Selamat datang di novel ku yang terbaru guys. Sebenarnya aku sangat ingin menyelesaikan novel yang sebelumya . Sayangnya belum ada ide yang menyangkut di pikiranku.😅😅😅
Maaf karena sebelum ini saya sering telat up date. Ada masalah pribadi yang tidak bisa aku tuliskan disini sampai-sampai aku tidak bisa berfikir.
Aku juga memutuskan untuk membuat novel baru.Tapi bukan berarti aku melupakan novel yang sebelumnya. Semoga saja mulai hari ini aku bisa rajin up date ya🤭🤭🤭.
Terima kasih atas dukungan teman-teman semua🥰🥰🥰🥰
Bismillahirrahmanirrahim......
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kalian sudah faham kan apa yang sudah saya katakan tadi? " tanya seorang wanita dengan gaun malam yang membalut tubuh indahnya.
Di depan wanita itu ada dua orang wanita yang menggunakan pakaian karyawan di sebuah hotel ternama di jakarta. Tempat dimana sebuah acara ulang tahun sebuah perusahaan ternama dilakukan.
"Sudah Nona," jawab keduanya dengan serempak.
"Saya tidak ingin ada kegagalan sama sekali!" ancam wanita itu dengan kejam.
"Siap Nona! "
"Good! "
Saskia Aurora namanya. Seorang anak yatim-piatu yang sukses karena kecerdasannya. Selama masa pendidikan Ia selalu mendapatkan nilai tertinggi dan mendapatkan beasiswa.
Selain pandai di bidang akademis Aurora juga juga ahli di bidang bela diri. Kini dia berhasil menjadi seorang karyawan tetap di salah satu perusahaan terbesar di kotanya. Hanya karena cinta semua kecerdasan yang ia miliki tidak ada artinya.
Ada yang bilang cinta itu buta. Mungkin ungkapan itu sangat cocok ditujukan untuk Aurora.
Aurora jatuh cinta untuk pertama kalinya di usia dua puluh dua tahun. Sayangnya perasaan itu harus tumbuh pada lelaki yang tidak seharusnya.
Lelaki itu bernama Steven Julio. Dia merupakan CEO di perusahaan tempat ia mencari nafkah. Steven merupakan pria berkebangsaan negara Amerika yang saat ini tinggal di Indonesia. Hal itu disebabkan karena Steven menikah dengan penduduk asli Indonesia.
Perempuan beruntung yang menjadi istri Steven Julio bernama Azzahra. Perempuan cantik asal Indonesia yang ia temui secara tidak sengaja di Bali saat ia sedang liburan.
Demi cintanya pada sang istri, Steven rela meninggalkan kebiasaan buruknya. Ia juga mengikuti agama sang istri yang beragama islam.
Sebagai lelaki yang terlahir di negara Amerika, Steven terbiasa dengan pergaulan bebas. Minum merokok, obat- obatan dan balapan sudah menjadi keseharian. Untungnya dia bukan seorang pemain wanita.
Steven juga seorang mafia. Di negaranya dia merupakan salah satu pemimpin Mafia yang paling dihormati. Kekuasaannya di dunia bawah sangat besar. Siapapun yang berkhianat dan membuat masalah dengannya selalu berakhir tidak baik.
Zahra tidak mengetahui jika suaminya seorang mafia. Steven menyembunyikan identitasnya itu dengan sangat baik. Apalagi Zahra sangat jarang pergi ke Amerika. Steven pun tak berniat untuk mengajaknya. Dia takut Zahra menjadi target dari semua musuh-musuhnya. Secara perlahan ia juga mulai keluar dari kursi kepemimpinannya sebagai pemimpin. Dia memberikan tanggung jawab itu pada sahabat sekaligus tangan kanannya di dunia bawah.
Hari ini merupakan hari ulang tahun perusahaan. Acara itu diadakan dengan sangat meriah. Semua karyawan bebas untuk menghadirinya.
Malam ini Aurora berniat untuk menjebak Steven. Meski ia tahu Steven memiliki seorang istri dan bisa dibilang bucin akut pada istrinya, namun Aurora masih tetap ingin bersamanya. Sungguh cinta benar-benar membuat Aurora kehilangan akal sehatnya.
Banyak tamu yang sudah datang untuk merayakan pesta tersebut. Steven dan istri juga standby di di sana.
Penampilan Steven sangan memukau kaum hawa. Banyak tatapan lapar yang tertuju padanya. bukan hanya dikalangan anak muda, bahkan ada di kalangan ibu-ibu yang tidak menghiraukan suaminya. Padahal sang suami ada di sebelahnya.
Setelah pembawa acara memulai acaranya , kini giliran Steven yang memberi sambutan. Steven berdiri dengan gagah di depan podium. Zahra sebagai sang istri juga turut menemaninya dengan berdiri disampingnya.
''Gila! Pak steven Gagah banget deh!"
" Benar tuh. Nggak cocok banget sama istrinya."
"Terus cocoknya sama lo gitu!'
"Ya iya lah. Dahlia gitu loh," ucap Dahlia dengan percaya diri."
"Dih .... Itu ma menurut Lo. Kalau menurut Gua lebih cocok sama Gua lah."
"Ngaca dulu Bu...sama Bu Zahra saja muka kamu nggak ada apa-apanya."
"Berisik! Dengerin tuh Pak Steven lagi ngomong. Bukan malah ngerumpi sendiri."
"Sirik bilang aja Neng. Mulut juga mulut Kita sendiri.Kok Kamu yang repot."
"Aku cuma mengingatkan. Kalau tidak mau di ingatkan ya sudah."
Bukan hanya mereka saja yang bergosip tanpa mendengarkan sang CEO berbicara di podium.
Setelah acara sambutan selesai dilanjutkan dengan makan-makan. Aurora mengawasi Steven di sudut ruangan yang tidak terlalu mencolok. Steven dan Zahra menyambut para tamu penting dari perusahaan lain.
Sepertinya keberuntungan berpihak pada Aurora. Terlihat Zahra yang keluar bersama anggota keluarganya yang lain setelah menerima panggilan telepon.
Kemudian pelayan yang ia minta untuk memberikan minuman , datang menghampiri Steven.
Kini gilirannya mengalihkan perhatian Jack asisten sekaligus tangan kanan Steven.
"Pak bisakah saya minta pertolongan?" pinta Aurora dengan wajah yang agak melas.
Jack menatap Aurora dengan tajam. Namun yang ditatap tetap santai tanpa merasa terganggu.
"Ada apa?"
"Ada orang yang sepertinya sedang melakukan perkelahian di lorong. Saya ingin kembali ke kamar. Tapi takut ..."
'"Dimana?" tanya Jack.
Mendengar perkataan Aurora dia takut ada yang berusaha untuk merusak pesta. Sebagai asisten sekaligus tangan kanan Steven, sudah menjadi tugasnya untuk membuat acara berjalan dengan lancar. Untuk seketika Jack lupa jika ia sendiri sudah mengeluarkan anak buahnya untuk menjaga keamanan pesta.
"Mari ikuti saya Pak."
Aurora membawa Jack ke lorong yang agak sepi. Seperti yang sudah dikatakan Aurora , ada dua orang yang sedang adu jotos. Jack fokus menatap kedua orang itu sambil berjalan dengan cepat. Ia tidak menyadari jika Aurora diam-diam mengeluarkan suntikan dan sudah siap untuk menusuk Jack.
Jleb!
Jack lengah. Sebelum ia sempat bereaksi tubuhnya sudah limbung duluan. Obat bius yang Aurora persiapkan cukup kuat sehingga efeknya juga langsung bereaksi.
Bruk!!
"Bawa dia!"perintah Aurora pada dua pemuda yang tadi bertengkar. Pertengkaran itu merupakan scenario yang sudah Aurora persiapkan.
Ditempat lain Steven sudah merasakan efek dari obat yang diminumnya. Steven merasakan sekujur tubuhnya panas. Dia tahu ada yang sedang bermain-main dengannya.
Biasanya Steven selalu menyediakan penawar dari obat-obat seperti ini. Sayangnya persediaanya sudah habis. Ia hanya bisa mengandalkan Jack. Sayangnya jack tidak bisa dihubungi.
Jack saat ini sudah tertidur nyenyak akibat suntikan yang diberikan oleh Aurora. Aurora meminta salah satu pemuda tadi untuk menjaga Jack untuk sementara waktu. Sedangkan satu pemuda yang lainnya ikut bersamanya.
Saat kembali ke tempat pesta Aurora melihat Steven dari arah berlawanan. Dilihat dari keadaanya saat ini Steven sudah mulai kehilangan fokus. Obat yang dituangkan di dalam minumannya tadi terlalu kuat . Ia sudah tidak bisa berfikir dengan jernih.
Aurora bergegas menghampiri Steven dengan langkah lebar. Sedangkan pemuda yang bersamanya tadi terdiam di tempat sambil menunggu drama yang akan tersaji di depan matanya.
"Dasar wanita gila. Tapi lumayan juga sih bayarannya dapat gua beli minum," bisiknya dalam hati.
"Tuan Steven," panggil Aurora dengan suara mendayu stelah tiba dihadapan Steven.
Steven mengacuhkan kehadiran dirinya. Namun Aurora tidak menyerah. Entah dapat keberanian dari mana sehingga Aurora membelai dada steven dengan lembut.
Nafsu Steven semakin tak terkendali. Ia sudah tidak lagi bisa berfikir dengan jernih. Dengan ganas Steven menutup mulut Aurora dengan bibirnya. Tentu saja kesempatan itu tidak Aurora sia-siakan.
Sembari membalas ciuman Steven yang bergelora , Aurora membawa Steven ke kamar yang sudah ia persiapkan sebelumnya yang tidak jauh dari posisinya saat ini. Sebelum masuk kedalam amar ia masih sempat memberikan tanda pada pemuda yang sudah horny melihat kegiatan keduanya.
Steven dan Aurora akhirnya melakukan malam panjang yang bergelora. Keduanya tidak berhenti sampai Aurora pingsan karena kelelahan.
Keesokan harinya Steven bangun terlebih dahulu. Kepalanya terasa sakit karena efek obat yang diminumnya. Pandangannya tiba-tiba tertuju pada sosok tubuh yang berbaring di sampingnya.
Ingatan kejadin kemarin perlahan berputar di kepalanya. Tatapannya berubah ganas. Ia langsung mencekik Aurora dengan kejam. Sayangnya Aurora yang sedang pingsan tidak menyadarinya. Hanya saja wajahnya semakin pucat pasih.
Panggilan telpon menghentikan aksinya. Andai sedikit lebih lama, Aurora pasti sudah mati.
"Yes Baby...." ucap Steven dengan lembut.
"...."
"Iam so sorrry...."
Cukup lama Steven berbincang dengan Zahra. Setelah panggilan selesai, ia segera menghubungi Jack. Sayangnya Jack masih belum bangun. Dengan marah Steven menghubungi anak buahnya yang lain. Ia meminta anak buahnya untuk mengirim Aurora ke tempat yang jauh.
"Kalian mau membawaku kemana?" tanya Aurora dengan takut. Kedua tangan dan kakinya di ikat. Bagian intinya masih terasa sakit.
Saat ini Aurora berada di dalam sebuah mobil dengan tiga orang lelaki kekar bersamanya.
"Ketempat dimana kamu tidak bisa lagi mengganggu kenyamanan Bos kami."
"Siapa Bos Kamu Kami tidak kenal," ucap Aurora dengan bingung.
"Jadi Kamu tidak mengenal dengan bos kami? Yakin?!" cibir salah satu penculik dengan sinis.
Deg!
Perasaan Aurora tidak tenang. Sepertinya ia sudah melupakan apa yang sudah ia lakukan semalam.
"Kalian..." Aurora tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Tubuhnya terasa menggigil. Ia kira setelah hubungan semalam ia bisa mengambil hati Steven. Tak masalah jika harus menjadi seorang simpanan.
Entah dimana otaknya saat itu🤯🤯🤯. Menyesal pun sekarang tidak ada gunanya. Tidak mati saja sudah untung.
"Sudah ingat kan?"
"....."
"Kamu harus bersyukur karena Bos Steven masih mengampuni nyawamu. Namun kamu harus menjalani hukuman di tempat pengasingan sampai Bos Steven memaafkanmu."
"What!!!" pekik Aurora dengan kedua mata melotot.
"Diam!!!!"
"Dimana?" tanya aurora dengan bibir gemetar.
"Menurutmu?"
Aurora pun terdiam. Ia tidak menyangka jika tindakan bodoh yang ia lakukan membuatnya harus diasingkan ke tempat yang belum ia ketahui. Belum lagi ia harus kehilangan kehormatannya.
Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan. Orang-orang itu membawa Aurora ke Bandara. Mereka juga membawa dua koper milik Aurora yang di ambil di rumahnya.
Aurora menaiki pesawat pribadi milik Steven. Bukan hanya Aurora saja yang akan di asingkan. Namun ada beberapa orang dengan kesalahan yang berbeda. Sayangnya Aurora belum mengetahui semua itu.
Perjalanan itu memakan waktu hingga delapan belas jam. Mereka di turunkan di pulau yang belum pernah mereka datangi sebelumnya.
Pulau itu merupakan pulau pribadi milik Steven. Berada jauh di tengah Samudra yang luas.
Aurora dan yang lainnya merasa tertegun saat turun dari pesawat. Saat itulah Aurora tahu jika bukan hanya dia saja yang diasingkan ke tempat itu. Namun yang membuatnya terkejut bukan hal itu.
"Dimana ini?" tanya Aurora entah pada siapa. Tapi seseorang menjawabnya dengan santai.
"Devil's Island."
"What!!!!!"
"Jangan berisik!"
"....."
Sebenarnya pemandangan di " Devil's island" tidaklah buruk. Namun dikarenakan keadaaan , mereka tidak bisa menikmatinya.
Selain Aurora ada dua puluh orang lain yang diasingkan bersamanya. Delapan orang berasal dari dua keluarga.
Tatapannya tiba-tiba tertuju pada empat orang yang sangat ia kenal. Keempat orang itu menatap Aurora dengan pandangan menusuk. Andai tidak menuruti keinginan Aurora mereka tidak akan dipecat dari pekerjaan dan diasingkan ke tempat seperti ini.
Ini merupakan identitas orang-orang yang diasingkan bersama Aurora.
Aurora diasingkan karena melecehkan Steven.
Keluarga Brawijaya yang terdiri dari sepasang suami istri dan seorang putri. Diasingkan karena Tuan Brawijaya telah melakukan korupsi.
Keluarga Sanjaya yang terdiri dari lima anggota keluarga. Diasingkan karena telah melakukan korupsi.
Tiga orang pembunuh bayaran yang bernama Sam, Leon dan Williams. Dilihat dari wajah dan penampilan mereka tidak akan ada yang menyangka jika mereka seorang pembunuh bayaran.
Tiga orang wanita paruh baya yang sebelumnya bekerja sebagai pelayan dikediaman Steven yang ada di Amerika.
Dua orang pemuda yang sudah membantu Aurora ditambah dengan dua pelayan wanita.
Sisanya lelaki paruh baya yang berusia di atas empat puluh tahun.
Di pulau itu ada banyak anak buah Steven . Mereka di tempatkan disana untuk melakukan pelatihan dan penjagaan.
David merupakan orang yang ditunjuk oleh Steven untuk memimpin semua anak buahnya. Bisa dianggap tangan kiri Steven.
"Ikuti Aku!" titah David dengan tegas.
Mau tidak mau mereka harus mengikuti David masuk ke dalam hutan. Setiap orang harus membawa koper mereka masing-masing.
Anak buah David berjalan di belakang sambil membawa senjata api. Keempat orang yang berniat menerkam Aurora tidak jadi melakukannya. Aurora sendiri tidak memperdulikan mereka .
Jalan yang mereka lalui cukup sulit apalagi dengan membawa koper di kedua tangan. Namun tidak ada yang berani mengeluh. Bisa-bisa kepala mereka berlubang akibat peluru yang ditembak di kepala mereka.
Mereka melakukan perjalanan selama satu jam. Setelah itu David meminta mereka untuk berhenti.
"Stop!!!"
"Mulai hari ini kalian akan tinggal disini_"
"What!!!" pekik mereka tidak percaya. Mereka kira di dalam pulau ini ada rumah pada umumnya yag dapat mereka tempati. Tak tahunya mereka harus tinggal di atas rumah pohon yang tidak seberapa besarnya.
"Jadi kita akan tinggal di atas rumah pohon itu?"
"Benar...karena hanya sepuluh maka kalian harus memutuskan siapa saja yang akan tinggal diatas sana."
"Terus yang lainnya bagaimana?"
"Terserah. Sampai kita membangun lagi."
"Kita harus memutuskan dengan adil. Karena jumlah kita ada dua puluh satu maka paling tidak satu rumah ditempati dua orang," ucap Tuan Brawijaya .
"Baiklah kalau begitu. Aku dan leon satu rumah"ucap Sam yang setuju dengan pengaturan Tuan Brawijaya.
"Aku sama Sania," ucap Rania yang tak lain pelayan hotel yang membantu Aurora menjebak Steven.
Satu persatu menentukan pasangan mereka. Aurora satu rumah dengan Wanda yang tak lain putri dari tuan Brawijaya. Sedang untuk satu kamar tersisa harus digunakan oleh tiga orang. Mereka merupakan tiga pelayan dari rumah Steven.
"Kalian boleh istirahat di rumah yang kalian pilih. Nanti saat ada suara peluit kalian harus bergegas turun. Mengerti!"
"Mengerti."
Aurora naik ke atas rumah pohonnya bergantian dengan Wanda. Mereka membawa satu persatu koper bawaan mereka naik ke atas.
Di dalam rumah pohon tidak ada apa-apanya. Hanya ruangan kosong yang besarnya tidak seberapa. Untung masih muat di tempati oleh dua orang untuk tidur dan meletakkan koper mereka.
"Namamu siapa?" tanya Aurora membuka suara.
"Wanda. Kalau Kamu siapa?"
"Aurora."
"Apa Kamu juga ada masalah sama Tuan Steven?" tanya Wanda penasaran.
Aurora menggangguk dengan kaku. Tidak ada niatan untuk menjelaskan lebih lanjut. Terlalu memalukan untuk dibicarakan.Meskipun akhirnya akan terbongkar oleh keempat orang yang dendam padanya.
"Kira-kira kenapa Kita dikirim kesini ya?"
"Entahlah. Nanti juga kita akan tahu. Yang menjadi pikiranku saat ini tidak ada apapun disini Bagaimana kita akan hidup?" ucap Aurora dengan frustasi.
"Bagaimana kalau kita periksa isi koper dulu. Aku tidak tahu isinya."
"Aku juga."
Keduanya bergegas untuk membuka koper masing-masing. Ternyata satu koper berisi tiga pasang pakaian, selimut, handuk , bantal yang dilipat sedemikan rupa hingga bisa masuk kedalam koper dengan mudah dan tak lupa dengan pakaian dalam mereka.
Satu koper lainnya berisi peralatan makan ,peralatan mandi dan peralatan masak.
Wanda dan aurora saling pandang dengan bingung.
"Apa yang akan kita masak?" tanya Aurora.
"Bagaimana aku bisa bawa pakaian hanya tiga pasang?" Wanda dan Aurora mengucapkan kata-kata itu secara bersamaan.
"Biar Aku melihat Mama dan papa dulu," ucap Wanda sambil bergegas keluar dan turun dari rumah pohon.
Aurora tidak peduli dengan apa yang akan ia lakukan. Namun perutnya sudah mulai minta diisi.Tapi tidak ada apapun yang bisa ia makan, tiba-tiba suara peluit terdengar. Aurora bergegas turun ke bawah.
"Langsung berbaris!" perintah David dengan tegas. Mau tidak mau mereka harus berbaris dengan rapi.
"Pasti kalian sudah bisa menebak sendiri kenapa kalian bisa diasingkan ke tempat ini. Bisa dibilang ini merupakan penjara khusus yang di persiapkan oleh Tuan Steven untuk orang-orang seperti kalian."
"Bagaimana cara Kami makan?"
"Untuk hari ini akan Kami beri makanan bungkus dan roti. Untuk selanjutnya kalian harus usaha sendiri."
"Bagaimana bisa?"
"Kenapa tidak bisa? Bukankah di koper kalian sudah tersedia alat untuk memasak. Meski kecil namun alat itu bisa kalian gunakan. Cukup untuk sehari makan."
"Bahan masakannya bagaimana?"
"Kalian bisa mendapatkan Bahan makanan kalau mau bekerja. Selain itu hutan ini luas. Banyak sumberdaya yang bisa kalian manfaatkan. Contohnya saja buah-buahan maupun binatang buruan. Di dalam hutan ini juga ada sungai dan danau yang bisa kalian manfaatkan untuk mencari ikan."
"Kalau mau buang air bagaimana?"
"Ada dua gubuk kecil yang sudah kami sediakan. Untuk perempuan sendiri. Untuk lelaki sendiri. Saya harap kalian tidak macam-macam disini. Siapapun yang berani bertindak macam-macam jangan salahkan jika peluru menembus kepala kalian!" ucap David memberi peringatan.
"Apa yang akan kami kerjakan untuk mendapatkan bahan makanan?"
"Mengumpulkan tanaman obat-obatan."
"Ha!!!"
David meminta anak buahnya untuk membagikan selebaran pada masing-masing orang. Selebaran itu berisi catatan jenis-jenis tanaman obat yang harus mereka cari.
Sebenarnya hutan itu dikhususan untuk melatih pasukan khusus buat para pengawal. Tidak ada yang pernah masuk kedalam hutan ini selain Steven dan anak buahnya.
Steven membangun beberapa Villa yang tersebar di sepanjang hutan. Salah satunya Villa termewah yang terletak di tepi pantai. Villa itu merupakan Villa khusus yang di tempati oleh Steven. Sedangkan Villa lainnya di tempati oleh anak buahnya.
Namun beberapa waktu lalu Zahra mengalami penyakit yang mematikan. Belum ada obat untuk menyembuhkannya. Untuk itu Steven mengirim beberapa dokter untuk meneliti obat di dalam hutan ini.
Awalnya Steven berniat menambah pekerja. Namun melihat banyaknya orang yang membuat masalah dengannya , kenapa tidak memanfaatkan orang-orang ini saja. Selain itu ia juga bisa menjual obat dalam skala besar.
Dengan itu Steven juga mengarahkan David agar orang-orag itu mau membudi dayakan obat. Setiap obat yang mereka kumpulkan akan mendapat bayaran yang memuaskan. Dengan begitu saat kembali ke negara masing-masing mereka bisa melanjutkan kehidupannya.
"Kalian pelajari isi kertas itu baik-baik. Nanti kami akan menyediakan alat yang bisa Kalian pergunakan."
"Dimana Kami mencarinya?"
"Tentu saja di dalam hutan. Tapi ingat...Kalian harus waspada. Didalam hutan ini banyak terdapat hewan buas. Jika masih sayang nyawa jangan bertindak sembrono."
Apa yang dikatakan David bukan omong kosong belaka. Steven dengan sengaja memasukkan beberapa jenis hewan buas yang tidak ada di hutan ini. Seperti sepasang Singa, sepasang harimau dan Panthers.
Anak buah Steven sudah biasa dengan hewan-hewan ini . Bahkan beberapa dari mereka sering berlatih dengan hewan-hewan itu.
Selain hewan-hewan itu masih banyak jenis hewan lain yang tinggal disana. Untuk itulah David sengaja menyiapan rumah pohon buat mereka. Paling tidak saat ada hewan buas berkeliaran mereka bisa tinggal di atas rumah dengan nyaman. hanya ular dan beberapa jenis binatang lain yang bisa naik ke atas. Seperti ular, monyet , tupai, berbagai jenis primata dan lainnya.
Setelah membagikan makanan David meminta meminta mereka untuk naik ke rumah masing-masing. Mereka akan mulai bekerja keesokan harinya.
Porsi makanan yang mereka dapatkan cukup banyak. Bisa untuk dua kali makan.Lauknya juga di sendirikan . Jadi mereka tidak khawatir basi. Masing-masing dari mereka juga mendapatkan sepuluh bungkus roti dan dua botol air minum.
Aurora makan menggunakan piring miliknya. Dia makan sendiri. Karena Wanda memilih makan bersama kedua orang tuannya.
Selesai makan, Aurora memilih untuk tidur. Perut yang kenyang dan tubuh yang lelah membuatnya tidur dengan nyenyak. Dia tidak mendengar keributan yang terjadi dibawah.
Keesokan harinya ia di kagetkan oleh dua orang yang terbaring di atas tanah dengan tubuh yang berlumuran darah.
Tiga orang pembunuh bayaran berniat untuk kabur. Namun ke tiganya bertemu dengan sepasang Harimau.
Mereka melawan harimau itu dengan ganas. Sayangnya kekuatan mereka tidak sebanding dengan kekuatan Harimau. Andai mereka tidak di temukan oleh anak buah Steven nyawa mereka tidak akan selamat.
Bukan hanya Aurora saja yang terkejut. Sebagian dari mereka memang tidur nyenyak seperti Aurora.
David muncul dengan Gagah. Dia menatap Aurora dan yang lainnya dengan datar.
"Lihatlah!"
"Mereka kenapa?"
"Ini akibat jika kalian tidak menuruti apa sudah Aku bicarakan kemarin. Untuk kami melihatnya, kalu tidak nyawa mereka sudah tidak bisa diselamatkan."
Gleg !!!!
Semua ngeri melihat pemandangan di hadapan mereka. Bahkan ada yang sampai mual dan pingsan karena tidak bisa melihat darah.
"Apa Mereka akan mati?"
"Lihat keberuntungan mereka. Mereka akan diobati namun untuk kesembuhan tergantung nasib baik Mereka."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!