Alunan musik melodi mengalun indah di dalam sebuah tempat hiburan malam. Tubuh yang meliuk-liuk mengikuti irama dengan pakaian serba terbuka seakan menjadi pemandangan indah bagi para penikmatnya. Tak satu atau dua orang melempari para penari itu dengan uang mereka guna menambah semangat para penari cantik untuk semakin berani menampilkan keelokan tariannya.
"Mereka benar-benar seperti Dewi. Tak ada satu pun celah di tubuh mereka. Mulus dan perfect," komentar salah satu pengunjung mengagumi keindahan yang memanjakan mata.
"Aku setuju dengan ucapanmu tadi. Terlebih si Queen of night, dia benar-benar sempurna. Entah dari segi wajahnya, bentuk tubuh, kemolekan tariannya, dan arkhhh semuanya dia sempurna. Tapi sayang, dia tidak sembarangan menerima tawaran laki-laki untuk bercinta dengannya. Tarif yang dia pasang pun cukup membuatku hampir gila," timpal pengunjung yang lainnya.
"Tapi untuk tarif 500 dolar perjam sebanding dengan servis yang akan kita terima. Bahkan kata temanku yang pernah menyewa dia, dia dibuat melayang berkali-kali dengan permainan Queen of night. Dia benar-benar bisa memuaskan kita disaat wanita lain tidak bisa memberikannya," balasnya.
"Ya itulah kelebihannya. Makanya aku berniat menabung untuk menyewa dia sekaligus membuktikan apakah perkataan orang-orang yang pernah menyewa dia benar atau salah." Mereka tampak mengangguk setuju dengan tatapan mata yang tak lepas dari seorang wanita yang berdiri paling depan.
Katarina Scotlyn, itu adalah nama asli dari seorang Queen of night. Wanita yang memiliki paras cantik bak dewi, kulit putih bersih dengan tubuh ideal, bola mata yang selalu berbinar kebiruan dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir seksi, rambut panjang sebahu serta tinggi 175 cm menambah kesempurnaan dalam dirinya. Namun sayangnya kesempurnaan fisik yang ia miliki tak sebanding dengan kehidupannya yang cukup kelam.
Katarina tersenyum lebar kala alunan musik berhenti yang menandakan tarian yang ia tampilkan telah berakhir.
Suara sorak sorai serta tepuk tangan menggema di ruangan itu. Terlihat tatapan puas atas sajian yang telah para dewi malam itu tampilkan.
Katarina beserta keempat temannya saling merangkul pinggang sebelum membungkukkan tubuh mereka 90° sebagai bentuk penghormatan terakhir penampilan mereka.
Kelima wanita itu pun kini berjalan beriringan menuju back stage untuk mengistirahatkan tubuh mereka.
"Wow penampilan yang sempurna, girl's. Banyak dari pelanggan menyukai penampilan kalian." Baru juga mereka menginjakkan kaki di back stage, suara menggelegar dari seseorang yang teramat mereka kenali mengalun indah di pendengaran kelima wanita cantik itu.
"Of course. Memangnya kapan sih penampilan kita mengecewakan pelanggan? Aku rasa tidak pernah sama sekali," timpal Katarina sembari mengambil seputung rokok dan menyalakannya. Asap rokok kini mengepul melewati mulut seksi Katarina yang tengah duduk santai dengan tatapan mata yang tertuju kearah seorang laki-laki yang merupakan pemilik dari tempat hiburan malam yang ia gunakan untuk mengais uang.
"Ya ya ya, kalian memang tidak pernah mengecewakan. Dan ini tips untuk kalian." Laki-laki itu yang kerap disapa Andre membagikan tips yang tentu saja sangat besar jumlahnya.
"Malam ini tidak ada yang memesanku kah?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Katarina.
"Untuk saat ini belum." Hembusan nafas kasar Katarina lakukan. Padahal ia sangat ingin bermain malam ini. Tapi tidak ada satupun laki-laki yang memesannya. Sialan memang.
Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Katarina beranjak dari duduknya sembari berpakaian.
Dengan langkah santai, Katarina pergi dari hiruk pikuk tempat hiburan malam tersebut. Namun baru saja tangannya hendak membuka hendle pintu taksi yang sudah ia berhentikan, seseorang mencekal tangannya.
Refleks Katarina menolehkan kepalanya kearah belakang, tepat dimana orang itu berada. Mata Katarina memicing menatap seorang laki-laki yang terlihat tampan itu.
"Apakah kita bisa bicara sebentar?"
Tanpa menjawab, Katarina justru mengetuk kaca taksi hingga membuat sang sopir menurunkan kaca yang ia ketuk tadi.
"Maaf, aku tidak jadi memesan taksi mu. Tapi ini ada uang ganti rugi karena kamu sudah menungguku." Katarina mengulurkan beberapa lembar uang dan ia serahkan kearah sopir tadi.
"Baiklah. Semoga malammu menyenangkan," ucap sang sopir sebelum dirinya menjalankan taksi itu menjauhi Katarina.
Sedangkan Katarina, ia mengalihkan pandangannya kearah laki-laki yang tadi mencegah kepergiannya. Ia menatap laki-laki itu dari atas sampai bawah. Di lihat-lihat laki-laki itu bukan laki-laki sembarangan, tapi lebih terlihat seperti seorang pengusaha. Dan Katarina bisa menebak jika laki-laki itu pasti akan memesan dirinya untuk menghangatkan ranjang.
"Mau berapa jam?" Tanya Katarina to the points tentunya tanpa meninggalkan senyum penuh goda yang selalu terpatri di wajahnya ketika menemukan mangsa.
Laki-laki itu mendengus, sebenarnya ia tak ingin terlibat dengan para wanita murahan seperti yang ada dihadapannya saat ini. Tapi ada sebuah tuntutan yang mengharuskan ia akhirnya berurusan dengan Katarina, si wanita malam dengan tarif tertinggi.
"Tapi jika kamu ingin memesanku, pastikan dulu kamu memiliki uang. Karena aku tidak mau kena tipu. Dan harus dibayar di muka," sambung Katarina yang saat ini sudah mengikis jarak antara mereka berdua. Bahkan tak segan-segan tangan Katarina mulai bergerak lincah membelai dada tegap milik laki-laki tersebut yang terbalut mantel tebal.
Tapi sayangnya, tangan Katarina langsung di tepis kasar oleh laki-laki itu yang membuat Katarina terkesiap sesaat sebelum tertawa geli.
"Kenapa kamu harus malu-malu sampai menepis tanganku segala, bukankah kita malam ini akan menghabiskan waktu bersama? Yang pada saat itu terjadi, tanganku yang nakal ini akan menjamah setiap inci tubuhmu." Katarina kembali menggerakkan tangannya menyusuri rahang tegas milik laki-laki itu.
"Berhentilah bermain-main denganku!" Ucapnya dengan mencekal tangan Katarina lalu menghentakkan tangan Katarina dengan kasar.
Katarina mencebikkan bibirnya sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
"Jika kamu tidak ingin bermain denganku, lalu tujuan kamu menemuiku untuk apa?" Tanya Katarina. Sungguh ia mulai emosi kepada laki-laki di depannya ini. Jika memang dia tidak ingin memesannya, kenapa harus mencegah dia untuk pulang tadi? Dan kenapa dia juga tidak langsung to the points untuk mengatakan tujuannya yang sebenarnya? Dia justru hanya diam dengan tatapan yang seolah-olah sangat jijik kepada Katarina.
"Lupakan," balas laki-laki itu yang membuat Katarina melongo tak percaya. Namun saat laki-laki itu baru memutar tubuhnya, berniat pergi dari hadapan Katarina, suara dering ponsel menghentikannya.
Ia merogoh ponsel tersebut, dan saat ia sudah menggenggamnya, ia bisa melihat nama seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Laki-laki itu memejamkan matanya sesaat sebelum mengangkat telepon tersebut.
📞 : "Apakah kamu sudah mendapatkan orangnya?" Pertanyaan itu langsung menyambut telinga laki-laki itu saat sambungan telepon terhubung.
📞 : "Kamu jangan banyak pilih karena waktu kita tidak banyak lagi. Jadi kalau bisa malam ini kamu sudah mendapatkannya dan membawanya pulang. Aku tunggu di rumah. Bye." Tanpa menunggu balasan dari laki-laki itu, sang penelepon sudah memutuskan sambungan telepon mereka secara sepihak yang membuat laki-laki itu menghela nafas panjang.
Ia kini memutar tubuhnya, menghadap kearah Katarina yang ternyata masih berdiri di tempat sebelumya sembari memainkan jari-jemarinya. Tanpa banyak kata, laki-laki itu mengikis jarak antara dirinya dan Katarina, lalu ia mencekal tangan Katarina sembari berkata, "Ikut denganku!"
Belum sempat Katarina menolak, ia sudah di seret terlebih dahulu oleh laki-laki itu ke sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berbicara tadi. Dan dengan pasrah Katarina memasuki mobil yang akan membawanya entah kemana.
Kamar hotel lah yang menjadi tujuan laki-laki itu membawa Katarina. Tentu saja hal itu mengundang tawa sinis dari Katrina. Tadi saja sok-sokan jijik ketika ia mencoba menggoda laki-laki itu tapi lihatlah, saat ini dia sendiri yang membawanya ke kamar hotel, sungguh laki-laki itu sangat munafik, batin Katarina.
"Khusus untuk kamu. Kita bermain terlebih dahulu, untuk uangnya kamu berikan ketika permainan kita telah selesai," ujar Katarina sembari membuka resleting dress seksinya kala pintu kamar baru saja tertutup. Pakaian itu kini telah teronggok di lantai kamar hotel menyisakan pakaian dalam yang saat ini masih melekat di tubuh molek Katarina.
Semua aksi Katarina itu tak lepas dari tatapan tajam laki-laki yang berada di dalam ruangan yang sama dengan dirinya. Hingga tubuh Katarina saat ini berbaring di atas ranjang. Dengan pose menggoda, Katarina kembali angkat suara, "Kemari lah dan akan aku puaskan kamu malam ini."
Laki-laki itu mendengus lalu ia merogoh saku celananya sembari berjalan menuju ke ranjang.
Saat ia telah sampai di ujung ranjang, ia lempar sebuah cek yang telah tertera nominal yang akan ia berikan untuk Katarina. Dengan gerakan cepat, Katarina memungut cek tersebut dan seketika matanya terbelalak melihat nominal yang cukup fantastis.
"Du---dua juta dolar? Apa kamu sedang bercanda?" tanya Katarina dengan gagap, ia terlalu shock dengan apa yang ia lihat saat ini. Ia menengadahkan kepalanya, menatap laki-laki itu yang dengan santainya bersedekap dada dengan tatapan dingin yang terarah ke dirinya.
"Tentu saja tidak. Dua juta dolar itu akan menjadi milikmu jika kamu mau ikut denganku." Balasan itu seketika merubah Katarina bagaikan anjing penurut. Bagaimana tidak, wanita itu langsung menganggukkan kepalanya tanpa tau tujuan di balik ucapan laki-laki itu.
"Aku akan mengikutimu kemanapun kamu pergi," jawab Katarina tanpa keraguan.
"Bagus. Tapi ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya," ucap Katarina tak sabaran.
"Sembunyikan identitas asli kamu. Jangan pernah mengatakan apapun tentang kehidupanmu yang sangat liar ini kepada siapapun. Jika mereka bertanya tentangmu apalagi tentang pekerjaanmu, jawab dengan hal yang baik. Dan kamu akan aku gunakan hingga kamu bisa mengandung dan melahirkan anak untukku." Suara laki-laki itu tampak tercekat ketika mengatakan kalimat terakhir.
Katarina yang sedari tadi tersenyum penuh kebahagiaan karena mendapatkan harta karun yang cukup besar, seketika senyumnya hilang tergantikan dengan keterkejutan saat mendengar ucapan laki-laki yang masih berdiri menjulang di ujung ranjang.
"A---apa kamu bilang?" Tanya Katarina menuntut penjelasan atas ucapan yang barusan ia dengarkan.
"Kamu akan mengandung dan melahirkan darah dagingku. Jika nanti kamu berhasil memberiku seorang anak, kamu bisa pergi setelahnya."
"Jadi uang ini---"
"Ya, anggaplah aku tengah menyewa rahimmu dengan uang itu. Dan jika kamu merasa kurang, katakan saja, aku akan menambahkan nominal yang kamu mau," ujar laki-laki tersebut.
Katarina mengerjabkan matanya. Ia terdiam, berpikir apakah ia akan menerima tawaran itu atau menolaknya. Jika saja bayaran yang baru saja ia terima itu hanya untuk memuaskan ranjang laki-laki itu maka tanpa ragu ia akan menyetujui menjadi partner ranjang hingga beberapa tahun kedepan tapi sayangnya ini bukan masalah ranjang saja, melainkan tentang dirinya yang harus mengandung dan melahirkan seorang bayi. Ayolah, Katarina belum siap untuk melakukan kedua hal tersebut. Tapi jika menolak maka ia akan kehilangan uang 2 juta dolar itu.
"Kenapa diam saja? Apakah kamu tidak setuju dengan syarat yang aku ajukan? Jika tidak setuju kamu bisa keluar dari hotel ini dan kembalikan cek itu kepadaku," ucap laki-laki tersebut sembari bersedekap dada. Tatapan matanya terus terpatri ke wajah Katarina yang ia lihat-lihat tidak terlalu buruk juga, malah bisa dikatakan Katarina sangatlah cantik tapi sayangnya kecantikan yang dia miliki tidak bisa merubah pandangan laki-laki itu terhadap Katarina. Laki-laki itu tetap menganggap Katarina sebagai wanita murahan.
Katarina menggigit bibir bawahnya, ia masih dilema tapi waktunya tak banyak untuk memikirkan keputusan yang akan ia ambil.
"Baiklah, aku setuju dengan syarat yang kamu ajukan tadi," ujar Katarina pada akhirnya yang langsung menghadirkan senyum sinis dari laki-laki tersebut.
"Bagus. Untuk malam ini silahkan istirahat disini sebelum paginya kita akan pergi." Katarina hanya bisa menganggukkan kepalanya patuh dengan laki-laki yang sudah membeli rahimnya dengan harga yang fantastis itu.
Setelah melakukan negosiasi dengan Katarina, laki-laki tersebut memilih untuk pergi dari dalam kamar, meninggalkan Katarina yang tengah menatap kepergiannya.
Katarina menghela nafas panjang saat pintu tertutup rapat. Tubuhnya yang tampak lelah pun ia rebahkan dengan mata yang kini tertuju kearah cek yang ia angkat, mendekati wajahnya.
"Mengandung dan melahirkan, apakah aku bisa melakukan dua hal itu? Dan apakah akan lama prosesnya sampai aku bisa mengandung? Melahirkan juga hal yang sangat menyakitkan. Haishhh sudahlah, abaikan semua itu karena yang terpenting sekarang aku sudah mendapatkan uang yang sangat banyak. Hahaha aku kaya!" Tawa Katarina menggelegar dengan otak yang membayangkan jika saat ini ia tengah mandi uang. Ia tak peduli lagi dengan kehidupannya kedepan, termasuk dengan penyesalan yang mungkin akan ia dapatkan dengan keputusan yang telah ia ambil saat ini. Tapi tentu saja Katarina berharap semuanya berjalan lancar dan ia akan bahagia dengan harta yang ia punya.
...****************...
"Aku sudah mendapatkan orangnya." Perkataan itu menjadi pembuka percakapan kala sambungan telepon terhubung.
📞 : "Benarkah? Kamu tidak sedang berbohong bukan?"
"Tentu saja tidak. Dan orang itu akan aku bawa besok pagi ke rumah." Terdengar pekikan bahagia dari seberang telepon itu. Bayangan senyum lebar dari balik telepon kini memenuhi pikiran laki-laki yang saat ini tengah berdiri dibalik tembok kaca hotel dengan tatapan mata yang mengarah ke gemerlapannya malam yang berada di bawah sana.
📞 : "Baiklah, kalau begitu aku akan tutup teleponnya karena aku akan menyiapkan kamar untuknya. Bye!"
Tut Tut Tut...
Sambungan di putus sepihak yang membuat laki-laki tersebut menjauhkan benda pipih yang sedari tadi ia tempelkan di samping telinganya. Ia tatap benda itu yang kini menampilkan sebuah foto seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Ia usap foto tersebut dengan senyum kecut yang menghiasi bibirnya.
"Kamu harus tau, aku sangat terpaksa melakukan semua ini. Aku benar-benar tidak bahagia sama sekali," gumam laki-laki itu menganggap jika ia tengah berbicara langsung dengan sosok yang berada di layar teleponnya. Mengatakan jika hal tersebut sama sekali tidak membuatnya bahagia melainkan sangat membebani dirinya.
Seperti yang dikatakan laki-laki itu, jika pagi ini Katarina harus ikut dengannya menuju ke suatu tempat yang sama sekali belum di ketahui oleh Katarina, setelah mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan Katarina entah itu dari alat reproduksinya maupun penyakit menular yang mungkin saja Katarina miliki. Dan hasil yang mereka dapatkan sesuai dengan harapan jika kesehatan Katarina aman, tak ada kendala pada alat reproduksinya maupun kesehatan tubuhnya.
Dan kini mereka kembali menempuh perjalanan ke suatu tempat dengan ditemani keheningan selama perjalanan. Hingga mobil yang keduanya tumpangi memasuki sebuah rumah berlantai dua yang terlihat sangat mewah dengan gaya Eropa modern yang tampak sangat menarik minat Katarina. Wanita itu bahkan sampai terkagum-kagum melihatnya.
"Keluarlah jika kamu tidak mau aku kunci di dalam mobil ini," ucapan ketus nan dingin menyadarkan Katarina dari kekagumannya tadi. Ia buru-buru turun dari mobil, lalu mengikuti langkah kaki laki-laki yang sampai saat ini tak ia ketahui namanya tersebut menuju ke pintu utama yang terdapat dua penjaga di samping kanan dan kirinya.
Baru juga pintu di buka oleh salah satu penjaga, keduanya langsung disambut dengan suka cita oleh seorang wanita yang berdiri anggun dibalik pintu tersebut.
"Cantik," ucap Katarina dengan mata yang terbuka lebar, terpesona akan kecantikan yang di miliki oleh wanita yang terus menampilkan senyum diwajahnya. Wanita yang terlihat sangat anggun dengan rambut hitam panjangnya yang dihiasi oleh jepit rambut berbentuk pita di belakang kepalanya, ditambah dress berwarna biru muda selutut yang semakin memperindah penampilannya. Katarina bahkan sampai membandingkan penampilannya yang selalu tampil seksi dengan riasan wajah menor, sangat berbanding terbalik dengan sosok wanita di hadapannya saat ini.
Wanita itu yang mendengar pujian dari Katarina, semakin melebarkan senyumnya.
"Terimakasih atas pujiannya. Tapi kamu juga cantik kok. Oh ya, kamu pasti Katarina kan?" Tanyanya yang membuat Katarina mengernyitkan dahinya dengan kepala yang penuh tanda tanya, salah satunya pertanyaannya, darimana wanita di depannya ini tahu jika namanya Katarina? Padahal ia tak pernah mempublikasikan nama aslinya di khalayak ramai dan orang-orang mengenal bahkan memanggilnya dengan sebutan Queen.
Dengan kebingungan atas jawaban dari pertanyaan yang berada di benaknya, Katarina tersenyum canggung namun tak hayal ia menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan dari wanita cantik tersebut. Namun sesaat setelahnya, ia tersadar, jika ada seseorang di balik wanita itu yang pastinya akan mencari tahu terlebih dahulu seluk beluk dirinya. Dan orang itu adalah laki-laki yang membawanya ke rumah megah yang sudah ia pastikan rumahnya sendiri.
"Kenalkan aku, Sabrina. Kamu tau Katarina, aku benar-benar sangat bahagia saat suamiku mengatakan jika akan membawa kamu kesini," ujar Sabrina yang saat ini telah merangkul pundak Katarina dan membawanya semakin memasuki rumah berlantai dua tersebut.
Sedangkan Katarina, ia mengerutkan keningnya. Apa katanya tadi? Suami? Siapa yang dimaksud suami oleh Sabrina? Jangan-jangan?
Katarina menolehkan kepalanya kearah laki-laki yang membawanya ke rumah tersebut yang tampak acuh kepadanya. Bahkan tatapan mata laki-laki itu terus tertuju kearah Sabrina.
"Su---Suami?" Sabrina menganggukkan kepalanya.
"Ya, Brendan adalah suamiku, kami sudah menikah selama 5 tahun. Apa suamiku itu tidak menceritakan tentangku kepadamu?" Katarina meringis sembari menggelengkan kepalanya.
"Manusia itu memang huh," ucap Sabrina dengan helaan nafas sebal, tatapan matanya pun langsung melotot kearah suaminya yang memilih memutar tubuhnya menuju ke lantai dua.
"Dia memang sangat dingin dan irit bicara jika dengan orang lain jadi tolong di maklumi saja ya. Oh ya, ruangan ini akan menjadi kamarmu mulai sekarang. Dan aku harap kamu menganggap rumah ini seperti rumahmu juga. Buatlah dirimu nyaman agar betah tinggal disini." Sabrina menepuk pelan salah satu pundak Katarina yang sempat terbengong. Entah apa yang tengah wanita itu pikirkan, Sabrina tidak tahu.
"Aku tinggal dulu ya. Enjoy Katarina," ucap Sabrina sebelum meninggalkan Katarina di dalam kamar itu sendirian.
Katarina yang ditinggalkan kini merebahkan tubuhnya di atas kasur, tatapannya pun menerawang kearah langit-langit kamar.
"Jadi nama laki-laki itu Brendan. Nama yang sangat menarik sama seperti wajahnya. Tapi tunggu, Sabrina tadi bilang jika Brendan adalah suaminya lalu jika memang benar mereka suami-istri, kenapa Brendan menyewaku sekaligus menyewa rahimku? Lalu apa gunanya Sabrina sebagai istrinya? Bukankah sepasang suami-istri itu sudah selayaknya memadu kasih, berhubungan hingga menghasilkan keturunan? Tapi kenapa mereka tidak melakukan itu saja daripada menyewa orang lain yang justru akan menghambur-hamburkan uang? Dan kenapa Sabrina juga memperbolehkan suaminya sendiri melakukan hubungan badan dengan wanita lain? CK, jika aku menjadi Sabrina, aku mana sudi memberikan izin suamiku berhubungan dengan wanita lain, bahkan aku tidak sudi jika kulit suamiku di sentuh seujung kuku pun dengan wanita lain. Tapi Sabrina ini kenapa sangat berbeda dari banyaknya para istri diluar sana yang sangat protektif dengan suaminya? Ada apa dengan hubungan mereka sebenarnya? Apakah mereka merupakan korban perjodohan yang mana pernikahan mereka tidak berlandaskan cinta dan hanya sebuah keterpaksaan sehingga mereka tidak menginginkan hubungan badan tapi karena di tuntut memiliki seorang anak, menyewa rahim dari wanita lain menjadi solusi mereka?" Katarina tampak bergelut dengan pikirannya sendiri dengan jari telunjuk yang kini mengetuk-ngetuk dagunya, tanda jika ia tengah berpikir keras.
Katarina menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku rasa tidak seperti itu. Dilihat dari tatapan mata Brendan tadi, sepertinya mereka menikah karena cinta. Tapi jika memang tebakanku salah, lalu alasan mereka menyewa rahimku kenapa? Apa jangan-jangan Sabrina tidak mau mengandung lagi? Arkhhh pusing!" Erang Katarina sembari mengacak-acak rambutnya sendiri. Ia cukup frustasi hanya karena memikirkan alasan sepasang suami-istri yang telah menyewa rahimnya itu.
...****************...
Sedangkan disisi lain, Sabrina mendekati sang suami yang saat ini tengah berdiri di balkon kamar mereka. Dengan senyum yang merekah, ia memeluk tubuh suaminya dari belakang. Pelukan itu tampak begitu erat dan hangat.
"Terimakasih karena kamu sudah membawanya kesini. Aku yakin setelah ini rencana kita akan berhasil, tinggal kamu yang harus berjuang dan aku akan selalu mendoakan semoga rencana kita berjalan dengan lancar hingga kita mendapatkan seorang bayi yang akan melengkapi rumah tangga kita berdua," ucap Sabrina yang membuat Brendan kini memutar tubuhnya hingga ia berhadapan dengan sang istri tercinta.
"Kenapa kamu sangat yakin jika rencanamu itu akan berhasil? Bagaimana jika tidak?" Tanya Brendan dengan mengusap lembut pipi Sabrina.
"Aku ingin seorang bayi, sayang. Jadi aku mohon kamu bisa mengabulkannya. Bukankah kamu sudah berjanji akan membuatku senang dan bahagia selamanya?"
"Aku memang menjanjikan kebahagiaan dan kesenangan untukmu, tapi bukan dengan cara seperti ini juga, Sayang. Aku, aku benar-benar tidak sanggup," ucap Brendan dengan kepala yang ia sandarkan di bahu sang istri.
"Tapi aku menginginkan seorang bayi dari darah dagingmu sendiri. Aku menginginkan hal itu untuk kebahagiaanku bahkan untuk kebahagiaan semua orang yang sangat berarti dihidup kita. Aku mohon sayang, aku benar-benar memohon kepadamu untuk mengabulkan permintaanku ini. Demi aku, demi orang-orang itu dan demi hubungan kita. Aku mohon," ujar Sabrina penuh permohonan. Walaupun didalam hatinya ia tak pernah ikhlas jika suaminya yang paling ia cintai akan berhubungan dengan wanita lain. Tapi ia tak boleh egois, ia harus bisa mengesampingkan rasa sakit dan tak rela yang berkecamuk di dalam hatinya, jika dirinya tak mau terjadi hal-hal yang tak ia inginkan terjadi di dalam hubungan rumah tangganya di masa depan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!