Zayna ialah wanita 21 tahun seorang Dokter muda, yang baru saja memulai karirnya sebagai seorang Dokter yang menangani pasien gawat darurat disalah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta.
Dia adalah putri kedua dari CEO terkenal yaitu tuan Aydeen Addison. Pembisnis hebat yang bergerak dibidang otomotif, bahkan perusahaan Aydeen menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia.
Sementara Zayna menekuni keahliannya dibidang medis sama halnya seperti Ayyura sang mommy. Seorang Dokter Anak senior dirumah sakit yang sama, tempat Zayna meniti karirnya saat ini.
Wanita cantik bermata indah dan belok ini menjadi anak perempuan, dan juga cucu satu-satunya dari keluarga Addison dan Haya, berjenis perempuan.
Dia memiliki Abang dan adik laki-laki, dan juga dua adik laki-laki dari persepupuan kedua orang tuanya. Dulu, dia sempat punya kakak sepupu perempuan, namun 15 tahun lalu, dia hilang dan katanya diculik. Semua orang sudah berupaya mencari keberadaan saudara perempuannya itu, namun tidak kunjung mereka temukan dimanapun sampai saat ini.
Bahkan uncle dan anty nya sudah membayar mahal para detektif untuk menyelidiki kasus penculikan putrinya itu, tapi tetap saja sampai saat ini mereka masih tidak bisa menemukannya, dan tidak ada titik terang dimana keberadaannya saat ini.
Anty nya sempat depresi berapa tahun setelah kejadian tragis itu, namun dengan kehadiran Zayna bisa sedikit demi sedikit, mengobati rasa rindunya terhadap putrinya yang hilang. Sudah 15 tahun berlalu, tapi dua keluarga masih merasa begitu kehilangan dan menantikan kepulangannya.
"Kak Zayna selamat ya atas gelar barunya, gak sabar mau jadi pasiennya Kak Zayna". goda Rain salah satu adik sepupunya, yang usianya lebih muda dari Zayna 4 tahun dan juga sangat dekat dengannya.
"Emang Kamu gak takut Rain di obatin sama Kak Zayna? gimana kalau ternyata dia selama ini jadi Dokter boongan"? ucap Zafran mengejek Zayna.
"Apa Kamu bilang? Aku Dokter boongan"? sentak Zayna kesa, menatap adiknya itu dengan tajam.
"Zafran, nak kok Kamu ngomongnya begitu, ini hari kelulusan Kakak Kamu sayang. Begitu banyak waktu dan tenaga yang sudah Kakak Kamu habiskan untuk bisa sampai pada hari ini. Menjadi Dokter bukan perihal yang bisa di permainkan dengan mudah". nasihat Ayyura dengan tegas, pada putra bungsunya yang hobinya selalu menggoda kakaknya.
"Maaf mom, Zafran hanya bercanda". jawabnya sembari menunduk merasa bersalah.
Zayna tersenyum kecil penuh kemenangan, pasalnya tidak ada yang berani mengganggunya karena mommy dan daddy nya sangat sayang dengannya.
"Selamat ya dik atas wisudanya, Kamu hebat bisa jadi lulusan Dokter termuda tahun ini". puji Zayn Abangnya Zayna yang selalu peduli padanya.
"Makasih Abangku sayang, ehh Kak Syifa gak ikut"? tanya Zayna yang tidak melihat kakak iparnya itu.
"Kakak Kamu itu sedang ada kajian di pesantren sahabatnya, dia titip salam dan hadiah buat Kamu". jawab Zayn sembari menyerahkan kiriman dari istrinya yang sedang berhalangan hadir.
"Wah, Kak Syifa baik banget. Makasih ya bang". ucapnya dengan semangat.
"Yaudah kita pulang sekarang, semua keluarga udah nungguin kita dirumah". ujar Ayyura kembali.
"Daddy jahat, masa anaknya lagi wisuda malah langsung pulang, gak nunggu Zayna selesai dulu". gerutunya kesal, karena setelah mendengar ikrar janji dan sumpah diucapkan para calon Dokter, serta nama Zayna juga sudah dipanggil terlebih dulu.
Aydeen yang mendadak mendapat telpon dari perusahaan, dan ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggal. Dengan terpaksa setelah acara selesai, dia sudah tidak ada lagi di Ballroom hotel tersebut.
"Udah gak usah bawel, daddy udah nungguin kita dirumah beserta dengan gift mewahnya buat Kamu".
"Dasar daddy pilih kasih". cibir Zafran sengaja.
"Emangnya daddy beliin Aku apa"? tanya Zayna dengan mata yang sudah berbinar.
"Pakek nanya lagi, udah pulang sono". ketus Zafran.
"Cih .. dasar cemburuan". balas Zayna kesal.
"Yasudah kita pulang sekarang ya". ajak Ayyura lagi.
"Ayo lets go mom". jawab Zayna antusias.
*
*
*
Diperjalanan menuju rumah, Zafran dan Rain selalu menggoda dan mengejek Zayna dengan berbagai hal apapun itu. Tentunya membuat suasana didalam mobil menjadi begitu berisik dan sedikit ramai.
Saat melewati lampu merah, Zayna melihat ada sebuah minimarket, dan benar saja dia meminta Abangnya untuk mampir kesana sebentar.
"Abang, berhenti sebentar di depan. Zayna mau beli berapa es cream". ujar Zayna yang hari-harinya tidak pernah melewatkan es cream dalam setiap moment bahagianya, dan sudah menjadi tradisi baginya.
"Aku titip coklat dan capucino ya Kak". teriak Rayn.
"Kamu mau juga gak"? tanya Zayna pada Zafran.
"Gak ah, emang Aku anak kecil kayak kalian berdua". jawabnya tersenyum miring.
"Cih .. kalau udah beli nanti, awas minta bagi ya".
"Abang dan mommy mau titip sesuatu"? tanyanya.
"Tidak nak, kalian aja yang beli". jawab Yura lembut.
"Abang Zayn gak mau beli sesuatu"? tanya Zayna pada Abangnya yang memang pembawaannya diam dan dingin, katanya biar tidak terlihat murahan.
"Tidak dik". jawabnya singkat.
"Hmm baiklah". Zayna hanya melentikan jempol dan telunjuknya, lalu berlari kecil menuju minimarket.
"Tolong .. tolong". teriak seseorang didalam sana.
Zayna yang mendengar ada suara orang meminta tolong, langsung bergegas mencari sumber suara.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi"? tanya Zayna pada gadis yang sedang berjaga didepan meja kasir.
"Kakak, ada yang terluka disana". jawab gadis itu.
"Hah terluka? dimana"? sentak Zayna cepat.
"Dibelakang box es cream kak, maaf Aku tidak berani melihatnya. Bisakah kakak kesana untuk mengecek kondisinya". jawab gadis itu gemetar.
Dengan langkah yang lebar dan sedikit menaikkan dressnya, untung saja Zayna selalu menggunakan kaos kaki, jadi kaki jenjangnya tidak akan terekspos. Zayna pun berjalan menuju tempat yang dimaksud oleh pegawai minimarket tersebut.
Dan benar saja ada seorang pria muda terluka disana, darah dari perutnya telah membasahi lantai keramik minimarket tersebut. Karena kesulitan menunduk akibat heels yang ia pakai, Zayna pun melepas heelsnya lalu mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh lelaki yang sudah tidak berdaya itu.
"Hey, Kamu masih bisa dengar Aku"? teriak Zayna tepat di belakang telinganya, lalu ia mengambil sapu tangan dari tas kecilnya. Kemudian ia tekankan pada perut pria itu. Mata yang semulanya terpejam kini mulai terbuka sedikit demi sedikit, kedua pasang mata itu bertemu dan pandangannya begitu sayu.
"Siapa Kamu"? tanya pria itu dengan pelan.
"Kamu tidak perlu tahu siapa Aku, yang ingin Aku tanyakan bagaimana Kamu bisa mendapatkan luka sedalam ini? Lukamu cukup parah, dan kain ini tidak akan bisa menampung darahmu sebanyak ini". jelas Zayna, kedua tangannya masih berusaha menekan perut pria itu, agar darahnya tidak terus keluar.
"Kamu cantik". gumam pemuda itu kembali.
"Aishh .. ternyata Kamu pria mesum"! umpat Zayna.
"Apa sebentar lagi Aku akan mati, dan sekarang Aku sedang bertemu seorang bidadari atau Kamu ini malaikat"? tanya pria itu dengan setengah sadar.
"Dia ngomong apaan sih? dikeadaan separah ini aja Kamu masih bisa ngegombal, nyesel banget Aku bantuin Kamu, kalau tau Aku tinggalin aja tadi". sergah Zayna yang semakin menekan lukanya.
"Arrgghhh". teriak pemuda itu kesakitan, dan secara tidak sengaja menarik tubuh mungil Zayna.
Cup ..
Bibir keduanya bertemu dan menempel seperkian detik, wajah Zayna berubah merah padam, bukan karena menyukai ciuman itu, tapi karena sangat marah dan juga kesal. Pasalnya itu adalah ciuman pertamanya yang sudah ia jaga mati-matian hanya untuk suaminya saja nanti. Tapi pria dihadapannya malah mencurinya secara sengaja.
"Kau"! sergah Zayna
"Berani sekali Kau menciumku"! geramnya kesal.
Namun baru saja Zayna ingin memukul habis wajah pria tampan itu, ternyata sang empu sudah tidak sadarkan diri lagi dalam pelukannya Zayna.
Tok .. tok .. tok
Zayna mengetuk pintu kaca mobil Abangnya Zayn dengan cukup kuat, dan keras.
Karena melihat penampilan sang adik begitu kacau, Zayn langsung membuka pintu mobilnya.
"Abang, cepat bantu Zayna. Didalam ada seorang pemuda yang sedang terluka parah. Dia sudah cukup banyak mengeluarkan darah". teriak Zayna.
"Dia dimana sekarang dik"? tanya Zayn khawatir.
"Didalam Bang. Ambulance masih dalam perjalanan, Aku takut nyawanya tidak bisa tertolong". jelasnya.
"Hmm, baiklah. Ayo kita kesana". jawab Zayn.
"Hati-hati nak". sahut Ayyura yang juga khawatir.
"Aku juga mau lihat mom, mommy tunggu sebentar sama Rain disini didalam mobil ya". timpal Zafran yang sudah keluar dari dalam mobil lalu menyusul Abang dan kakaknya yang sudah lebih dulu pergi.
"Mom apa orang itu bisa diselamatkan"? tanya Rain.
"Semoga allah memberinya pertolongan ya nak".
Tidak lama Ambulance datang, Zayn dan Zafran ikut membantu mengangkat tubuh pemuda itu kedalam mobil Ambulance yang sudah terpakir dihalaman minimarket tersebut. Ayyura dan Rain juga ikut turun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Maaf apa ada yang bisa menemani kami kerumah sakit dengan pasien"? tanya sopir ambulance.
"Saya saja pak, kebetulan saya seorang Dokter". jawab Zayna cepat.
"Hmm baiklah Nona, karena saat ini hanya ada satu perawat saja yang menemani saya". ujar pak sopir.
"Baiklah, kalau begitu kita langsung menuju Alana's Hospital saja ya pak". cicit Zayna kembali.
"Abang dan semuanya pulang saja duluan kerumah. Kasihan mommy sudah sesore ini belum istirahat, Aku akan menemaninya kerumah sakit sebentar". ucap Zayna meminta izin pada semuanya.
"Tapi Kamu juga belum istirahat seharian ini nak"? bantah Ayyura cepat.
"Seorang Dokter tidak kenal kata istirahat mom, bukankah mommy sendiri yang mengajari Zayna. Pasien adalah prioritas utama seorang Dokter". peringat Zayna sembari tersenyum manis.
Ayyura menghela nafasnya berat, inilah kenapa anak-anaknya tidak ia paksakan untuk menekuni bidang kesehatan, karena banyak waktu dan tenaga yang akan mereka korbankan demi pasiennya.
"Baiklah, jaga diri Kamu baik-baik ya sayang". akhirnya Ayyura mengalah pada putrinya itu.
"Pasti mom, nanti Aku akan menelpon mommy dan Bang Zayn kalau urusannya sudah selesai".
"Zayna pergi dulu, Assalammualaikum". pamit Zayna lalu mencium pipi Yura sekilas, kemudian segera ikut masuk kedalam mobil tersebut.
"Hati-hati dik, kasih kabar Abang kalau ada apa-apa". teriak Zayn sembari menutup pintu belakang mobil.
Zayna hanya menjawabnya dengan mengangguk dan tersenyum cantik, lalu melambaikan tangannya.
Setelah mobil ambulance itu berlalu, mereka semua melanjutkan kembali perjalanannya. Didalam mobil ambulance pemuda itu sudah diberi pertolongan pertama oleh Zayna dan seorang perawat yang ikut menemaninya disana. Mereka sudah memberinya infus serta obat pereda rasa nyeri pada lukanya.
Zayna juga telah membuka kemeja serta kaos yang masih melekat pada tubuh pasien. Luka tusukannya cukup dalam, tepatnya dibawah perut sebelah kanan untung saja tidak menembus sampai organ vital. Dress dan pashmina Zayna sudah kotor karena bekas bercak darah pasien yang menempel.
Sesampainya dirumah sakit, ruang UGD sudah siap menyambut kedatangan pasien, karena Zayna sudah memberi tahu mereka sebelumnya.
Pria itu sudah dibawa masuk kedalam ruangan dan juga telah ditangani oleh berapa suster disana.
"Dokter, saya sudah menyumbat bagian lukanya. Namun sepertinya harus dilakukan operasi kecil, karena luka tusukannya cukup dalam". jelas Zayna pada seorang Dokter jaga perempuan disana.
Dokter yang berjaga itu pun tersenyum sinis dan memandang Zayna dengan remeh.
"Kau tahu apa tentang medis gadis kecil? Saya akan menanganinya dengan cara saya sendiri"! sentak Dokter jaga yang penampilannya sangat glamor itu.
"Tapi dia sudah banyak sekali kehilangan darah, kalau tidak di lakukan operasi kecil sekarang juga. Saya tidak yakin nyawa pria itu akan tertolong atau tidak nantinya". ujar Zayna dengan wajah tegasnya.
"Diam Kau gadis kecil! Saya ini Dokter kepala UGD dirumah sakit ini, jadi Kau tidak perlu mengajariku"! ucap Dokter wanita itu dengan sarkas.
"Yasudah kalau begitu terserah, itu pilihan yang Kau ambil sendiri. Aku tidak akan ikut campur lebih jauh setelah ini, apalagi jika terjadi sesuatu dengannya"! balas Zayna dengan tersenyum miring.
Tittt ... tttiiitttt
"Dokter detak jantung pasien melemah"! teriak salah satu perawat yang sedang menangani pria itu.
"Tambah dosis suntikannya". titahnya kemudian.
"Jangan"! teriak Zayna menggelegar.
Semua orang di UGD tersebut diam tidak bersuara.
"Kalian mau membunuhnya"! sergah Zayna kesal.
"Sebenarnya Kau siapa? Kau sudah cukup menolong pria itu dengan membawanya ke rumah sakit. Selanjutnya biarkan kami yang menanganinya". sergah Dokter Anya sebagai kepala UGD disana.
"Aku juga seorang Dokter, dan Aku sudah sering menangani kasus seperti ini saat magang dulu. Biarkan Aku yang menanganinya". jelas Zayna lagi.
"Tapi ini tempatku, Kau tidak punya hak disini"!
Titttt. ttiitttt
Detak jantungnya kembali melemah dan parahnya lagi tubuh pria itu terlihat kejang-kejang.
"Minggir kalian"! sergah Zayna kembali.
"Saya akan melakukan RJP"!
Zayna menarik dressnya selutut lalu naik keatas tempat tidur pasien, meletakkan tumit dan salah satu tangannya pada tulang dada pasien. Lalu dia menempatkan tangan lainnya di atas tangan pertamanya, jari-jarinya pun saling bertautan mencondongkan tubuh ke arah pasien, ia tekan kebawah dan tekan dada setidaknya 2 inc. Lalu ia lepaskan dadanya dan biarkan mundur sepenuhnya. Kecepatan kompresi minimal harus 100-120menit.
Ruang UGD itu tiba-tiba berubah hening dan juga menegangkan, pasalnya Zayna sudah melanggar kode etik kedokteran melakukan tindakan tanpa surat izin prosedur kementrian kesehatan setempat.
Tidak lama detak jantung pasien kembali normal, dan itu terlihat jelas pada mesin EKG yang ada disamping ranjang pasien, semua orang disana bernafas lega termasuk Dokter Anya yang juga ikut tegang dengan aksi berani dari wanita berhijab itu.
"Siapkan tindakan operasi kecil suster". titah Zayna.
"Kau sudah gila, ini rumah sakit kami. Kau tidak punya surat izin praktik untuk melakukan hal ini"! teriak Dokter Anya yang merasa tidak senang.
"Yasudah kalau begitu, Kau saja yang melakukannya, bukankah Kamu bilang, Kamu adalah kepala UGD dirumah sakit ini"? ucap Zayna dengan sinis.
"Aku .. Aku .. atas dasar apa Kau menyuruhku"?
"Kalau Kau masih bertele-tele seperti ini, Aku tidak yakin pria itu akan bertahan dalam 10 menit". tukas Zayna sembari mendelik tajam pada Dokter Anya.
"Ada apa ini"? teriak seorang pria paruh baya namun masih begitu tampan dan gagah dengan jas Dokter yang ia gunakan, serta nampak begitu tegas.
"Profesor Mike, lihat ada penyusup kecil yang berani menangani pasien gawat darurat rumah sakit kita, bahkan dia ingin melakukan operasi pada pasien tersebut Profesor". cibir Dokter Anya sengaja.
"Siapa gadis berani itu"? batin Mike.
Namun saat pandangan Mike bertemu dengan mata teduhnya Zayna, dan itu mengingatkannya pada wanita yang begitu dia cintai dulu, iya dulu sebelum dia menikah dengan pemilik rumah sakit tempat dia bekerja ini, yang tak lain sahabatnya sendiri Alana.
"Zayna"? panggil Mike dengan lembut.
"Uncle Mike". seru Zayna dengan senang.
"Uncle Mike, pria itu sudah banyak kehabisan darah. Kalau dalam 10 menit ini kita tidak bisa menyumbat bagian pendarahannya, Zayna takut nyawanya tidak bisa tertolong lagi". jelas Zayna kembali pada Mike.
"Dimana dia"? tanya Mike khawatir.
"Dia masih disana". tunjuk Zayna pada ruangan yang ada disisi kiri yang tirainya sudah terbuka lebar.
"Zidan? Kenapa dia bisa terluka seperti ini"? batin Mike yang raut wajahnya langsung berubah cemas.
"Zayna, Kau akan memimpin operasi kecil sore ini, dan Aku akan mendampingimu". jawab Mike cepat.
"Tapi Profesor, dia tidak ada lisensi Dokter dirumah sakit kita. Dan ini menyalahi kode etik Kedokteran". bantah Dokter Anya kemudian.
"Tahu apa Kau tentang kode etik kedokteran Dokter Anya? sementara Kau saja, tidak bisa bertindak cepat mengatasi keadaan darurat seperti ini"! peringat Mike pada juniornya itu.
"Tapi Profesor, kalau Profesor Alana tahu dia juga pasti tidak akan setuju dengan hal ini". elaknya lagi.
"Diam! suster siapkan ruangan steril dan berapa alat serta obat-obatan yang diperlukan Dokter Zayna, dia yang akan memimpin operasi sore ini".
Semua Staff yang berjaga di ruang UGD mau tidak mau harus patuh dengannya. Sebab dia adalah pimpinan rumah sakit tempat mereka berkerja.
"Kamu sudah siap Dokter Zayna"? tanya Mike lagi dengan wajah penuh ketegasan.
Zayna mengangguk, lalu mengambil jas Dokter serta alat pelindung diri, seperti sarung tangan steril, apron, dan masker yang sudah disiapkan untuknya.
Hanya butuh waktu 30 menit saja, Zayna berkutat dengan Needle holder, untuk memegang jarum Pinset, dan menahan jaringan saat menjahit. Gunting jahit halus, benang jahit yang dapat diserap atau tidak diserap oleh tubuh jarum jahit, dengan berbagai bentuk potongan silang dan tidak lupa berapa kasa steril yang ia gunakan untuk perban.
"Tanganmu sangat tangkas Zayna, uncle yakin Kamu bisa menjadi Dokter Bedah yang hebat nanti". puji Mike saat melihat betapa cepatnya gerakan Zayna, dalam menjahit luka pada perut pasiennya.
Dia mampu mengatasinya hanya dengan anastesi lokal dan ruangan setempat, padahal lukanya cukup dalam dan pasien sempat kehilangan banyak darah. Untungnya stok darah dirumah sakit ini selalu ada, dan itu mempermudah pekerjaannya Zayna .
"Terimakasih uncle, insya allah berapa tahun lagi Zayna bisa menjadi Dokter Bedah hebat seperti uncle Mike nantinya". balas Zayna tersenyum manis.
Tidak lama, pemuda itu terlihat mulai sadar dan membuka matanya dengan perlahan. Pertama kali yang ia lihat adalah sosok cantik berhijab soft blue, dan masih menggunakan dress panjang tertutup.
"Kamu sudah sadar? apa kepalamu sakit dan terasa mual? karena pihak rumah sakit belum melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhmu yang lain". jelas Zayna dengan panjang lebar.
Pemuda itu nampak bingung, sebenarnya siapa wanita dihadapan ini? apa dia yang sudah menolong dirinya di minimarket pusat kota tadi sore.
"Dia adalah Dokter yang telah menyelamatkan nyawamu sore ini". suara bariton nan tegas itu cukup membuyarkan lamunan pemuda tersebut.
Dia tersentak saat melihat Mike ikut masuk kedalam ruang rawat VVIP tersebut. Ya, Zayna lah yang telah memesan kamar rawat tersebut. Katanya dilihat dari penampilan pemuda tersebut, dia tentu bukan orang biasa makanya Zayna menempatkannya dikamar rawat yang paling mahal, sebagai bentuk rasa terimakasihnya untuknya, yang sudah bekerja keras menyelamatkan nyawanya sore ini.
Di Alana's Hospital, setiap Dokter yang berhasil menangani pasien rawat VVIP tentu akan mendapat komisi yang besar dari rumah sakit. Dan dianggap salah satu Dokter yang berprestasi kedepannya.
"Dokter Zayna terimakasih atas kerja kerasnya. Kamu boleh pulang dulu malam ini, besok Kamu bisa datang kembali untuk merawat pasien ini". jelasnya dengan tersenyum penuh wibawa.
"Hmm, baik Profesor. Jangan lupa bahwa saya yang merawat pasien ini besok". peringat Zayna dengan tersenyum kecil dibalik kata-katanya penuh makna.
"Tentu, dan saya akan segera rekomendasikanmu untuk pasien VVIP kedepannya nanti". goda Mike yang mengerti kemana arah pembicaraan Zayna.
Dengan wajah yang berbinar, Zayna mengangguk dan pamit untuk pulang kerumah dulu malam ini. Sebab dia sudah cukup lama berada dirumah sakit, pasti keluarga besarnya sangat khawatir sekali.
Zayna pulang dengan hati yang gembira dan raut wajah yang senang bukan main. Dia pulang dengan menggunakan taksi, sesampainya dirumah dia sudah ditunggu oleh keluarga besarnya.
"Assalammualaikum, Maaf Zayna baru pulang".
"Wah tuan putri baru pulang nih". sindir Zafran jahil.
"Kakak, kenapa baru pulang sekarang"? tanya Rain.
"Kak Zayna kayaknya capek banget". seru Dave adik sepupunya Zayna dari sebelah Daddy nya.
"Nak apa yang terjadi? kenapa Kamu begitu lama dirumah sakit? lalu kenapa ponselmu gak aktif"? tanya Yura yang sudah begitu khawatir pada Zayna.
"Biarkan dia mandi dan istirahat dulu sayang, Zayna sepertinya kelihatan lelah sekali". potong Aydeen.
"Aydeen benar nak, biarkan cucu mami ini istirahat dulu sebentar, dia baru saja pulang dari rumah sakit pasti sangat lelah". timpal Hanna kemudian.
"Hm baiklah nak, satu jam lagi setelah shalat isya, kami tunggu dimeja makan untuk makan malam". ucap Yura dengan lembut sembari mengelus kedua pipi putrinya itu dengan penuh sayang.
"Baiklah, Zayna izin pergi kekamar dulu. Nanti akan Zayna jelaskan bagaimana kejadian sebenarnya". jawab Zayna kembali dengan sopan.
*
*
*
Sementara dirumah sakit, Mike dan Alana sedang berada dikamar rawat VVIP dimana tempat pemuda yang mengalami luka tusuk pada perutnya sore tadi.
"Bagus ya, pulang-pulang dari lombok bukannya buat kita sebagai orang tua senang, malah buat kita hampir jantungan dengan keadaan Kamu saat ini"! ucap Alana yang sudah nampak begitu marah.
"Maaf". lirih pria tampan 22 tahun itu.
"Apa Kamu tidak benar-benar menganggap kami sebagai orang tuamu Zidan"? sergah Mike marah.
"Bukan begitu pi, Zidan bisa jelaskan semuanya".
"Mami kecewa sama Kamu, Kami memang bukan orang tua kandungmu tapi kami". tangis Alana.
"Mam .. maafkan Zidan, mam .. jangan menangis". ucapnya dengan lirih sembari menggenggam erat kedua tangan Alana dengan begitu lembut.
"Zidan bisa jelaskan semuanya pada papi dan mami. Tapi Zidan mohon jangan menangis seperti ini mam, Aku paling tidak bisa melihat mami menangis".
"Kalau begitu berhenti dari pekerjaanmu! jika Kau masih keras kepala dengan semua ambisimu itu, Kau bukan hanya akan melihat mami dan papi mu menangis, tapi akan melihat nama kami berdua dibatu nisan akibat ulahmu ini"! sentak Mike sarkas.
"Papi". tegur Alana pada suaminya itu.
Zidan tertunduk tidak berani menjawab lagi, jika papi dan maminya sudah marah seperti ini. Mereka tentu sangat khawatir dengan keadaannya kali ini.
Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya menimpa Zidan, karena pekerjaan yang ia tekuni itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya dan wajar saja kalau Alana dan Mike sangat takut kehilangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!