NovelToon NovelToon

LOVE AND REVENGE

Episode 1 Pengenalan Tokoh

Marsya Beverly, wanita cantik berusia 27 tahun. Dia seorang dokter umum, Marsya adalah dokter paling dingin dan hampir tidak pernah tersenyum sama sekali. Bukan tanpa alasan Marsya memiliki sifat seperti itu, semuanya karena masa lalu yang membuat hidup Marsya bagaikan patung hidup.

King Roderick, pria tampan berusia 30 tahun. Dia adalah seorang mafia kejam namun bagi orang biasa tidak ada yang mengenal King hanya orang-orang tertentu yang mengenalinya. King hampir sama seperti Marsya, walaupun wajahnya tampan tapi terlihat menyeramkan karena sifat bengis yang selalu menghiasi wajahnya.

🍀

🍀

🍀

Flash back on.....

17 tahun yang lalu....

Marsya saat ini baru berusia 10 tahun, dia tinggal bersama kakeknya. Sebenarnya waktu bayi Marsya ditemukan di dalam sebuah kardus oleh Kakek Hengki di depan rumahnya. Dikarenakan Hengki tinggal sendiri dan tidak mempunyai anak, akhirnya Hengki pun mengurus Marsya dengan penuh kasih sayang.

"Astaga, Kakek ke mana ya sudah malam begini belum pulang juga," gumam Marsya sembari mondar-mandir di depan pintu.

Diusianya yang baru menginjak 10 tahun, sikap Marsya sudah terlihat sangat dewasa tepatnya dipaksa dewasa sebelum waktunya. Kehidupan Hengki yang susah dan serba kekurangan memaksa Marsya untuk bisa mandiri dan berjualan apa pun untuk membantu Kakeknya itu. Saat ini, Hengki bekerja di sebuah penggalian tanah di kampung itu.

Sesekali Marsya mengintip dari balik jendela, namun Kakeknya belum juga terlihat. "Ya Tuhan, semoga saja Kakek baik-baik saja," gumam Marsya kembali.

Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya membuat Marsya semakin khawatir dan ketakutan. Hingga tidak lama kemudian, terdengar suara pintu ada yang mengetuk dan Marsya pun dengan cepat membukanya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang datang. Seketika Marsya kaget, setelah melihat pria tua yang sama sekali tidak Marsya kenal.

"Ma--af, anda siapa?" tanya Marsya gugup.

Pria tua itu mendorong pintu dan masuk begitu saja membuat Marsya ketakutan. "Tuan siapa? kalau mau bertemu dengan Kakek, dia belum pulang," tanya Marsya semakin ketakutan.

Pria tua itu menyeret Marsya masuk ke dalam kamar dan memaksa Marsya. Marsya berteriak meminta tolong, namun suara teriakannya kalah dengan suara derasnya hujan. Pria tua itu dengan biadabnya menggagahi Marsya yang saat itu masih usia 10 tahun.

Marsya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tenaga anak kecil jelas kalah dengan tenaga orang dewasa. Pria tua itu seorang pedo**l yang suka kepada anak kecil. Sudah puluhan anak kecil yang menjadi korbannya namun tidak ada yang bisa menangkapnya karena dia sangat licin bahkan setelah dirudapaksa, para korbannya biasanya dibunuh dengan kejinya.

"Astagfirullah, Marsya!" pekik Kakek Hengki.

Hengki sangat terkejut melihat keadaan cucu kesayangannya sedang diperlakukan dengan keji oleh pria yang tidak ia kenal. Keadaan Marsya saat ini sudah tidak sadarkan diri, sedangkan si pria tua itu tak kalah kaget saat dipergoki oleh orang lain. Lalu dia mengambil pisau dan menghujam tubuh Hengki sampai tak berdaya.

Pria tua itu pun kabur dan menghilang di pekatnya malam menerobos derasnya hujan.

"Mar--sya cu--cuku," ucap Kakek Hengki terbata.

Dengan tubuh yang bersimbah darah, Hengki merangkak menghampiri cucunya yang setengah bugil itu. Air mata Hengki mengalir, sekuat tenaga dia mengambil sarung dan menutupi tubuh Marsya. Hati Hengki sangat sakit melihat keadaannya cucunya yang masih kecil harus menerima perbuatan bejad pria tua yang seumuran dengannya.

"Ma--afkan Ka--kek, Cu," lirih Kakek Hengki.

Setelah mengatakan itu, Hengki pun terkapar tewas dengan bersimbah darah. Beberapa lama kemudian, Marsya mulai tersadar. Marsya merasakan sakit yang luar biasa dibagian sensitifnya. Marsya memaksakan diri untuk bangkit walaupun terasa sangat sakit.

Pada saat Marsya bangun, Marsya membelalakkan mata melihat keadaan Kakeknya sudah bersimbah darah terbaring di sampingnya. "Kakek, bangun Kek," ucap Marsya dengan bibir yang bergetar.

Air mata Marsya mengalir dengan derasnya, kesakitannya bertambah kala melihat Kakeknya sudah tidak bernyawa dengan luka di seluruh tubuhnya. "Kakeeeeekkkkk!" teriak Marsya menggema di keheningan malam.

Seketika warga langsung berdatangan dan kaget akan apa yang mereka lihat. Warga tidak tahu apa yang terjadi karena Marsya sama sekali tidak bisa menjawab, anak malang itu hanya bisa menangis dan berteriak sembari memeluk jasad Hengki. Warga segera mengurus jasad Hengki dan melaporkan kejadian itu kepada polisi.

Dikarenakan sudah malam, maka warga memutuskan untuk memakamkan Hengki esok hari. Marsya hanya bisa menatap kosong jasad Hengki dengan deraian air mata. Beberapa warga dan polisi yang bertanya tidak dipedulikan oleh Marsya, dia hanya bisa bungkam dan membisu.

***

Keesokan harinya jasad Hengki pun dimakamkan, tangis Marsya kembali pecah. Hatinya sakit dan hancur, satu-satunya orang yang dia punya sudah pergi meninggalkannya. Entah bagaimana nasib Marsya ke depannya, apalagi saat ini dia masih sekolah di kelas 4 sekolah dasar.

"Kek, apa yang harus Marsya lakukan? Marsya takut, Kek," gumam Marsya di samping makam Hengki.

Mulai saat itu, Marsya tinggal seorang diri di rumah peninggalan Hengki. Anak cantik yang periang itu kini berubah menjadi anak yang penutup dan dingin. Bahkan Marsya mempunyai trauma dan ketakutan tersendiri jika bertemu dengan pria tua.

Marsya terpaksa harus bekerja keras demi menghidupi dirinya sendiri. Dia melakukan apa pun yang dia bisa, dari menjadi tukang cuci gosok, ambil dagangan dari tetangganya, sampai menjadi pengasuh bayi jika ibu si bayi pergi ke kebun atau sawah. Marsya harus dipaksa dewasa sebelum waktunya oleh keadaan dan itu sangat menyedihkan.

"Marsya, kamu mau tidak ikutan belajar bela diri?" ajak Muni salah satu temannya.

"Di mana?" tanya Marsya.

"Di balas desa."

"Bayar tidak? kalau bayar, aku tidak bisa karena aku tidak punya uang," seru Marsya.

"Tidak, ini gratis kok," sahut Muni.

Marsya tertarik dan langsung menyetujui ajakan Muni. Sejak itu Marsya pun ikut belajar bela diri, dia bertekad ingin mencari pria tua yang sudah menghancurkan masa depan dan membunuh Kakeknya. Walaupun dia tidak tahu keberadaan pria itu, tapi dia yakin bahwa dia bisa menemukannya.

"Lihat saja, aku akan menemukan orang itu dan aku sendiri yang akan membunuhnya," batin Marsya dengan mengepalkan kedua tangannya.

Marsya kecil benar-benar menyimpan dendam yang sangat besar kepada pria tua itu. Dia bekerja keras mengumpulkan uang, bahkan dia belajar dengan rajin supaya dia mendapatkan beasiswa. Marsya mempunyai cita-cita ingin menjadi dokter, maka dari itu dia belajar dengan rajin dan berusaha mengumpulkan uang yang banyak supaya dia bisa sekolah tinggi dan menjadi dokter.

Hingga pada akhirnya perjuangan Marsya yang penuh dengan lika-liku dan menyedihkan berujung kebahagiaan. Setelah lulus SMA, dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah kedokteran di kota dan Marsya pun mulai melanjutkan hidupnya di kota. Tekadnya semakin kuat untuk terus mencari pria itu, karena seluruh hidup Marsya untuk saat ini hanyalah bisa membalaskan dendamnya yang semakin lama semakin mengakar di jiwanya.

Flash back off....

Episode 2 Pertemuan Pertama

Dorrrr...

Dorrrr..

Dorrr...

Suara tembakan terdengar sangat nyaring di malam hari ini. Seorang pria dengan berpakaian serba hitam, berlari dengan dikejar-kejar oleh beberapa orang di belakangnya. Pria itu memegang lengannya yang sudah berdarah akibat terkena tembakan.

Pria itu langsung bersembunyi di gang-gang gelap berharap dia tidak akan bisa ditemukan. "Arrghh, kurang ajar tanganku sakit," batin pria itu.

Darah dan keringat sudah mengalir membasahi tubuhnya, tapi dia harus tetap bersembunyi sampai orang-orang yang mengejarnya pergi.

"Ke mana dia?"

"Sepertinya sudah kabur."

"Sial, padahal kita sudah berhasil menembaknya tapi dia masih kuat kabur."

"Sudahlah kita kembali ke markas."

Orang-orang yang diperkirakan sepuluh orang itu akhirnya lebih memilih pergi karena mereka mengira kalau target sudah kabur karena pria itu terkenal akan kegesitannya. Orang-orang itu pun masuk ke dalam mobil mereka dan pergi dari sana. Pria yang dari tadi bersembunyi merasa sangat lega karena mereka tidak bisa menemukannya.

Pria itu mengambil ponselnya dan menghubungi anak buahnya untuk menjemputnya. Tidak membutuhkan waktu lama, beberapa orang datang dan membatu si pria berjalan. Baju yang dipakainya sudah berlumuran darah, bahkan wajah si pria sudah sangat pucat.

"Kita harus ke rumah sakit, Tuan," seru salah satu anak buahnya.

"Rumah sakit dari sini sangat jauh, aku sudah tidak kuat cari saja klinik terdekat yang buka selama dua puluh empat jam," sahut si pria.

"Baik, Tuan."

Anak buah pria itu celingukan mencari klinik yang buka, dan tidak lama kemudian terlihat sebuah klinik namun klinik itu sudah tutup karena memang itu sudah tengah malam.

"Bos, di depan sana ada sebuah klinik tapi sudah tutup," seru si anak buah.

Pria yang ternyata bernama King Roderick itu melihat ke arah depan, lalu melihat ke arah bangunan yang berada di atas klinik, terlihat cahaya remang-remang di sana.

"Tekan saja belnya, sepertinya ada orang di atas," seru King.

Lalu anak buah King menghentikan mobilnya di depan klinik itu, anak buah King segera keluar dari dalam mobil dan dengan cepat menekan tombol bel.

"Tekan saja terus sampai pemiliknya keluar," seru King.

"Baik, Tuan."

King kembali melihat ke arah atas. "Aku yakin pemilik klinik ini tinggal di sini juga," batin King.

Marsya yang merasa mendengar suara bel, langsung terbangun. Marsya melihat jam dinding dan ternyata baru menunjukkan pukul 01.00 subuh. Dengan setengah sadar, dia pun bangun dan terduduk di atas tempat tidur berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Siapa yang menekan bel jam segini?" batin Marsya.

Marsya mengambil kardigan, lalu mengintip dari balik jendela dan bersamaan dengan King yang melihat ke arahnya. Marsya langsung menutupnya dan menyandarkan tubuhnya di balik dinding. Marsya tahu itu bukan orang baik-baik, namun Marsya berusaha tenang.

"Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka!" teriak King.

Jantung Marsya berdebar sangat kencang, tiba-tiba kaca jendela pecah karena ada yang melempar menggunakan batu. "Astaga, siapa mereka?" gumam Marsya khawatir.

Marsya melihat batu itu dibalut dengan kertas, perlahan Marsya mengambil batu itu dan membuka kertas yang membungkusnya.

"Saya terluka, cepat buka klinik ini dan bantu obati saya atau klinik ini akan saya bakar sekarang juga."

Marsya membelalakkan matanya melihat tulisan dalam kertas itu, apalagi tulisan itu menggunakan darah. Akhirnya dengan perasaan yang sangat cemas, Marsya pun terpaksa turun ke bawah untuk membuka pintu klinik. Tangan Marsya mulai gemetar saat membuka pintu itu, pada saat sudah terbuka, seorang pria mencengkram tangan Marsya dengan sangat kencang membuat Marsya meringis kesakitan.

"Lama sekali, mau klinik ini hancur!" bentaknya.

"Ma-maaf, Tuan," sahut Marsya gagap.

"Bos kami mengalami luka, tangannya terkena tembakan jadi kami minta kamu keluarkan pelurunya," titah si pria.

"Ma-af Tu-an, tapi saat ini obat biusnya habis jadi saya tidak bisa mengeluarkan pelurunya," sahut Marsya berusaha tetap bersikap tenang.

"Keluarkan pelurunya tanpa bius, aku bisa menahannya," seru King.

Marsya membelalakkan matanya. "Ta-pi Tu-an-----"

"Cepat laksanakan, atau hidup kamu akan berakhir sampai detik ini," ancam salah satu pria itu.

Marsya sangat bingung dengan situasi ini, jika tidak dilaksanakan mereka akan membakar klinik miliknya. Sedangkan jika dilaksanakan, apa orang itu akan kuat jika dirinya nanti mengeluarkan peluru dari lengannya. Tiba-tiba Marsya tersentak kaget saat King menggebrak meja kerja Marsya.

"Kamu tuli ya! kenapa malah diam!" bentak King.

"Ba-baik, aku segera menyiapkan alat-alatnya dulu," ucap Marsya.

Marsya pun dengan cepat menyiapkan alat-alat yang akan dia gunakan. "Tolong bawa orang itu ke sini," ucap Marsya.

King berbaring di atas ranjang pasien. "Maaf, bisa tolong anda lepaskan bajunya," pinta Marsya.

Anak buah King membantu King membuka jaket dan baju kaos yang di pakai King. Tampaklah tubuh atletis King dengan perutnya yang bagaikan roti sobek itu sampai-sampai membuat Marsya sedikit salting. Kulitnya putih dan di bagian samping perut terdapat tato naga yang lumayan besar.

"Apa anda yakin, bisa menahannya?" tanya Marsya meyakinkan.

"Kenapa kamu banyak sekali bertanya, cepat laksanakan!" bentak King dengan wajah yang penuh dengan keringat.

"Baiklah."

Tanpa ragu-ragu, Marsya langsung melaksanakan tugasnya untuk mengeluarkan peluru di lengan King. Reflek King mencengkram pinggiran ranjang sembari berteriak kesakitan membuat para anak buahnya memalingkan wajah. Sedangkan Marsya sedikit pun tidak merasa terganggu akan teriakan King.

Selama proses pengeluaran peluru, King tidak berhenti menatap Marsya. Hingga satu jam pun berlalu, dan akhirnya peluru pun bisa dikeluarkan. Marsya segera menjahit lengan King dan mengobatinya lalu menyuntikan obat penahan rasa sakit dan tidak membutuhkan waktu lama, King mulai memejamkan matanya efek dari obat itu.

"Semuanya baik-baik saja, lebih baik pasien biarkan istirahat dulu sampai lukanya sedikit pulih," ucap Marsya.

Salah satu anak buah King mencengkram lengan Marsya. "Jangan sampai ada yang tahu jika Tuan King ada di sini, kalau sampai ada yang tahu, kami tidak akan segan-segan untuk membunuh kamu," ancamnya.

Marsya menghempaskan tangannya sembari mengangguk pelan, dia hendak melangkahkan kakinya tapi lagi-lagi anak buah King menahannya. "Kamu mau ke mana?" tanyanya.

"Aku mau ke kamar, mau tidur," sahut Marsya.

"Tidur di sofa saja, karena kami tidak mau kamu sampai menelepon polisi secara diam-diam," sambungnya lagi.

Marsya yang memang malas untuk berdebat, memilih menurut saja dan tidur di sofa dengan posisi duduk. Marsya sedikit mengintip, para anak buah King tidak ada yang tidur mereka semua siaga di depan pintu.

"Siapa mereka sebenarnya? aku yakin, pasti mereka orang jahat atau jangan-jangan dia buronan polisi," batin Marsya.

Malam ini Marsya merasa kesal karena tidurnya terganggu oleh segerombolan orang yang sama sekali tidak dia kenal.

Episode 3 Dr.Marsya

Marsya mulai menggerakkan tubuhnya, dia terbangun karena merasa tubuhnya sakit. "Astaga, ternyata ini bukan mimpi," gumam Marsya.

Marsya merasa kejadian tadi malam itu adalah mimpi, dia pun membuka matanya lebar-lebar dan ternyata klinik dia sudah sangat sepi. Marsya kaget, dan ternyata pasiennya pun sudah tidak ada di atas ranjang.

"Lah, dia ke mana? apa dia sudah pergi?" gumam Marsya.

Marsya bangun dan mendekati ranjang pasien, terlihat di sana segepok uang membuat Marsya kaget.

"Itu uang sebagai bayaran karena kamu sudah menyelamatkan saya." Begitulah isi surat yang tersimpan di atas uang itu.

Marsya merasa sangat bingung, namun dia juga tidak kalah bahagia karena mendapatkan uang sebanyak itu. Marsya dengan cepat naik ke atas kamarnya dan segera membersihkan tubuhnya. Klinik itu memiliki dua lantai, lantai pertama klinik dan lantai kedua merupakan tempat tinggal Marsya.

Marsya membuat nasi goreng dan makan dengan lahapnya. "Siapa pria semalam? apa dia orang jahat?" gumam Marsya bertanya-tanya.

Lalu Marsya melihat segepok uang yang diberikan oleh pria itu. Marsya menyunggingkan senyumannya. "Uang ini setimpal dengan apa yang sudah aku lakukan untuknya. Tapi, pria itu benar-benar kuat menahan rasa sakit," batin Marsya.

Marsya hidup sebatang kara, di dunia ini dia tidak punya siapa-siapa. Sejak Kakeknya pergi, dia sudah terbiasa hidup susah dan mandiri, bahkan dia menjadi seorang dokter pun berkat kegigihan dia sehingga dia mendapatkan beasiswa. Marsya adalah dokter yang baik, bahkan bagi orang miskin pun dia ikhlas mengobati tanpa harus membayar hanya saja Marsya terkenal sebagai dokter yang dingin dan jarang senyum.

Sementara itu di sebuah mansion, pria yang bernama King itu duduk termenung di kamarnya. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dan King tahu siapa itu. Seorang anak kecil memeluknya dari belakang.

"Daddy, tadi malam kemana, kok tidak pulang?" tanya anak perempuan yang bernama Arsy itu.

"Daddy ada pekerjaan, sayang," sahut King.

Anak perempuan berusia 5 tahun itu, menghampiri King dan menyentuh lengan King yang terbalut perban membuat King meringis kesakitan. "Tangan Daddy kenapa?" tanya Arsy dengan gemasnya.

"Tidak apa-apa kok," sahut King dengan senyumannya.

"Apa sakit? kok berdarah kainnya?" mata Arsy mulai berkaca-kaca.

King menatap wajah mungil anak kecil itu, lalu membelai wajahnya dengan lembut. "Daddy tidak apa-apa, jadi kamu jangan sedih," ucap King lembut.

"Arsy takut Daddy seperti Mommy, Daddy jangan tinggalkan Arsy kalau Daddy sakit nanti Arsy main dengan siapa?" sahut Arsy dengan air mata yang mulai menetes.

King segera memeluk Arsy. "Tenang saja, Daddy pria kuat tidak seperti Mommy kamu jadi kamu jangan khawatir ya," bujuk King.

Arsy menganggukkan kepalanya. "Sekarang kamu main sana sama kakak kamu, Daddy mau istirahat dulu," ucap King.

"Baiklah."

Arsy pun dengan cepat berlari dan keluar dari kamar King. Tidak ada yang tahu, King adalah seorang ketua Mafia yang sangat kejam dan disegani oleh kelompok Mafia lainnya. King memimpin kelompok Mafianya dengan kakaknya sendiri, bedanya kakaknya saat ini sedang menangani urusan international dan King menangani urusan dalam negeri.

"Siapa dokter itu, kenapa dia begitu santai dan tidak takut kepadaku?" batin King.

***

Setelah selesai sarapan, Marsya mulai membereskan kliniknya dan membuka kliniknya itu. Satu persatu pasien mulai berdatangan, dan seperti biasa Marsya melayani mereka tanpa senyum sedikit pun. Namun anehnya, para pasien tidak pernah kapok justru semakin banyak yang datang karena walaupun Marsya dingin dan tidak pernah tersenyum, namun Marsya baik.

"Dokter, tolong nenek saya dok, tadi nenek terjatuh di kamar mandi," ucap salah satu wanita dengan membawa neneknya.

"Baringkan dia di sini," ucap Marsya.

Nenek itu sudah sangat renta, dan terlihat kepalanya berdarah. "Kenapa bisa sampai jatuh?" tanya Marsya dingin.

"Tadi nenek katanya ingin ke kamar mandi, namun aku lagi tanggung masak jadi nenek ke kamar mandi sendiri dan akhirnya terjatuh," jelas wanita itu.

"Lain kali jangan biarkan nenek anda melakukan aktivitas sendirian, jaga nenek anda dengan baik-baik jangan sampai anda menyesal di kemudian hari," ucap Marsya tanpa ekspresi.

"Ba-baik, Dok," sahut wanita itu.

Tidak lama kemudian, Marsya pun selesai mengobati luka nenek itu. "Ini obat untuk neneknya, jangan lupa makan terlebih dahulu sebelum minum obat," nasihat Marsya.

"Baik dok, Terima kasih."

Wanita itu pun segera membawa neneknya pergi. Marsya melihat kepergian nenek itu dengan tatapan menerawang. Dia ingat kepada kakeknya yang sudah meninggal.

"Aku harus menemukan orang biadab yang sudah membunuh Kakek dan menghancurkan masa depan aku," batin Marsya dengan mengepalkan tangannya.

Selain menjadi dokter, Marsya juga masih aktif ikut kelas bela diri bahkan Marsya ikut dalam club boxing. Dia sudah mulai jago dan menjadi juara bertahan dan belum ada yang bisa mengalahkan Marsya. Tidak ada yang tahu, dibalik sosok Marsya yang cantik tersimpan dendam yang sangat membara kepada sosok di masa lalunya.

"Kakek, Marsya janji akan menemukan orang biadab yang sudah membunuh Kakek dan memper**sa Marsya. Sampai sekarang wajah pria tua bangka itu masih aku ingat dan aku yakin, sebentar lagi aku bisa menemukan orang itu," batin Marsya penuh dengan emosi.

Selain dendam di masa lalu, Marsya juga masih merasakan trauma yang sangat besar. Setiap bertemu dengan pria tua, tubuh Marsya akan bergetar hebat dan bayangan masa lalu langsung muncul dalam benak Marsya. Maka dari itu, sampai sekarang Marsya masih rajin cek up ke psikolog untuk menyembuhkan rasa traumanya.

***

Malam pun tiba...

King masuk ke dalam sebuah kamar, terlihat seorang wanita cantik terbaring dengan alat medis yang terpasang di seluruh tubuhnya. Dokter pribadi yang menjaganya, kaget dan segera bangkit dari duduknya sembari membungkukkan tubuhnya.

"Bagaimana keadaannya?" tanya King dingin.

"Masih sama Tuan, belum ada perubahan," sahut Dr.Rey dengan masih menundukkan kepalanya.

Setelah bertanya mengenai keadaan wanita itu, King pun kembali keluar tanpa bicara sepatah kata pun. King duduk di bar mini miliknya dan salah satu pengawalnya langsung membawakan minuman kepada King. Wanita itu bernama Tessa, dia adalah kekasih King namun mereka berdua sudah memiliki anak yang bernama Arsy.

Tessa merupakan anak yang tersisih oleh keluarganya, bahkan adiknya merencanakan pembunuhan Tessa. Pada saat King ingin meresmikan hubungannya dengan Tessa dalam ikatan pernikahan, Tessa tiba-tiba mengalami kecelakaan yang sangat parah mengakibatkan kerusakan di otaknya dan sampai sekarang mengalami koma. Keluarga Tessa merupakan kelompok Mafia juga, dan merupakan musuh bebuyutan King.

"Issshhhh....kurang ajar, berani sekali mereka membuatku terluka," gumam King sembari mengusap lengannya yang terluka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!