NovelToon NovelToon

Mafia Kejam : Jodoh Dari Rumah Bordil

Hari mengerikan

Elina Fateenah, gadis cantik bermata indah hidung mancung yg mungil bibir cantik yg imut serta wajah yang manis, ia gadis berhijab besar berwarna navy serta gamisnya yang senada itu pulang dari mengajar les private nya itu.

Tiba - tiba saja, dari dalam rumah yang ia tempati berserta ayahnya itu Rudi, ada suara teriakan yang langsung membuat Elina si gadis manis itu berlari masuk ke rumah.

"assalamualaikum?"

"astagirulloh, kenapa ada suara teriakan didalam?" panik Elina yang langsung berlari pada sumber suara itu berasal.

Sesampainya, Elina terperangah kaget melihat kekacauan yang ada didalam sana

"Astagfirulloh yah, apa yang ayah lakukan sampai ibu begini?!" tekan Elina pada sang ayah melihat ibunya yang berantakan dan nampak kacau terduduk dilantai dapur.

"Diam kamu anak tak bisa diandalkan, aku hanya menyelesaikan masalahku" teriak sang ayah menghardik anaknya dengan penuh amarah.

"berhenti Rudi, sudah cukup! kamu itu membuat hidup kita makin susah tau tidak! aku tidak akan setuju dengan apa yang akan kamu lakukan pada anakku satu satunya ini!" ujar sang ibu Minah dengan penuh amarah dan suara yang bergetar.

"Hahahaha... kamu pikir, aku mau hidup sengsara dan miskin begini! tidak! tidak sama sekali Minah! kamu, kamu dan anakmu yang tidak berguna ini hanya menambah bebanku saja!" bentak Rudi menggebu gebu seraya menunjuk pada istri dan anaknya itu dengan penuh rasa putus asa.

"Itu masalahmu, mengapa harus kami yang jadi korbannya sialan! aku tak akan biarkan anakku ini jadi korban bejatmu, selesaikan sendiri masalamu dengan mucikari sialan itu!" amarah minah tak terbendung dengan bercucuran air mata dengan memeluk erat sang anak gadisnya itu.

"Sebenarnya ada apa bu? mengapa ayah bilang seperti itu, seakan akan aku ini akan digadaikan seperti barang" jawab Elina dengan bingung juga sedikit takut.

"Tidak nak, jangan dengarkan orang sepeti ayahmu ini, dia hanya hanyak minum saja jadi meracau tak beraturan" ujar minah yang menatap lekat anak gadisnya dengan sayang.

"Hehhhh,,, sudah sudah! sudah dramanya itu!" Rudi menyela obrolan anak dan ibu seraya menarik kasar lengan sang anak.

Minah yang berdiri mengejar sang suami dengan bercucuran air mata.

"Tidak, jangan bawa anakku,, bajingan kau Rudi!" teriak minah dengan panik

"Ayah mau kemana kita, kenapa tiba tiba saja ayah menarik tanganku begitu kencang" Elina mulai takut

"Diam, dan ikuti saja ayahmu ini, jangan jadi anak pembangkang! menurut apa kata ayahmu ini, paham kamu!" ujar Rudi membentak anaknya yang menunduk.

"Tidak! bajingan kau Rudi, tidak akan ku biarkan anak gadisku tinggal bersama wanita sialan itu" teriak minah yang berlari menarik paksa tangan Elina.

Rudi dan Minah berdebat kembali dengan saling tarik menarik tangannya Elina, Rudi menarik tangan kanannya sedangkan Minah tangan Kiri sang anak gadis mereka. Adegan tarik menarik itu berlangsung sengit, hingga tangan sang anak pun ditarik paksa keluar rumah dan menjauh dari rumah mereka. Minah yang terduduk diteras depan pun menangis sejadi jadi nya menatap ke pergian sang anak bersama suami penjudinya itu.

"astagirulloh, yaallah, aku harus bagaimana sekarangan.. mengapa semuanya jadi begini" keluh Minah dalam sela tangisannya yang lirih itu.

.

.

Tiba tiba saja, Ada mobil mewah berwarna hitam berhenti diujung jalan dan berhenti tepat didepan Rudi ayah dari Elina itu.

"Kita mau kemana yah, kenapa harus naik mobil orang yang gak kita kenal?" tanya Elina Bingung dan sedikit panik.

Elina yang ditarik tangannya dari rumah dengan paksa, kini turun dari mobil mewah bersama sang ayah.

"Diam, dan ikuti ayah saja!" ucap Rudi dingin dengan tatapan kosong.

Di dalam hati sang ayah sebenarnya, ia juga sedih sama tak relanya dengan sang istri, tapi jika tidak begitu, Rudi pun tak tahu harus bagaimana lagi melunasi hutang hutangnya yang sudah berjumlah 50 juta itu.

Rudi ingin membayar hutangnya, namun apalah dayanya yang miskin ini, miskin tapi dia selalu berjudi juga minum minuman keras di tempat sang mucikari Zhey.

Ya Rudi terjebak tidak bisa kabur, selain harus lunasi hutangnya juga bunganya, ia bingung mencari uang sebanyak itu entah dimana, hingga terpikir ide gila itu. Ya menjual sang anak gadisnya untuk melunasi hutang hutangnya itu.

"Yah,,, ayah tidak apa apa? mengapa ayah melamun?" tanya Elina dengan sedikit guncangan pada pundak sang ayah, dan itu membuyarkan lamunannya.

"Tidak ada, Ayah tak apa nak" ucapnya sedikit bergetar mengingat bagaimana lembut sang anaknya itu.

"Lalu, ini kita akan dibawa kemana? kenapa jauh sekali dari rumah yah?" tanya Elina dengan suara lembutnya namun sedikit panik.

"Nanti kamu akan tahu, sekarang diamlah!" jawab Rudi kembali dingin, seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dan setelah obrolan itu, anak dan ayah itu pun terdiam, hanyut dalam pikirannya masing masing.

Ciiittt...

Mobil pun berhenti, supir yang membawa mobil mengintrupsikan Rudi untuk keluar.

"Pak, silahkan keluar dan bawa dia langsung ke lantai paling atas, Mamih sudah menunggu kalian dari tadi!" jawab pria itu tegas.

"Ayo turun!" ucap Rudi seraya menarik tangan sang anak.

"Kenapa kita kesini ayah, ayo kita pulang saja, aku tidak mau ditempat seperti ini!" ujar takut Elina melihat beberapa wanita yg berpakaian seksi disana.

"Tidak bisa, kamu harus ikut ayah sekarang tidak ada bantahan lagi Elina Fateenah!" tekan Rudi pada Elina.

Elina Mulai masuk ke tempat Para wanita dan pria sedang melakukan hal hal yang menurut Elina menyeramkan sekaligus jijik melihatnya, ada yang berciuman, ada yang bermesraan tanpa melihat tempat dimana meraka berada, diruang terbuka sekali pun mereka lakukan hal hal itu.

Elina masih sedikit meronta dari cekalan tangan sang ayah itu, namun alih alih untuk dilepaskan malah cengkaraman itu semakin erat dan menariknya semakin kencang hingga Elina tak bisa menghentikan tarikan sang ayah.

Dari awal masuk Elina banyak sekali yang menatapnya karena wajah gadis itu memanglah cantik meskipun berhijab, para pria itu menatapnya seakan akan ingin melucuti semua yang Elina pakai dengan bengis.

Melihat itu Elina dibuat takut dan menunduk ngeri melihat tatapan para lelaki hidung belang itu yang rata rata pria kaya dan sebagian dari mereka sudah beristri juga.

Tiba di ruangan milik sang mucikari itu, dimana lantai yang paling mewah dari ruangan lainnya.

Tok tok tok

suara ketukan pintu itu membuat wanita paruh baya tersenyum sangat cerah, hingga dia bersuara.

"Buka pintunya, itu pasti Rudi, pelanggan kesayanganku" ucap Zhey pada asistennya.

"Baik mam" ucap pria kekar itu berjalan ke arah pintu dan setelah membukanya, dipersilahkan masuk kedua pasang anak dan ayah itu.

"Silahkan masuk" titah pria kekar itu tegas.

Tanpa aba aba, mereka berdua masuk ke dalam dan menemui wanita paruh baya dengan wajahnya penuh senyuman, senyuman yang sangat tak enak dipandang oleh Elina si gadis manis berhijab itu.

"Woahhh... Rudi, ini gadis cantik yang akan kamu berikan padaku itu, cantik! cantik sekali!" ujar Zhey yang mengitari gadis muda itu seraya melihat penampilannya.

"astagfirulloh, mengapa aku dibawa ke tempat seperti ini? tolong selamatkan aku dari tempat terkutuk ini yaa robb" ujar batin Elina bersedih karena sudah tahu ke arah mana perbincangan ini.

Elina yang ditatap oleh Mamih Zhey kagum, sedangkan gadis itu menunduk dan sedikit menahan tangisnya seraya meremas sedikit gamisnya.

"I-iya mam, in-nii anak gadis saya satu satunya... dan untuk itu, saya akan menjualnya seharga 75 juta saja!" ungkap sang ayah dengan sedikit bergetar takut.

Elina yang mendengar ayahnya berbicara seperti itu, sontak saja menatap sang ayah tak percaya, mengapa Ayahnya tega menjual dia pada wanita yang dipanggil mamih itu.

"Ma-maksud ayah apa! kenapa aku dijual, aku ini bukan barang yang bisa ayah jual ketika ayah perlu uang!" ungkap Elina bergetar dan tak percaya menatap sang ayah yang menunduk itu.

Rudi tahu, kalau ini tindakan salah dan ia mengakui itu, hanya saja otak dan pikirannya menolak untuk sadar, ia tak punya pilihan lain lagi selain menjual putri satu satunya itu pada sang mamih.

.

To be continue

Rudi dengan segala penyesalan

Flashback

Beberapa bulan lalu, hari dimana Rudi dana beberapa staff Garmen dipanggil sang Bos keruangannya, dengan tergesa staff lain juga Rudi sampai di Ruang HRD dengan surat Pemecatan besar besar di Garmen tersebut.

"Maksudnya apa ini pak, mengapa kami diberikan surat pemecatan?" tanya Rudi tak percaya.

"Benar pak, apa salah kami, sehingga kami dipecat tiba tiba seperti ini?" tanya staff lain juga.

Beberapa staff garmen memang dipecat besar besaran, dikarena produksi dari Garmen itu semakin menurun dan hampir bangkrut karena terus mengalami penurunan peminat, hingga memutuskan untuk memecat para staff mereka sedikit demi sedikit, karena tak memproduksi sebanyak tahun tahun sebelumnya.

Garmen tersebut tidak mampu membayar staff lain lagi karena kesenjangan lainnya.

Pov Rudi

"Harus bagaimana ini, aku tak punya keahlian lain lagi, pekerjaan yang sudah ditekuni selama puluhan tahun tiba tiba hilang karena bangkrut" ucapnya lesu seraya berjalan menuju arah pulang.

"Kalau begini aku bisa gila, punya anak juga tidak bisa diandalkan, hanya mengajar les private saja, mana bisa membantu keluarga yang masih miskin ini" monolognya frustasi seraya mengacak acak rambutnya yang sudah berantakan itu.

Rudi yang frustasi itu tidak jadi menuju Rumahnya, ia malah menuju Diskotik.

"Hah, lebih baik aku menenangkan diri saja, dari pada stress mikirin pekerjaan yang membuat hampir gila" ujar Rudi yang mulai meminum alkohol satu botol penuh.

Pria paruh baya itu kini mulai banyak minum, hingga tiba tiba saja, ditagih oleh barista disana karena meminum terlalu banyak alkohol dan sedikit meracau.

"Pak silahkan bayar, anda sudah banyak menghabiskan minuman itu berbotol botol totalnya ini ya pak" ujar bartender itu memberikan Bill nya.

"Apa ini, kenapa mahal sekali? kami gila ya, saya tak mau bayar! kalau kamu mau menipu pelanggan jangan disini!" ujar Rudi naik pitam, ia melihat bill dengan harga 5 juta rupiah itu menatap tak percaya.

"Loh pak, anda ini bagaimana, ini sudah benar 1 botol itu seharga 500 ribu pak, dan anda meminum 10 botol, cepat bayar!" hardik bartender itu pada Rudi dengan tatapan kesal.

"apa apaan ini, masa harga hanya 1 botol sampai 500 ribu, ini pasti bohong kan! cepat panggil managermu saya mau bicara, saya tak terima ya! ini penipuan namanya!" kata Rudi dengan penuh amarah tak kalah sengitnya.

"Ahaha.. jika anda orang miskin dan tak mampu bayar dengan harga segitu, mengapa anda masuk ke club ini yang jelas jelas mewah! disini tidak menjual minuman murahan yang biasa anda minum dipinggir jalan, jadi sekarang bayar!" ujar bartender itu dengan penuh amarah yang menggebrak meja dengan kesalnya.

Tiba tiba saja ada seorang wanita paruh baya mendatangan keributan itu, keributan yang memancing orang orang melihatnya berkerumun hingga ada yang menertawakan Rudi dengan berkata menyinggung.

"pria miskin ini, memalukan sekali sih, sudah jelas jelas ini club mewah mana ada yang jual minuman murahan dan enak, dasar bodoh!" ucap orang yang ada di keruman.

"Benar, pria tua bodoh! sudah miskin masih saja bertingkah pake segala ke club mewah ini, mana mampu dia membeli minuman mahal yang disajikan disini" ucap orang yang juga disekitaran kerumah itu dengan tawa meledeknya itu.

"Ada apa ini ribut ribut sekali! Lalu kamu kenapa teriak teriak selly" ucap wanita paruh baya yang masih cantik itu pada bartender tersebut.

"Maaf mam, saya tidak bermaksud membuat keributan. Mohon maaf mam, tapi pria tua ini yang membuat kerusuhan disini mam, ia tak mau membayar minuman yang sudah ia habiskan itu!" tatap selly bartender cantik itu melirik seraya menunjuk Rudi.

"Hmm jadi begitu ya, anda. Mengapa anda membuat kerusuhan disini, jika tak mampu membayar sebaiknya jangan datang mengacau" kata mamih zhey dengan dingin dan ttak suka.

"Mohon maaf nyonya, saya hanya terkejut. Mengapa harga satu botolnya sampai 500 ribu perbotol, harga segitu bisa membeli 50 botol saja dipinggir jalan" ucap Rudi yang tak mau kalah itu.

"Mengapa ada pria bodoh sepertimu disini?! ahaha bodoh sekali, disini tak ada minuman oplosan seperti yang anda bilang pak! saya hanya menjual minuman berkualiatas untuk tamu yang berkualitas pula!" tekan mamih Zhey pada Rudi.

"Saya tak mau bayar jika harganya mahal!" kata Rudi lantang.

"Bayar atau anda dipenjara!" kata mamih Zhey dengan tatapan mengintimidasi tak suka.

"Ah, atau aku ada tawaran lain padamu, saya bisa pinjamkan uang untuk membayar minumanmu tapi kamu bisa membayarnya mencicil. Bagaimana anda tertarik?" ungkap mamih Zhey dengan tawaran yang menggiurkan.

Rudi tak tahu saja, jika itu adalah trik untuk menjebaknya, trik supaya mamih Zhey ini untuk terus menarik Rudi semakin terjebak padanya dan akhirnya hutang hutangnya menumpuk dengan bunga yang besar.

Tanpa pikir panjang, Rudi yang tergiur dengan tawaran itu tentu saja mengiyakan saja tanpa memikirkan resiko apa yang akan ia hadapi nanti.

"Baiklah, aku ambil tawaranmu itu, dari tadi dong biar aku tidak usah ribut ribut begini" ucap Rudi antusias.

"Ini, uangnya. Disini ada 15 juta, kamu bisa mengembalikan itu dengan mencicilnya" kata mamih Zhey yang menyerahkan amplop coklat yang cukup tebal menurut Rudi.

Mata Rudi melotot, dan hendak mengambilnya.

"Syaratnya kamu harus sering kesini!" ujar mamih Zhey tersenyum dengan aneh.

"baiklah, hanya itu saja. Aku pasti akan selalu datang kesini untuk bersenang senang dengan minuman yang lezat dan wanita seksi juga kan" ucap Rudi antusias dengan mengambil amplop tersebut dan langsung akan membayarnya.

"Tak perlu kamu bayar, minuman itu sudah aku bayar" kata mamih Zhey dengan tatapan sulit diartikan.

"Baguslah, Kalau begitu aku pergi dulu. Terimakasih atas uangnya" ujar Rudi yang mencium amplop itu seraya berjalan keluar.

Sejak hari itu Rudi tak pernah absen untuk bermain dengan para wanita dan meminum minuman alkohol diclub mewah sana, club itu pun sangat mewah dan besar dengan 47 lantai menjulang ke atas, tentunya club itu mempunyai nama samaran yang mengecoh aparat sekitar dengan caffe and launch di lantai dasarnya lalu dilantai selanjutnya ada club mewah dengan berbagai minuman mahal dan juga para wanita malam disana.

Flashback Off

Kini Rudi berjalan keluar, meninggalkan anak gadis satu satunya itu dengan tangisan dan teriakan disana yang meronta, meminta untuk dilepaskan.

"Ayah, tolong aku, aku tak mau disini.. Bawa aku pulang bersamamu, ayah!" teriak Elina seraya menangis juga meronta.

"Maafkan ayahmu yang bodoh ini nak, kamu harus menanggung kebodohan ayah yang menjualmu untuk melunasi hutang ayah yang tak bisa ayah bayarkan itu pada wanita sialan tersebut" gumam Rudi yang menahan tangisnya dan melangkah dengan tergesah meninggalkan sang anak dengan mucikari tersebut.

"Lepaskan aku, aku tak mau disini tante. Tolong saya tak mau ditempat seperti ini, tempat ini sangat menakutkan tante" Elina begitu bergetar dan tangisnya pecah.

Elina yang sudah tak melihat sang ayah lagi pun menangis dan meraung disana, dia meratapi nasibnya itu yang harus berakhir ditempat terkutuk itu.

"Sudahlah, bawa gadis ini ke ruangan para wanita malam lainnya!" perintah mamih Zhey pada para bodyguard yang menjaga ruangan itu.

"Baik mam" di jawab kompak para pria muda itu dan langsung menyeret Elina dengan paksa.

"Lepaskan, aku tak mau ikut dengan kalian! lepaskan jangan menyentuhku!" teriak Elina dengan garang.

"Cepat bawa, kenapa kalian hanya diam saja dengan ancaman gadis kecil itu, bawa paksa kalian pahamkan maksudnya!" perintah mamih Zhey lagi seraya memijat pelipisnya.

Elina berteriak tak terima dengan perlakuan para bodyguard itu, namun dihiraukan oleh mereka yang menarik paksa sang gadis muda itu.

.

.

Elina di masukan ke ruangan yang sama dengan wanita yang juga muda nan cantik disana, wanita itu sedang bersolek didepan meja rias.

Wanita itu menyambut kedatangan wanita baru dengan tatapan sedikit kasihan, seraya mengajak Elina masuk ke kamarnya itu.

"Hai, kenalkan namaku Febby" uluran tangan gadis itu menyambut Elina dengan senyum hangatnya.

"Hmm,,, jangan takut, awalnya aku juga sepertimu takut merasa menyesal tapi lambat laun aku mulai merasa nyaman melakukan pekerjaan ini, ya mau bagaimana lagi ayahku menjualku pada mamih Zhey yang berakhirnya aku dijual dan dijadikan pekerja disni melayani para tamu" ungkap Febby yang begitu saja bercerita masa lalu nya itu.

Elina terpaku dengan cerita wanita muda itu, ia mulai mendengarkan ceritanya, dan meredakan isakannya itu.

"Awalnya, aku juga sangat bersedih sekali, tapi setelah aku mendapatkan banyak uang yaa aku merasa, dunia tidak semenyedihkan itu!" ucap Febby dengan helaan nafas dalam seraya duduk di kasur.

"Tapi, apakah kamu tidak merasa kehilangan harga dirimu setelah itu?" tanya Elina yang mulai membuka suaranya itu mendekati ranjang.

.

.

To be Continue

Berbincang

Febby tersenyum, mengingat semua hal dimasa lalu, dimana harapan indahnya harus dikubur dalam dalam.

"Harga diriku sudah hancur El, semunya direnggut tanpa menyisakan satu hal baik untukku. Aku pun yang berangan angan menikah dan bahagia bersama kekasihku hancur, hancur ketika kekasihku tahu aku menjadi wanita malam. Padahal kenyataan nya aku tak ingin menjadi seperti ini, semuanya berakhir sampai priaku meninggalkan aku dengan menikahi wanita lain" ungkap Febby menerawang kembali ke masa lalunya.

"Ma-maafkan aku mbak, aku tak tahu kamu punya masa lalu yang begitu menyayat hatimu" kata Elina merasa sedih pedih.

"Tak apa, semua sudah terjadi, aku hanya ingin melanjutkan hidup sekarang. Menerima nasib ini, nasib yang sudah berlangsung selama 3 tahun"

"Apa kita kabur saja dari sini, Ayo aku akan mencoba lari dari tempat ini, apa mbak mau ikut juga?" tanya Elina pada Febby dengan penuh keyakinan.

"Elina, Elina. Aku tak yakin kalau kita bisa pergi dari sini. Aku sudah mencobanya berulang kali pergi dari tempat ini, namun sia sia saja. Mereka selalu mencariku ke setiap daerah dan berakhir aku kembali lagi kesini" ungkap Febby dengan senyum hambar.

"Kamu bisa panggil aku Febby Candrina, usiaku 23 tahun. Pasti kita seumuran, jangan panggil aku dengan sebutan mbak lagi ya!" ucapnya sedikit tertawa.

"Ak-ku kira, kamu lebuh tua dariku mbak eh maksudnya Feb hehe" ucap Elina terbata.

"Hahaha, kamu ini, berati kita seumuran kan jadi kau jangan sungkan ya padaku. Sebaiknya kamu istirahat disini dulu" titah Febby dengan lembut pada Elina.

"Aku akan pergi melayani tamu"

"Memangnya, ada yang bertamu di sore hari sepertu ini?" tanya Elina bingung.

"ada dong, mau itu pagi siang sore apalagi malam. Tamu tak akan ada hentinya disini, semakin malam maka akan semakin ramai disini El" ujarnya lembut.

Tok tok tok

Ketukan pintu mengintrupsi Febby dan Elina yang sedang berbincang.

"Feb, kamu ko belum turun sih, dari tadi si om nanyain kamu terus tuh dibawah" suara wanita lain diluar kamar.

"Iya sin, aku akan turun 5 menit lagi. setelah itu aku akan menemuin tamunya" jawab Febby seraya membuka pintunya.

"Siapa itu, pekerja baru lagikah?" tanya Sintya menyelidik.

Ya Elina yang mungkin kelelahan setelah menangis tersedu itu mulai merebahkan badannya dikasur empuk dan tanpa aba aba kantuk pun menyerangnya, perlahan matanya mulai menyendu dan kelopak matanya itu mulai menutup mata cantiknya, hingga tak terasa Elina berada dialam mimpi.

"Hmm iya dia akan bekerja dengan kita melayani tamu" jawab Febby yang melirik Elina yang kini tengah terlelap.

"Suruh ganti pakaiannya, masa mau jadi wanita malam berpakaian tertutup. Mana bisa dia akan menarik para tamu" ujar sintya lagi sedikit ketus.

"Ya sudah aku ke bawah dulu, kamu jangan lama dandan nya ya" ucap gadis itu meninggalkan febby didaun pintu.

"El, mungkin kamu masih belum bisa menerima takdirmu ini, tapi aku yakin lambat laun kamu bisa menerima ini semua sepertiku" gumam Febby yang melirik Elina yang tertidur.

Febby pun keluar dari kamar itu menuju lantai bawah.

~ Disisi lain, Pria tampan berusia 27 tahun baru saja keluar dari mobil mewahnya. Mobil itu masuk ke rumah megah bak istana yang ada di negri dongeng.

"Selamat datang tuan Arsen, ada yang perlu saya bantu?" ucap pelayan muda itu seraya tersenyum.

"Tidak perlu" ucap Arsen dingin seraya mengangkat tangannya itu.

"Lelah sekali, rasanya aku butuh asupan" gumamnya seraya merebahkan diri ke sopa empuk dengan memejamkan matanya.

Suara kaki terdengar dari arah tangga, ternyata Itu adalah sang ayah Chandra Arsenio. Pria paruh baya yang masih sangat bugar di usianya yang sudah menginjak 55 tahun itu, ia dan istrinya Lizty Jang yang bermarga jang dari negri korea.

Lizty jang ialah super model di era 80-an dan wanita paruh baya itu keturunan kaya raya dari korea sana, Lizty dan Chandra dikaruniakan 2 anak lelaki yang tampa nan mempesona.

Putra pertama Kalaxabiru Arsen, pria bermata coklat juga sipit berhidung mancung yang memadukan antara Jerman dan korea itu, lebih dominan bersikap dingin nan tegas tapi juga buas ketika berhadapan dengan lawan.

Putra kedua atau bungsu Keenand Arsen, Pria itu berwarna abu dan wajahnya lebih condong mirip dengan sang ayah, namun tak kalah tampan dari sang kakak Arsen. Keen lebih aktif, lembut juga humoris tetapi juga pintar merayu wanita diluar sana.

"Oh hooo... anak papa sudah pulang rupanya nak" ucap sang ayah chandra.

"Hmm papa, tumben sekali papa ada dirumah" lirik Arsen sekilas.

"Memangnya papa tidak boleh ada dirumah, inikan rumah papa. Apa salahnya kalau papa ingin lebih lama dirumah" ujarnya santai.

"Hmm terserah papa saja aku lelah" ujar pria tampan itu seraya menutup matanya.

"wahhhh ada si tampan yang jarang pulang ke rumah nih" usil si bungsu Keen.

"Berisik Keen, aku ingin istirahat sedikit" cueknya yang sudah menutup mata.

"Lihat tuh pah anakmu, dia sudah bekerja selama ini tapi masih belum menikah. apa tidak sayang uangnya tidak ada yang menghamburkan, padahal kan kalau dia menikah rumah makin ramai ya pa?" ujarnya sedikit tawa.

"Diam kamu Keen, aku sedang tida ingin berdebat" cuek Arsen.

"Apa mau aku kenalkan saja dengan para wanita yang aku kenal, bagaimana kak?" tanya sang adik bersemangat.

"Ide bagus itu, papa setuju denganmu Keen" ujar sang ayah.

"Ada apa ini, para lelaki mama kok sepertinya sedang berbincang bincang seru?" tanya Lizty yang tiba tiba ikut duduk disana.

"Kebetulan sekali ada kamu sayang, ini loh anak kita.. dia kan belum punya wanita selalu ini, aku dan Keen sedang berbincang untuk merencanakan pertemuannya dengan para wanita. Bagaimana menurutmu?" tanya pria itu pada istrinya yang duduk disebelah Arsen.

"Wah mama setuju dengan itu pa, jika Biru menikah otomatis kita akan segera menimang cucu segera!" ucapnya antusias

"Tidak, tidak. Mama tidak boleh setuju dengan saran papa juga Keen, aku masih belum siap berkeluarga" ucap Arsen yang tiba tiba membuka matanya.

"Loh memangnya kenapa nak? justru itu bagus kan, supaya kamu pun lebih terurus dan makin tampan tentunya" jawab sang ibu dengan elusan di pundak sang anak.

"Tapi ma, aku tak"

"suutttt.. kakak nih, membantah terus. Aku ini ingin yang terbaik untuk kakak tercintaku, jadi stop membantah okeh!" ucap Keen tersenyum aneh.

"Sialan kamu Keen, awas saja nanti. Adik tak berhati" batinnya bermonolog kesal.

"kenapa kak, tenang saja aku banyak wanita cantik juga terpelajar. Jangan khawatir kak serahkan padaku" ujarnya menaik turunkan alisnya seraya tersenyum senang.

"Papa dan mama juga berharap kakak kamu ini mau dengan rencana tersebut" ujar sang ayah.

"Terserah saja, aturkan apapun yang menurut kalian baik. Aku ke kamar dulu" ujar Arsen yag sedikit kesal yang melangkah naik ke kamarnya.

~Tiba dikamar

Arsen bergumam dengan langkah kakinya yang gontai.

"Mending aku cari kesenangan saja keluar nanti malam, ya benar!" ujarnya bersemangat.

Arsen berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, 15 menit berlalu kini arsen sudah tampan dengan setelan celana jeans dan kaos panjang dengan balutan jaket kulit yang membuatnya kini jdi kesan maskulin juga dingin, ia menuruni tangga dengan santai.

Keluarganya yang sedang besantai diruang tamu pun teralihkan pada pria muda nan tampan itu.

"Nak, mau ke mana lagi kamu? bukannya tadi sore bilang kamu hedak istirahat, megapa sekarang kamu begutu rapih hm?" tanya sang ibu menyelidik.

"Tumben kamu nak, biasanya kalau keluar hanya ketika kamu sibuk kerja saja" ucap ayahnya menimpali.

"Aku hanya ada urusan sedikit diluar pa ma, memangnya ada yang salah ya?" tanya pria itu heran memasang wajar bingung.

"Sudah yah pa ma, aku pamit keluar dulu bye" ucap Arsen mencium pipi kanan dan kiri orangtuanya itu bergantian.

Pria itu keluar dengan mengendarai Mobil mewahnya itu dari pekarangan rumah.

~Sedangkan pria muda yang tak kalah tampan, berdiri di ujung garasi yang ditinggalkan sang kakak.

"Aku tahu semuanya tentangmu kak, aku juga tahu jika kamu sering bermain dengan banyak wanita diluar sana, aku pun tahu jika kamu adalah ketua Mafia paling kejam di dunia bawah klan Naga Emas" gumam pria itu diujung garasi sana tersenyum smirk.

To be continue...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!