Prolog.
Di sebuah pantai.
Terlihat seorang anak SMA yang bernama Taro yang saat ini sedang berjalan sambil membaca buku, dia kemudian merasakan ada yang mengikutinya dari belakang, jadi Taro memancing orang itu ke dalam lorong gelap dan bersembunyi menunggu orang itu, tapi setelah menunggu beberapa detik, orang itu tidak kunjung datang.
"Selamat."
Suara tiba-tiba muncul di belakang Taro, Taro terkejut dan langsung berbalik badan sambil mengarahkan pedang nya.
"Selamat, anda sekarang adalah seorang survive." kata nya sambil tersenyum dan menyerahkan surat undangan.
Dia adalah seorang gadis cantik berambut hitam pendek dan berpakaian maid, Taro menatap gadis itu dengan tatapan curiga, lalu mengambil surat undangan itu secara perlahan dan hati-hati.
"Undangan?" tanya Taro.
Gadis itu mengangguk, Taro kemudian membuka surat undangan itu dan hanya ada tulisan "Survive Game", seketika itu tubuh Taro bercahaya dan ter teleport.
Berpindah ke kisah lain
Terdapat seorang putri bangsawan yang sedang menikmati pemandangan taman belakang istananya. Putri itu bernama Nocturne, dengan penampilan rambut short bob warna hitam, dan pakaian victorian Noble family.
Putri itu melihat ke arah belakang karena merasa ada hawa kehadiran orang lain selain dirinya.
"Siapa disana?" tanya putri dengan nada santainya.
Gadis yang sama dengan yang muncul di hadapan Taro tadi, kini muncul di hadapan putri Nocturne.
"Selamat, anda sekarang adalah seorang survive." kata nya sambil tersenyum dan menyerahkan surat undangan.
Tanpa basa-basi, putri Nocturne langsung mengambil undangan itu dan membukanya, dan tulisan "Survive Game" tertulis di undangan itu, seketika itu tubuh putri Nocturne bersinar dan menghilang.
Gadis maid itu tersenyum dan mengambil telepon nya, lalu menghubungi seseorang.
"Permisi tuan, para pemain sudah lengkap dengan total 10 orang." kata gadis maid itu.
"Bagus, segera kembali kemari." jawab seseorang dengan suara yang tampak serak.
"Aku mengerti tuan." kata gadis maid itu.
Sebuah portal terbuka dan gadis maid itu masuk ke dalam portal itu, kemudian portal itu tertutup kembali.
___
Taro terbangun di sebuah aula yang sangat besar, dan tidak jauh dari Taro ada putri Nocturne dan beberapa orang yang juga perlahan mulai terbangun.
"Dimana ini?" tanya Taro.
Secara tiba-tiba, lampu panggung menyala dan gadis maid itu muncul di panggung.
"Selamat datang para player, di Survive Game." teriak gadis maid itu.
Semua perhatian langsung tertuju ke gadis maid itu.
"Namaku Sela, aku adalah pemandu di dalam game ini, saya akan menjelaskan peraturan di game ini, masing-masing pemain akan bertarung dan bertahan hidup dengan cara apapun, dan yang terakhir bertahan akan mendapatkan hal untuk meminta satu permintaan apapun dari sang game master. Kalau begitu, selamat berjuang!" kata Sela sambil tersenyum.
Semuanya terkejut dan tidak berkata-kata selama beberapa detik, hingga seorang laki-laki yang merupakan seorang kurir dengan rambut hitam dan mata berwarna hitam maju.
"Tunggu dulu, kami tidak bilang kalau kami akan ikut." kata Kurir itu.
"Maaf tapi, kalian tidak punya hak untuk menolak nya." jawab Sela.
Kurir itu terdiam sebentar lalu berbicara lagi.
"Aku tidak mau ikut! Kembalikan aku ke dunia ku!" teriak kurir itu.
Sela tersenyum jahat dan mengarahkan pistolnya ke kurir itu lalu menembak tapi dengan sengaja meleset, semuanya terkejut ketika Sela menembak, kurir itu gemetar ketakutan dan kehilangan tenaga untuk berdiri.
"Itu peringatan, jika kau masih tidak setuju, aku bisa menganggap mu sebagai player gagal dan membuang mu sekarang juga." kata Sela.
Semuanya terdiam tidak ada yang berbicara, kemudian tubuh mereka mulai bercahaya lagi.
"Selamat berjuang, para player." kata Sela sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.
Semua player ter teleportasi lagi ke suatu tempat.
Sementara itu, di balik panggung terdapat sebuah ruangan yang sangat besar, dan terlihat sebuah meja yang sangat besar dengan lima kursi.
"Yo maid yang cantik, bagaimana kondisi game nya?" tanya seorang laki-laki.
Orang itu memiliki rambut putih dan dua tanduk, dia memakai pakaian berwarna merah putih dan tubuhnya di lilit oleh rantai di beberapa bagian, orang itu adalah Luxion.
Sela langsung menundukkan kepalanya begitu melihat Luxion.
"Lancar tuan Luxion, sejauh ini baik-baik saja." jawab Sela.
Luxion langsung mengambil kursi yang khusus untuk bos dan mulai duduk di kursi itu.
"Senang mendengar nya." kata Luxion sambil tersenyum.
Tiba-tiba, dari belakang Luxion, seseorang mencondongkan sebuah pedang.
"Oi Luxion, kursi itu untuk bos kita, jangan seenaknya duduk." kata orang itu dengan suara yang berat.
Orang itu memiliki penampilan seorang orang tua yang memakai baju pemburu berwarna coklat, jubah merah pendek yang sudah robek, syal bulu, mata melotot, dan rambut warna perak, dia adalah Blood Shadow.
Luxion tersenyum dan menatap Blood dengan tatapan tajam.
"Kau pikir aku peduli?" tanya Luxion. "Lagian, bos belum datang, jadi tidak masalah kan." lanjut Luxion.
Blood mengajukan pedangnya ke arah Luxion, Luxion mengeluarkan tombak rantai nya dan menangkis pedang Blood, Luxion tersenyum bersemangat tapi Blood tidak.
"Akan ku ladenin kalau kau maunya seperti itu." kata Luxion dengan bersemangat.
"Dasar bocah." kata Blood.
Mereka kemudian mengambil jarak, Luxion berlari dan langsung mengarahkan tombaknya ke Blood, dengan sekali ayunan pedang, Blood berhasil menangkis tombak Luxion.
"Kalian berdua tenang lah sedikit dan jagalah etika kalian." terdengar suara lembut seorang gadis.
Luxion dan Blood langsung menghentikan pertarungan mereka dan melihat ke arah meja, tepat di sebelah kanan kursi bos mereka, terlihat seorang gadis yang memakai setelan jas hitam, kemeja putih didalamnya, serta dasi hitam, topeng silver dengan mata hitam pada topengnya, dan warna rambut abu-abu, sedangkan matanya berwarna biru. Gadis itu bernama Nemesis.
Nemesis duduk dengan sopan dan tenang di kursinya sambil minum teh.
"Kalau mau bertarung di luar saja yah, abu nya masuk ke dalam teh ku." kata Nemesis dengan sopan dan senyuman lembut.
Luxion tersenyum dan mendekati meja Nemesis, kemudian dia mengangkat kakinya ke meja tepat di hadapan Nemesis.
"Jangan sok sopan begitu, tidak cocok dengan karakter mu." kata Luxion sambil tersenyum.
Nemesis hanya tersenyum dan menaruh minumannya di meja, secara tiba-tiba tubuh Luxion penuh dengan bekas luka tebasan, dan di belakang Luxion terlihat Nemesis yang sedang memasukkan katana nya ke dalam sarung.
"Sudah ku katakan, jaga etika mu." kata Nemesis dengan nada dingin dan tatapan seorang pembunuh.
Darah mulai berlumuran di tubuh Luxion, Luxion kemudian tersenyum dan tertawa layaknya orang gila.
"Hahahaha...... Kau benar-benar menarik Nemesis, aku mengerti kenapa bos merekrut mu." kata Luxion.
Luxion mendekati Nemesis dan merangkulnya kemudian menggodanya.
"Bagaimana kalau kau jadi kekasih ku?" tanya Luxion.
"Semuanya duduk!" sebuah suara menyeramkan tiba-tiba bergema dan menggetarkan tempat itu.
Semuanya langsung berjalan ke tempat duduk mereka masing-masing, dan bayangan hitam dengan mata merah muncul di kursi bos.
"Sela, berikan laporan mu!" kata Bos.
"Baik tuan, sejauh ini benar-benar lancar, tidak ada masalah, kita bisa masuk ke tahap pertama." jawab Sela.
"Bagus, mulai tahap pertama." kata Bos.
Di sebuah kerajaan pada zaman vittoria, terlihat seorang putri Dracula cantik bernama Nocturne, dia menggunakan pakaian victorian Noble family, serta rambut short bob, dan mata hijau.
Putri Nocturne berjalan dengan anggun menuju ke taman belakang istana nya, di temani dengan beberapa pelayannya.
"Cukup sampai disini, aku ingin jalan-jalan sendiri." kata putri Nocturne kepada pelayannya.
"Kami mengerti, tuan putri." jawab para pelayannya.
Para pelayan langsung pergi, putri Nocturne lanjut berjalan menuju ke taman belakang.
Sesampainya dia di taman belakang nya, putri Nocturne langsung menikmati pemandangan taman belakang istananya, beberapa saat kemudian, putri Nocturne merasakan bahwa ada seseorang di belakangan.
"Siapa disana?" tanya putri Nocturne dengan nada santai nya.
Seorang gadis maid kemudian muncul secara tiba-tiba jauh di belakang putri Nocturne, dan mulai berjalan mendekati putri Nocturne.
"Selamat, anda sekarang adalah seorang survive." kata nya sambil tersenyum dan menyerahkan surat undangan.
"Survive?" tanya putri Nocturne.
"Benar!" jawab maid itu. "Jika anda ingin tahu lebih, silakan buka surat undangan itu." kata maid itu sambil tersenyum.
Putri Nocturne membuka surat undangan itu, dan tertulis di surat undangan itu "Survive Game", tubuh putri Nocturne bersinar dan dia ter teleportasi.
Kembali ke sekarang.
Putri Nocturne terbangun di sebuah hutan aneh, dia langsung berdiri dan membersihkan bajunya dari debu.
"Dimana lagi ini?" tanya putri Nocturne.
Suara Sela bergema di seluruh langit.
"Selamat datang para pemain! Di phase satu!! Disini kalian akan mencoba bertahan hidup, kalian di izinkan membentuk tim ataupun sendiri-sendiri. Tujuan kalian adalah untuk mencapai baguna tengah hutan, siapapun yang mencapai bagian tengah hutan maka kalian akan di nyatakan lulus. Kalau begitu, selamat bersenang-senang!" kata Sela.
"Bertahan hidup, itu artinya akan ada banyak monster di hutan ini." gumam putri Nocturne.
Dan benar saja, secara tiba-tiba muncul beruang yang tingginya mencapai 5 meter, putri Nocturne terkejut dengan kemunculan beruang itu, putri Nocturne langsung menciptakan panah darah yang terbuat dari darah nya sendiri, dan panah itu di lancarkan ke arah beruang itu, panah dara itu menembus kulit beruang dan langsung membunuh beruang itu.
Beruang itu terjatuh di hadapan putri Nocturne.
"Jadi begitu, beruang ini adalah beruang yang telah terkena radiasi." gumam putri Nocturne.
Putri Nocturne menggunakan kemampuan penciuman nya yang dapat mencium bau darah dalam radius 17 kilometer.
"(Kira-kira ada 6 orang yang ada di dekat sini, dan ada sekitar 50 monster seperti beruang ini yang sedang mengelilingi kami), sepertinya akan sangat sulit bertahan seorang diri." kata putri Nocturne dengan nada santai nya.
"Fiuuu, kau benar-benar mengalahkan monster itu dengan sekali serangan."
Tiba-tiba terdengar suara dari atas pohon belakang putri Nocturne, putri Nocturne langsung berbalik badan dan lihat ke arah pohon itu, terlihat di salah satu dahan pohon ada seseorang sedang duduk, dia adalah seorang laki-laki yang memiliki rambut perak dengan belang kuning, baju dan celana hitam, jubah hitam dengan aksen emas, dan mata berwarna kuning.
"Siapa kau?" tanya putri Nocturne.
"Nama ku Skyworld, panggil saja aku Sky." jawab orang itu.
Putri Nocturne langsung menjadi waspada pada skyworld, dia menatap skyworld dengan tatapan waspada.
"(Apa-apa manusia ini? Insting ku mengatakan untuk tidak melawan orang ini.)" pikir putri Nocturne.
"Jangan terlalu waspada begitu, aku bukan musuh mu," kata skyworld.
Secara tiba-tiba, dari kanan mereka terdengar suara tapak kaki, mereka berdua langsung melihat ke arah kanan, dari balik semak-semak seorang kurir sedang berlari ketakutan dan di belakang nya terdapat seekor hiu berkaki.
"To-tolong aku!!" Teriak kurir itu.
Putri Nocturne langsung mengeluarkan panah darah nya lagi, dan menembakkan nya ke arah hiu berkaki itu, panah itu menembus tubuh hiu itu, dan hiu itu langsung mati, kurir itu terkejut dengan apa yang dia lihat.
"Kau tidak apa-apa?" tanya putri Nocturne sambil mengarahkan tangannya ke kurir itu.
Kurir itu melihat kecantikan putri Nocturne, wajahnya langsung memerah dan dia terlihat malu-malu.
"A-aku tidak apa-apa, Terima kasih sudah menolong ku." jawab kurir itu dengan malu-malu.
Sky turun dari pohon kemudian berjalan menuju ke hiu yang memiliki kaki itu, setelah sampai di dekat hiu berkaki itu, Sky menggoyangkan hiu itu dengan kaki nya.
"Lucu juga, kalau masih hidup akan ku jadikan pet." kata Sky dengan polosnya.
Putri Nocturne terkejut dengan perkataan Sky yang cukup menakutkan.
"Hobi mu aneh juga." kata putri Nocturne.
"Hanya bercanda, jangan di anggap serius." balas sky masih dengan ekspresi nya yang polos.
Sky berjalan ke arah kurir itu.
"Jadi siapa, apa, kapan, dan kenapa kau bisa di kejar oleh hiu ini?" tanya Sky.
Kurir itu kebingungan dengan pertanyaan Sky, tapi dia tetap menjawab.
"Nama ku Rama, aku seorang kurir biasa, saat aku sedang mengantarkan paket ke salah satu rumah, secara tiba-tiba gadis cantik dengan seragam maid muncul dari dalam rumah itu, sambil membawa sebuah surat undangan..... Saat aku membuka surat undangan itu, aku ter teleportasi ke dalam aula yang besar itu." jawab Rama.
"Jadi kau orang yang hampir di bunuh oleh maid itu tadi?" tanya Sky.
"I-itu benar." jawab Rama.
Mereka terdiam selama beberapa detik, kemudian Rama berbicara dengan suara yang pelan.
"Permisi, apa kalian berdua ini satu kelompok?" tanya Rama.
"Bukan." kata putri Nocturne.
"Itu benar." kata Skyworld.
Mereka berdua berbicara bersama-sama, putri Nocturne menatap Sky dengan tatapan terkejut
"Sejak kapan kita membentuk tim?" tanya putri Nocturne.
"Jangan di pikirkan." jawab Sky. "Lagian, akan lebih mudah bagi kita melewati hutan ini, jika kita membentuk tim bukan?" tanya Sky.
Putri Nocturne berpikir sejenak.
"(Memang benar, jika sendiri saja akan sangat sulit melewati hutan ini, terlebih lagi, manusia ini terlihat jauh lebih kuat dari penampilannya, akan merugikan jika aku menolak tawarannya)" pikir putri Nocturne.
Kemudian dia menghela nafas.
"Boleh saja, lagian tidak ada ruginya membuat tim dengan kalian berdua." kata putri Nocturne.
"Kelian berdua?" tanya Rama dengan terkejut.
"Kalau begitu sudah di putuskan, kita bertiga adalah tim." kata Sky.
"Tunggu dulu!" kata Rama.
Sky dan putri Nocturne melihat ke arah Rama.
"Apa tidak masalah aku ikut dengan kalian? Maksud ku aku tidak punya keahlian atau kekuatan, aku cuman kurir." kata Rama.
"Kalau begitu pilih, tinggal disini dan mati di makan monster, atau ikut dengan kami ke garis finish?" tanya putri Nocturne dengan nada yang sedikit keras.
Rama tanpa pikir panjang langsung menjawab. "Tentu saja aku akan ikut, aku tidak mau mati!"
"Kalau begitu tutup mulut mu dan ikut kami." kata putri Nocturne.
Putri Nocturne dan Sky langsung berjalan pergi, Rama kemudian berdiri dan segera mengejar mereka berdua.
Di waktu yang sama di hutan bagian lain.
Terlihat Taro yang baru saja terbangun, dia berdiri kemudian membersihkan debu di bajunya sambil melihat-lihat sekeliling.
"Tempat apa ini?" tanya Taro.
Suara Sela bergema di seluruh langit.
"Selamat datang para pemain! Di phase satu!! Disini kalian akan mencoba bertahan hidup, kalian di izinkan membentuk tim ataupun sendiri-sendiri. Tujuan kalian adalah untuk mencapai bangunan tengah hutan, siapapun yang mencapai bagian tengah hutan maka kalian akan di nyatakan lulus. Kalau begitu, selamat bersenang-senang!" kata Sela.
"Bertahan hidup." gumam Taro.
Taro berjalan menelusuri daerah sekitarnya, hingga setelah berjalan sejauh 1 kilometer, Taro menemukan sebuah sungai yang terlihat cukup indah, Taro berjalan ke arah sungai itu dan mencuci wajahnya.
Saat Taro sedang mencuci wajahnya, dia melihat sebuah mata berwarna biru yang kecil di air, Taro memfokuskan pandangannya ke mata itu, dan lama kelamaan mata itu semakin besar, Taro menyadari hal itu dan langsung melompat ke belakang, di saat yang bersamaan, seekor hiu yang memiliki kaki keluar dari sungai itu.
"Apa-apaan ini? Hiu berkaki?" tanya Taro sambil sedikit memiringkan kepalanya.
Hiu itu berlari ke arah Taro dengan mulut yang terbuka, Taro mengeluarkan pedangnya yang berbentuk sebuah katana emas dengan kristal merah di bilah pedangnya, Taro memasang kuda-kuda dan siap menyerang hiu itu, di saat hiu itu sudah sangat dekat, Taro langsung menusukkan pedang nya ke arah mulut hiu itu.
Hiu itu terhenti di hadapan Taro dan mati, Taro menarik pedangnya dari dalam mulut hiu itu.
Dari sungai itu, muncul lagi lima ekor hiu berkaki yang langsung berlari ke arah Taro dengan mulut yang terbuka, Taro yang melihat mereka langsung mengayunkan pedangnya secara vertikal dan memotong kelima hiu itu dengan mudah.
"Sepertinya, kedepannya akan menjadi festival yang unik" kata Taro dengan ekspresi polos.
Taro kembali waspada kepada sungai itu, dia mengarahkan pedangnya ke sungai itu sembari mendekati sungai itu secara pelan-pelan, setelah memastikan situasi aman, Taro kembali melanjutkan perjalanannya.
Di tengah-tengah perjalanan, Taro melihat sebuah asap yang asalnya tidak jauh dari dirinya, dengan penasaran Taro segera mendatangi tempat itu, sesampainya Taro di sana, dia melihat sebuah tenda yang sudah koyak dan sedikit terbakar, dengan beberapa bercak darah di tenda itu.
"Sepertinya ini bukan serangan dari hiu-hiu itu," kata Taro.
Taro melihat-lihat di sekitar dan tetap waspada, tiba-tiba dari balik semak-semak di samping Taro, terdengar suara sesuatu mendekat, dengan reflek nya, Taro langsung mengayunkan pedangnya ke arah semak-semak di sampingnya itu.
Dari balik semak-semak terlihat seorang laki-laki yang memiliki rambut orange, memakai baju orange polos, jaket dan celana yang hitam, dengan tatapan yang cukup tajam.
Laki-laki itu menangkap pedang milik Taro dengan santainya, Taro terkejut melihat laki-laki itu.
"Apa maksudnya ini?" tanya laki-laki itu.
Sebelum Taro sempat berbicara, laki-laki itu langsung mencengkram pedang Taro dengan kuat dan mengarahkan tinju api nya ke wajah Taro.
"(Api?)" pikir Taro.
Taro menarik pedangnya yang di cengkram oleh laki-laki itu, lalu melompat ke belakang untuk menghindari tinju api milik laki-laki itu.
Laki-laki itu melihat ke arah Taro, kemudian dia melihat ke arah tangannya yang tadi mencengkram pedang Taro, terlihat tangannya terluka akibat Taro yang menarik pedangnya dari cengkraman nya.
"Boleh juga." kata laki-laki itu.
"Jawab aku! Apa kau yang melakukan ini?" tanya Taro.
"Kalau iya kenapa?" tanya balik laki-laki itu.
Taro terdiam sejenak lalu menjawab. "Sepertinya, ini akan menjadi festival yang tidak menyenangkan."
Taro menyerang laki-laki itu dengan beberapa tebasan, tapi laki-laki itu menangkis semua tebasan Taro dengan mudah, laki-laki itu kemudian melompat ke belakang dan langsung berlari ke arah Taro dengan cepat, sembari mengarahkan tinju api nya ke perut Taro, tapi Taro berhasil menangkis tinju laki-laki itu dengan pedangnya.
Mereka berdua kemudian menghentikan pertarungan mereka untuk sementara, dan sedikit menjauh dari satu sama lain.
"Kau, siapa namamu?" tanya laki-laki itu dengan tatapan tajamnya.
"Sebuah sopan santun untuk menyebutkan namamu sendiri, sebelum menanyakan nama orang lain." jawab Taro.
Laki-laki itu terdiam sejenak.
"Namaku Asaki." kata laki-laki itu.
"Taro, Akira Taro." balas Taro.
"Begitu, Taro. Akan ku ingat nama itu." kata Asaki sambil melapisi tangan nya dengan api yang lebih besar.
Taro berniat menangkis api itu dengan cara memperbesar ukuran pedangnya, tapi anehnya pedang nya tidak mau membesar.
Asaki langsung mengarahkan tinju nya ke dada Taro, Taro dengan cepat memanggil pedang nya yang lain, dan menangkis tinju Asaki dengan kedua pedangnya itu. Gelombang kejut yang sangat kuat terjadi, Taro bahkan sampai termundur ke belakang dan kedua pedangnya retak.
Asaki meneruskan serangannya, dan secara tiba-tiba Taro tersenyum bersemangat dan mulai tertawa.
"Hahahahaha...... Festival ini jadi semakin menarik." kata Taro dengan bersemangat.
"Hentikan!!" teriak seorang gadis dari belakang Taro.
Asaki melihat gadis itu dan langsung menghentikan serangannya. Gadis itu memiliki rambut panjang dan berwarna hitam, dan memakai topeng.
"Chaelye!" kata Asaki.
Taro melihat ke arah gadis itu, gadis itu langsung berlari ke tengah-tengah mereka berdua dan memisahkan mereka.
"Hentikan pertarungan kalian!" kata Chaelye dengan nada yang sedikit gemetar.
Asaki menatap tajam ke arah Chaelye, sedikit terkejut melihat kedatangannya.
"Kenapa kau menghentikanku?" tanya Asaki.
Chaelye menatap balik Asaki, meskipun terlihat gemetar, dia tetap tegak di tempatnya. "Kalian tidak perlu bertarung sekarang. Masih ada hal yang lebih penting daripada menghabiskan tenaga untuk saling menyerang."
Taro, yang masih memegang pedangnya dengan kedua tangan, senyuman Taro menghilang dan dia kembali ke ekpresi datar nya.
"Apa? Kau ingin kita semua menjadi teman atau semacamnya?" tanya Taro.
"Kita tidak tahu apa yang menunggu di tengah hutan ini. Kita tidak akan bertahan lama jika terus bertarung seperti ini. Setidaknya untuk sekarang, kita harus bekerja sama." jawab Chaelye.
Asaki mendekat, tatapannya semakin tajam. "Aku tidak suka ide itu. Tapi, karena ini permintaan mu, jadi aku akan menurutinya."
"Oh, aku mengerti sekarang. Kau takut aku akan mengalahkanmu, jadi kau setuju dengan hal itu, begitu?" tanya Taro masih dalam suasana hati bersemangat, meskipun ekspresi nya datar.
Asaki mengepalkan tangannya, namun dia menahan diri dari menyerang kembali dan menatap tajam ke Taro.
"Anggap saja begini bocah, aku bisa membunuh mu dalam sekali serangan jika aku mau." jawab Asaki.
Chaelye melihat ke arah mereka berdua. "Kita punya musuh lain yang lebih kuat daripada ego masing-masing. Kalian sudah mendengar Sela, ini baru fase satu. Jika kalian terus bertarung, kalian hanya akan mempercepat kekalahan kalian sendiri."
Taro memasukkan kembali ke dua pedangnya.
"Asal tau saja, aku tidak percaya pada siapapun yang ada disini." kata Taro. "Tapi, aku minta maaf karena telah menyerang mu secara tiba-tiba." lanjut Taro sambil menundukkan kepalanya ke arah Asaki.
Karena terkejut, kemarahan Asaki langsung hilang seketika, dia menghela nafas nya dan pergi ke arah tenda.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!