"Saya terima nikah dan kawinnya zahratunnissa dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"
" Bagaimana para saksi? "
"SAH! "
"SAH! "
Zahra mengangkat kedua tangannya, berdoa lalu mencium tangan suaminya dan malik mencium kening zahra . Tidak ada perasaan bahagia yang zahra rasakan di hari pernikahannya, sebab ia masih SMA.
SMA nya saja belum selesai tapi masa depannya sudah di tentukan dari sekarang. Zahra sudah menjadi istri zayn malik. Zahra harus mengabdi pada suaminya dengan baik, itu nasihat yg di berikan penghulu pada zahra sebelum akad di mulai tadi.
Adit yg duduk di kursi roda terlihat sangat bahagia bisa melihat putrinya menikah dan tahu yg akan menjadi imam bagi anaknya adalah malik, anak sahabatnya.
Adit mengidap penyakit kanker darah stadium akhir. Permintaannya pada zahra dua minggu yg lalu sangat sulit untuk di terima oleh zahra , tapi Zahra tidak bisa menolak,keinginan ayahnya yg sakit parah.
"Selamat ya , Adit. Akhirnya kamu punya menantu sekarang" Ucap Andin adik adit
"Makasih , Andin"
Teman dekat adit yg datang pun memberi selamat pada adit
" Selamat Adit"
"Selamat Adit. Sembuh ya, biar bisa liat cucu hehe"
" Duh zahra aja masih sekolah, nanti aja kalau cucu . Iya kan malik? "
Malik menoleh dengan tersenyum lalu mengangguk kepala
" Iya, om"
"Jangan panggil, om. Sekarang panggil ayah" Ucap Elsa ibu Zahra
"Iyah ayah, ibu".
Semua orang tertawa senang, kecuali zahra yg hanya duduk menekuk wajahnya dengan perasaan hampa. Tidak ada bahagia sama sekali yg di rasakan Zahra, Zahra justru ingin kabur dari sini, muak dengan semua orang yg menganggap Zahra bahagia menikah dengan lelaki yg tidak pernah Zahra kenal.
" Zahra" Panggil adit dengan lembut.
Zahra pun menengok.
" Ya, ayah".
"Coba panggil orang tua malik, mama sama papah"
Zahra pun menoleh kearah aisyah dan zafar orang tua malik.
Zahra tersenyum hambar
" Mama papah.. "
"Astaga.. Lucunya, aku punya anak gadis sekarang".
Aisyah mencubit gemas pipi Zahra. Lagi, Zahra tersenyum hambar.
Malik melihat Zahra, yg memperlihatkan jelas wajah terpaksanya karena pernikahan ini, terlihat sangat tertekan dengan senyuman palsu yg terus gadis itu tunjukan kepada orang-orang.
Selesai acara malik menghampiri zahra di kamar, Zahra yg masih mengenakan baju pengantin khas Sunda itu meremas tangannya sendiri ketika mendengar pintu terbuka dan suara langkah kaki mendekat. Gadis itu duduk di ranjang membelakangi pintu. Zahra takut, takut malik.
Malik berdiri di belakang tubuh Zahra.
"Gue tau lo engga suka dengan pernikahan ini, Zahra. Tenang aja, gue juga engga berani nyentuh lo, kalau lo engga kasih izin. Tapi, ini demi kebaikan ayah Adit " .
"Gimana buat kebaikan gue? Semua orang engga ada yang mikirin gue ! "
Zahra berbalik menatap malik dengan mata Berkaca-kaca dan dada yg terasa sesak.
" Gue punya pacar, kak! Gimana perasaan pacar gue, kalau tau gue udah nikah! Dia pasti hancur banget, kak! "
" Orang tua lo jauh lebih penting di bandingkan pacar lo zahra! "
"Dan jauh lebih penting di bandingkan diri gue sendiri, gitu kak, maksu lo! Gue harus ngubur kebahagiaan gue demi orang tua! Kalau kaya gitu , orang tua egois ga sih? ! "
Zahra memberikan pertanyaan dengan mengeluarkan air mata yg membasahi kedua pipinya. Malik bergeming, tak mampu menjawab, sebab malik juga awalnya tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Tapi, dia memikirkan kondisi Adit, lebih dari Zahra.
Adit sudah seperti ayah kedua bagi malik, sebab ada kenangan dimana malik terbawa arus sungai saat kecil dan Adit yg menyelamatkan hidupnya, walaupun Adit sempat terombang-ambing terbawa arus. Jadi malik pikir , sekarang ia harus menyelamatkan nyawa Adit. Mungkin dengan menikahi Zahra, adit akan sembuh. Pikir malik
"Zahra suatu saat lo bakalan ngerti, kalau pilihan orang tua pasti yang terbaik buat anaknya
"Lo ngerasa baik buat gue? " Tanya Zahra sambil menyeka air matanya.
" Jangan liat gue, tapi liat pilihan orang tua lo" Malik berbalik hendak pergi
"Lo harus nyembunyiin pernikahan ini, kak. Gue engga mau teman-teman gue tau, kalau gue udah nikah. Apalagi gue engga mau rival tau".
" Tenang aja" Jawaban itu yang di lontarkan malik sebelum akhirnya dia pergi dari kamar.
***
Malik dan Zahra mengantarkan orang tua mereka pulang , mereka hanya mengantarkan sampai teras depan tapi malik sempat membantu ayah Adit masuk ke dalam mobil
" Ayah titip Zahra ya. Tolong jaga baik-baik. Nasehati dia agar tidak keluyuran terus setelah pulang sekolah".
"Iyah ayah malik pasti jaga Zahra"
" Dia besok sekolah, malik. Suka susah di bangunin, kamu yang sabar ya kalau bangunin dia, " Ucap elsa
Elsa seraya terkekeh pelan . Zahra yg berada di samping malik hanya menekuk wajahnya. Dan
Malik tersenyum
" Iya ibu tenang aja"
"Malik kamu juga besok awas kesiangan kuliah! Teriak jafar dari mobil yg lain
" Iya, pah! "
"Ya udah , kami pulang dulu, ya"
" Assalamu'alaikum "
"Waalaikumsalam "
Sahut malik dan Zahra.
Kedua mobil itu pun pergi, malik melambaikan tangan kepada mereka sementara zahra masih terlihat kesal, menghentakan kakinya lalu masuk ke rumah .
Malik menatap kepergian Zahra sejenak lalu akhirnya ikut menyusul istrinya.
"Zahra, ada tugas sekolah engga? "
"Engga usah cerewet, kak. Engga suka gue! "
Sahut Zahra seraya berjalan menuju kamarnya dan malik berjalan menyusul Zahra di belakang
" Kalau ada, biar gue bantu"
" Udah sih, kak. Enggak usah ikut campur, gue bisa sendiri! "
Sahut Zahra seraya mengambil ponselnya di meja. Zahra duduk di ranjang sementara malik duduk di sofa.
"Zahra, lo udah tanggung jawab gue sekarang"
Zahra terlihat tidak peduli dengan ucapan malik barusan, dia sibuk main HP dan membalas pesan teman-teman nya.
"Kalau ada tugas yg engga ngerti, tanya gue"
" Apaansih, orang gue bisa ngerjain sendiri"sahut Zahra seraya menggoyang-goyangkan kakinya di atas kasur. Tampak acuh tak acuh menjawab ucapan malik.
" Ya tapi jangan salah jawab juga sampe raport lo nilainya banyak di bawah rata-rata!
Zahra yg sedang mengetik pesan seketika bergeming , dia langsung menghunus tatapan tak suka pada malik
" Lo liat rapot gue kak? "
"Ayah adi yang nunjukin ke gue, sehari sebelum nikah. " Malik tesenyum, berhasil membuat Zahra semakin kesal.
"Ish, nyebelin! "
Zahra menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuhnya seraya tidur membelakangi malik.
Malu sekali karena ayahnya membiarkan malik melihat hasil raportnya di sekolah, padahal menurut Zahra , itu privasi.
"Zahra , cuci muka sama cuci kaki dulu" Titah malik
" Zahra "
"ZAHRA!! "
Tidak ada jawaban, malik malah mendengar dengkuran gadis itu, ia pun menggelengkan kepala, Zahra malah tidur tanpa ke kamar mandi dulu.
Malik tidur di sofa dan membiarkan zahra tidur sendirian di ranjangnya yang empuk. Lelaki itu hanya memakai selimut tipis tanpa bantal.
Jam setengah empat pagi, malik mencoba membangunkan Zahra untuk melaksanakan shola ttahajud . Awalnya ia hanya memanggil Zahra untuk bangunbangun, tapi karena tidak ada respon, akhirnya malik menepuk pelan pundak Zahra.
"Zahra bangun, tahajud dulu.Sambil nungguin subuh''
" Zahra"
Malik terus menepuk pundak zahra tapi gadis itu malah mengeliat dan menarik selimut lebih tinggi lalu tidur kembali, malik menghela nafas.
" Ya sudah, kalau sekarang belum bisa, besok aja ya"
Malik akhirnya sholat tahajjud sendirian, tadarusan sambil menunggu waktu subuh.
Hal itu kosisten malik lakukan dari SMA sampai sekarang, tidak pernah bolong sehari pun.
Sayup-sayup bacaan quran yang di lantunkan malik terdengar diTelinga Zahra, Zahra bukannya bangun malah semakin nyenyak karena lantunan al-quran yg sangat merdu di telinganya.
Ketika adzan subuh berkumandang, malik kembali membangunkan Zahra , ia masih bisa memaklumi jika Zahra belum mau tahajud, tapi untuk sholat subuh tidak ada toleransi sebab ini wajib.
Malik yang gagal membangunkan Zahra akhirnya memakai cara yang lain. Dibawanya air segayung dari kamar mandi, ia memasukan tanganya lalu mencipratkan air di tangannya ke wajah Zahra. Zahra sontak mengerjap ketika air dingin mengenai wajahnya. Ia kemudian menghalangi wajahnya menggunakan tangan.
"Kak, apaan sih! " Keluhnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" Subuh dulu, zahra"!
"Gue sejam lagi mau mandi, mau sekolah, jangan ganggu gue!! Isssshh! "
"subuh, Zahra. Bukan mau gangguin lo! "
"Lo aja! " Zahra menarik selimut nya kembali
"Zahra jangan bilang lo ga pernah sholat subuh? "
Bukannya menjawab Zahra malah melanjutkan tidurnya kembali
" astaghfirullah Zahra!! "
Hoaaaaamm... " Zahra menguap dengan mata terpejam. Dalam ketidak sadarannya, gadis itu menggaruk bok*ngnya sendiri di depan suaminya.
Malik yang melihat itu langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Wudhu nih, kak. Sekarang? " Tanyanya dengan malas, matanya saja engga terbuka.
" Besok, " Sahut malik.
" Oh, ya udah"
"Eh, mau kemana? " Malik menghalau langkah Zahra yang hendak keluar dari kamar mandi.
" Katanya besok, "sahut zahra dengan mata setengah terbuka sebab ia masih sangat ngantuk.
Malik menghela nafas kasar, menyalakan kran air, membasahi tangannya lalu mengusapkannya pada wajah zahra
"Aaaaa... Dingin! " Jerit zahra seraya mengusap wajahnya.
" Bangun makannya, di suruh sholat loh, zahra. Bukan di suruh aneh-aneh!"
Zahra menekuk wajahnya.
" Aneh-aneh apaan, awas lo ya! "
Dengan kesal zahra pun mencuci tangannya lalu mencuci muka terlebih dahulu untuk menyegarkan wajahnya, setelah itu barulah ia wudhu. Selesai zahra wudhu, giliran malik yang berwudhu.
Mereka sholat berjamaah, malik melantunkan bacaan surat al-fatihah dan ad-dhuha rakaat pertama dan rakaat kedua dia membaca al-fatihah dan surat Al-qariah.
Selesai sholat yang tidak lama sebab subuh yang hanya dua rakaat, malik mengajak zahra untuk membaca al-qur'an terlebih dahulu, tapi gadis itu merengek.
"Kak, besok aja deh, engga kuat, sakit perut." Ujarnya seraya grasak-grasak membuka mukena lalu lari terbirit-birit ke kamar mandi sambil memegang perutnya.
Malik yang duduk bersila di atas sajadah hanya bisa menggelengkan kepala.
Sakit perut di pagi hari termasuk rutinitas zahra, pokoknya sebelum berangkat sekolah, dia harus buang air besar dulu. Kalau tidak, resikonya dia sakit perut di sekolah dan yang menjadi masalah zahra tidak suka kamar mandi di sekolahnya, gadis itu pernah sakit perut di sekolah dan memilih menahannya sampai rumah.
Untungnya kamar mandi di rumah malik tidak satu, selesai membaca al-qur'an zahra masih belum keluar dari kamar mandi dan malik bisa mandi di kamar mandi yang lain, dia juga harus kuliah.
Mereka siap-siap untuk aktifitasnya Masing-masing pagi ini, zahra pergi ke sekolah dan malik pergi ke kampusnya.
Malik selesai lebih dulu di bandingkan Zahra, dia menyiapkan sarapan di dapur, ada roti, beberapa varian selai dan juga susu.
"Zahra, sarapan! " Malik berteriak.
" Bentar, kak. " Zahra menjawab sambil menyisir rambutnya.
Setelah itu dia buru-buru keluar dari kamar menghampiri malik.
Mereka duduk bersama.
Seharusnya, Zahra yang menyiapkan sarapan untuk malik, tapi ini malah terbalik, malahan malik juga yang mengoleskan selai ke roti dan menyimpannya di piring zahra.
"Thanks kak" Gadis itu memakan rotinya
"Hari ini---"
" Gue naik angkot, kak. Beneran, gausah nganterin gue! "
"Terus pulangnya? "
"Naik angkot juga".
" Tapi jarak dari sini ke sekolah lebih jauh, di bandingkan jarak rumah lo dulu ke sekolah ".
" Engga apa-apa, kak. "
Malik pun mengangguk, toh zahra selalu meminta pernikahan ini di rahasiakan, malik mengerti, zahra mungkin takut teman-teman dan pacarnya tahu kalau dirinya sudah menikah.
" Biasa di kasih uang berapa sama ayah Adit buat sekolah? "
Zahra yang tengah mengunyah roti penuh di mulutnya, mengangkat kelima jarinya.
" Lima puluh ribu? "
Zahra mengangguk.
Malik pun mengeluarkan dompetnya dan menaruh uang seratus ribu di meja. Zahra sontak melebarkan matanya sempurna, menelan roti di mulutnya terlebih dahulu.
"Buat satu hari, kak? "
"Iya"
" Wihh. ... Keren lo kak"
Dengan tersenyum zahra mengambil uang itu dan menciumnya dengan senang.
" Tau gini, gue bilang aja seratus, siapa tau lo kasih seratus lima puluh".
" Bukan engga mampu gue kasih segitu, tapi uang seratus lima puluh ribu abis sehari di beliin jajanan apaan, apalagi masih anak SMA! "
"Kebutuhan gue banyak, kak. Gue kalau kerja kelompok, kebagian ngeprint terus".
" Kenapa? " Tanya malik sambil menaikan alisnya dengan memegang roti di tangannya yang baru di oles selai coklat.
" Soalnya gue bloon, kak . Jadi tiap ada kerja kelompok, gue bilang aja. Udah, gue aja yang ngeprint, bahannya kirim.gitu".
Malik menghela nafas kasar seraya menggelengkan kepala.
" Gue kira lo di tunjuk terus sama teman lo, di suruh ngeprint. Malah lo yang ngajuin sendiri, kalau kaya gitu, kapan lo pinternya? "
" Ya, kan, gue bloon. Kenapa lo nanya gue kapan pinter. "Zahra meminum susunya.
" Jadi, lo mau bloon selamanya? Engga mau berubah? "
" Mau sih, tapi temen gue juga engga percaya sama gue, gue cuman di percaya ngeprint doang".
"Nanti kalau di suruh lagi sama teman, usahain lo bantuannya jangan ngeprint lagi. Bantuin cari bahan buat tugasnya juga, soal dan jawabannya lo juga harus ngerti, jangan cuman ngerti ngeluarin duit doang! "
Zahra mendengus kasar, menganggap malik sedang berceramah pagi-pagi.
" Iya deh iya, kak. "
" Satu lagi, nanti langsung pulang, jangan keluyuran. Kalau sampe lo main setelah pulang, gue bakalan sebarin lo udah nikah! "
Dengan kesal zahra menyimpan roti di tangannya ke piring, Mengerutkan dahi pada malik.
" Lo apa-apaan sih, kak! Kan kemarin janji engga bakal ikut campur urusan gue! "
" Gue janji engga bakal ikut campur urusan lo sama rival, yang lainnya lo harus ikut aturan gue! Orang tua lo aja engga suka lo keluyuran pulang sekolah.
Nikah bukan berarti lo bisa bebas dari aturan orang tua lo ya, zahra!"
Zahra mengha nafas kasar, menatap jengkel malik, masalahnya zahra menganggap malik ini masih orang lain yang tidak ada hak melarang ini itu terhadap dirinya.
" Dan kalau sama gue, ada tugas harus langsung di kerjain, gue bakal terus nanya lo ada tugas atau engga! "
" Terus? Apalagi hah? Lo mau ngatur gue soal apa lagi? Sekalian aja semua! Sekalian larang gue punya teman di sekolah! "
" Gue engga suka kalau lo sulit di atur. Itu aja! " Malik pun meminum susunya. Zahra hanya menggeleng kecil seraya mengusap rambut panjangnya kebelakang.
Zahra pun melanjutkan sarapannya tanpa ada perbincangan lagi.
Hingga ponsel zahra bergetar di meja, ia membuka pesan masuk di ponselnya dan seketika senyuman mengembang di wajahnya membuat malik melirik ke arahnya.
"Selamat pagi cantik"
" Pagi rival. Zahra lagi sarapan nih, rival lagi apa? "
Setelah membalas pesan dari rival, ia kembali menyimpan ponselnya di meja dan melanjutkan makan rotinya seraya menunggu rival membalas.
" Pacar lo? " Tanya malik yang di jawab anggukan kepala dari Zahra.
***
Zahra berjalan di lorong sekolah dengan perasaan gelisah memikirkan nasib kedepannya hubungan dirinya dan rival.
Bagaimana jika ada hari dimana rival tahu kalau zahra sudah menikah.
Entah kapan tapi zahra yakin akan ada moment itu terjadi dan mau tidak mau, siap tidak siap, zahra harus kehilangan rival selamanya. Padahal mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun.
Ya, walaupun rival belum pernah di bawa ke rumah zahra, pun sebaliknya. Tapi hubungan dua tahun itu berjalan sangat baik, mereka jarang sekali bertengkar.
Hampir semua orang di sekolah zahra tahu jika zahra pacar rival, sebab hampir setiap hari mereka berduaan, entah itu ketika Jam istirahat atau pagi sebelum kelas di mulai.
" Seengganya, nikah sama kak malik ngebuat uang saku nambah lima puluh ribu" Gumam zahra
" Apanya yang nambah lima puluh ribu, cantik? " Tanya rival seraya merangkul zahra. Zahra sontak melebarkan matanya, takut rival mendengar kalimatnya dari awal tadi.
"R-rival"
" Uang saku mu nambah lima puluh ribu? "
" Kayanya rival engga denger gue ngomong apa tadi"batin Zahra.
Zahra mengangguk dengan tersenyum.
" Iya, val. Ayah naikin uang saku aku" .
" Wuah... Seneng dong, ya udah yuk, aku yang traktir, uang saku kamu simpan aja"
" Eh, aku udah sarapan roti sama susu tadi". Sahut Zahra ketika rival hendak menarik tangannya.
" Ya udah, temenin aku aja, aku mau sarapan di temenin kamu".
Zahra akhirnya mengangguk, mereka pergi ke kantin sambil menggenggam tangan satu sama lain.
Kantin masih sepi karena pagi hari, rival tengah makan bakwan dan juga teh manis. Sementara zahra asik main HP samp menemani rival. Tiba-tiba pesan masuk dari malik.
" Assalamu'alaikum "
Zahra membalas
" Kenapa, kak? Pagi-pagi udah WA aja".
"Di jawab dulu salamnya"
" Waalaikumsalam "
"Hari ini gue engga ada kelas, jadi pulang lagi ke rumah. Coba cek saku seragam, uang lo ketinggalan".
Zahra langsung panik, ia segera mengecek saku di baju dan roknya.
Benar, uangnya ketinggalan anjir, kak. Beneran ketinggalan. Gimana dong, buat istirahat nanti".
" Kan... Ceroboh sih! Gue anterin ke sekolah ya? "
" Eh, gila ya lo, gue harus ngejelasin apa ke teman-teman gue kalau lo kesini, belum lagi ada rival"
" Gampang, bilang aja sepupu"
" Kak, gue bisa pinjam uang rival. Gausah sumpah! "
" Jangan minjam, nanti kebiasaan. Udah, gue berangkat"
" Kak, jangan! "
" Kak, plis, jangan berangkat Anjir lo mah, engga seru ah! "
Rival yang tengah makan dari tadi diam-diam memperlihatkan pacarnya yang terlihat panik sambil chatting dengan seseorang di ponselnya.
" Lagi chatting sama siapa sih, zahra ko kamu kaya panik gitu? "
" Hah? " Spontan zahra mendongak menatap rival, tidak tahu jika rival sedari tadi memperlihatkan nya.
" S-sama ibu, val. Katanya ayah tadi badannya lemes banget, jadi aku panik, tapi sekarang udah minum obat, jadi udah mendingan".
"Syukurlah kalau gitu, Zahra kalau ada apa-apa cerita dong, jangan panik sendirian gitu, aku yang ngeliatnya juga khawatir"
Zahra menyengir
" Hehe maaf ya, val. Oh iya, aku ke kelas bentar ya, tadi salma mau pinjam buku tugas aku katanya"
" Tumben salma yg minjem, biasanya kamu yang minjem buku tugas salma"
" Kemarin-kemarin aku lagi baik, merhatiin guru, jadi aku yang ngerti, salma malah tidur. Ya udahya, val. Nanti aku kesini lagi... "
Zahra segera berlari tergesa-gesa dari kantin menuju gerbang sekolah di depan untuk menunggu Malik. Rival hanya menatap kepergian zahra dengan menaikan alisnya heran, sikap zahra aneh sekali pagi ini.
Zahra menunggu dengan gelisah kedatangan motor malik, dia terus celengak-celinguk, beberapa siswa siswi mulai memenuhi gerbang sekolah sebab sudah mendekati jam masuk.
" Mana sih kak malik"
Gumamnya dengan ponsel yang ia genggam. Zahra hanya takut bertemu dengan sahabatnya, salma dan winda. Kalau ada mereka , sudah pasti mereka ribut tidak jelas jika melihat malik.
Jadi, malik harus datang sebelum mereka datang Zahra tersenyum senang ketika dari kejauhan melihat motor malik datang, malik berhenti di depan Zahra, ia membuka kaca helm fullface nya, menatap Zahra sejenak lalu mengeluarkan dompetnya.
"Lain kali jangan ceroboh " Ucapnya di balik helm fullface nya. Ia memberikan uang saku Zahra.
" Makasih ya, kak. Padahal gue udah bilang engga usah"
" Jangan dibiasain minjem! " Malik memberi nasihat yang sama seperti di chat sebelumnya.
" Iya, kak. Iya! "
" Ya udah gue pergi dulu"
Malik menutup kembali kaca helmnya dan melaju pergi dari halaman sekolah zahra.
" Hei, lagi nunggu siapa nih? "
Tanya Winda yang tiba-tiba merangkul zahra.
" Zahra, lo tadi ngobrol sama orang itu? " Salma menunjuk motor besar malik yang menjauh.
" Yang mana? " Tanya Winda menyipitkan matanya.
" Itu, yang itu. " Salma kembali menunjuk
Zahra terlihat panik .
" Apaan sih, gue engga ngobrol sama siapapun, gue lagi nungguin kalian tau! Udah ah, yuk" Zahra menarik lengan kedua sahabatnya Sepanjang jalan Salma tidak diam, mengatakan ia yakin lelaki tadi berbicara dengan zahra dan zahra bersikeras mengatakan tidak, sampai akhirnya Salma pun menyerah, tidak bertanya lagi, mereka pun masuk ke kelas.
Awalnya malik ingin pulang kembali ke rumah tapi sahabatnya meminta malik datang ke warung bi ijah. Tempat malik dan teman-temannya berkumpul saat SMA, bahkan sampai sekarang bi ijah masih menjadi tempat legendaris malik dan teman-temannya berkumpul walaupun mereka kuliah di kampus yang berbeda.
Malik memarkirkan motornya depan warung bi ijah, ia membuka helmnya dan melangkah masuk ke warung bi ijah yang bangunannya mirip rumah panggung padahal lokasinya berada di tengah kota.
" Malik" Azmi melambaikan tangan. Azmi duduk bersama syahrul dan juga andi.
Sebelum duduk malik mencium tangan bi ijah terlebih dahulu.
" Damang bi? "( Sehat bi?)
Ciri khas bi ijah adalah ketika bicara bisa dua bahasa . Indonesia dan Sunda.
" Eh malik, alhamdulillah malik, damang terus bibi mah. Duh makin ganteng ey udah kuliah mah. " ( eh malik, alhamdulillah malik sehat selalu bibi, duh makin ganteng banget udah kuliah mah)
Bi ijah sampe mengelus lengan malik beberapa kali saking panglingnya dengan malik.
" Ah ganteng ge teu gaduhen kabogoh bi si malik mah" Teriak andi membuat malik dan bi ijah tertawa. ( ah ganteng juga engga punya pacar bi si malik mah)
" Jodoh mah engga akan kemana ya, nanti juga ada. Udah sana duduk bibi nuju ngadamel bala-bala".( bibi lagi bikin bakwan)
Malik mengangguk dan akhirnya bergabung dengan syahrul andi dan azmi.
Sibuk banget lo, malik. Baru bisa dateng ke sini sekarang". Ucap syahrul
" Ya gimana lagi, engga ada kelasnya baru sekarang" Sahut malik
" Minggu kemarin kata si bi ijah ada si mahendra datang kesini sama si abyan" Sambung azmi
" Palingan ketemuan sama cewek mereka mah, biasa lah, double date " Jawab andi.
" Nah, lo lik, kapan punya pacar? Kita bertiga aja udah ada pawangnya, lo masih betah aja sendiri".
Malik tidak menjawab, ia hanya membalas dengan senyuman Ucapan dari syahrul.
" Jangan sampe jadi bujang lapuk ya lik"
" Gila aja, rul. Gue engga mungkin jadi bujang lapuk ya. " Sahut malik
" Eh gue denger- denger, mantan lo masih jomblo, lik" Ujar andi
" Siapa? " Tanya syahrul
" Lo lupa itu si Siska" Sahut azmi
Malik hanya menggelengkan kepala mendengar mereka tiba-tiba membahas Siska.
"Oh Siska yang.... "
" Ssstttt" Potong malik.
" Engga usah bahas yang udah berlalu"
" Kenapa? Takut engga bisa move on lo ya? " Tanya syahrul
" Justru, karena udah move on , jadi engga usah di bahas lagi! "
Ucapan mereka terhenti ketika bi ijah datang membawakan bakwan, teh manis dan coffe untuk mereka. Pembahasan pun beralih menjadi membahas dunia kampus meereka masing-masing
***
Malik pulang siang dari warung bi ijah, dia memilih memasak untuk makan siang zahra. Gadis itu masih belum pulang , sesekali Malik melirik jam dinding, seharusnya zahra sudah sampai.
Lima menit kemudian ia mendengar suara pintu terbuka, zahra masuk dengan bersenandung riang menuju kamarnya di lantai atas.
" Assalamu'alaikum nya mana? "
Ujar malik, menghentikan langkah zahra di tengah tangga.
Zahra mencoba melirik ke arah dapur, malik sedang fokus memasak. Dia pun turun kembali.
" Masak apa lo kak? "
" Assalamu'alaikum nya mana? " Ulang malik dengan pertanyaan yang sama sambil menggoreng ayam.
Zahra berdecak
" Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam. Biasain pas masuk ucapin salam"
" Siap pak ustdz" Sahut zahra seraya hormat.
" Ganti baju dulu, terus makan, udah makan belum? " Tanya malik sambil menoleh ke arah zahra yang bersandar di pantry sambil memperlihatkan malik masak.
" Belum dong"
Melihat ada ayam goreng yang sudah matang, zahra mengambil satu ayam goreng tersebut membuat malik terbelalak.
"Zahra kotor! "
Awalnya hanya ingin Menepuk tangan zahra agar tidak jadi mengambil ayam goreng tersebut. Tapi malah paha ayam goreng itu jatuh ke lantai membuat malik menghela nafas. Mubazir jadinya.
" Cuman minta satu. Kenapa sih! " Kesal zahra
" Engga ikhlas lo masak? "
" Zahra, lo denger engga, gue bilang apa tadi? Kotor! Kan gue udah bilang, ganti baju dulu, nanti turun ke bawah cuci tangan, baru makan! "
" Cerewet lo kak , kaya ibu-ibu mulut lo! "
" Jangan sulit di atur Zahra! Anggap aja gue pengganti orang Tua lo sekarang! "
Zahra mendengus kasar, tidak mau berdebat lagi karena ia juga sudah kelaparan. Akhirnya gadis itu pergi ke kamar untuk mengganti seragamnya.
Tak lama kemudian gadis itu kembali turun dan duduk di meja makan yang sudah tersedia nasi, ayam goreng tahu dan sayuran.
" Lo bisa masak gak kak? " Tanyanya
" Kan liat sendiri, tadi gue masak, bukan beli! "
" Iya sih, ko bisa sih, gue aja perempuan engga bisa masak biasanya di rumah yang masak ibu"
"makannya belajar. Udah, makan dulu".
Zahra mengangguk dengan semangat lalu segera menyantap makanan lezat yang di masak malik.
" Ada tugas engga dari sekolah? "
" Kaya ibu sama ayah banget, Tiba-tiba nanyain tugas sekolah. Engga ada kok, tenang aja"
" Ayah sama ibu sering ngadu ke gue , lo jarang ngerjain tugas sekolah, di kerjainnya pas pagi-pagi di sekolah, itu pun nyontek! "
" Jangan gitu, kak. Yang penting gue mau usaha " Jawabnya
Sambil mengunyah.
" Usaha apa? " Tanya malik
" Ya usaha buat nyontek lah"
Zahra menjawab sambil terkekeh membuat malik tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Malik sudah berniat selepas makan ia akan memeriksa buku-buku zahra. Ia takut zahra malah berbohong.
" Ah kenyangnya.. " Zahra mengelus perutnya dengan wajah kekenyangan .
" Kak, gue aja yang cucu piring, " Tukas zahra ketika malik membersihkan piring kotor.
Zahra ingin cuci piring karena takut malik berniat melihat Buku-buku sekolahnya, sebab tadi lelaki itu seakan mengintrogasinya dengan menanyakan tugas-tugas sekolah.
"Engga usah, istirahat aja, selesai cuci piring gue periksa semua buku lo! " Malik berjalan menuju wastafel
" Eh, ko gitu sih kak!. Ngapain meriksa buku segala! "
" Mau lihat aja , kerjaan lo di sekolah kaya gimana" Sahut malik sambil membawa piring terakhir ke wastafel.
" Kak, beneran , engga usah. Kaget nanti lo lihat nilai-nilai gue yang sempurna! " Teriak Zahra ke arah malik yang kini sudah mulai mencuci piring.
" Oh iya? Sesempurna apa? Penasaran gue" Ucap malik tanpa melirik ke arah Zahra membuat zahra menghembuskan nafas pasrah.
Pasti malik tidak main-main untuk memeriksa buku-buku nya .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!