NovelToon NovelToon

My Stubborn Boss

KISAH AWAL

Amelia Griselda seorang gadis cantik, berasal dari keluarga yang tidak bahagia, ayahnya adalah seorang pecandu judi luar biasa. Dan ibunya pergi entah kemana.

Amel memiliki seorang adik perempuan yang masih duduk di sekolah menengah pertama. Amel menitipkan adiknya untuk tinggal bersama paman dan bibinya saat dirinya harus rela bekerja menjadi tulang punggung keluarganya karena dia takut ayahnya akan selalu bersikap kasar pada adiknya jika dirinya sedang bekerja. Amel memilih bekerja di luar kota karena tidak ada pekerjaan yang bisa dia dapat di kota kelahirannya tersebut.

Amel bekerja di salah satu restoran mewah di kota besar, walaupun gajinya tak terlalu besar tapi cukuplah buat hidup sehari-hari dan juga juga untuk membiayai sekolah adik tercintanya.

Karena Amel tak punya keluarga di kota itu maka ia harus tinggal di sebuah kontrakan yang tentu saja jauh dari kata mahal. Yah, setidaknya ia punya tempat tinggal untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah bekerja seharian.

Amel seringkali berpindah tempat tinggal, bukan karena ia tipe orang yang tidak betahan, tetapi lebih karena ia sering dikejar-kejar penagih hutang.

Ya, karena ayahnya tukang judi handal yang sering kalah dan hanya sesekali menang. Membuat lelaki tua itu selalu menjadikan Amel sebagai kambing hitam untuk membayar setiap kekalahannya itu. Amel sudah sangat malu jika sudah berurusan dengan para lintah darat yang hampir setiap hari datang ke kontrakannya jika ia belum bisa membayar hutang ayahnya. Dan entah mengapa mereka selalu bisa menemukan alamat Amel di mana pun itu.

Tak sekali saja ia mendengar gunjingan tetangganya membicarakan tentang dirinya yang selalu di datangi pria -pria gagah. Huh, kalau tidak ingat dengan masa depan adiknya, ingin sekali Amel mengakhiri hidupnya saja.

Tapi walaupun kehidupannya begitu sulit dan menyedihkan, tidak membuat gadis itu selalu murung dan menunjukkan sisi lemahnya. Gadis itu malah terkenal sebagai gadis bar-bar yang tak kenal kata lelah.

Suara cempreng khas miliknya menjadi salah satu identitasnya yang paling ditonjolkan pada dirinya. Sikapnya yang sedikit nyeleneh dan kadang ceroboh membuat orang di sekitarnya selalu bisa tertawa karena tingkahnya.

Entah disengaja atau tidak, Amel sangat menyukai itu. Baginya membuat orang tertawa bahagia adalah satu bentuk kebaikan yang bisa dia lakukan.

Ya, karena tidak mungkin jika dirinya harus berbuat kebaikan dengan berbagi uang, dirinya juga masih sangat kekurangan. Membuat orang lain bahagia tidak harus dengan harta saja, bukan?

Amel seorang yang amat ceria dan terbuka pada semua orang. Tidak heran jika dirinya punya banyak teman, tapi hanya satu orang yang begitu dekat dengannya dan sangat ia percaya. Namanya adalah Arriellla. Dulu gadis itu pernah bekerja sebagai pelayan bersama Amel di restoran itu, tetapi akhirnya sahabatnya harus keluar karena ia akan menikah.

Di restoran tempatnya bekerja tentu saja Amel mempunyai atasan. Namanya Danil Arriesta. Dia adalah pria dingin yang jatuh cinta pada karyawannya sendiri. Dan gadis yang beruntung itu adalah sahabat Amel sendiri.

Sebagai sebagai orang terdekat gadis itu, Amel di beri tugas khusus sebagai mak comblang oleh atasannya, dengan diiming-iming gaji berlipat, Amel dengan gencar menjodohkan sahabatnya dengan bosnya tersebut.

"Ayolah, Ara! Sekali aja kamu berkencan dengan dia. Biar aku dapat bonus tambahan," bujuk Amel untuk kesekian kali. Namun, Ara masih bergeming. Ia tidak memedulikan bujukan temannya yang mata duitan itu.

Tapi kejadian itu sudah lama, sebelum Ara tiba-tiba memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya. Dan membuat sang atasan merasa patah hati yang sepatah-patahnya.

Begitupun dengan Amel. Bukan hanya patah hati, bahkan ia harus kehilangan penghasilan tambahannya begitu saja. Lebih sakit mana? Sepertinya dirinya yang lebih menderita dengan keputusan Ara.

"Sudahlah, Bos! Ara pasti sudah memikirkan baik-baik keputusannya itu. Masih banyak, kok, cewek cantik di luar sana. Tenang saja! Aku masih bisa bantu," seru Amel pada bosnya yang merasa kecewa dengan keputusan gadis pujaannya yang tiba-tiba saja menikah. Dan lebih sialnya pernikahan mereka tidak didasari karena cinta.

"Kenapa tidak denganku saja, kalau dia tidak mencintai lelakinya," batin Daniel menggerutu.

Bos Amel yang bernama Daniel itu pun sekilas menoleh pada pegawainya yang kini duduk di samping kemudi mobilnya, lalu kembali fokus menatap jalan raya. Mereka baru saja menghadiri acara sakral pernikahan sederhana antara sahabat Amel dengan lelaki pilihannya. Wanita yang menjadi mempelai wanita itu adalah pujaan hati Daniel dan lebih tragisnya lagi lelaki itu bertugas menjadi saksi dari pihak mempelai istri. Menyedihkan sekali.

"Kamu nggak ngerti. Ini masalah hati. Lagipula Ara tidak mencintai laki-laki itu. Untuk itu aku akan tetap menunggu."

Amel mencebikkan bibirnya mendengar perkataan bosnya yang begitu keras kepala. Bagaimanapun status pernikahan tidak mudah untuk dibatalkan. Mungkin saja, kan, sahabatnya itu akan jatuh cinta pada suaminya pada waktu yang tidak ditentukan?

"Terserahlah. Gimana bos saja!" Amel akhirnya pasrah, memberikan wejangan pada sosok tampan, tetapi menyebalkan ini benar-benar tidak akan mempan.

"Kamu mau aku antar sampai kontrakan?" Pertanyaan Danil memecah keheningan yang sempat melingkupi keduanya. Amel yang sedang fokus menatap jalanan menoleh ke arah bosnya dengan tatapan bingung.

"Aku turun di dekat pom bensin depan saja, Bos. Jalan masuk kontrakannya sempit jadi mobil tidak bisa masuk," ujar Amel sambil tersenyum kikuk.

"Kamu pindah kontrakan lagi? Bukannya kemarin kamu tinggal di sekitaran sini?" Daniel mengernyitkan kening. Lelaki itu selalu tahu di mana tempat pegawainya itu tinggal, karena misinya untuk mengejar Ara membuatnya sering mengantarkan Amel pulang ke kontrakan. Sebagai mak comblang, Amel selalu jadi tempat pelabuhan Daniel untuk berbagi cerita tentang usahanya yang selalu gagal.

Amel terlihat gugup, tidak mungkin ia bercerita yang sebenarnya tentang alasan kepindahannya. Dan setahu Daniel ini untuk yang ke empat kalinya Amel melakukan itu. Apa iya alasannya harus sama seperti sebelumnya.

"Aku tidak betah di tempat lama, Bos." Itulah alasan yang selalu Amel berikan setiap dia pindah kontrakan.

Danil mendelikkan mata, ekor matanya menangkap raut wajah Amel yang berubah muram. Entah kenapa ia berpikir ada sesuatu yang Amel sembunyikan.

Danil ingin bertanya, tetapi rasanya dia tidak berhak mengusik masalah pribadi karyawannya tersebut. Walaupun selama ini Daniel selalu terbuka dengan masalah percintaannya pada wanita itu. Faktanya Amel hanya bisa menjadi pendengar yang baik dan tidak terlalu banyak menuntut.

***

Hai readers kuh..... Cerita ini adalah kisah dari Amel dan Danil di sequelnya "My lovely idiot husband" ya.... Kalau pengen tahu kisahnya silahkan mampir dulu kesana.

Kisah ini bermula saat Ara baru menikah dengan Jojo, jadi ini balik lagi ke kisah mereka pada waktu itu ya. Jadi sedikit ada yang nyambung dengan kisah Ara dan Jojo nantinya.

Visual babang Danil....

Aku harap kalian suka. Tapi untuk votenya sumbangin buat MILH dulu aja. Kisah ini baru di mulai. Kasih dukungan like dan komentar aja, ya dulu biar popularitasnya tinggi, biar cepet pengajuan kontrak. Terimakasih.

TERLAMBAT DATANG

Pagi yang begitu cerah menandakan sang surya menyongsong dengan begitu gagah. Seorang gadis muda yang ceria mengayuh sepedanya dengan suka cita.

Laksana air yang mengalir ke segala arah, yang walaupun banyak bebatuan dan kerikil yang menghadang jalannya, air selalu bisa mencari celah. Dan air selalu menerima kemanapun takdir membawanya bermuara.

Amel si gadis pencari rupiah, ia tak pernah patah semangat dengan segala masalah dalam kehidupannya. Biarkanlah takdir akan membawanya kemana, yang penting ia bisa hidup bahagia.

Setelah menempuh perjalanan dua puluh menit lamanya, Amel sampai di tempat kerjanya. Sebuah restoran yang mirip kafe milik seorang pemuda kaya raya.

Bosnya itu begitu tampan, tapi sayang sedikit gila. Seorang laki-laki yang terobsesi terhadap satu wanita, walaupun si wanita sudah menikah. Dan yang lebih gila lagi lelaki itu akan menunggu sampai pujaan hatinya menjadi janda.

"Mel, di cariin bos tuh!" seru seorang karyawan restoran teman kerja Amel yang bernama Rina.

Amel yang baru saja mendaratkan sepedanya di parkiran khusus karyawan kemudian mengangguk mengiyakan. Dan langsung meluncur menemui bos gilanya yang katanya menawan.

"Ada apa bos?" tanya Amel saat dirinya sudah berada di ruangan kerja bosnya itu.

Danil yang sedang mengecek kualitas bahan makanan menghentikan aktivitasnya sejenak, beranjak berdiri lalu melangkah ke depan meja menghadap anak buahnya tersebut.

Danil berdiri bersandar di meja kerjanya sambil melipat tangannya di atas dada.

"Terlambat lagi?" tanyanya dengan penuh sindiran.

Amel memang sering terlambat, semenjak ia pindah kontrakan. Karena jarak dari kontrakannya yang sekarang sedikit lumayan. Amel belum terbiasa untuk menyesuaikan waktunya.

"Maaf bos." Amel menundukkan kepalanya. Karena merasa bersalah ia pantas menerima teguran bosnya.

Danil menghela nafas. Kalau bukan karena pegawainya telah berjasa menjadi perantaranya dengan gadis pujaan hatinya tentu saja ia sudah memecatnya.

"Sudah ku bilang cari kontrakan jangan jauh-jauh! Memangnya tidak bisa cari yang lebih dekat dari sini? Atau kamu berangkatnya lebih pagi." Danil mulai mengomel dan sebagai karyawan yang merasa bersalah, Amel hanya menunduk pasrah.

"Iya bos. Aku usahain deh." seru Amel yang terdengar sepele, seperti itu memang sikapnya yang nyeleneh.

Danil mencebikkan bibirnya, dia sungguh bosan dengan jawaban Amel barusan. Usaha yang tidak pernah ada perubahan. Sebenarnya usaha seperti apa yang gadis ini lakukan?

"Ya sudah sana! Kerja yang bener!" perintah Danil sudah terbaca oleh Amel, bosnya itu memang galak tapi ia tidak pernah memperpanjang tiap kesalahan karyawannya. Tentu saja bukan kesalahan yang fatal, kesalahan seperti ini masih bisa di maafkan. Karena sebelumnya Amel termasuk karyawan yang teladan.

Hanya sekarang ia memang belum bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya yang sedikit bising dan ramai. Hal itulah yang sebenarnya membuat dirinya sering kesiangan karena susah tidur setiap malam.

Amel berbalik badan ia hendak pergi meninggalkan ruangan bosnya, tapi sejurus kemudian langkahnya kembali tertahan saat Danil memanggilnya namanya hingga ia kembali menghadap ke arah sang majikan.

"Bagaimana kabar Ara? Apa ada kabar terbaru?" Pertanyaan yang selalu membuat Amel menggerutu kesal. Sampai kapan bosnya itu akan menerima kenyataan jika sahabatnya sudah menjadi milik orang.

Tapi jika Amel menasihati, bosnya selalu saja tak mau mengerti. Apalagi kalau ia menolak untuk memberi bantuan bisa-bisa pekerjaannya jadi taruhan. Aksi pemecatan selalu saja jadi ancaman.

"Tidak ada bos, mungkin Ara sudah bahagia." jawab Amel penuh sindiran. Ia berharap bosnya segera tersadar.

Danil berdecak. "Kau tahu apa? Ara sendiri yang bilang jika dia menikahi lelaki itu karena kasihan. Jika urusannya sudah selesai ia pasti akan bercerai." bantah Danil dengan penuh keyakinan. Membuat Amel bergidik, sepertinya Danil memang benar-benar paranoid.

"Ehm.... Bos." Amel sedikit ragu untuk mengutarakan isi pikirannya.

"Apa?"

"Bagaimana kalau aku carikan wanita lain saja? Ara sudah menikah dan sebagai sahabatnya mana mungkin aku merusak rumah tangganya." ucapan Amel terdengar hati-hati, ia juga bersiap diri jika bosnya ngamuk ia akan langsung lari.

Dan benar saja, mendengar itu mata Danil seperti ingin keluar dari kelopaknya. Menatap tajam pegawai sekaligus mak comblang nya itu dengan tatapan yang mematikan.

"Aku tidak akan meminta bantuanmu jika wanita itu bukan Ara. Kau pikir kerjamu bagus untuk mendekatkan aku dengan wanita? Aku hanya ingin Ara. Jika kau tidak bisa membantuku aku akan cari orang lain kalau begitu. Bersiap saja kau kehilangan pekerjaanmu."

Mata Amel terbelalak. Ia tidak mau kehilangan pekerjaannya. Mencari pekerjaan dengan ijazah seadanya akan sulit di luar sana.

"Jangan dong bos! Aku akan bantu sebisaku. Tapi tolong jangan pecat aku!" Danil tersenyum sinis mendengar Amel memelas. Ia tahu betul gadis ini begitu materialistis. Tapi yang membuat Danil sedikit bangga, Amel tak berpikir untuk melakukan pekerjaan yang hina untuk mencukupi kebutuhannya.

"Baiklah, kasih tahu aku jika Ara memberi kabar! Apapun itu." perintah Danil yang tak ingin di bantah.

Dengan helaan nafas panjang Amel akhirnya mengiyakan. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam Amel sungguh meminta maaf pada sahabatnya. Amel tak berniat untuk merusak rumah tangganya.

Lelaki yang menjadi bosnya itu sungguh gila, jika ia menyuruh orang lain untuk mengusik rumah tangga Ara, justru akan lebih berbahaya. Amel akan berusaha agar bosnya itu sadar dengan kesalahannya.

Amel pamit undur diri untuk kembali bekerja. Dan di sinilah sekarang ia berada. Di sebuah dapur kecil tempat koki membuat masakan pesanan pelanggan. Semenjak menjadi orang kepercayaan Danil sebagai penasehat cintanya. Amel naik pangkat dari pekerjaannya sebagai pelayan.

Walaupun masih belajar ia disuruh untuk membuat makanan penutup atau dessert untuk sekedar camilan. Amel memang punya bakat untuk membuat kue dan sejenisnya.

Hal itu yang membuat Danil ingin menjadikan bakat pegawainya lebih berkembang di tempat usahanya.

"Pagi-pagi udah cemberut. Lagi kesel ya? Sampai-sampai adonan jadi pelampiasan." ucapan sindiran dari seorang rekan kokinya membuat Amel mendongakkan pandangan.

Bibirnya yang cemberut semakin mengerucut. "Aku lagi kesel sama si bos." seru Amel beralih lagi fokus pada adonannya.

"Dimarahin lagi? Salah siapa telat terus." cebik rekan kerja yang bernama Dino itu.

"Bukan mau ku, aku kan pakai sepeda jadi wajarlah kalau lama."

"Alasan saja, bisa aja kan kamu bangunnya lebih pagi, atur waktunya agar kamu bisa datang lebih awal." ujar Dino menasehati. Memang benar bukan? Gadis ini saja yang tidak bisa disiplin dengan pekerjaan.

"Ish ... kau sama saja dengan dia. Aku baru beberapa kali terlambat. Karena aku belum terbiasa dengan jarak kontrakan baruku yang tidak dekat. Ngerti gak sih?"

Dino tersenyum tipis, sebenarnya ia hanya ingin menggoda gadis yang mempunyai wajah begitu manis.

"Iya aku tahu, aku kan cuma bercanda. Jangan marah! Sini aku bantu!"

Di beri tawaran seperti itu Amel tersenyum kecil seakan mendapatkan ide untuk sebuah kejahilan. Tidak ada salahnya kan meluapkan kekesalan dengan menjahili teman. Setidaknya pekerjaannya bisa lebih ringan.

Amel menyodorkan sebuah penggiling kue yang terbuat dari kayu pada Dino. "Lanjutkan pekerjaanku! Buat adonannya jadi pipih! Aku mau menyiapkan whipping cream dan buah mangga untuk isian nya." serunya dengan nada memerintah.

Dino terperangah, cepat sekali gadis ini memberikan responnya. Di kira Amel bakal pura-pura jaim untuk menolak tawaran seseorang yang sudah membuatnya kesal seperti gadis-gadis pada umumnya.

***

Bersambung dulu ya... Jangan kasih like dan komentarnya ya nak-anak. Sama star 5 bintang nya sebagai permulaan. Biar ratingnya cepat naik. Dan novel baru amih ini bisa di Terima oleh pihak admin.

Bos yang katanya tampan tapi terobsesi sama satu perempuan. 🤔🤔

Makasihh...

PATAH HATI

Hari itu pekerjaan Amel benar-benar menguras tenaganya. Ada pelanggan yang memesan dessert yang dia sediakan untuk di bawa pulang. Sepertinya terlalu enak sehingga pelanggan itu jadi ketagihan dan katanya ingin membawakan untuk anaknya sekalian.

Amel pulang sekitar pukul delapan malam. Sebagai koki makanan penutup seharusnya Amel bisa pulang lebih awal. Walaupun restoran buka dari jam sembilan dan tutup jam sebelas malam. Tapi jam kerja Amel dimulai dari jam delapan sampai jam lima saja. sedangkan karyawan lain ada yang bekerja secara dua shift bergantian. Karena memang dessert itu hanya untuk pelengkap saja dan bisa di siapkan dari sebelumnya.

Amel sudah siap hendak mengayuh sepedanya. Sampai sebuah mobil yang sudah Amel kenal pemiliknya menghalangi jalan wanita itu.

Seorang lelaki berbadan kekar turun dari mobil dan berkata. "Ayo masuk! Aku antar kau pulang."

Amel pertamanya merasa senang, karena ia tak perlu capek mengayuh sepeda setelah kelelahan melanda tubuhnya yang seharian berkutat dengan adonan.

Tapi setelah ia berpikir ulang, ajakan dari bosnya itu sungguh mencurigakan. Apa ada yang ingin dia rencanakan? Ya, laki-laki itu adalah Danil, bos Amel yang begitu menjengkelkan.

Amel menyipitkan matanya tajam. Saat Danil meraih sepeda lipat Amel hendak menyimpannya di bagasi mobil. "Bos lagi gak ada maunya kan?" tanyanya sedikit curiga.

Danil terdiam. Tangannya yang sudah menyentuh sepeda Amel ia tarik ke tempat awal. "Ini sudah malam, kau pikir aku tega membiarkan mu pulang sejauh itu hanya dengan menggunakan sepeda." sanggah Danil dengan nada dingin. "Kalau tidak mau ya sudah." Danil berbalik dan hendak melangkah pergi. Hingga satu panggilan dari Amel membuat langkah itu jadi terhenti.

"Aku mau ikut bos!" seru Amel sedikit berteriak.

Danil menghela nafas kasar, gadis ini benar-benar membuat emosinya naik turun. Ia pun kembali berbalik badan dan menghampiri Amel untuk mengangkut sepeda gadis itu ke dalam mobilnya.

"Cepat naik!" seru Danil saat sepeda Amel sudah masuk ke dalam mobil.

Amel setengah berlari untuk masuk ke dalam mobil bosnya, ia masuk di pintu belakang kemudi. Hal itu membuat Danil kembali emosi. "Kau pikir aku ini supir mu? Pindah ke depan!" perintah nya yang tak ingin di bantah.

Amel terkesiap. Kebiasaan buruknya saat naik mobil bersama bosnya itu tidak pernah tidak bisa lenyap.

Sambil merutuki dirinya sendiri, Amel segera beralih kursi. "Maaf bos, aku lupa!" serunya saat sudah duduk di kursi samping kemudi.

"Hem... " Danil hanya bergumam menanggapi. Lalu menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan restoran miliknya itu.

Dalam beberapa saat keheningan melingkupi mereka berdua. Pandangan Amel tertuju keluar jendela mobil menatap suasana malam di pinggir jalan yang di penuhi oleh muda-mudi yang jalan-jalan sambil bergandengan tangan. Amel jadi ingat jika malam ini adalah malam minggu. Waktunya para pasangan untuk berkencan. Ah, Amel jadi berkhayal. Andaikan dia juga punya pacar?

"Besok kita akan ke rumah Ara!" Kalimat itu membuat Amel tersadar dari khayalannya. Amel langsung menoleh ke arah bosnya. Ingin sekali menolak tapi sepertinya ia tidak bisa. Kalimat itu bukan sekadar ajakan. Tapi lebih kepada perintah seorang atasan. Hah, ternyata benar dugaan Amel barusan. Bosnya sungguh punya motif yang di sembunyikan.

"Ma.... Mau ngapain bos?" tanya Amel sedikit gugup.

Danil menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada jalanan di depan sana. "Mau silaturahmi saja. Memangnya tidak boleh?" jawabnya dengan nada santai. Seolah dia tidak pernah tahu jika wanita yang akan dia temui itu kini sudah punya suami.

"Tapi bos....?"

"Kalau tidak mau, besok kamu perlu datang lagi ke restoranku." tukas Danil yang lagi-lagi penuh ancaman.

Amel melemaskan bahunya, ia tak bisa lagi berbicara. Suaranya seakan ikut tercekat jika ia mengingat kata di pecat.

"Baik bos." seru Amel dengan nada lemas. Baiklah, sebaiknya Amel ikuti saja kemauan bosnya. Ia juga tidak tahu apakah Ara akan menerima kedatangan mereka berdua.

Setelah lima belas menit menempuh perjalanan. Akhirnya mobil Danil berhenti di depan sebuah gang kecil yang tidak bisa di lewati oleh mobilnya. Dan kontrakan Amel berada di ujung gang sana.

Sebenarnya jarak dari kontrakan Amel lebih dekat jika di tempuh dengan menggunakan sepeda. Tentu saja harus melewati jalur belakang dan melewati perkampungan. Karena jika melewati jalan besar mereka harus menempuh jalan yang berputar.

Danil tahu itu, dan tidak mungkin dirinya membiarkan Amel melewati jalan yang begitu sepi masuk di antara gang-gang kecil di malam hari.

"Besok sore saja kita berkunjung ke rumah Ara. Biar kamu bisa istirahat dulu di hari liburmu." seru Danil mengingatkan Amel, seakan ia adalah bos yang begitu perhatian dengan karyawannya untuk istirahat di akhir pekan.

Jika ada orang lain yang mendengar percakapan mereka, sekilas akan terdengar seperti itu. Tapi siapa tahu, Amel sangat yakin jika bosnya akan mengganggunya setiap waktu.

Sebelumnya juga pernah terjadi, saat Ara masih belum menikah dan Danil hendak mengajak wanita itu berkencan dengannya. Dia bilang tidak akan menganggu Amel sebelum ia pergi berkencan dengan Ara.

Tapi buktinya apa, dari pagi hingga menjelang petang. Puluhan pesan singkat dan dering telepon yang masuk bergantian di ponsel milik Amel. Membuat gadis itu benar-benar terganggu.

Danil selau bertanya tentang apa saja yang di sukai sahabatnya? Baju apa yang pantas ia pakai? Apakah dia terlihat tampan dengan baju yang berulang kali ia foto dan di kirim lewat pesan WA nya. Sungguh narsis bukan?

Amel mencebikkan bibir, seraya mengambil alih sepeda yang sudah di turunkan dari atas mobil. "Kita lihat saja nanti!" gumam Amel dalam hati. Dan anggukan kepala ia tunjukkan sebagai jawaban atas perkataan bosnya tadi.

Sejenak keduanya saling diam, Amel menunggu bosnya pergi terlebih dulu sebelum ia masuk ke dalam gang kontrakannya.

Danil juga melakukan hal yang sama. Ia melongokkan kepalanya mengarah ke dalam gang yang terlihat sepi dan gelap gulita. "Kamu yakin mau lewat ke sana? Itu gelap loh." tanyanya tak percaya.

Amel mengikuti arah tatapan bosnya sambil mulai menaiki sepeda. "Mau gimana lagi, gang ini satu-satunya yang paling dekat dengan kontrakan aku. Kalau mau yang lebih terang harus lewat gang depan. Dan itu jaraknya dua kali lipat dari gang ini. Aku tidak mau." ucap Amel sambil mengedikkan bahu.

"Ini belum terlalu malam. Bos tenang saja, di sini aman!" tambah Amel begitu yakin. Karena di dalam sana banyak rumah penduduk juga dan jika terjadi sesuatu ia tinggal teriak saja.

Danil memilih untuk percaya daripada dia harus mengantar Amel masuk kedalam sana. Masa iya ia harus memperkecil mobilnya agar bisa sampai di depan kontrakan pegawainya? Danil juga sedikit lega karena Amel memakai sepeda setidaknya gadis itu bisa lebih cepat pergi jika ada orang membuntuti nya.

Danil meminta Amel untuk pergi lebih dulu dan memperhatikan punggung Amel hingga terlihat samar di kegelapan. Lalu pemuda itu memutuskan untuk pulang.

***

Di hari berikutnya semua terjadi sesuai dengan perkiraan Amel. Danil yang semalam sempat menyuruhnya untuk beristirahat malah mengganggunya lewat saluran ponselnya. Pertanyaan ini itu selalu Amel dapatkan untuk sekadar mendapatkan saran.

Sebenarnya Amel tidak perlu melayani kegugupan sang atasan, karena mereka hanya akan berkunjung bukan untuk berkencan. Bosnya selalu saja menyebalkan.

"Bos ayo pulang! Kalau kamu terlalu mabuk siapa yang akan bawa mobil." Amel terus saja membujuk bosnya untuk berhenti minum minuman beralkohol.

Amel bisa saja meninggalkan bosnya begitu saja, ia bisa pulang dengan menggunakan angkutan kota. Tapi Amel tak setega itu. Meninggalkan orang yang sedang patah hati dalam keadaan tak sadarkan diri. Setelah berkunjung ke rumah sahabatnya tadi Danil membawanya ke tempat ini. Sebuah bar kecil yang terletak di tengah kota. Amel mengikuti Danil untuk melampiaskan kekecewaannya di sana.

****

Kira-kira Danil kenapa ya? Kalau mau tahu coba cek di novel sebelah "My lovely idiot husband". episode 51. Apa yang Ara lakukan saat mereka berkunjung kerumahnya. Sampai membuat Danil gak mau pulang dan memilih untuk mabuk-mabukan?

Yuk klik like dan juga kasih sarannya biar novel ini makin banyak yang suka. Vote nya buat MLIH dulu aja ya... Makasih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!