingginya mulai kambuh gegara menantu yang mulai kurang ajar ini.
" Nggak ada, udah ya Bu, aku mau nyuci dulu.
" Putra pun langsung ngacir gitu saja, meninggalkan sang mertua yang masih megap-megap tak jelas.
" Dasar menantu durhaka!" Ucap Bu indah.
Citra pun segera menuju belakang rumah, tempatnya untuk mencuci baju. Citra mulai mencuci dengan manual, karena tentu saja suaminya yang sangat pelit itu enggan mengeluarkan uangnya untuk membeli mesin cuci. Nasib memang punya suami model kayak Adit.
" CK, nyesel aku terima cinta kamu Mas, Mending dulu aku terima cintanya Ryan," gerutu kita setelah tahu sikap asli Aditya Syahputra.
" Kok jadi ke ingat Rian sih? Gimana kabarnya Rian ya? Sudah menikah kah Rian? Kok tiba-tiba ngilang gitu... " gumam Citra yang tiba-tiba teringat sosok lelaki aneh yang tiba-tiba menyatakan cinta kepadanya.
Andrian atau lebih disapa Rian itu dulunya seorang dokter Tengah bertugas di desanya. Dahulu dia dan dokter muda tersebut cukup dekat karena Citra pernah bekerja di warung makan depan Puskesmas.
Namun entah kesambet setan apa, dokter muda tersebut tiba-tiba menyatakan cinta padanya bertepatan dengan itu Adi yang juga menyatakan cinta pada Citra. Putra pun bimbang, karena Citra tak begitu mengenal Andrian, alhasil Citra pun memilih Adit yang sama-sama satu daerah dengannya.
Setahun menjalin hubungan dengan Adit pun Melamarnya, tentu saja Citra yang sudah cinta kalau itu pun menerimanya.
Tapi kini Citra mulai menyesal, ternyata Adit suaminya itu sangat pelit terhadap dirinya. Tapi Citra akan coba bertahan selama itu bukan penghianatan.
Tapi sampai kapan?
Citra.... Mau Bapak bantu angkat embernya ?" Boleh Pak Hermawan atau biasa disapa Pak Wawan.
" Boleh Pak..." Jawab Citra sedikit gugup.
Pak Wawan pun mengangkat embernya berisi pakaian bersih yang dicuci oleh Citra.
Waaaah, ukuranmu ternyata besar ya Citra..." Ucap Pak Wawan saat melihat BH Citra.
Raja Citra pun memerah padam karenanya, sungguh tidak sopan Bapak mertuanya ini.
" Maaf Pak, tapi itu bukan punya Citra itu punya Sarah." Celetuk Citra.
Pak Wawan pun nyengir kikuk.
" Oh, bapak kira itu punya Citra." Ucap Pak Wawan.
Putra pun menatap tajam pada sang ayah mertuanya.
" Pergi nggak? Bapak jangan buat gara-gara sama saya ya!" Sergah Citra mulai galak.
Pak Wawan pun langsung melengos meninggalkan sang menantu.
" Huuuuuh, dasar! Tato keluarga nggak ada yang beres, pada sableng semua!" Omel Citra laki-laki merasa menyesal telah masuk ke dalam keluarga Adit. Tapi mau apa di katakan dia sudah terlanjur jadi istrinya Adit Syahputra. Ya mau tak mau harus menjalaninya. Karena ini pilihannya Citra sendiri.
\* Assalamualaikum \*
Hay para reader tercinta author minta dukungan kalian ya...
Ini karya pertama author semoga kalian suka...
Jangan lupa kasih like, komentar dan vote ya...
Terima kasih
\*\*\*\*\*\*
" Mbak, bagi duit dong," ucap cara meminta uang saku kepada sang kakak ipar.
Wajah Citra langsung masam seketika,
" Uang ?" Aku nggak punya uang.
Minta sama kakak kamu yang pelit itu sana !" Ucap Citra ketus dengan wajah kesalnya.
Di singgung mengenai uang, dia kembali jadi kesal. Gara-gara di minta uang 30 ribu saja tak di kasih, Eh malah di kasih uang 10 ribu.
Pelit bin medit sekali suaminya itu.
" Semoga saja di jalan nanti kena jambret uangnya,lalu sekalian ketabrak mobil biar tau rasa itu orang pelit" Ucap Citra menyumpahi nyerapahi Adit saking kesalnya dia dengan sikap pelit yang di miliki sang suami.
Ya begitulah para istri, jika hatinya di buat senang maka doa kebaikan yang akan di panjatkan. Tapi jika sebaliknya, yaa seperti Citra contohnya, Mendoakan hal keburukan bagi suaminya yang macam Firaun!
" CK, Mbak Citra ini selalu dengan kalau dimintai uang! Padahal kan uang kakak ku Mbak yang habisin!" Ucap Sarah.
" Apa kamu bilang? Uang kakak kamu aku yang habisin!" Pekik Citra dengan mata melotot sempurna.
Berbeda dengan menantu yang lain yang jika dibully atau ditindas akan manut saja dan hanya bisa termehek-mehek di pojokan kabarnya, tapi kalau Citra sangat ogah untuk menerima segalanya.
Okelah terserah mereka mau bilang berkata apapun padanya, yang pasti Citra akan melawan tetapi tetap dengan cara yang sopan, itu sopan dalam versi Citra sendiri.
" Bukankah memang begitu? Mbak kan istrinya!" Ucap Sarah.
" CK! Memang benar aku istri kakakmu, tapi malamnya nasibku mempunyai suami pelit bin medit seperti kakakmu itu. Dengar ya baik-baik Sarah aku ini tidak pernah Diberi nafkah sama kakak kamu itu!" Sungut Citra sama sekali tak menutupi deritanya.
Memang itu kan kenyataannya?
Plak
" Kamu sembarangan kalau bicara! Bilang nanti kalau anakku tidak beri nafkah ke kamu?
Terus kamu masih hidup sampai sekarang karena siapa? Putraku yang kasih makan !" Tiba-tiba Bu Indah datang menyahut sambil menampar pipinya Citra karena kesal dengan perkataannya sang menantu.
" Ugh!" Citra mendesis kesal karena pipinya terasa panas gara-gara ibu mertuanya tiba-tiba menampar dasar mertua kejam.
Sementara Sarah tersenyum meledek sambil melet ke arah kakak iparnya.
" Weeek, syukurin emang enak !" Ledek bocah ingusan itu.
Pluk!
Karena tak biasa membalas menampar pipi sang mertua karena perbedaan umur, akhirnya kita membalas memukul kepala Sarah.
" Auuuuuch, Mbak Citra gila!" Pergi bocah ingusan itu.
" Bocah gendeng, apa yang kamu lakukan terhadap anakku ha!"
Teriak Bu Indah tidak terima jika putrinya disakiti oleh Citra.
Entah, padahal cuma dipukul sedangkan Citra tadi dia ditampar cukup keras sehingga menciptakan kunang-kunang ke terbangan di atas kepalanya Citra.
" Apa sih Bu ? Aku cuma membalas perlakuan ibu yang sudah tidak sopan asal menampar pipiku. karena aku menghormati ibu yang sudah tua bau tanah yang sebentar lagi akan ditimbun di kuburan, jadilah aku balasnya ke Sarah...." Seluruh Citra tak berjidat.
Wkwkwk
Kepala Bu Indah sudah ngebul rasanya, Hampir saja meledak gara-gara kebanyakan asap.
" Kamu! Mendoakan ibu meninggal Citra!" Pekik Bu Indah megap-megap.
" Ibu sabar bu, tarik nafas buang ke kloset.
Mbak Citra, apa yang kau lakukan ke ibu ku Ha! Kalau ibu mampus gimana ?" Sarah langsung sat set mengurut kolor ibunya, eh salah, dada ibunya maksudnya.
" Lebay kalian berdua. Udah sana kasih air keran nanti juga baik sendiri" sahut Citra malas. Kemudian Citra pun melengos dan membiarkan ibu mertuanya megap-megap kehabisan nafas. Doanya sih biar si mertuanya yang cerewet itu mati sekalian. Biar sedikit tentram dunia berumah tangganya ini.
Astagaa! Begini amat punya menantu sableng! Adit Adit ... Itu tuh istri yang kamu pilih!" Keluh Bu indah setelah bisa menormalkan deru nafasnya. Sudah tidak megap-megap seperti tadi.
" Sudah Bu, biarkan saja Mbak Citra itu menantu durhaka kayak dia pastilah nanti matinya masuk neraka!" Gerutu Sarah menenangkan sang ibu.
Bu indah pun melirik anak bungsunya.
" Kamu jam segini kenapa belum berangkat sekolah? Sana, nanti telat! Sudah mahal mahal kakak kamu membayar sekolah kamu, jangan sampai bolos sekolah Kamu! Ketus Bu Indah tak ada kata lembut lembutnya kalau bicara sama anak kandungnya. Sama anak kandung saja seperti itu, apa lagi terhadap menantu?
Bisa mati kayang Citra kalau tak kuat mental menghadapinya.
" Iya-iya ... Ini juga mau berangkat. Tadi cuma mau minta uang tambahan dari Mbak Citra, eeeeh tetap saja Mbak Citra nya pelit." Ucap Sarah menyahut.
" Sudah tahu kakak iparmu pelit, masih saja kamu minta uang. Dapat apa kamu dapat uang nggak. Nggak bakalan dapat uang yang ada ngomong saja keluar?" Ledek Bu Indah sedikit sewot.
Kemudian Sarah pun menengadahkan tangannya kepada Ibu,
" Minta uang Bu!" Ucap Sarah kesal.
" Uang ? Kamu kan udah di kasih jatah uang jajan sama kakak kamu sebulan !" Ucap Bu Indah ketus.
" CK! Masa iya uang saku Sarah cuma 5000 sehari, udah kayak anak SD saja. Kurang lah Bu. Uangnya udah habis.
Sekarang Sarah minta uang jajan 10 ribu,".
Ucap Sarah.
Memanglah jiwa pelit Adit sudah mendarah daging, kepada adik sendiri saja cuma dia jatah 5000 perhari untuk Jajan di sekolah. Sebulan Adit memberi jatah jajan sebesar 150 ribu, dan harus cukup untuk satu bulan katanya.
" CK, kamu itu boros sekali sih Sarah," Ucap Bu indah.
" Kalau ibu gak kasih aku tidak mau masuk sekolah. Biarin aja aku tidak lulus dan jadi beban ibu dan kak Adit seumur hidup " ancam bocah ingusan itu.
Terlihat Haris
Kembaran Sarah lewat, lalu menggelengkan kepalanya saat melihat tingkah sang adik kembarnya.
Ya, Adit punya tiga saudara, dia adalah anak pertama dan mempunyai dua adik kembar, namanya Haris dan Sarah.
" Mbak Citra kemarin aku ada rezeki nomplok, ini ku bagi sedikit ke Mbak buat beli cilok " Ucap Haris saat menghampiri kakak iparnya dan memberikan uang 50 ribu.
Citra menghentikan aktivitasnya yang sedang mengelap kaca, matanya sukses melotot saat melihat satu-satunya orang waras di rumah tersebut memberinya uang 50 ribu.
Ya, baginya hanya Haris manusia satu-satunya yang waras di rumah tersebut, Haris baik dan berbeda sekali dari orang tua dan saudara-saudaranya.
" Beneran dapat rezeki nomplok Haris?" Selidik Citra dengan tangan terulur menerima uang pemberian adik iparnya tersebut. Buru-buru Citra mengantongi uang itu dengan kepala yang celingak-celinguk.
Takut aksinya di pergoki oleh orang gila. Eh maksudnya mertuanya dan adik ipar satunya.
" Iya... tenang saja, Mbak puasin saja beli cilok atau seblak. Udah ya mbak, Haris berangkat dulu. Assalamualaikum!" Ucap Haris kemudian berangkat ke sekolah.
Bukan tanpa alasan Haris memberi uang untuk kakak iparnya, itu tadi dia tidak sengaja mendengar percakapan kakak iparnya dan kakak nya mengenai beli bedak.
Haris kasihan dengan nasib kakak iparnya tersebut. Yang kakak nekat menikahi seorang wanita tapi tak sanggup memelihara dengan baik.
Sebagai adik ipar yang baik dan satu-satunya orang yang menyandang gelar dan orang waras di rumah tersebut, Haris pun sering sekali membagi uangnya terhadap Citra. Tentu saja secara diam-diam.
Hari sendiri bersekolah sambil bekerja, dia tak mau terlalu bergantung hidup kepada sang kakak yang terkenal pelit dan perhitungan tersebut. Alhasil haris nekat bekerja di bengkel kakak temannya dan uangnya dia gunakan untuk jajannya sendiri. Bahkan saudara kembarnya tak dia kasih.
" Hemm, semoga kamu menjadi yang orang sukses di masa depan Haris" doa tulus Citra panjatkan.
Dan akhirnya Citra bisa beli bedak sekaligus pelembabnya!
Selesai dengan pekerjaan rumah, Citra pun berniat keluar pergi ke pasar.
Dia lebih memilih belanja di pasar karena perbedaan harga antara pasar dan toko Alfamart yang cukup lumayan. Selisih 2000 bagi Citra sangat hemat jika harus beli di toko Alfamart.
" Mau kemana kamu ?" Tanya Bu Indah ketus saat melihat sang menantu udah rapi banget hendak mau keluar.
" Mau cari badut Mampang! Ya keluar lah Bu, mau kemana lagi?" Ucap jawab Citra.
Bosen Citra di rumah terus lihat mukanya ibu yang seram itu !" Ucap Citra lagi.
Lagi-lagi, Bu Indah merasa tensi darahnya mau naik lagi.
Kamu, gak ada sopan-sopanya sama mertua ya Citra!" Pekik Bu Indah mengelus dadanya berusaha bersabar.
" Ya habisnya Ibu ngereog melulu. Kalau Ibu bisa bersikap baik sama Citra, Citra pun juga akan bersikap baik sama Ibu. Sudah ya Bu, Citra mau keluar dulu.
Assalamualaikum !" Ucap Citra.
Setelah berpamitan Citra pun segera pergi untuk membeli keperluannya.
" Dasar menantu edan!" Gerutu Bu Indah.
Citra berjalan santai menuju pasar, biar lebih hemat, Citra lebih memilih jalan kaki menuju pasar dan akan naik becak nanti jika ketika pulang.
Citra, kamu Citra Lestari Paramita kan?" Ucap seseorang menepuk pundak Citra saat Citra hendak masuk ke sebuah toko kosmetik.
Citra menoleh,
" Loh Manda? Kok kamu bisa ada disini sih?" Ucap Citra langsung cipika-cipiki dengan teman lamanya.
Iya, aku dapat suami orang sini. Nomer telfon Kamu sih nggak pernah aktif dan di Facebook Kamu juga tidak aktif jadi tidak bisa ngundang kamu pernikahan aku" Ucap Manda.
Citra hanya bisa menyengir, jangankan buka Facebook, buka dompet suaminya aja Citra tak mampu.
Manda, kamu sekarang berubah banget ya sekarang ?, kamu dapat suami kaya ya?" Puji Citra takjub melihat perubahan penampilan teman lamanya.
" Enggak, suamiku orang biasa. Dia bekerja sebagai buruh di pabrik SJ"
" Loh sama dong, Suamiku juga berkerja di sana" sahut Citra.
" Benarkah " Ucap Manda.
Citra mengangguk.
Terus, kok kamu bisa terlihat cantik begini kalau suaminya cuma buruh pabrik?" Tanya Citra heran. Karena seingat Citra Manda ini juga sama miskin seperti dirinya.
Manda menyeringai,
" Mau ku beri tahu rahasianya ?" tawar Manda penuh misteri.
" Rahasia? Rahasia apa? Kamu ngepet ya?" Ucap Citra ngasal.
" CK, ya gak lah.
Udah ayok kita ngobrol sambil makan bakso dulu, aku akan ceritain caranya kenapa aku bisa modis seperti ini " Ucap Manda pun menyeret tangan Citra dan membawa menuju ke kedai bakso.
* Assalamualaikum * Hay para reader tercinta author minta dukungan kalian ya...
Ini karya pertama author semoga kalian suka...
Jangan lupa kasih like, komentar dan vote ya...
Terima kasih
\*\*\*\*\*\*\*
" Eh tapi Manda, aku gak punya duit" pekik Citra jujur. Saat ini Citra hanya mengantongi uang 60 ribu yang 50 ribu dari Haris dan yang 10 ribu dari suaminya yang pelit itu.
CK, aku traktir.
Tenang saja, mumpung aku habis gajian" Ucap Manda terus menyeret lengan sahabatnya itu menuju kedai bakso langganannya.
" Eh, neng Manda, seperti biasa Neng?" Sapa Pak tukang bakso yang sudah hafal dengan Manda karena keseringan membeli bakso di sana.
" Iya Pak, dua ya, sama es teh manisnya juga dua" sahut Manda.
Oke, silahkan di tunggu neng- neng cantik," ucap Pak tukang bakso dengan centilnya.
Pak tukang bakso itu namanya Bambang agak kemayu orangnya, jadi dengan Manda pelanggan setia agak besti.
Citra mengekor saja dengan yang Manda lakukan, Manda duduk, Citra pun juga duduk.
Kini keduanya sudah duduk bersisian di pojokan. Manda memilih di area pojok karena ada misi terhadap Citra.
Yakni mau menceritakan kesuksesannya mencari uang.
Eh Manda, kamu kok kayak seperti udah langganan aja di tempat bakso di sini?" Ucap Citra super kepo.
" Ya iyalah aku langganan di sini Citra, abis baksonya di sini uenak banget, dan yang paling penting murah.
Mana coba ada bakso di jual 10 ribu tapi enaknya poll !" Ucap Manda berseloroh.
Manda mengangguk saja, ah mana tahu dia harga-harga jajanan di pasar? Karena Citra sendiri jarang sekali jalan karena saking iritnya uang belanjanya.
Jangankan jajan bakso, beli cilok seharga 2000 saja Citra harus pikir-pikir.
Keren kamu padahal yang menikah duluan kan aku otomatis yang jadi pendatang di kampung sini juga aku dong, eh kamunya yang malah tahu seluk-beluk daerah sini" celetuk Citra menimpali.
Hahahaha!
Manda tertawa mendengarnya.
" Kedengarannya kehidupan kamu sangat menyedihkan ya Citra ?" Bukan maksud mengejek, hanya saja melihat dari penampilan Citra yang kayak gembel membuat Manda kepo dengan kehidupan Citra.
" CK, bener banget sih tebakan kamu!" Ucap Citra menjawab. Sama sekali tak merasa tersinggung Ucapan Manda. Lah memang begini kenyataanya kehidupan aku, siapapun yang melihat keadaan Citra hari ini pasti akan menilai sama dengan Manda.
" Ini neng baksonya, silahkan di makan dan silahkan menikmati..." Ucap si Bambang sang penjual bakso.
" Oh terimakasih kang Bambang " Ucap Manda dengan sopan.
Dimakan dulu Citra baksonya, nanti aku ceritain udah gimana caranya hidupmu nggak belanja seperti ini" ucap Manda, dan Citra pun mengangguk.
Selesai makan, Manda pun mulai mewawancarai Citra,
" Sebelumnya, ceritain dulu dong kehidupan kamu Citra, kok bisa ya kamu jadi tambah belangsak begini? Eh maaf maaf ya Citra, bukan maksud aku menghina kamu, Kamu tahu kan aku ini gimana orangnya" tutur Manda yang memang suka ceplas-ceplos orangnya.
Sebelas duabelas dengan Citra.
" Nggak masalah Manda, kamu kan jadi begini karena ketularan sama kamu.
Kedua teman lama itu yang baru berjumpa itupun kompak menyengir.
" Jadi begini Manda... Citra pun mulai menceritakan duduk permasalahan di rumah tangganya. Ah tidak, intinya yang dia ceritakan sikap suaminya yang ternyata Super pelit bin medit.
" Ya ampun Citra, kasihan sekali nasibmu.
Dari penglihatan ku memang udah ku tebak sih modelan suamimu itu." Ucap Manda tak begitu kaget.
" Benarkah? Kok kamu bisa berpikir seperti itu Manda?" Ucap Citra sedikit penasaran dengan jalan pikiran Manda.
" Ya logikanya sih kalau suami baik istri akan bahagia, walaupun ekonomi pas-pasan sekalipun." Ucap Manda yang memang benar adanya.
" Hemmm, gitu ya ? Terus kalau suami kamu gimana orangnya? Pelit apa royal ?" Tanya Citra kepo.
Royal sih, ya walaupun gajinya tak seberapa, tapi dia selalu kasih gajinya semua sama aku untuk aku kelola." Ucap Manda.
"Wah enak bener," Celetuk Citra.
" Pantes kamu kelihatan cantik begini, ternyata semua gaji suami kamu pegang semua". Ucap Citra.
Sebenarnya merasa iri.
Tapi bukan dengki.
" eits, ya nggak gitu juga kali Citra. Kamu tahu sendiri kan gaji buruh pabrik itu berapa? Ya uang segitu habislah untuk kebutuhan sehari-hari, Karena aku udah punya anak lagi. Palingan cuma bisa nabung beberapa ratus ribuan ... Itu pun kalau tidak rame kondangan " Ucap Manda keberatan.
'' oh ya? Kok bisa tapi kok kamu bisa pake emas sama tokonya sekalian?" Ucap Citra heran karena Manda memakai semua emas di kedua tangan, leher beserta kupingnya.
" Oh bisa dong, ini nih yang mau aku jelasin ke kamu. Jadi aku ini." Ucapan Manda terpotong karena Citra sudah salah paham duluan.
" Jangan bilang kamu ngepet ya? Pelihara tuyul? Atau jangan-jangan kamu jadi gula papa?" Dudu Citra kelabakan sendiri, jangan sampai temannya ini salah alamat, eh salah. Salah jalan maksudnya!
CK, orang lagi ngomong itu jangan di potong Citra! Kebiasaan kamu!" Ucap Manda kesal sambil menjewer telinga Citra.
" Adu duh! Iya-iya maaf. Terus gimana ceritanya doang! Masa duduk di rumah ngurus ngurus anak uang bisa datang sendiri..." Ucap Citra sambil menggosok telinganya yang panas akibat dijewer Manda tadi.
Senyuman dah pun mengembang sempurna,
" Eh bocah gemblung, ditanya malah senyum lebar malah Mbak kunti !" gerutu Citra.
" Nah itu maksud aku Citra, aku itu cuma duduk rebahan sambil mengurus anak terus uang mengalir dengan lancar Ke rekening aku Ucap" Manda.
Dahi Citra mengernyit,
" Kok bisa? Kamu ngepet online ya?" Laki-laki Citra berpikiran buruk terhadap Manda.
Pletak!
" Ngepet mulu yang ada di pikiran kamu!
Aku itu kerja Citra, kerja dari rumah! Kerja remote namanya!" Sungut Manda yang mulai kemas terhadap Citra yang rada-rada Oneng!
Citra mengusap jidatnya,
" Kerja remote? Apaan tuh?" Ucap Citra.
" Nah ini nih, kamu itu ketinggalan zaman Citra. Masa yang begituan aja kamu nggak tahu" ledek Manda.
" Ya maklumlah, orang aku kagak pernah pegang duit. Setiap hari kerjaannya jadi babu di rumah mertua. Bisa update dari mana coba!" Citra mulai sewot.
" Ini nih aku kasih tahu," Manda pun mulai menceritakan pekerjaannya sebagai Penulis online yang ternyata bisa menghasilkan banyak cuan.
" Ah masa sih? Cuma dongeng aja bisa dapat duit?" Tugas Citra tak begitu percaya.
" Idih nggak percaya, nih lihat akun aku..." Manda pun memperlihatkan akun penanya dan juga hasil yang sudah dia peroleh.
" Haaaa, beneran ini kamu udah dapat 100 juta lebih dalam aplikasi ini?". Tanya Citra masih antara percaya dan tak percaya.
" Serius lah, dan sekarang rekening ku sudah menggendut di setiap bulannya.
Sehari-hari aku belanja pakai nafkah dari suamiku, sementara uangku aku simpan sendiri. Kalau mau beli apa-apa tinggal gesek aja. Nggak perlu merengek ke suami." Ucap Manda.
" Ih aku mau dong ajarin aku dong Manda.." rengek Citra.
" Ya itu makanya aku ajak traktir makan bakso..
Aku mau kamu nggak penampilan gembel kayak begini Citra. Aku kasihan sama kamu. Dulu kita miskin, selalu dihina oleh anak-anak lain, ketika menikah aku kira kehidupanmu semakin baik, Eh taunya semakin belangsak aja" ucap Manda merasa kasihan dengan kehidupan sahabatnya.
" Isssh kamu ini prihatin apa lagi menghina si Manda?" Ucap Citra menatap sebal pada Manda.
" Ya dua-duanya Citra" ucap Manda nyengir.
Setelahnya Manda pun mulai menjelaskan langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang penulis.
" Udah ngerti belum?" Ucap Manda
Udah sih, tapi....
Citra meragu.
" Tapi apa?"
" Nggak punya kuota..." Ucap Citra malu.
" Oh itu... Ya sudah aku beliin. Itung-itung sedekah kepada yang kurang mampu.
Hahahaha !"
" Eh sialan kamu!" Dengus Citra.
Hehehe, bercanda....
Itu aja marah. Ya sudah yuk aku beliin kuota." Keduanya pun pergi dari kedai bakso dan menuju ke counter.
" Manda, kamu kok belinya besar banget?
Harusnya tadi yang 5 giga'an aja ..." Ucap Citra.
" Nggak apa-apa, biar kamu bisa cari jodoh lewat online" seluruh Manda.
" Ih kamu ini...."
Hahahaha! Ketawa Manda.
Manda terbahak. Harapannya Citra terlepas dari suami pelit itu.
" Ngomong-ngomong terima kasih ya Manda, aku janji deh, suatu saat nanti kalau aku sudah Dapat gaji, akan aku ganti uang 100 ribu mu ini " ucap Citra sungguh tak enak hati kepada Manda. Manda dengan mudahnya membelikan dia kuota seharga 100 ribu.
" Nggak usah dipikirin, uangku masih banyak Citra. Bukannya aku sombong nih, tapi kalau kamu masih bersih keras nanti Kamu traktir aku pempek di alun-alun aja ya..." Manda tulus membantu Citra. Dulu hanya Citra seorang temannya.
" Hemmm, ternyata Markonah sekarang jadi baik sekali seperti ibu peri. Aku seneng deh udah ada sahabat di dekat aku" ucap Citra pun memeluk tubuh Manda penuh haru.
Markonah adalah julukan Manda ketika masih remaja, itu karena rambutnya keriting mengembang mirip Markonah. Berbeda dengan sekarang rambutnya yang lurus lempeng kayak jalan tol negara di laminating.
" CK, udah cantik begini masih dipanggil Markonah si Citra!" dengus Manda.
Iya deh ibu peri, terima kasih ya. Kapan-kapan kita jumpa lagi" Ucap Citra.
"Oke!"
Setelah berpamitan dan juga telah mengatongi nomor WA masing-masing, keduanya pun pulang.
Pluk
" Alamak, karena keasyikan belajar mau cari duit seperti Manda aku jadi lupa mau beli bedak. Huft, mana udah sampai depan rumah lagi!" gerutu Citra menepuk jidatnya sendiri.
" Besok aja deh ke pasar lagi," Ucap Citra.
Baru saja Citra membuka pintu, ada sebuah piring terbang menuju ke arahnya.
Grompyang !
" Bagus, habis nglayap Dari mana kamu ! Jam segini baru pulang!" Ucap Bu Indah ketus.
\* Assalamualaikum \* Hay para reader tercinta author minta dukungan kalian ya...
Ini karya pertama author semoga kalian suka...
Jangan lupa kasih like, komentar dan vote ya...
Terima kasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!