Malam hari ditempat nge-gym 4 remaja sedang berbincang sambil mengelap keringat mereka.
"Kenapa lu, Za? Muka ditekuk kek hidung Onta." Fingga.
"Iya. kek om-om gagal ngewe sama pacarnya." lanjut Gibran, sambil tertawa di barengi teman yang lainnya kecuali Faza.
Faza hanya menghembuskan nafas kasar, lalu ketiga sohibnya saling melempar pandangan satu sama lain.
Lalu salah satu temannya menepuk pundak Faza. "Lu kenapa,Za? " Ucap Qion.
"Bisa diem gak si lu pada? gue lagi sakit hati!"
"Ck, sakit hati kenapa sih sayang... Sini cerita sama AA ion."
"Dih najong!" jawab Faza sambil menonyor Qion.
Fingga dan Gibran tertawa melihat itu.
"Abis ditolak apa gimana nih kulkas 9 pintu?" tanya Fingga yang mulai serius.
Faza hanya diam, perkian detiknya menjawab "Jadi, gini rasanya ditolak sama crush."
"Lu beneran di tolak, Za? Sama siapa? Si Gladis cewek paling cantik di SMA kita apa si Sana selebgram yang deketin lo itu?" tanya Gibran.
"Bukan wanita centil kek mereka njirrr... Bukan selera gue!" Faza.
"Terus saha? jan main kuis-kuisan lah, emang lo kira ini family 100!" Qion dengan nada tengilnya.
"Gue ditolak sama, Mba Mia."
Qion dengan nada terkejutnya. "Njir... Gila lo, Za."
" Uhuk-uhuk, serius lo?" Gibran bahkan sampai tersedak.
Sementara Fingga langsunh menutup mulutnya.
"Gak usah lebay lo pada."
"Yang bener lah Za? kan Mba Mia udah nikah." tanya Gibran dengan nada hati-hati.
Fingga:"Gak nyangka gue Za, lo mau jadi pembinor? padahal lo sering bawa anak Mba Mia nongkrong bareng kita."
"Dikuar jangkauan BMKG lo, Za." Qion yang terlihat masih tidak percaya, dan perikanan detiknya. "Gapapa Za, gue dukung! Mba Mia kan cantik, bodinya juga aduhai."
"Damn! teman sesat lu, Qion." Fingga dan Gibran bersamaan.
Sementara Faza hanya bisa berdecak.
Gue hanya berdecak pasalnya gue malas- semalasnya buat jawab apa lagi berdebat, dikarenakan hatiku tengah merasa sakit dan tubuh ini terasa sudah tua renta, renta serenta- rentanya.
Fazakha Almafriz Widjaya itulah nama lengkap gue, Dan gue adalah remaja tampan yang mendapat julukan pangeran dari kutub utara dikarenakan sikap gue yang cuek dan dingin. Gue sebenernya heran kenapa guue tetap jadi idola para wanita dari muda, seumuran, bahkan sampai tua. Padahal gue diam, tidak pernah tuh menggoda atau menyapa mereka barang selirikan mata gue, gue gak pernah menggubris mereka.
Gue gak punya pacar, alasannya malas! tau kan malas? ya males! males aja gitu, orang gue enggak tertarik kalo hal-hal kaya gitu. Gue ngerasa hidup gue harus lurus bak jalan tol, walau Jalan tol aja ada beloknya pas belok, asal lu pada tau ya, gue adalah anak tunggal dari CEO Widjaya Frans pengusaha perusahaan kontruksi terbesar saat ini, dan tentunya gue juga pewaris perusahaan itu.
Bukannya sombong nih! tapi emang nyata gue tampan, tajir melintir. Kalo gue mau, gue panggil Park Shin Hye buat jadi pacar gue semalam aja bisa, hanya dengan menerbangkan duit (transver).
Banyak juga kok cewe disekitar gue yang cantik, bohai, aduhai, gemlihai, smhiring, splendid, glowing, tapi gue nggak suka mereka, nggak nyangkol aja gitu.
Sampe suatu hari pas lagi nongkrong sama sohib- sohib gue di Cafe, gue ketemu nih sama cewe, dia biasa aja sih, tapi mata gue ga bisa beralih sama tuh cewe.
Sambil ngobrol bareng para sohib gue, gue curi-curi pandang nih ke cewe itu, gue liatin dia kek nunggu seseorang dari toilet cewe, mungkin bestienya, itu pikiran gue.
Gue tungguin sampe nongol siapa yang dia tunggu, eh... malah bocil cewe. di tambah ada uncle-uncle maskulin yang nyamperin dia juga.
Bocil itu bilang "Bunda!"
Seketika gak tau kenapa, hati gue kedengaran bunyi kretek, Cewe itu ternyata udah punya suami sama anak.
Gue bisa aja nggak peduli, tapi nggak tau kenapa masih aja gue perduli, sampe mereka selesai makan ya mereka pada pake jaket bersablon.
Jaket uncle-uncle maskulin tuh bertuliskan. "Udah punya istri jangan di gods, duitnya di pegang istri semua."
Terus si cewe tadi eh mungkin aunty kali ya, bertuliskan. "Jangan di goda, udah punya suami ganteng, yang lain kaya Cumi-cumi."
Terus bocilnya. "Aku cinta ayah bunda."
Jleb
Anjir sekali... sekali ngerasa tertarik sama cewe malah bini orang.
Gue liatin noh mereka pergi naik mobil lawas, mungkin belinya seken. Gue cukup peka, gue jatuh cinta pandangan pertama sama bini orang, Gue tidak tau bahwa ini awal mula kejadian yang membawa gue sampai di titik ini, dan merubah masa depan gue.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kantin
"Eh, Za. Noh, Si Gladis nyamperin Lo." bisik Qion.
"Pasti mau ajak lo jadi pasangannya pas dia ulang tahun." tebak Gibran.
"Bodo amat." jawab Faza dengan ketus.
"Faza... Faza... dengan sikap lo yang kek gitu lo bisa jadi bujang tua, walau nggak suka ya lu nikmatin aja gitu masa remaja lo, misalnya..." ujar Fingga sembari melirik Qion penuh arti.
"Tubuh sexy dia."
"Istighfar lah lo pada, mesum dipiara! " tegur Gibran.
"Itu mah lo sama Qion yang pikirannya mesum, gue mau bilang masa remaja misalnya pacaran 1 bulan kek, apa gimana? jan pada pura-pura suci, gue tau lo berdua pada nonton bokep tadi pas di taman." ucap Fingga sambil mengeplak kedua temannya.
"Iya... Pak ustadz." jawab Gibran.
"Jangan bawa-bawa Suci napa si. Jadi inget Suci anaknya pak Ridwan noh, abang jajan siomay." Qion dengan nada gibahnya.
"Emang kenapa?" tanya Faza penasaran.
"Cantik, wkwkkw."
Semua geleng-geleng mendengar jawaban Qion.
"Perlu di slepet pake cambuk kamu,Qion." Fingga dengan wajah kesalnya.
Tak lama Gladis beneran nyamperin Faza.
"Za... entar malam kan gue ulang tahun nih," ucap Gladis dengan nada selembut mungkin.
"Hmm..."
"Lo mau gak jadi path- " belum selesai Gladis bicara Faza berdiri dan berkata. "Sorry Glad. Gue ada acara jadi nggak bisa." Lalu pergi ninggalin Gladis dan gengnya.
Gladis menghentakan kakinya ke lantai penuh kekesalan.
"Jadi, ya Glad. Lo perlu cari pasangan lain." saran Gibran, namun nadanya mengejek.
"Kalian emang bener-bener ngeselin!" ucap Gladis dengan menahan malu, wajahnya memerah seketika ketika mendengar bisikan para siswa siswi lain yang menyaksikan dia ditolak. pasalnya dia the genk udah berkoar-koar bakal bisa bareng Faza, tapi malah gagal.
"Beyy..." Ucap Qion dan Fingga bareng.
Lalu mereka bertiga pergi menyusul Faza.
...----------------...
22:00 Wib
"Kamu nggak jadi ke party Gladis,Za?" tanya Bokap Faza.
"Gak ah, males! liatin cewe umbar aurat." Jawab Faza.
"Faza, kapan ya kamu bawa pacar, ayah kamu aja dulu malah udah pacaran sama mamah dari jaman SMP." kali ini Nyokap Faza yang bertanya.
"Astaghfurulloh... Anak bener malah diajarin pacaran, emang beda kalian."
Nyokap sama Bokap Faza hanya bisa saling pandang. Saat Faza mau melangkah pergi, nyokapnya manggil.
"Faza."
" Ngg... kenapa, mah?"
"Besok Mamah sama Ayah kamu mau dinas ke Bali selama 2 minggu. kebetulan 5 hari lagi gajian para pekerja rumah, jangan lupa gaji mereka ya."
"Iya, Aman."
"Sama mba Inah anaknya mau nikah, terus dia bilang gak balik kerja dari sini, besok pagi dia pulang kampung."
"Lah kok bisa gak balik? ntar siapa yang masakin Faza pas mamah pergi?"
"Ada pelayan baru nanti, yang gantiin mba Inah."
"Tua apa muda?"
"27 tahun."
"Oh... Asal jangan genit aja kek dulu-dulu yang malah mau ke ranjang Faza. Padahal waktu itu Faza baru 15 sama 17 tahun."
"Kamu tenang saja, udah nikah dia."
"Iya. Aku percaya sama kalian."
Setelah menjawab Faza kembali berdiri dan pergi ke kamar.
"Kasian dia, masih trauma kejadian dulu, makanya sekarang sampe gak punya pacar."
"Ntar juga sembuh Mon, kamu gak usah khawatir ya." Ayah Faza yang menenangkan istrinya.
Mamah Faza adalah mualaf dari China bernama Xaxie Tin, tapi berganti nama Monika Wijaya Frans semenjak masuk Islam. Dan ayah Faza dulunya campuran dari Jerman sama Jawa, menetap di Indonesia merintis usaha.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Akhirnya pun Tiba dimana datang pelayan kusus masak, saat Faza bertemu pelayan itu dia terkejut, karna dia adalah...
"Lo... " ucap Faza tanpa sadar.
"Iya? apa ada masalah, Tuan muda?" tanya pelayan masak baru itu.
"Dia kan cewe yang gue taksir. Eh, istri orang ding. Faza... dimana harga diri lu? inget dia istri orang." Batin Faza.
"Bagaimana Tuan muda? apa saya diterima dengan segala keterangan yang saya jelaskan ulang tadi." Ucap pelayan itu yang bernama Mia.
Suara Mia membuat Faza sadar dari perang batinnya. "Iya diterima, kan nyokap gue dah nerima lu kan! Dengan segala beban yang lu bawa." Faza, sambil melihat anak perempuan kecil sekitar 6 tahun di samping Mia.
"Terima kasih, Tuan muda."
" He'em... Mba Mia kan ya?"
"Iya."
"Misal mau nginep nanti kamarnya bakal ditunjukin sama kepala pelayan."
Faza terus memandang Mia, sampai lamunannya buyar karna suara celetukan kecil.
"Udah, Om! jangan mandang bunda Zia pake nafsu gitu." celetuk anak Mia yang bernama Zia, sementara Faza langsung memandang Zia.
Mia langsung menutup mulut Zia. "Hust... Zia yang sopan kalo bicara, inget kan yang bunda bilang."
"Lih, orang om it-" Zia tidak melanjutkan kalimatnya ketika melihat tatapan Mia yang terlihat marah.
"Maaf, Om. Zia salah."
"Maaf Tuan muda Zia... ukan om." bisik Mia pada anaknya.
"M-Maaf, Tuan muda." ucap Zia dengan berat hati.
Faza masih terdiam.
"Maafkan anak saya Tuan muda, atas ucapannya yang tidak sopan." Mia yang udah keringat dingin gak enak.
"Gak papa silahkan mulai kerja aja, jangan kaget juga sama cara ngomong saya." jawab Faza.
Dia lalu pergi ke kamarnya yang di lantai 2 dengan batin berkata. "Damn! ampe ditegur bocil, ah elah... gue kan masih SMA ya? di panggil om lagi, baru kali ini ada bocah liat gue sebagai om, bukan suami masa depan."
Faza duduk di meja belajarnya. "Bukannya gue sengaja berkata kasar, ini gara-gara kejadian beberapa tahun lalu kalau ada pelayan baru pasti ngomongnya kasar. Hah... ngerasa gak sopan bangat karna yang tadi gue ajak bicara wanita yang gue taksir. masih muda banget walau udah 27 tahun." lirih Faza.
Dapur
" Zia, kamu kenapa tadi gitu? kan biasanya Zia gak gitu?" Tanya Mia sembari mencuci sayuran.
"Ga tau, Bunda. Kesel aja gitu liat om itu kegenitan sama bunda."
"Sayang... kamu harus panggil dia Tuan muda, dia atasan Bunda,jadi gak sopan kamu panggil dia om." Mia menjelaskan dengan lembut.
"Iya, bunda. maafin Zia, Zia salah." Zia langsunh memeluk kaki Mia.
Dan dari balik tembok sana Faza tak sengaja endengar percakapan Mia dan Zia. "Aduh... kenapa ya tuhan! jodoh gue udah nikah? punya bocah julid lagi. Engkau pasti tau baru kali ini gue naruh hati kan? dan gue yakin dia jodoh gue sebelum tau semuanya. Kenapa gue di lahirinnya telat? gak sepantaran sama tuh crush gue ya Tuhan..." lirih faza.
Faza prov
Gue gak nyangka kalo pelayan baru yang bakal jadi mba masak itu tuh cewe yang gue liat beberapa minggu lalu di cafe. Astaghfirullah...gue pen berkata manis malah gak bisa.
Pas baca formulirnya semalam dari nyokap itu biodatanya lengkap cuman gak di kasih foto. lalu ada tulisan dia gak nginep dia bakal pulang kalo udah selesai tugasnya, pulang pergi gitu loh. Gue cuman oh aja.Tapi pas ketemu ga rela gue, kalo tau itu dia gue email dia suruh nginep aja. Eh... Astaghfirullah!!!
Intinya karna rasa gak rela, jadi gue tawarin kalo mau nginep dirumah kamarnya bakal di kasih tau.
Padahal gue dah baca tuh semalam formulir dia bertuliskan setelah masak sarapan dia mau nganter anaknya kesekolah kalo hari senin-sabtu.Tapi gue tetep kaget, pas liat anaknya di bawa. Lagian kan ya, ini hari minggu, ngapa anak nya ikut? beban amat.
Maksud beban bagi gue itu anak mama bangat loh, bukan beban yang bermaksud jahat. kan emaknya kerja ya, kenapa gak sama bapaknya aja gitu loh...
Pasti anak mamah, kemana-mana ngintil emaknya. Makanya pas dia bilang di terima nggak? secara refleks gue bilang di terima dengan segala beban dia.
Gue agak gak enak si, masa anaknya di bilang beban ye kan, bisa saja dia bakal jadi anak angkat gue nanti, mulut gue emang gak ada filternya, gue sadar kasar bangat cara bicara gue, gak bisa ngomong alus! udah kek paten gitu ngomong kasar. Sama nyokap gue aja gue bicaranya santai, gue tau etika kok, apa lagi buat jadi pewaris ada pelajaran etika juga. Padahal selama kehidupan gue ini, gue baru suka sama cewe, itupun sekalinya suka malah sama bini orang.
Sumpah dari deket di liat tuh cantik bangat! ampe gak bisa berhenti liatnya, betah bangat nih mata liatin wajah bidadari syurga. Eh... gak lama anaknya nyeletuk gue merasa malu. Malu-malu e'eh Kebo tapi berhubung muka dah kek es dari embrio, gue si tenang-tenang aja, tapi sumpah tuh bocil biasa aja ngomongnya tapi kek mengitimidasi gue gitu, mulutnya julid lagi, beda bangat sama emaknya.
Gue merasa sampah yang suka sama bini orang, tapi kalau kagum gapapa lah ya? Kan gue masih SMA mungkin ini hanya perasaan tertarik biasa aja, alias sesaat. dan mulai hari ini gue bakal bicara lebih sopan.
Pagi di hari senin
"Sarapannya enak, Mba. Makasih."
"Syukurlah, kalau masakan saya cocok di lidah Tuan muda."
"Mba, nanti siang ada temen-temen saya yang mau dateng, jadi masakin yang enak ya."
Mia mengangguk, melihat itu Faza langsung memberikan kartu ATM.
"Apa gak pake uang aja belanjanya Tuan muda? dari pada kartu." Ujar Mia.
"Belanja aja di toko sayur elit deket rumah noh, kalo di pasar jauh dari sini, kalo disitu kan deket."
"Gapapa Tuan muda, sekalian nanti abis nganter anak saya sekolah Sd."
"Kelas berapa? " Faza.
"2 Tuan muda." Mia.
"Kok udah kelas 2 aja? Bukanya harus nya 1 ya malah harusnya Tk gak si? Keknya anak mba kitaran 6 tahun deh, bener gak si?"
"Saya tidak mendaftarkan anak saya ke TK, Tan muda. Mm... soalnya Zia agak lain dari teman seumurannya jadi lebih cepat masuk Sd."
"Oh begitu, Sd mana? " Faza yang iseng nanyain padahal mah pen ngobrol aja sama Mia.
"Sekolah Melati, Tuan."
"Udah, anak mba bareng saya aja, satu arah sekolahnya, saya SMA Garuda." tawar penuh semangat Faza pada Mia, dalam hatinya berkata. "Pake Saya, kek kaku woy di lidah ini, tapi demi crush apa si yang enggak."
"Tidak usah, Tuan. Ngrepotin Tuan nanti. Zia juga baru 2 minggu sekolah disana,jadi perlu saya awasi sebentar."
"Oh ita, kan bukan asli sini ya?"
"Iya, Tuan. baru pindah dari desa."
"Gapapa udah, nanti saya anterin kesekolah anak Mba. Jangan nolak! ini perintah bos." ucap Faza yang sok keren di depan Mia.
Mia melihat kearah Zia. "Gimana Zia? mau bereng sama, Tuan muda."
"Gapapa, Bunda, kasian bunda juga cape kalo bolak balik."
Alhasil Zia sama Faza. Sementara Mia,pergi sama sopir buat belanja bahan makanan.
Mobil
"Kok lu gak sama ayah lu aja?" Faza, membuka percakapan sambil menyetir mobil. Masih SMA tapi sudah Ada SIM. Jadi, nyetir sendiri kalo lagi pengen.
Sebenernya mah mau ambil hati Zia gitu,siapa tau dewasa nanti Zia jadi anak angkatnya.
"Om ganjen bangat deh, jangan ajak Zia bicara! Zia lagi ngapalin tugas kemarin, sibuk tau."
"Njirr, ni bocil kalo buka mulut julidnya keluar, sabar..." Batin faza.
Faza diam lalu tak lama Zia berkata. "Maaf,Om. Eh maksudnya Tuan muda. tadi Zia refleks jawab judes."
"Dewasa juga nih bocah langsung minta maaf, " Batin Faza lagi.
"Ayah sama bunda udah bagi tugas,selebihnya Zia gak tau." Lanjut, Zia.
"Oh..." Jawab Faza.
Tak lama mereka sampai di sekolah. Faza mau buka seatbelt Zia, eh si Zia malah udah bisa lepasin sendiri. Faza turun nih dari mobil. Niatnya mau bukain pintu, baru mau pegang gagang pintu mobil si Zia udah keluar lagi.
"Hmm, di bilang dari desa kok kek udah biasa naik mobil?" Gumam Faza
"Kenapa om? eh Tuan muda." ucap Zia dengan wajah polos, sambil menatap Faza.
Faza menghembuskan nafas kasar lalu Jongkok. "Gini ya, Zia. kamu panggil aja gue kakak, jangan om apa lagi Tuan muda, masalahnya apapun panggilan yang keluar dari mulut kamu kek gak ikhlas, gue masih SMA bukan om elu. Tapi misal mau panggil Daddy ya gak papa, itu lebih bagus."Tutur Faza.
"Idih, kegenitan lagi kan... pasti biar di aduin ke bunda. Om gak mau, tapi kalo Daddy mau."
"Hust... masih kecil tuh harus nurut. Jangan banyak komplain, ntar gedenya jadi mimi peri loh."
Zia hanya menghela nafas dengan tatapan tajam. dengan setengah hati tampa aba-aba Zia menggenggam tangan Faza lalu salim, di cium tuh tangannya.
"Kaget, ni anak bikin kaget aja, eh gak papa lah latihan kan ya jadi bapak hmm." Batin Faza.
"Pulang jam berapa?"
"Satu."
"Buset, kelas satu kok pulang jam satu? Emang ngapain."
"Belajar lah..."
"Ya udah, nanti kakak jemput ya."
"Terima kasih." ucap Zia, lalu masuk kegerbang sekolah.
"Jadi gini ya jadi bapak, agak bangga gue liat anak masuk sekolah."
Kelas Faza
"Eh, eh, eh... Tuan muda. Tumben, berangkat pagi. Biasanya kalo kelas mau mulai baru nyampe." ucap Gibran dengan nada dibuat-buat.
"Diem!"
"Ke sambet apa lu?" tambah Qion, sembari kegenitan sama adik kelas yang lagi ngintip di jendela. Dia snegaja kasih wink supaya para tuh adik kelas histeris. gitu-gitu dia, Faza, Fingga,Gibran Most wanted sekolah.
"Muka lo seneng amat Za? berseri-seri gitu kalo diliat-liat." Tanya Fingga dengan wajah malas menatap Qion yang kegenitan.
"Itu karna gue lagi jatuh cinta, tapi cinta gue terlarang." lirih Faza dengan mimik wajah dramatis.
"Njir! geli, Za." ucap Gibran dan Qion barengan.
Mereka lalu menatap Faza serius dan Faza menatap mereka lebih serius. "Lu gak suka sama bu kepsek kan?" tebak Fingga.
"Astaghfirullah! gak lahh."
"Jan, bilang lu suka istri orang wkwkwk." giliran Qion menebak, sambil tertawa dengan yang lainnya.
Tawa mereka langsung berhenti kala melihat wajah Faza yang biasa aja, tidak ngomel atau nyentil merek, membuat mereka seketika terdiam.
Gibran pun bertanya kembali, "Beneran ya?"
"Mm."
Gibran: "Damn Za, Za... sekali jatuh cinta sama istri orang! Siapa emang?"
"Sa-" Faza menggantung jawabannya karna dari jendela dia melihat seorang pria yang tak asing baginya lewat.
"Za kok lu diem?" Fingga, sembari mengikuti arah pandangan Faza kearah mana.
Fingga: "Oh... Lu lagi liatin kepala sekolah baru ya?"
Gibran: "Katanya dia masih 32, tapi jenius. makanya udah jadi kepala sekolah muda."
"Di liat dari jauh kok kaya bakal dapat saingan ya,Fing." keluh Qion.
"Saingan apa lu? ngaco!"
"Saingan cinta para adik kelas, fibesnya kek hot Daddy gitu."
"Ck, Qion... lo, Itu... " Gibran kehabisan kata-kata.
"Hah... temen gue aja nilai dia kek hot Daddy.cobaan apa lagi ya gusti pangeran? ini kok bisa suami mbak Mia jadi kepala sekolah SMA gue." Batin faza.
"Ck, hot Daddy apanya? biasa aja gitu." Kesal Faza lalu dia dengan cepat memalingkan wajahnya. Dan tak lama...
Semoga kalian suka ya. Kalo ada salah kata silahkan tunjuk biar di revisi ulang..
Kalian suka yangg putih mulus oke? Atau yang dewasa hot Daddy gitu vibesnya?
Dan tak lama guru kelas Faza datang bareng seseorang. "Anak-anak diam! Ibu akan memperkenalkan Kepala sekolah baru kita." ucap Bu Guru yang bernama Sita.
"Loh? kepala sekolah kok dikenalin kesini? biasanya juga kagak." celetuk Qion.
"Qion, diam! Kamu memang benar, jarang sekali kepala sekolah dikenalkan di kelas, tapi kali ini berbeda karna kepala sekokah kita yang baru ini akan menjadi guru kalian."
Semua murid terkejut. "Yahh...Bu, jangan bercanda deh." Salah satu murid, diikuti riuh murid yang lain.
"Saya tidak bercanda, karna saya akan lanjut s3 di singapura. Jadi, dia yang akan mengajar kalian."
Anak anak lain protes, mereka ribut kenapa harus dj ganti lagi padahal mereka udah bersikap baik, mereka sudah cocok dengan Bu guru Sita, disaat yang lain ribut, seperti biasa dia akan menjadi anak yang diam sendiri.
Setelah ribut-ribut tak jelas semua terdiam.Karna Bu Guru Sita menjelaskan detailnya.
"Perkenalkan, Saya Vandra Trihaka, kalian bisa panggil Saya Pak Vandra, mulai besok Saya akan mengajar kalian, sekian, terima kasih." ucal Vandra dengan suaranya yang bariton.
Setelah perkenalan dia langsung pergi, meninggalkan anak-anak yang masih terdiam, berbeda dengan beberapa murid perempuan yang bersikap cari perhatian, bahkan ada yang mengajak dengan terang-terangan mengatakan Vandra tampan.
Kantin
"Tapi kalian tau gak si, tadi Pak Vandra ganteng bangat." ujar siswi bernama Sisil.
Dita: "Hot Daddy bangat wkwk. Oy, Dis. lu kenapa bengong?"
"Gue kayak nya jatuh cinta pandangan pertama sama guru baru itu deh, kirain tuh kepala sekolah tua kaya biasanya, eh ini kok muda." ungkap Gladis.
Dita: "Lalu Faza mau lo taro mana?"
"Tetap Faza lah di hati gue, tapi pak Vandra juga gak boleh di lewatkan." jawab Gladis.
Dan tak jauh dari mereka ada Faza serta sohib- sohibnya.
"Si Gladis emang cewe gak bener, padahal cantik." tutur Fingga sambil menggeleng lantaran mereka mendengar semua percakapan mereka.
" Noh... denger Za, lu mau di selingkuhin Gladis." Qion dengan nda khas kompornya
Gibran: "Kampret! Semua cewe emang gitu ya, genit, obsesian, ngeri bangat dah. Amit-amit jabang kuntil bibit, gue dapat modelan kaya Gladis."
Faza: "Amit-amit gitu tapi lu pernah mau having sex sama dia."
"Cih! itu kan gegara salah minum, minuman lo yang udah di kasih perangsang sama dia buat lo." jelas Gibran bergidik ngeri.
Qion: "Hahaha untung waktu itu mak lu nglabrak, kalo gak dah jadi debay kali."
"Iya loh, kalo dipikir-pikir waktu party di rumah gue, gue bersyukur bangat nyokap gue pulang dari luar negeri diam-diam."
Gibran: "Hahahaha, Gibran,Gibran."
Sementara Faza hanya mamasang smirk, perasaannya terhibur karna sohib-sihibnya yang sengklek.
Pulang sekolah
"Loh? kok kita pake ke Sd Melati si?" Protes Fingga.
"Gue mau jemput anak masa depan gue." jawab Faza.
"Njirr, lu punya anak dibawah umur, Za?"
"Bukan oneng, ini tuh anak crush gue yang gue ceritain tuh," jawab Faza sambil menyetir.
"Za, lu kayak nya perlu di ruqiah sama kakek gue,Za." saran Gibran yang sudah tak mengerti tingkah Faza.
Tak selang lama banyak bocah-bocah keluar gerbang sekolah, tapi tak ada sosok bocah yang di cari Faza.
"Mana Za anak lo? Masih embrio apa khayalan?" Fingga sambil tertawa.
"Faza, kita udah temenin lo menghayal, jadi udahan mainnya, kita cepetan kerumah lo." ajak Gibran, sambil tertawa bareng Fingga dan Qion.
Faza bukannya menjawab malah keluar, dia buru- buru masuk ke sekolah itu menghiraukan teman- temannya yang ngecengin dia.
Sampai disana, Faza melihat Zia lagi di bully sama 2 anak. "Ih anak udik, kenapa lo selalu dapet pujian dari guru? " Bocah dikepang 2.
"Ya belajarlah." Jawab Zia.
"Perhatian guru tuh cuman buat kita, kamu gak berhak curi-curi perhatian guru, " Gadis dengan rambut di urai.
Zia tak merespon, dia lanjut mengambil buku-buku yang di sebar oleh 2 anak itu. Kedua anak itu hendak memukuli Zia namun tak lama kedua anak itu yang berteriak.
"Aaa...ah, sa-sakit... heweee..hiks," Sambil memegang kuping mereka.
"Masih bayi udah pinter ngebully ya kalian!"
"Ihh... lepasin kak, adu-aduh sakit!" Kata bidang dengan rambut di urai.
"Udah lah Om, biarin mereka!" Zia dengan expresi dinginnya.
"Kenapa dia? expresinya kecut gitu," Batin Faza, Sambil melepas jewerannya.
"Siapa nama kalian?"
"Saya Quen." Bocah yang di kepang.
"Saya Caca." Bocah yang di urai rambutnya.
"Masih kecil jangan nakal! awas ntar kakak aduin ke papah mamah kalian."
Kedua bocah itu ketakutan lalu lari sambil nangis setelah melihat tatapan tak suka dari Faza.
"Kamu gapapa?"
"Gapapa Om, eh Tuan muda."
" Kamu ya, udah dibilangin jangan panggil om, panggil kakak! 2 bocah itu aja manggil gue kakak."
Zia hanya menggelengkan kepala sambil membuntuti Faza yang berjalan dengan banyaknya protes yang dia layangkan.
Mobil
Qion, Fingga, dan Gibran menatap Zia semua.
"Lu nyewa anak siapa Za? Buat main bapak dan anak? "Tanya Qion.
"Ck, kalian ini. Udah gue bilang tadi semua ke lo pada, masih aja kagak percaya."
"Ya, gimana ya Za, kan lu paling anti nih sama cewe termasuk anak kecil juga, bahkan sama emak lo aja jaga jarak semenjak kejadian itu. Tetiba bawa bocah cewe, kan kek mimpi."
"Masih kecil kok kamu cantik sii?" Puji Fingga, tangannya dengan gemas menoel pipi Zia.
"Fingga, lu jangan jadi pedofil deh," tegur Gibran.
"Jaga omongan weh, Jan kasar! Ada bocah." ucap Faza. Ke tiga sohibnya hanya saling pandang keheranan.
Faza lalu melirik Zia, Zia yang sadar dilirik Faza langsung nyeletuk. "Kenapa Tuan muda?"
"Panggil yang bener," Faza yang masih saja mempermasalahkan panggilan dari Zia.
"Iya, Om."
"Pftt..." Gibran.
"Njirrr! " Qion.
"Hahaha aduh," Fingga tertawa sambil memegang perutnya.
Faza mendengus kesal, tapi dia harus sabar dan menjadi baik bak papa peri yang baik hati, siapa tau kan dia jadi anak angkatnya. Tapi, dia kembali kesal pas ingat kejadian di depan mobil! kan Faza bilang ada temen-temennya. Pas masuk Zia salim sama mereka bertiga terus manggil kakak, lah giliran dia om, ckckck Faza makin yakin Zia punya dendam pribadi ke dirinya.
Dan semenjak itu dimanapun mereka ngumpul dia selalu di ejek sama sohib-sohibnya Om, Om, dan Om.
1 bulan kemudian
Sudah satu bulan Mia kerja di kediaman keluarga Widjaya, Dan orang tua Faza suka sama kinerja Mia. Mereka bahkan sampai menyayangi Zia melebihi Faza saat ini.
Anak yang pinter, cantik, pendiem, sopan, itu pandangan pasangan Widjaya. Berbeda dengan Faza yang menilai Zia bocah julid dan ngeselin.
"Heh bocah! kenapa ya? kok gue kesel kalo liat elo." ungkap Faza yang sudah 2 minggu ini menolak bersikap baik sama Zia lantaran Zia menghalangi dirinya berdekatan sama Mia.
"Tuan muda umur berapa si? " Zia dengan nada lembut di buat-buat.
"Nine teen, kenapa nanya-nanya?" Faza, dengan ketus.
"Tuan muda, kek anak 5 tahun." Zia mode Julid.
"Ngeselin bangat ya kamu," Faza yang kehilangan jati dirinya, dimana kek beruang kutub selatan jadi kek pantaran Zia.
"Tuan muda... Zia ingetin ya! Zia gak bakal baik sama tuan muda kalo niat tuan muda tuh godain Bunda Zia," Menatap Faza.
Faza balik menatap Zia dengan sengit, begitu pula Zia, mereka lagi perang mata.
"Awas lu nanti! jadi anak tiri gue tau rasa!"
"Tuan muda gak ada tata krama ya? Sama bocah aja elu, elu! kalo kaya gitu tuh kata bunda gak sopan!"
Faza terdiam membeku dia hanya melihat Zia yang pergi menggendong ranselnya. Sampai kamar Faza pun terngiang-ngiang suara sang bocah julid.
Gak ada tata krama
Gak ada tata krama
Gak ada tata krama
"Kalo dipikir-pikir emang bener si kalo sikap gue ke bocah julid itu kek sama-sama bocah, kayak gue gak punya harga diri, apa lagi kalo deket Bocah julid tuh gue gak merasa jijik, padahal dia perempuan." Gumam Faza.
"Bahkan nyokap gue aja,gue masih canggung, sama mba Mia crush gue yang buat jatuh cinta juga masih ragu kalo gak sengaja bersentuhan, takut kalo kesentuh gitu. dipikir-pikir udah 1 bulan gue gak ke piskolog hmm..."
Jadi, bener kaya yang di katakan para sohibnya alau dia tuh anti sama cewe pas 1 bulan yang lalu, cuman baru kepikiran.
"Bodo amat lah, nanti aku sempetin ke piskolog lagi."
Dua bulan berlalu
Faza mendekati Mia yang lagi nunggu Vandra yang akan menjemput pulang. Faza udah mikir 1 bulan ini. Emang ini salah! tapi dia harus ungkapin agar rasa penasarannya ilang.
"Mba..." Panggil Faza.
"Kenapa Tuan muda? Ada yang perlu dibantu."
Faza menarik nafas, dan disaat bersamaan nyokap Faza mau nyamperin Faza sama Mia yang di depan gerbang. Lalu disisi yang sama, sudah ada Vandra sama Zia.
Faza gak liat noh ada nyokap sama Vandra yang menuju bebarengan ke arah dia.
"Mba sebenarnya..."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!