NovelToon NovelToon

Diantara Dua Pilihan

satu

Fanya menatap jengkel ke arah bocah laki-laki berambut hitam di hadapannya yang masih mengenakan kemeja putih dan celana merah. Sungguh, ini bukanlah kali pertama bocah tersebut datang hanya untuk mengungkapkan perasaannya.

"Kak Fanya emangnya kenapa gak mau sama gue? Memangnya apa yang kurang dari gue hah?" Tanya Baskara bocah laki-laki yang merupakan anak dari tetangganya.

Fanya menghela napas, merasa jengah menghadapi bocah laki-laki yang baru memasuki masa pubertas ini. Sungguh, anak-anak jaman sekarang, baru duduk di bangku sekolah dasar sudah paham soal cinta-cintaan.

"Siapa yang ngajarin lo soal cinta-cintaan begini? Baskara, lo kan masih SD, lebih baik fokus belajar daripada mendekati cewek yang tidak jelas kaya ini." Ujar Fanya memberi nasihat. Meskipun sebenarnya kesal setengah mati, Fanya tidak berani membentak Baskara, karena bocah itu adalah anak tetangganya..

Mata Baskara mendelik, ia datang ke rumah Fanya untuk menyatakan perasaannya, bukan untuk dinasehati seperti ini. Lagipula, usianya sudah 12 tahun dan sebentar lagi ia akan lulus sekolah dasar. Apa salahnya kalau dia menyukai seseorang? Bahkan, beberapa teman-temannya pun sudah ada yang memiliki kekasih.

"Kak, gue kan mau lulus SD nih, emangnya salah ya kalo gue suka sama cewek? Temen-temen gue banyak kok yang udah pacaran." Ujar Baskara dengan polos.

Fanya menepuk jidatnya, merasa bingung dengan pergaulan anak jaman sekarang. Ia memahami jika setiap orang pernah mengalami cinta monyet, namun kasus Baskara ini terasa aneh. Anak seusia Baskara terlalu muda untuk mengalami hal tersebut. Bahkan, Baskara mengatakan teman-temannya sudah ada yang memiliki pacar. Sementara itu, Fanya yang sudah berusia 18 tahun pun belum pernah memiliki kekasih. Mungkin pergaulan dan pengawasan orang tua mempengaruhi perilaku anak. Fanya sedikit mengerti mengapa Baskara bisa seperti ini; orang tua Baskara terlalu sibuk bekerja dan mungkin pengawasan mereka kurang, sehingga anak usia 12 tahun sudah mengenal kata pacaran.

"Jangan ikut-ikutan yang nggak bener, lo masih bocah, jangan pacaran dulu deh. Nanti aja pacaran pas udah gede, ya."

"Emangnya gue belum gede ya? Coba liat tinggi gue sama Lo aja hampir sama,itu artinya gue udah gede dong."

Fanya mengigit bibir bawahnya,sungguh saat ini ia sudah berusaha semaksimal mungkin menahan kesal.Ia tahu pertumbuhan bocah itu cukup cepat dibandingkan anak usia 12 tahun pada umumnya,Fanya yang memiliki tinggi sekitar 157 cm hampir tersusul oleh bocah itu.Dan ya ia cukup sebal jika ada yang menyinggung mengenai tinggi badannya,karena diantara teman-temannya dia merupakan gadis yang cukup mungil.

"Percuma mau setinggi apapun Lo gak bisa mengubah fakta kalau Lo masih bocah,udah ya Baskara Lo mending pulang terus kerjain PR." Ujar Fanya lalu ia meninggalkan bocah itu sendiri di depan gerbang rumahnya.

Baskara melihat Fanya dengan tatapan kecewa,gadis itu adalah tetangganya sekaligus cinta pertamanya.Di usianya yang akan beranjak remaja,ia sudah bisa merasakan rasa suka terhadap seseorang dan ya perempuan yang ia sukai adalah Fanya.Gadis yang terpaut 6 tahun lebih tua darinya itu merupakan tetangganya,dulu ketika dirinya masih kecil Fanya selalu datang ke rumahnya untuk bertemu kakak perempuannya atau sekedar bermain bersamanya.Tapi semenjak Fanya masuk Sekolah Menengah Atas,gadis itu sudah jarang sekali bermain bersamanya.

Baskara membalikkan tubuhnya,lebih baik dia pulang.Tak apa jika sekarang gadis itu tidak menerima cintanya,tapi ia pastikan nanti setelah dewasa gadis itu tidak akan pernah bisa menolaknya.Sekarang ia bertekad untuk rajin belajar agar bisa membuktikan bahwa dia bisa membuat gadis itu bangga padanya.

____

Beberapa tahun kemudian dengan hati yang girang Baskara berjalan menuju rumah Fanya,beberapa tahun yang lalu gadis itu menolaknya karena dia masih bocah.Mungkin sekarang gadis itu bisa menerimanya,ya dia sudah bertambah tinggi dan juga ia sudah menginjak remaja.Setelah penolakan itu, Baskara selalu rajin belajar dan menyibukkan diri dengan kegiatan ekstrakurikuler,semua itu berhasil membuat pikirannya sedikit teralihkan dari gadis itu.Meski begitu ia selalu diam-diam pergi ke taman yang berada di dekat rumah Fanya hanya untuk sekedar melihat keadaan gadis itu.

Baskara berjalan dengan girang, laki-laki itu masih memakai seragam sekolahnya,ada beberapa buket bunga di tangannya sebagai tanda bahwa ia telah lulus sekolah.Ia agak sedikit berlari ketika melihat Fanya yang sepertinya baru saja pulang kuliah.

"Kak Fanya!" Panggil Baskara.

Fanya yang baru turun dari ojek online itu pun menoleh.

"Makasih ya neng." Ujar Abang ojek yang mengantarnya.

Fanya memalingkan wajahnya ke Abang ojek lalu mengangguk." Eh iya bang,makasih juga ya."

Setelah itu Abang ojek pergi, bertepatan dengan itu Baskara kini sudah berdiri di hadapan Fanya sembari memegang beberapa buket bunga di tangannya.Ia menghela napasnya,jangan bilang bocah ini mau menyatakan perasaanya lagi.Tiga tahun terakhir,ia sudah merasa tenang karena bocah itu tidak lagi mengusiknya,meski terkadang bocah itu meneleponnya melalui telepon rumah hanya untuk menanyakan kabar atau terkadang juga ia hanya duduk di bangku taman sembari memperhatikan ke arah rumahnya,ya terkesan seperti penguntit cilik.

"Kenapa?" Tanya Fanya singkat,dulu waktu kecil ia memang sering berkunjung ke rumah Baskara untuk bermain bersama kakak perempuannya,namun setelah kakaknya kuliah di luar kota ia jadi lebih sering bermain dengan Baskara dan akhirnya mereka menjadi dekat,bocah itu sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

Bocah itu tidak menjawab,dia hanya tersenyum sembari memamerkan beberapa buket bunga yang ia bawa.

"Gue udah lulus sekarang dan gue dapat penghargaan sebagai lulusan terbaik di sekolah." Ujar Baskara membanggakan dirinya.

Fanya tersenyum kecil." Wah, selamat ya, ternyata Lo hebat." Pujinya,ia cukup kagum pada bocah itu,apakah 3 tahun terakhir ini benar-benar dia gunakan untuk belajar? Ternyata dibalik sifat gilanya,dia cukup patuh dan pintar.

"Karena gue udah lulus, ngikutin ucapan Lo untuk rajin belajar dan jadi lulusan terbaik di sekolah.Gue mau Lo kasih hadiah buat gue."

Perasaan Fanya menjadi tidak enak setelah mendengar ucapan bocah itu,bukan karena laki-laki itu meminta hadiah,jika yang dia pinta hanya sekadar barang mungkin ia sanggup untuk mengabulkannya.Tapi ia curiga jika bocah itu akan meminta sesuatu yang diluar nalar.

"Oke,selagi gue bisa,gue akan kasih hadiah yang Lo mau.Jadi Lo mau minta apa?" Tanya Fanya.

Baskara tersenyum lebar,bocah itu mendekat ke arahnya lalu memberikan salah satu buket bunga yang ia pegang kepadanya.

"Jadi pacar gue ya! Itu hadiah yang gue mau."

Gila!

Memang bocah gila,benarkan dugaannya bocah ini tidak akan meminta sesuatu yang masuk akal.Apakah dia tidak sadar dengan seragam yang dia pakai sekarang?

Fanya menatap wajah Baskara yang tengah memakai kemeja putih dengan lambang kuning di saku kemejanya dan celana pendek berwarna biru,ya bocah itu baru saja lulus Sekolah Menengah Pertama.

"Jangan bercanda Bas,aduh!" Fanya mengacak rambutnya frustasi,ia pikir laki-laki itu sudah tidak mengejarnya lagi.Memangnya apa si yang membuat bocah ini menyukainya? Dia hanya gadis biasa yang usianya terpaut cukup jauh dengannya,bahkan jika disandingkan dia lebih cocok menjadi kakak atau bahkan tante laki-laki itu.

"Menurut Lo gue bercanda?" Tanya bocah itu dengan kening berkerut.

"Ya,Bas Lo itu masih bocah lihat seragam lo sekarang dan sampai kapanpun gue akan anggap Lo bocah.Baskara gue itu jauh lebih tua dari Lo,bahkan gue lebih cocok jadi kakak Lo ketimbang pacar.Dan lagi gue udah kuliah sebentar lagi gue lulus,di saat gue udah matang buat nikah,sedangkan Lo baru memasuki fase dewasa.Baskara,gue mau laki-laki yang mapan dan lebih dewasa dari gue.Memang dewasa gak dipandang dari usia, walaupun tubuh Lo sekarang lebih tinggi dari gue,tapi tetap Bas usia kita terlalu jauh.Jadi berhenti buat ngejar gue,cari perempuan yang sepantaran sama Lo,kalau memang Lo suka yang lebih tua cari yang jarak usianya gak terlalu jauh."

"Kak,gue bukan bocah lagi,gue udah lulus dan beberapa tahun kedepan gue akan kuliah lalu bekerja di perusahaan papah,Lo suka cowok mapan? Gue akan berusaha jadi cowok yang Lo mau.Tolong jangan minta gue buat cari perempuan lain kalau sedari dulu hati gue buat Lo,gue gak peduli berapapun jarak usia kita,yang terpenting gue suka sama Lo." Ujar Baskara, laki-laki itu masih kekeh dengan pendiriannya.

Fanya menggeleng tidak percaya,apakah ibu atau keluarga bocah ini tau kelakuan Baskara?

"Udah ya Bas,gue capek mau istirahat mending Lo juga pulang."

"Jadi Lo nolak gue lagi?" Tanya Baskara dengan nada kecewa.

Tanpa ragu Fanya mengangguk." Ya,ingat ya Baskara gue cuma anggap Lo gak lebih dari sekedar adik,jadi berhenti suka sama gue dan cari pacar yang seumuran sama Lo,nikmati masa muda Lo dengan baik." Fanya mengembalikan buket bunga yang di berikan Baskara.

Bocah itu menatap buket bunga itu."Ambil aja." Ucap Baskara,dia berbaik dan pergi meninggalkan Fanya.

Fanya menatap sebentar kepergian bocah laki-laki itu, kemudian ia berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.

Beberapa langkah menjauh, Baskara kembali membalikkan tubuhnya,ia menatap rumah Fanya dengan seksama.Ia tidak akan menyerah begitu saja,sampai kapanpun ia akan berusaha mendapatkan perhatian Fanya kembali.Ya ia tidak ingin perempuan manapun selain Fanya.

dua

Tidak terasa Fanya telah memasuki akhir semester masa perkuliahannya.Libur semester hanya tersisa satu Minggu lagi.Cukup lama terbebas dari berbagai macam tugas, membuatnya sedikit agak malas untuk ke kampus dan mengerjakan tugas yang selalu menumpuk.Sebagai mahasiswi ekonomi tugas yang menumpuk sudah menjadi keseharian nya,tapi seniornya bilang tahun terakhir perkuliahan tugas tidak akan sebanyak tahun sebelumnya.Ternyata kuliah tidak semenarik di film-film,sebelum masuk ke dunia perkuliahan ia berandai-andai bisa mendapatkan kekasih dan bisa belajar bersama selama si sana.Nyatanya jangankan mencari kekasih,ia terlalu sibuk dengan tugas yang diberikan oleh kampus.Tapi memang setiap jurusan memiliki tantangan masing-masing.

Sagita kakak perempuan Baskara telah kembali pulang dua bulan yang lalu,gadis itu memilih kembali ke rumah orangtuanya dan bekerja di daerah sini.Meski sudah pulang,ia belum sempat bertemu dengan Sagita karena sebulan pertama dia beserta keluarganya pergi  Singapura untuk menjenguk kakak laki-lakinya sekaligus liburan.

Setelah satu bulan di Singapura Fanya dan keluarganya kecuali Rafka pulang ke Indonesia.

Fanya merebahkan dirinya di ranjang, sekarang ia sedang bersantai di kamarnya sembari membuka sosial media.Entahlah kenapa hari ini ia begitu malas untuk bergerak,tadi pagi saja ia bangun saat jam menunjukkan hampir pukul sepuluh, untungnya ayah dan ibu tidak marah,mungkin mereka memaklumi karena hari ini adalah minggu terakhir dirinya bersantai sebelum mulai kuliah.

Fanya terkejut bukan main ketika pintu kamarnya di buka dengan asal.Sontak ia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa pelaku yang berani menganggu waktu santainya dengan membuka pintu sekeras itu.

"Halo tetangga kuh yang cantik." Teriak Sagita.

"Ya ampun Sagita,bisa gak sih santai aja buka pintunya,untuk gue gak jantungan!" Dengus Fanya pada Sagita

Gadis yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu terkekeh kecil."Maaf,kata Tante Risa Lo dari kemarin rebahan mulu di kamar,makanya gue sengaja ke sini supaya Lo semangat gitu",ucap Sagita sembari melompat ke kasur Fanya.

"Gak apa-apa gue rebahan mulu, mumpung masih libur,sebentar lagi gue bakal sibuk dengan tugas yang menumpuk.Lo enak udah gak kuliah,coba aja kita seumuran pasti gue akan ikut Lo kuliah ke Semarang", Ujar Fanya.

Sagita menepuk bahu Fanya,seakan memberikan semangat pada temannya itu." Sabar,gue si gak mau ya seumuran sama Lo,gue lebih tua aja di nistain mulu,gimana kaku seumuran coba?"

Fanya menunjukkan deretan giginya,memang si saking dekatnya dia dengan Sagita membuat ia tidak memanggil gadis itu dengan embel-embel kak.Dulu ia pernah memanggil gadis itu dengan sebutan kakak,tapi baik dia maupun Sagita sendiri merasa aneh dengan panggilan itu.

"Mau ngapain si kesini? Ganggu waktu santai gue aja",ujar Fanya.

"Kok dari tadi lo pegang HP tapi nggak baca pesan dari gue, sih?" Sagita menunjuk ponsel yang ada di genggaman temannya.

"Hah? Memangnya Lo ngirim pesan? Ada apa?",tanya Fanya sembari membuka aplikasi pengiriman pesan.Dan ternyata memang ada beberapa pesan yang belum ia baca,termasuk pesan dari Sagita.

"Nyokap ngajakin keluarga Lo buat makan malam dirumah,malam ini.Tante Risa dan om Daffa udah tau kok.Bahkan bokap Lo langsung nyusul ke rumah setelah dia pulang kerja."

"Males ah",ujar Fanya bercanda.

Sagita mendelik." Gak mau tau pokoknya Lo harus datang,kalau gak datang kita musuhan",ujar Sagita layaknya anak kecil.

Fanya terkekeh kecil." Iya,gue pasti datang kok.Tapi Lo ngapain siang-siang datang ke sini? Makan malam masih lama loh." Tanya Fanya bingung.

Sagita tersenyum penuh arti,Fanya menghela napasnya tidak jauh dari adiknya,jika gadis itu sudah tersenyum seperti ini,pasti dia punya maksud tertentu.

"Gak,gue gak mau." Kata Fanya sebelum Sagita berbicara,gadis itu berbalik memunggungi temannya.

"Ih,gue belum ngomong apa-apa loh Fanya." Ujar Sagita sebal.

"Lo memang belum ngomong,tapi liat senyum Lo yang kaya gitu aja gue udah ngerti,pasti Lo minta gue buat lakuin hal aneh.Males ah,gue lagi mager." Ucap Fanya,gadis itu kembali merebahkan dirinya.

"Gak aneh kok,gue cuma minta Lo temenin ke cafe doang."

"Terus di cafe mau ngapain?gak mungkin kan kita cuma duduk-duduk doang sambil liatin orang ngopi,apalagi liat dandanan Lo sekarang pasti ada sesuatu." Ucap Fanya sembari menatap ke arah Sagita yang baru ia sadari ternyata memakai pakaian yang begitu rapih.

Sagita cengegesan."Tau aja tetangga kesayangan gue ini,gue diajak ketemuan sama kak Alex." Ujar Sagita sembari menarik turunan alisnya.

"Alex?gebetan Lo waktu SMA?" Tanya Fanya memastikan.

Sagita mengangguk."Itu Lo masih inget,please temenin gue ya."

Fanya mendengus,jadi dia diajak ke cafe hanya untuk menemani gadis itu bertemu gebetannya?

"Gak ah,masa gue jadi obat nyamuk si."

"Gak gitu,Alex gue suruh bawa temennya juga.Jadi di sana Lo ada temen."

Fanya tetap pada pendiriannya, meskipun gadis itu meminta Alex untuk membawa temannya, ia tetap menolak. Ia tidak begitu mengenal Alex, apalagi temannya. Dia bukan tipe orang yang mudah berbaur dengan orang baru, terlebih laki-laki.

"Ayo, Nya. Abis ketemu Alex, gue traktir deh, terus kita ke rumah gue. Lo nggak usah bawa mobil, ikut gue aja, oke? Siapa tau lo cocok sama temennya Alex," ujar Sagita semangat, sambil menarik tangan Fanya dan mendorongnya masuk ke kamar mandi yang memang ada di dalam kamarnya.

Fanya akhir pasrah, daripada rebahan seharian lebih baik ia ikut Sagita ke cafe.Akhirnya ia mandi dan bersiap-siap.Dia memilih kemeja lengan panjang berwarna sky blue,bagian bawah kemeja ia masukkan kedalam celana boyfriend nya yang berwarna denim.Rambut hitam panjangnya ia ikat kuncir kuda.Terakhir ia memoleskan sedikit bedak dan pelembab bibir agar tidak terlalu pucat.Setelah siap ia mengambil sepatu kets berwarna putih juga tas selempang berwarna hitam,lalu ia keluar dari kamar bersama Sagita.

"Bu,aku keluar sama Sagita ya.Nanti aku langsung ke rumah Sagita,aku juga nebeng sama Sagita ke sana." Ujar Fanya sembari mencium tangan ibunya.

"Oke,mau pergi kemana?" Tanya Risa.

"Mau pergi ke cafe,ketemu temen Bu."

"Oh yasudah,hati-hati ya Sagita nyetirnya." Ujar Risa.

"Siap Tante,kami pergi dulu ya.Sampai ketemu nanti malam." Pamit Sagita.

Setelah berpamitan pada Risa,keduanya segera pergi.

Setelah memakan waktu 25 menit perjalanan, akhirnya keduanya sampai di cafe yang dimaksud.

Ketika masuk ke dalam cafe,Alex yang memang sudah datang terlebih dahulu melambaikan tangan ke arah mereka,keduanya pun segera menghampiri Alex.

"Hai,udah lama nunggunya?" Tanya Sagita setelah duduk di hadapan Alex.Aku duduk di samping Sagita,yang berhadapan langsung dengan laki-laki yang tidak aku kenal.Sedari tadi laki-laki itu hanya diam dan sibuk dengan ponselnya.

"Engga kok,baru sampai 10 menit yang lalu.Kita baru aja pesan minum,oh ya kalian mau pesan apa? Tapi ordernya harus langsung ke sana." Ujar Alex sembari menunjuk ke arah kasir.

"Lo aja Nya yang pesen.Gue kaya biasa ya." Ujar Sagita.

Fanya menghela napas, sudah dipaksa ikut disuruh-suruh pula.Meski begitu ia tetap mengangguk dan berjalan menuju kasir.Ia menoleh ke belakang ketika merasa seperti ada yang mengikutinya, ternyata benar laki-laki yang tadi bermain ponsel itu mengikutinya dari belakang.

"Lo mau pesan lagi?" Tanya Fanya basa-basi.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya."Gak,gue cuma mau nemenin Lo."

"Eh?" Fanya sedikit terkejut,karena laki-laki yang tidak ia kenal ini berinisiatif menemaninya.

Setelah sampai di kasir,Fanya memesan iced caramel Macchiato dan red Velvet untuk Sagita.Ia juga memesan matcha latte dan cheese cake untuk dirinya.Ketika akan mengeluarkan dompet, laki-laki yang mengantarnya sudah terlebih dahulu memberikan beberapa lembar uang kertas sejumlah pesanan yang harus ia bayar.

"Eh,gak usah.Gue aja yang bayar." Ucap Fanya sembari mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Udah gak apa-apa." Ujar laki-laki itu sembari tersenyum tipis.

"Makasih banyak ya." Ucap Fanya akhirnya.

Laki-laki itu mengangguk lalu menepuk pelan kepalaku, tanpa bisa ia cegah detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Ia melirik ke arah Laki-laki itu, entahlah ini pertama kalinya ia merasakan hal seperti ini jika berinteraksi dengan laki-laki.Apakah ia jatuh cinta? Fanya segera menggelengkan kepalanya.Mana mungkin ia jatuh cinta pada laki-laki secepatnya ini, apalagi laki-laki yang namanya saja ia tidak tahu.

"Oh iya,nama gue Alfredo,Lo bisa panggil gue Al." Laki-laki itu mengulurkan tangannya.

Fanya menyambut tangan laki-laki itu."Fanya."

"Nama yang cantik,sama persis seperti orangnya." Ujar Al dengan wajah datar.

Fanya menoleh ke arah Al,meski berbicara dengan wajah yang datar namun tetap bisa membuatnya tersipu.Tunggu,ada apa dengan dirinya?

Tak lama pesanan jadi,dengan sigap Al membawa nampan berisi pesanannya dan berjalan menuju meja mereka.

Tak sadar ia tersenyum sendiri melihat Al yang berjalan mendahuluinya sembari membawa nampan berisi pesanannya,mereka seperti sepasang kekasih bukan? Ternyata menemani Sagita hari ini tidak terlalu buruk,ia jadi bisa berkenalan dengan Al.Apakah ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada laki-laki itu? Entahlah,yang pasti ia sudah tertarik pada laki-laki itu.

Tiga

Setelah bertemu dengan Alex dan Al,Fanya mengajak Sagita untuk mampir ke toko kue langganannya,tujuannya mengajak ke sana untuk membeli kue  kesukaan Tante Siska.Setelah selesai membeli kue,mereka segera menuju rumah Sagita karena waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama,mereka pun sampai di rumah Sagita.Sagita menekan klakson mobilnya dan satpam pun segera membukakan gerbang rumah gadis itu.Sagita melajukan mobilnya dan memasukkannya ke dalam garasi,setelah masuk ia melihat Pak Budi yang sedang duduk di samping mobil ibu sembari meminum kopi.

"Pak,ibu udah lama sampai di sini?",tanya Fanya setelah turun dari mobil.

"Engga neng,kami baru sampai 15 menit yang lalu",jawab mang Ujang.

"Kalau ayah udah sampai?"

"Belum neng,tadi saya dengar dari ibu katanya masih ada di tol, kemungkinan sampai setengah jam lagi."

"Oh gitu.Yaudah pak,aku masuk dulu ya."

"Iya neng."

"Aku juga masuk ya Pak Budi,kalau ada apa-apa panggil Pak Joko aja kaya biasa." Ujar Sagita sambil menunjuk satpam rumahnya.

Pak Budi mengangguk." Siap neng."

Fanya dan Sagita menaiki tangga untuk masuk ke dalam rumah bertingkat milik orang tua Sagita.Rumah orang tua gadis itu cukup besar,maklum karena kedua orang tua gadis itu adalah pembisnis yang sukses dan Sagita sendiri akan bekerja di salah satu perusahaan ayahnya,jadi tak heran jika orang tua gadis itu memiliki rumah yang cukup mewah.Selain itu Sagita sudah memiliki apartemen sendiri di daerah ini,orang tuanya memberikan apartemen itu setahun sebelum Sagita wisuda,katanya agar gadis itu bisa hidup mandiri.

Sesampai di ruang tamu, keadaan ruangan itu cukup sepi,tapi terdengar suara ibu dan Tante Siska sedang mengobrol di ruangan lain.Mungkin saja mereka sedang mengobrol di ruang keluarga atau dapur.Fanya dan Sagita berjalan menuju rumah keluarga,suara ibu mereka semakin terdengar setelah keduanya melewati ruang keluarga, ternyata mereka sedang berada di dapur.

Ketika kami semakin dekat,Tante Siska menatap Fanya.Seketika wanita paruh bawa itu berjalan cepat ke arahnya.

"Ya ampun.Fanya,udah lama Tante gak ketemu kamu",ucap Tante Siska seraya memeluk Fanya dengan erat.

"Iya Tante,kangen ya sama aku?",tanya Fanya membalas pelukan Siska.

"Iya nih,tante kangen banget sama kamu.Kamu gak pernah main lagi ke rumah Tante."

Siska melepas pelukannya dan memindahkan kedua tangannya untuk memegang kedua lenganku.matanya menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan meta berbinar.

"Wah,semakin dewasa kamu jadi semakin cantik ya." Puji Siska

"Ah,Tante bisa aja." Ujar Fanya malu-malu.

"Gimana kalau kita tukeran aja? Aku jadi anak Tante Risa dan Fanya jadi anak mamah", sahut Sagita yang entah sejak kapan sudah memeluk Risa sambil cemberut.

"Ide bagus,sana kamu packing barang,pindah ke rumah Risa.Fanya di sini aja sama tante." Ujar Siska bercanda sambil kembali memeluk Fanya.

"Ih,kok gitu si mah?" Ujar Sagita semakin cemberut.

Mereka semua tertawa melihat Sagita,meski sudah mau menginjak 24 tahun,Sagita masih terlihat manja kepada ibunya.

"Eh iya,Tante ini aku bawain kue kesukaan Tante", ucap Fanya sambil memberikan kotak kue pada Siska.

Siska memekik senang lalu membawa kotak kue itu di atas countertop dan langsung mengeluarkan kue dari kotaknya.

"Wah, kelihatannya enak.Gimana kalau kita makan kue ini sama-sama,sambil nunggu Mas Raffa,mas Arga dan Baskara pulang?"

Mereka semua mengangguk.

Siska kemudian ke dapur untuk membawa peralatan makan dan menyuruh Sagita untuk membawa kue yang tadi ke meja taman belakang.

"Tante,Rasya mana? Udah lama aku gak liat dia." Tanya Fanya sembari celingukan mencari bocah laki-laki,anak bungsu dari Siska.

"Ada.Lagi di dalam kamar,mungkin lagi ngerjain PR."

Tiba-tiba tercium aroma parfum laki-laki yang cukup menyengat dari belakang Fanya.Meski menyengat,aroma parfum ini cukup segar dan merupakan tipe parfum yang ia suka.

"Baskara! Sini.Fanya bawain kue kesukaan mamah loh.Salam dulu sama Tante Risa." Ucap Siska melambaikan tangan kepada anak laki-lakinya.

Fanya membalikkan badannya karena penasaran seperti apa bocah laki-laki yang dulu beberapa kali menyatakan perasaannya.Apakah ada yang berubah dari penampilan bocah itu?

Fanya membelalakkan matanya melihat Baskara yang sekarang,di hadapannya kini berdiri laki-laki yang tingginya mungkin sekitar 178 cm.Dengan kulit yang sedikit gelap dari terakhir kali dirinya melihat bocah itu.Harus ia akui, Baskara sudah terlihat dewasa dan..

Tampan.

Ya,ia tidak mau munafik.Bocah itu terlihat dewasa sekarang ditambah tubuh tegap dan bugarnya.Hanya satu tahun lebih mereka tidak bertemu tapi Baskara benar-benar membuatnya pangling.

Sekarang Baskara tengah menatapnya,matanya menatap tajam ke arah Fanya.

"Tante,sudah lama gak ketemu." Ucap Baskara sembari menyalami ibunya.

"Ya,ampun Baskara.Kamu sudah sebesar ini,makin ganteng aja kamu."

"Hehe,iya Tante aku rajin olahraga dan makan sehat biar tinggi dan gak dianggap bocah terus." Ujar Baskara sembari melirik ke arah Fanya.

Fanya mendelik,ia tahu bocah itu pasti sedang menyindirnya.

"Hai,Kak Fanya udah lama gak ketemu." Ujar Baskara sambil mengulurkan tangannya pada Fanya.

"Iya." Jawab Fanya singkat sembari membalas jabatan tangan bocah itu.

Baskara melepas jabatan tangannya lalu menghampiri Sagita dan mencium pucuk kepala gadis itu.

"Dari mana kamu? Tadi siang perasaan udah pulang sekolah." Tanya Sagita.

"Biasa,anak muda." Jawab Baskara.

"Kebiasaan nongkrong,emangnya ngapain si kamu sama temen-temen kamu itu? Nyari cewek kah?" Tanya Sagita penasaran.

"Ya cuma ngobrol biasa,sambil nyari cewe juga."

"Emangnya ada yang mau sama kamu?" Ledek Sagita.

"Siapa sih yang gak mau sama Baskara? Apalagi sekarang dia udah ganteng gini,pasti banyak perempuan yang antri buat jadi pacar Baskara.Iya kan nak?" Tanya Risa pada Fanya.

Tatapan semua orang kini beralih padanya, termasuk mata tajam Baskara.

"Eh? Iya bener itu Bu." Jawab Fanya.

Karena suasana cukup canggung,ia buru-buru mengambil sendok untuk memakan kue.Saat akan mengambil sendok secara bersamaan Baskara pun tengah melakukan hal yang sama,sehingga tak sengaja tangannya menyentuh tangan laki-laki itu.Fanya segera menarik tangannya,sialnya sendok yang ia pegang malah terjatuh ke lantai sehingga menarik perhatian orang-orang.

"Maaf,gak sengaja." Ucap Fanya sembari tersenyum kikuk.

Mata Fanya tak sengaja melihat ke arah Baskara yang ternyata tengah menatapku.Seperti ada sesuatu yang salah dari tatapan Baskara padanya,tapi ia tidak tahu apa itu.

Mereka semua telah selesai makan malam dan sekarang sedang duduk di ruang keluarga.Potongan kue yang Fanya bawa tadi juga buah-buahan dan minuman tersaji di meja yang berada di sana.

Rasya yang masih berusia 6 tahun duduk di pangkuan Ayahnya,karena lelah bocah itu menguap.

"Kamu ngantuk nak?" Tanya sang ayah.

Rasya mengangguk.

"Mau kakak antar ke kamar?" Ujar Sagita menawarkan.

Rasya menggelengkan kepalanya lalu menunjuk ke arah Fanya." Kamu mau dianter sama Kak Fanya."

"Kalah aku kalau ada Fanya." Ucap Sagita bercanda sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Semua orang tertawa,Fanya memang suka sekali pada anak kecil,apalagi Rasya meskipun sudah mulai masuk Sekolah Dasar tapi bocah itu masih terlihat lucu.

"Yuk,kakak antar kamu ke kamar." Fanya mengulurkan tangannya pada Rasya.

Rasya menyalami semua orang yang ada di sana lalu meraih uluran tangannya.Gadis itu menggandeng tangan Rasya menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Rasya,gosok gigi dulu ya,cuci tangan sama cuci kaki juga biar bersih." Ujar Fanya pada bocah itu.Fanya memang ingin memiliki seorang adik,maklum dia merupakan anak bungsu jadi semua anak Tante Siska yang lebih muda darinya sudah ia anggap seperti adiknya sendiri.

"Iya kak."

Rasya masuk ke dalam kamar mandi sendiri dan ia menutup pintu kamar mandinya dari dalam.

Sembari menunggu Rasya,Fanya duduk di sofa yang berada di dalam kamar bocah itu,dia duduk di sana sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar.

Tak lama Rasya keluar dari kamar mandi dengan wajah mengantuk.Fanya membantu bocah itu naik ke kasur dan menyelimutinya.

"Mau kakak bacain cerita?" Tawar Fanya.

Rasya menggeleng." Gak usah kak,tapi boleh gak kakak usap punggung aku?"

"Iya boleh."

Fanya segera mengusap punggung Rasya,tidak sampai 5 menit,bocah laki-laki itu sudah terlelap.Ia merapihkan selimut Rasya dan menaikkan selimut itu sebatas dada,Fanya berjalan mundur sembari mengendap-endap agar tidak menganggu tidur Rasya.

Ketika berada di ambang pintu tiba-tiba tubuh Fanya menabrak sesuatu yang keras.Ia hampir saja memekik tapi untungnya tertahan.Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan ia menemukan Baskara yang sedang memegang bahunya.Mata Fanya terbelalak.

Tinggi Fanya yang hanya 160 cm itu harus mendongak untuk menatap mata laki-laki itu.Jujur saja ia agak iri dengan tinggi badan laki-laki itu yang cepat sekali tumbuh, sedangkan dia sejak lulus SMA sampai sekarang hanya bertambah 3cm saja dan mungkin tidak akan tumbuh lagi karena usianya sudah lebih dari kepala 2.

Fanya segera melepaskan diri dari Baskara dan berjalan dengan cepat keluar kamar Rasya.

"Kaget ya?" Tanya Baskara padanya.

Fanya membalikan badannya, ia melihat Baskara sudah menutup pintu kamar Rasya.

"Biasa aja." Ujarnya.

"Yakin? Tadi waktu mau ambil sendok aja Lo keliatan kaget gitu." Ujar Baskara seperti mengejek.

"Ya Lo tiba-tiba ada di deket gue."

"Oh.Gue kira gara-gara Lo kaget liat gue yang udah tumbuh jauh lebih tinggi dan gak kelihatan kaya bocah."

Benar kan dugaannya,jika tadi laki-laki ini menyindirnya.

"Lo ngomong apa si?" Tanyaku pura-pura bodoh.

"Itukan yang selalu Lo katakan setiap kali gue nyatain perasaan gue."

"Ya memang pada kenyataannya Lo itu bocah Baskara,mau setinggi apapun Lo,tetap Lo gak lebih dari sekedar bocah laki-laki yang dulu selalu gue ajak main."

Baskara mendengus.

"Fanya, dengar baik-baik, GUE BUKAN BOCAH!" ujar Baskara dengan menekankan setiap kata yang diucapkannya.

Baskara berjalan mendekat ke arahnya.Tanpa sadar Fanya mundur selangkah.Sial,kenapa dia merasa terintimidasi oleh bocah ini?

Ketika sudah berada di hadapannya,Baskara menundukkan kepalanya dan mendekatkan wajahnya padaku.

"Silakan anggap aja gue bocah, tetapi laki-laki yang lo anggap bocah ini akan menjadi dewasa.Suatu saat nanti,Lo akan menyesal telah menganggap gue remeh," bisik Baskara di telinga Fanya.Ia bertekad untuk membuktikan pada Fanya bahwa ia bukanlah bocah yang tidak pantas diperhitungkan, melainkan seorang pria yang bisa diandalkan dan lihat saja nanti ia akan membuat Fanya bertekuk lutut di hadapannya.Baskara pergi begitu saja dari hadapan Fanya.

Fanya memegang dadanya yang berdegup kencang.Bulu kuduknya meremang karena hembusan napas Baskara di telinganya.

Sialan.Tidak mungkin kan dia terpengaruh oleh laki-laki itu?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!