NovelToon NovelToon

Marriage With My Secretary

SISI BURUK ALEXANDER GROUP

Eden Eleanor, seorang gadis berusia 23 tahun, ia berasal dari desa kecil di Washington dan sangat jauh dari kota. Eden merupakan anak yatim piatu, sudah hampir tiga tahun ia ditinggal oleh Ayah dan Ibunya, dan saat ini ia hanya tinggal bersama Neneknya yang merupakan seorang petani.

Karena neneknya sedang sakit dan membutuhkan banyak biaya untuk pengobatannya, Eden terpaksa meninggalkan Neneknya dan ia merantau ke kota industri North Carolina. Kota ini merupakan rumah bagi salah satu kawasan riset dan teknologi terbesar di Amerika Serikat.

Eden lulusan terbaik di universitas yang terletak di desa. Universitas ini cukup dikenal hingga ke kota, karena merupakan universitas negeri terbaik. Eden dapat bisa ke universitas tersebut karena mendapatkan beasiswa penuh hingga ia lulus.

Dan kini Eden telah mendapatkan pekerjaan di kota itu sebagai sekretaris disebuah perusahaan raksasa yang terletak di tengah tengah kota North Carolina, bahkan perusahaan itu dikenal oleh seluruh dunia karena kecanggihannya dalam dunia teknologi. Hanya berbekal pengalaman magang yang ia miliki, Eden bisa lolos interview dan dapat bekerja di perusahaan ternama itu.

“Perkenalkan tuan, nama saya Eden Eleanor, saya merupakan sekretaris baru tuan Miguel saat ini” Eden memperkenalkan dirinya pada CEO dari perusahaan itu.

“Hhmm” jawab Miguel sambil bermain game di ponselnya dan meletakan kakinya di atas meja.

‘Ternyata seperti ini sifat manusia yang angkuh, karena merasa memiliki segalanya. Bisa dibilang ini sisi buruk dari Alexander Group’ batin Eden.

“Aku mendengar umpatanmu bodoh” ucap Miguel, ia pun melempar sampah bekas permen karet yang ia makan pada Eden.

Merinding, itu yang Eden rasakan. 

‘Yang benar saja ia bisa mendengar semua isi dalam pikiranku? Apakah yang ini ia bisa mendengarnya juga?’ batin Eden.

“Kau lihat kamera CCTV yang ada di sebelah sana, di sana, dan disana” ucap Miguel sambil menunjuk semua CCTV yang mengelilingi ruangannya.

Dan Eden menjawab dengan anggukan dan sedikit merasa merinding karena baru hari pertama bekerja ia sudah mendapatkan tatapan tajam dari bosnya, bukan hanya bos akan tetapi pewaris dari perusahaan itu.

“CCTV itu telah dirancang oleh orang Alexander Group yang sangat ahli di bidang IT, CCTV itu dapat membaca pikiran semua orang yang ada di ruangan ini, terutama yang selalu mengumpati diriku. Dan suara dari pikiran orang-orang itu akan masuk ke dalam earphone yang aku pakai” jelas Miguel sambil menunjukan earphone yang dipakainya, dan hampir tidak terlihat karena bentuknya yang kecil.

😀 begini lah emoji yang pantas menggambarkan ekspresi Eden saat ini. Sangat tercengang dengan pernyataan dari bosnya, dan sekarang ia bertanya-tanya dalam dirinya.

‘Apakah ini akhir dari karirku? Belum juga bekerja sudah mendapatkan serangan belati dari mulut bosku sendiri’ gumam Eden

“Tenanglah, aku memberikan satu kali kesempatan padamu, jagalah sikapmu emm…siapa namamu tadi?" Tanya Miguel.

"Ed..." belum juga Eden menjawab, Miguel sudah menyelanya lagi.

"Ya pokoknya kau jangan mencari gara-gara denganku” pekik Miguel kemudian ia kembali lanjut bermain game.

“Maafkan saya tuan, saya tidak akan mengulanginya” ungkap Eden sambil menundukan kepalanya.

“Hmm” jawab Miguel sambil mengibaskan tangannya, mengusir Eden dan juga asistennya yang berada di dalam ruangannya.

Hanya dengan kode itu, mereka pun langsung keluar tanpa memberikan salam hormat pada bosnya. Aldous sudah hafal betul dengan sikap tuannya, jika sudah seperti itu tandanya ia tidak ingin diganggu sama sekali oleh siapa pun.

“Mohon maaf atas sikap tuan Miguel, nona Eden” ucap Aldous.

“Ti-tidak masalah” jawab Eden.

“Tuan Miguel memang sedikit angkuh, namun ia memiliki kepribadian yang sangat dermawan dan baik hati, namun itu juga sesuai dengan suasana hatinya” jelas Aldous.

‘Sisi gelap Alexander Group terletak pada sang pemilik perusahaan ternyata’ batin Eden.

Dan saat ini telah memasuki jam istirahat. Eden berjalan ke arah kantin seorang diri. Karena dari awal masuk Eden tidak memiliki seorang teman yang masuk dan berjuang bersama ke dalam perusahaan Alexander Group.

Dan saat di jalan, ia berpapasan dengan tiga orang perempuan dan empat orang laki-laki, Eden melihat sepertinya mereka seumuran dengannya. Namun Eden sangat malu untuk menyapa duluan, akhirnya ia berpura-pura tidak melihat siapa pun.

“Hey!” Panggilnya dan memegang sebelah pundak Eden.

“Ha-halo!” Eden menyapa balik.

Ternyata mereka yang menyapa Eden terlebih dahulu, syukurlah akhirnya sekarang Eden memiliki teman di kantor.

“Kau yang bernama Eden Eleanor kan? Kau yang menjadi sekretaris tuan Miguel?” 

“I-iya, salam kenal” jawab Eden.

“Salam kenal juga, perkenalkan aku Arabella” ucap gadis yang berambut pendek dengan tinggi sekitar 165cm dan postur tubuhnya body goals.

“Aku Firenz, dan ini adikku Freya, kita berdua kembar” ucap kedua gadis kembar itu.

Firenz memiliki mata berwarna coklat dengan rambut sepunggung dan tingginya sekitar 167cm dan tubuhnya sedikit lebih berisi daripada Freya. Sedangkan Freya memiliki mata berwarna ash grey dengan rambut ikal sebahu, tingginya sama dengan Firenz namun tubuhnya sedikit lebih kurus.

“Aku Jackson, ini James, ini Jeno, dan Jhonny” kami juga kembar ucap Jackson.

‘Mereka bertiga sama, hanya warna mata dan bentuk wajahnya saja yang berbeda’ batin Eden.

“Salam kenal semuanya” ucap Eden sambil tersenyum.

“Kau ingin ke kantin bersama kami?” Tanya Freya.

“Bolehkah?” Eden malah bertanya balik.

“Tentu saja! Kau temani aku Eden, karena di antara mereka semua hanya aku yang tidak memiliki kembaran” jawab Arabella.

“Ahahahaha” mereka semua pun tertawa mendengar ucapan Arabella.

Dan akhirnya mereka telah sampai di kantin, karena mereka anak baru di Alexander Group jadi mereka sangat terkejut melihat kantinnya, yang menggunakan teknologi yang sangat canggih. Bagaimana tidak disebut canggih, biasanya dimana-mana yang bekerja melayani kantin merupakan manusia, akan tetapi di Alexander Group ini yang melayani mereka adalah robot.

“Wooow fantastic”

“Apakah aku sedang masuk ke dalam portal dunia robot?”

“Ini benar-benar menakjubkan”

“Bagaimana tidak disebut sebagai perusahaan top global? Ini pun baru kantinnya yang kita lihat”

“Huwaa..aku akan setiap hari makan di kantin”

“Makan gratis, dan fasilitas kantinnya pun seperti ini, bagaimana tidak disebut sebagai perusahaan bergengsi?”

Ucap mereka semua yang masih terkagum-kagum dengan kantin canggih dari Alexander Group. Mereka duduk dibangku kosong. Dan sebuah robot datang menghampirinya.

“Selamat datang, silahkan pesan melalui tools yang ada di meja”

Tiba-tiba sebuah cahaya muncul dari atas meja, sebuah hologram yang menampilkan semua menu makanan yang tersedia di kantin. 

“Wooaah” ucap kedelapan bocah itu serentak.

Mereka memesan makan secukupnya, walaupun gratis bukan berarti bisa berbuat seenaknya dan semaunya kan. Karena Eden masih merasa kenyang, ia hanya mengambil sepiring sushi salmon dan segelas jus rasa sirsak. Dan mereka sharing atau saling berbagi makanan untuk mencoba menu yang berbeda tanpa harus memesan lagi.

Setelah mereka selesai makan dan menghabisinya tanpa tersisa sedikitpun, ke delapan karyawan baru ini saling mengenal satu sama lainnya, sambil menunggu makanan yang mereka makan turun ke dalam perut dan kebetulan jam istirahat juga masih panjang.

“Eden, kau tinggal dimana?” tanya Jeno.

“Aku tinggal di desa, dan saat ini aku tinggal di kos dekat dengan kantor” jawab Eden.

“Woow apakah seru di desamu? Dulu kami sering berkunjung kerumah nenek yang ada di desa, dan kami setiap hari bermain di sungai, itu sangat menyenangkan” ungkap Freya.

“Ya sangat seru, aku juga suka membantu Nenek berkebun” jawab Eden.

“Apakah di kosanmu masih ada yang kosong Eden? Sepertinya menyenangkan tinggal dan hidup mandiri di kosan” ucap Arabella.

“Hmm…nanti akan aku tanyakan dengan pemiliknya, aku akan sangat senang jika memiliki teman di kosan nanti” jawab Eden dengan sangat antusias.

“Eden, apakah kau sudah memiliki kekasih?” tanya Jhonny sejak awal selalu melirik ke arah Eden.

“Dasar buaya darat, kemarin kau berkata seperti itu juga pada Freya diawal pertemuan kita” sela Firenz dan melempar bongkahan es batu ke arah Jhonny.

“Guys sepertinya aku harus kembali, karena presdir memiliki jadwal meeting siang ini” ucap Eden berpamitan pada teman-temannya.

“Baiklah Eden, hati-hati dijalan” ucap mereka serentak.

Eden berjalan ke arah lift, namun ditengah jalan ia bertemu seorang anak kecil yang sedang menangis, dan membuat Eden menghampirinya dan bertanya-tanya dalam benaknya.

‘Anak siapa ini? Memang boleh bekerja sambim membawa anak di kantor?’ batin Eden.

“Hey adik kecil, mengapa kau menangis? Dimana ibumu?”

“Ice cleamku teljatuh hiks..hiks” jawab anak laki-laki itu.

“Ayok aku akan membelikanmu ice cream yang baru” ucap Eden.

Dan mereka pun akhirnya membeli ice cream di toko ice cream yang berada tepat bersebelahan dengan kantor. Eden menggandeng anak itu dan membawanya ke toko ice cream.

“Kau senang?” tanya Eden sambil menggandeng anak itu ketika sudah keluar dari toko ice cream.

Dan anak itu hanya menjawab dengan anggukan sambil menjilati ice creamnya.

“Dan sekarang dimana ibumu?” tanya Eden.

“Di lumah” jawab anak itu.

“Lalu kau kesini dengan siapa?” Eden bertanya lagi.

“Supil” jawab anak kecil itu.

“Ingin kuantar bertemu orang tuamu?” tanya Eden. Sebenarnya Eden bingung mau membawa anak ini kemana, karena Eden juga tidak kenal dengan orang tua dari anak tersebut.

“Hmm”

Eden membawa anak laki-laki itu masuk ke dalam lift karyawan, namun anak itu malah menarik Eden untuk masuk ke dalam lift milik presdir.

“Kita tidak boleh menggunakan lift ini” jelas Exen pada anak itu.

Namun ucapan Eden tidak ditanggapi oleh bocah laki-laki itu. Eden tidak menyadari bahwa bocah itu memencet tombol lift ke arah ruangan presdir. Dan ketika lift itu sampai, eden sangat terkejut, liftnya terbuka di lantai presdir, dan bertepatan dengan kedatangan presdir yang sedang keluar dari ruangannya.

“Daddy!” teriak bocah itu berlari ke arah Miguel.

Miguel sangat terkejut dengan kedatangan bocah itu, padahal ia sudah berpesan pada Mommynya untuk tidak mengirim anak ini ke perusahaan lagi. Karena terakhir kali bocah ini datang, ia telah membuat kacau meeting penting dengan salah satu koleganya.

“Tuan Miguel maafkan saya, anak ini tadi yang memencet tombol lift ke sini” ucap Ede.

‘Matilah kau Eden Eleanor’ batinnya.

Dan Eden hanya mendapatkan lirikan tajam dari Miguel, Kemudian Miguel menatap anak laki-laki itu.

“Sudah kubilang jangan pernah datang kemari, kau menggangguku yang sedang bekerja, dasar bocah ingusan, dan berhenti memanggilku dengan panggilan itu” ucap Miguel sambil menggendong anak itu masuk ke dalam ruangannya.

‘Ooh tuan Miguel sudah menikah, keren sekali ia menikah muda, sepertinya kalau dilihat-lihat dari wajahnya ia mungkin seumuran denganku, ya..mungkin lebih tua sedikit dariku. Tapi kasihan sekali anak itu, sepertinya tuan Miguel tidak terlalu memberikannya perhatian’ batin Eden.

Di dalam ruangan Miguel, ia menatap bocah laki-laki itu dengan tajam.

“Berhenti memanggilku Daddy, Mark Alexander” ucap Miguel.

“Aku tidak mau” jawab anak itu dengan wajah merajuk.

“Aarrgghh” teriak Miguel.

Miguel pun menelpon ibunya.

“Mom, kenapa Mark diantar ke perusahaan?”

“Maafkan Mommy sayang, tiba-tiba saja Mommy dan Daddy ada kepentingan mendadak ke luar negeri, dan kami tidak bisa membawa adik kecilmu” jawab sang mommy dari balik ponselnya.

“Mommy, aku kan juga tidak bisa. Aku sedang bekerja Mom” gerutu Miguel.

“Kau tinggal suruh Aldous untuk menjaganya” ucap sang Mommy dan langsung mematikan panggilan teleponnya.

‘Haah…begini lah nasib memiliki adik yang usianya sangat jauh, seharuanya aku menjadi anak tunggal. Jarak umurku dan Mark berjarak 30 tahun, mungkin jika orang melihat Mark denganku seperti seorang Ayah dengan anak’ gumam Miguel.

“Mark kau bermain lah dengan Aldous hari ini, Kakak akan ada meeting dua puluh menit lagi” ucap Miguel dengan sedikit pasrah menghadapi adik kecilnya.

“Aku tidak mau, aku mau ikut dengan Kakak” rengek Mark.

“Mark!” teriak Miguel.

Namun tiba-tiba pintu ruangan Miguel ada yang membuka, Miguel melihat Eden yang sedang berjalan kearahnya dan memberi hormat padanya.

“Mohon maaf tuan saya mengganggu, sebentar lagi meeting dengan perusahaan Techno Z akan dimulai” ujar Eden.

“Huaaa…Daddy jahat! Aku benci Daddy! Kakak cantik apakah kau ingin menemaniku belmain? Daddy tidak ingin belmain denganku” ucap Mark yang tiba-tiba saja menangis.

Miguel dibuat pusing oleh adiknya, tidak bisa berkata-kata, betapa sangat emosinya ia melihat kelakuan adiknya. Ia memijat-mijat kepalanya tanpa henti.

“A-aku..” ucap Eden yang bingung ingin menjawab apa.

“Mark Alexander! Sudah ku bilang jangan pernah menggunakan panggilan itu” bentak Miguel.

Dan bentakan itu sukses membuat Mark matanya berkaca-kaca menahan tangisan. Eden segera menghampiri Mark dan memeluknya.

“Tuan Miguel kau sangat keterlaluan dengan anakmu! Apa kau tega berbuat kasar pada anakmu sendiri? Akan kulaporkan kau ke dinas perlindungan anak” pekik Eden.

“Hey nona, dia bukan anakku” jawab Miguel.

“Sudah gitu kau tidak menganggapnya sebagai anakmu pula, dimana hati nuranimu tuan Miguel Alexander?” ucap Eden yang semakin kesal dengan jawaban Miguel.

“No-nona Eden maaf, tuan muda Mark adalah adik dari tuan Miguel” sela Aldous.

Doeng…🙂 ‘matilah aku, matilah aku, matilah aku, selalu mencari gara-gara dengan pemilik perusahaan tempatmu bekerja, Eden sepertinya kau harus segera mencari pekerjaan lagi dan membuat surat pengunduran diri’ gumam Eden, takdir seperti mengatakan bahwa inilah akhir dari kisah hidupnya.

Lalu Eden ingin keluar begitu saja dari ruangan Miguel, namun ditahan oleh Miguel.

“Eden Eleanor, seminggu ini kau harus menemaniku lembur, tidak ada penolakan dan tidak ada alasan!” ucap Miguel.

“Ba-baik tuan” ucap Eden lalu langsung keluar dari ruangan Miguel.

SECANGKIR KOPI SAAT LEMBUR

Sekarang sudah pukul 17.00, Alexander Group pun sudah mulai sepi karena semua yang bekerja sudah kembali ke rumahnya masing masing untuk beristirahat dan mengisi energi untuk kembali bekerja esok hari. Sekarang hanya tersisa Eden dan Miguel saja yang masih bekerja, dengan sangat telaten Eden mengatur dan membuat jadwal meeting Miguel hingga bulan berikutnya.

Karena Eden merasa mengantuk, akhirnya ia pergi menuju pantry untuk membuat segelas kopi. Eden melihat ada seorang laki-laki yang berada di pantry dan sepertinya ia tidak asing, dan setelah lebih dekat lagi Eden melihat ternyata itu adalah Jeno.

“Hay Jen” sapa Eden.

“Eh hay Eden, kau belum pulang?” tanya Jeno.

“Hmm…aku menemani pria angkuh yang sedang lembur” keluh Eden.

“Haha, kau bisa saja. Tapi aku dengar-dengar memang dari dulu Sekretaris Presdir tidak ada yang pernah tahan semenjak pergantian kepemimpinan tuan Miguel” kata Jeno.

“Benarkah? Tapi memang benar sih itu fakta, namun aku pasti bisa bertahan karena aku butuh banyak uang untuk melunasi hutang keluargaku dan juga membayar pengobatan Nenekku” ucap Eden.

“Aku mengerti, ternyata kau bisa menyembunyikan semuanya dibalik senyum cantikmu ya Eden” ucap Jeno.

“Jika kau butuh sesuatu katakanlah padaku, aku akan membantumu Eden” lanjut Jeno.

“Terima kasih banyak Jen, padahal kita baru sekali bertemu tapi kau sudah bisa berkata seperti itu” ucap Eden.

“Kita kan sekarang menjadi teman” senyum Jeno.

“Kau mau secangkir kopi hangat?” tanya Jeno.

“Bolehkah aku meminta kopi dingin? Aku tidak suka kopi hangat” Kata Eden sambil sedikit tertawa.

“Baiklah nona cantik, kopi dingin untukmu segera datang” ucap Jeno.

Miguel yang awalnya ingin ke toilet, dan harus melewati pantry tidak sengaja mendengar percakapan antara Eden dan Jeno. Entahlah ia merasa ingin menjahili sekretarisnya, karena dari awal ia masuk sudah berani mengumpati dirinya. Beruntung Miguel mempunyai CCTV yang dapat membaca pikiran orang.

“Hey kau sekretaris pemalas, bisa-bisanya pekerjaanmu belum selesai tapi sudah meninggalkan mejamu dan berkencan di pantry kantor” tukas Miguel melirik tajam ke arah Eden dan Jeno.

“Ma-maafkan saya tuan Miguel” jawab Eden menunduk.

“Maaf tuan Miguel, saya dan nona Eden tidak sengaja bertemu di pantry. Dan kita sedang membuat kopi, apakah tuan Miguel juga ingin di buatkan secangkir kopi?” sela Jeno.

“Ya boleh, nanti minta tolong antarkan sekretaris pemalas itu untuk membawa kopinya keruanganku” jawab Miguel kemudian pergi.

Lima menit kemudian, Eden masuk keruangan Miguel dengan membawa secangkir kopi yang telah dibuat oleh Jeno. Eden sangat gugup karena berkali-kali dirinya telah dicap buruk oleh Miguel sang bos pemilik Alexander Group.

“Tu-tuan Miguel, ini kopi yang anda pesan” ucap Eden kemudian ia meletakan secangkir kopi itu di meja kerja Miguel.

“Apa kau sudah mencatat semua jadwalku untuk tiga bulan kedepan?” tanya Miguel sambil menyeruput secangkir kopi hangat yang dibawa oleh Eden tadi.

“Iya tuan, saya sudah mencatat semuanya” jawab Eden.

“Kau sudah menyiapkan bahan presentasi untuk meeting bersama seluruh kepala divisi?” Miguel bertanya lagi.

“Sudah tuan, saya sudah menyiapkan persiapkan bahan pembahasan untuk meeting bersama kepala divisi dan juga seluruh direktur bidang” jawab Eden.

“Baiklah” ucap Miguel.

“Lalu apakah saya sudah boleh pulang tuan Miguel?” tanya Eden.

“Kau ingin pulang mendahului bosmu nona Eden?” Miguel bertanya kembali dan mengangkat satu alisnya.

“Ti-tidak” Eden menjawab dengan ketakutan.

“Ya sudah, sana kembali ke mejamu” ucap Miguel.

‘Rasakan kau gadis bodoh, siapa suruh kau selalu menyenggol bosmu. Ah senangnya aku seperti punya mainan sekarang’ batin Miguel.

Lalu Eden keluar dari ruangan Miguel, setelah ia keluar dari ruangan itu, Eden menghentak hentak kan kakinya karena merasa kesal. Padahal ia sudah mengerjakan semua pekerjaannya untuk tiga bulan kedepan. Akan tetapi karena bosnya yang angkuh, Eden tidak bisa pulang lebih cepat. Akhirnya Eden lebih memilih untuk duduk dikursinya kembali, namun sebelum itu ia sudah membereskan barang-barangnya agar nanti bisa tinggal pulang.

‘Dasar bos gila’ Eden mengumpat.

Waktu terus berjalan dan tanpa terasa ternyata sekarang sudah pukul sepuluh malam. Tidak sengaja Eden tertidur diatas meja kerjanya, namun ada Jeno yang menemaninya. Awalnya Jeno hanya ingin melihat Eden sudah pulang atau belum, dan ternyata Eden malah sedang asyik tertidur dimeja kerjanya. Jeno menemani Eden sambil memainkan ponselnya.

“Sedang apa kalian” tanya Miguel yang tiba tiba keuar dari ruangannya dan sudah membawa tas kerjanya, pertanda bahwa ia sudah ingin pulang.

“Aku menunggu Eden yang masih tertidur Kak” jawab Jeno.

“Dasar kau buaya, semua wanita kau dekati” ledek Miguel.

“Jika wanitanya Eden tidak masalah, mungkin sebentar lagi aku akan menjadikannya sebagai kekasihku atau mungkin langsung saja menjadi istriku” ucap Jeno.

“Dasar bocah, hidupnya hanya dipenuhi dengan kebucinan” umpat Miguel.

“Ya…daripada terjebak dengan masa lalu dan menunggu hal yang tak pasti hingga 10 tahun, padahal sudah jelas bahwa wanita itu seorang ani ani yang selalu bergandeng tangan dengan pria yang berbeda setiap harinya” sindir Jeno.

“Aku akan melaporkannya pada Kakek bahwa cucu kembarnya yang bernama Jeno seorang player yang suka bergonta-ganti pasangan. Agar kau tidak diberikan bonus mingguan oleh Kakek hahaha” ucap Miguel sambil berjalan menuju lift.

"Laporkan saja, aku tidak takut denganmu Miguel Alexander" Jeno tidak merasa takut sama sekali dengan ancaman Miguel.

Si kembar Jackson, James, Jeno, dan Jhonny merupakan adik sepupu dari Miguel. Dan mereka masih satu keluarga, bahkan ke keempat kembaran itu memiliki marga yang sama dengan Miguel, yaitu Alexander. Karena Ayah dari si kembar empat J itu merupakan adik dari Ayahnya Miguel Alexander.

Namun mereka tidak ingin menyombongkan dirinya bahwa mereka juga bagian dari keluarga Alexander. Jackson, James, Jeno, dan Jhonny hanya ingin hidup menjadi orang biasa saja. Ia tidak ingin bertindak jauh seperti Miguel yang terlibat lebih dalam di dunia bisnis.

Karena Jeno tidak tega membangunkan Eden, akhirnya ia menggendong Eden dan membawanya masuk ke dalam mobil. Jeno masih ingat dengan perkataan Eden saat berbincang di kantin siang hari, bahwa kosannya bernama Garden House. Jeno pun mencarinya melalui google maps dan ia menemukan alamatnya, langsung saja Jeno menginjak pedal gasnya untuk mengantar Eden.

Hanya membutuhkan dua puluh menit untuk sampai ke kosan Eden dengan kendaraan pribadi. Sebenarnya Jeno tidak tega untuk membangunkan Eden, kalau bisa ia sudah membawanya ke mansionnya dan menginap disana, akan tetapi resiko yang diambil sangat besar, bisa-bisa yang dikatakan oleh Miguel benar, bonus jajan mingguannya akan di stop oleh sang Kakek.

“Eden” panggil Jeno.

Eden menggeliat, dan membuka matanya. Ia sangat terkejut.

“Aku dimana?” tanyanya dengan mata yang merah, khas orang bangun tidur.

“Aku mengantarmu hingga ke depan kos, maaf tadi ketika kamu tidur dimeja kerja tidak membangunkanmu karena aku sangat tidak tega melihat wajahmu yang sangat kelelahan” jelas Jeno.

“Ah..maaf, maafkan aku Jeno, dan terima kasih sudah mengantarku sampai depan kosan” ucap Eden dan langsung turun dari mobil Jeno.

Sebenarnya Eden masih setengah sadar, ia pun langsung berjalan masuk ke dalam kosannya yang sangat sederhana. Setelah memastikan Eden hingga masuk kedalam kosannya, Jeno pun segera melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah.

TOLONG AKU

Matahari mulai memancarkan sinarnya, dan burung-burung pun juga mulai berkicauan menandakan bahwa hari sudah pagi. Eden terbangun karena mendengar alarm yang sudah dipasang olehnya yang setiap hari otomatis akan berbunyi.

Eden bangun dari kasurnya, dan ia masih memakai pakaian kerja yang kemarin. Eden masih terduduk di atas kasurnya, ia masih mengumpulkan seluruh nyawa dan energinya karena kemarin telah habis terkuras karena lembur hingga hampir tengah malam. Dan saat semua nyawa dan energinya terkumpul, Eden amat sangat terkejut.

'Apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa sampai di kosan? Apakah aku mengigau berjalan hingga sampai kosan?' gumam Eden sambil memikir bagaimana ia bisa sampai di kosan.

Tidak mabuk alkohol, tapi ia mabuk oleh pekerjaan yang diberikan oleh bosnya. Hingga sampai tidak ingat bagaimana cara ia bisa sampai ke kosan dengan selamat. Namun Eden tidak ingin berpikir lebih panjang lagi, karena akan menghabiskan waktu berharganya, yang penting ia telah sampai kosan dengan selamat. Eden pun bangun dari ranjangnya dan ia pergi ke toilet untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk kembali bekerja.

Lima menit kemudian Eden telah selesai membersihkan dirinya, kini ia terlihat lebih segar. Eden menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya sebelum ia menggunakan hairdryer. Dan saat itu pula Eden berteriak dan tersadar dengan kejadian semalam.

“AAAARRRGGHH TIDAK! DASAR GADIS BODOH TIDAK TAHU DIRI” teriak Eden sambil memukul-mukul dirinya sendiri.

Eden telah sampai di kantor, ia mengendap-endap karena takut bertemu dengan seseorang. Akan tetapi tiba tiba ada yang memegang sebelah pundaknya, reflek Eden pun melihat orang yang telah memegang pundaknya, dan..

“Aaaa matilah aku” teriak Eden hingga membuat orang-orang yang berlalu lalang melihat dirinya.

“E-eden ada apa?” tanya Jeno.

“Maafkan aku atas kejadian semalam dan terima kasih atas tumpangannya untuk pertama dan terakhir kalinya, aku pergi dulu karena pagi ini Presdir ada jadwal meeting” ucap Eden dengan terburu buru, lalu ia kabur begitu saja dan langsung masuk ke dalam lift.

'Ppffttt...Menggemaskan' gumam Jeno sambil tersenyum.

Baru saja Eden sampai dimeja kerjanya, ia sedang berdandan mempoles wajahnya dengan make up dan merapikan rambutnya. Dan sentuhan terakhir, ia tinggal memakai maskara, namun ada yang mengejutkannya hingga membuat wajahnya tercoret.

“Temani aku untuk makan siang bersama pemilik Sandcube hari ini” kata Miguel dengan lantang yang membuat Eden sampai terkejut, dan setelah itu Miguel pergi begitu saja.

‘Aaaarrrggh benar-benar orang itu, jangan sampai aku memiliki jodoh persis seperti laki-laki yang angkuh itu. Bisa-bisa aku selalu naik darah dan akan cepat tua” Eden merutuki dirinya sendiri.

Pagi ini Eden menemani Miguel meeting dengan divisi pemasaran, untuk melaporkan hasil penjualan dari produk-produk yang telah dirancang dan dipasarkan. Eden juga sudah membuat bahan pembahasan apa saja yang akan keluarkan saat meeting berjalan.

“Selamat pagi tuan Miguel” sapa seluruh tim pemasaran dengan serentak.

“Hmm…pagi” jawab Miguel.

Kemudian Miguel duduk dikursi yang kosong tepat berhadapan dengan layar, sedangkan Eden duduk disamping Miguel.

“Silahkan dimulai, karena saya masih memiliki janji dengan beberapa kolega” ucap Miguel dengan nada yang dingin.

‘Sungguh sangat berbeda sekali Miguel di real life dan Miguel saat meeting. Di real life ia sangat angkuh dan terlihat bodoh, namun saat mode serius benar-benar aura menyeramkannya terasa hingga menusuk tulang rusukku’ batin Eden.

“Baik tuan, saya akan membahas mengenai penjualan kita dari yang tertinggi terlebih dahulu” ucap sang presentator, kemudian ia menampilkan poin-poin dari hasil divisi marketing kedalam pointer yang ditampilkan di layar.

“Ini hasil penjualan tertinggi dari perusahaan kita tuan Miguel. CCTV pembaca pikiran yang paling laku terjual di tahun ini, dan sampai saat ini masih banyak orang yang berminat hingga rela antre pre-order demi mendapatkannya” jelas presentator itu menunjukan diagram penjualannya yang sukses dan melejit.

Dan meeting pun berlanjut hingga pukul 10.00 menjelang siang. Sepanjang meeting, Eden memperhatikan dengan sangat seksama karena ia tertarik dengan divisi marketing ini. Dahulu ia sangat bercita-cita jika suatu saat nanti bekerja akan masuk ke dalam divisi marketing, karena menurutnya divisi ini banyak rintangannya untuk dapat menggaet seorang pembeli. Apakah suatu saat ia bisa pindah ke divisi marketing? Eden juga jika lama kelamaan akan tidak betah terus-terusan bersama bos yang angkuh.

Akhirnya meeting bersama divisi pemasaran pun telah selesai. Dan Miguel langsung mengajak Eden menuju parkiran untuk menghadiri undangan makan siang bersama rekan bisnisnya dari perusahaan Sandcube.

Dan saat sudah sampai di restoran, ternyata pemilik Sandcube sudah datang lebih dulu daripada Miguel. Ya..akibat adanya perbaikan jalan jadi membuat jalanan macet dan menghambat waktu Miguel banyak terbuang.

“Mohon maaf tuan Ezze Douzer saya datang terlambat” ucap Miguel, pada pemilik Sandcube.

“Santai saja tuan Miguel Alexander, saya pun juga baru datang” jawab Ezze.

Kemudian Ezze melihat ke arah Eden, dan bertanya pada Miguel.

“Apakah dia sekretaris barumu?” tanya Ezze.

“Iya, dia sekretaris baruku” jawab Miguel

“Salam kenal tuan Ezze Douzer, nama saya Eden Eleanor” ucap Eden memperkenalkan dirinya.

Ezze pun mempersilahkan Miguel dan Eden untuk duduk. Kemudian mereka memesan makan siang serta minuman, dan setelah itu mereka berbincang-bincang.

Ezze Douzer sosok laki-laki yang bertubuh gemuk dan memiliki kumis yang lebat. Ia dikenal sebagai orang yang suka membeli wanita malam untuk bermain dengannya. Dan sudah banyak juga anak yang ia miliki dari hasil slebew dengan wanita-wanita bayarannya, ia pun juga tidak keberatan untuk bertanggung jawab asalkan mau menjalani tes DNA terlebih dahulu.

Istri Ezze pun tidak keberatan dengan perilaku suaminya yang seperti kucing. Yang suka kawin dengan sembarangan, tidak pandang ras demi menyalurkan hasratnya. Selagi uang masih mengalir dalam kartu geseknya, istrinya tidak pernah berkata apa pun, begitu pula dengan anak-anak dari istri pertamanya.

Eden merasa sangat tidak nyaman, karena semenjak duduk, kakinya selalu dipegang oleh Ezze. Dan dengan spontan Eden menggenggam tangan Miguel, ia juga menatap Miguel dengan wajah yang seperti ingin menangis.

‘Tolong, tolong aku’ dalam hatinya berkata.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!