Dream! Fashion Star
One
Napasku berpacu, mengimbangi langkah kakiku yang menembus hujan.
Aku sedang menuju kafe untuk menemui seseorang.
Seseorang yang akan menjadi kunci bagiku meraih mimpi.
Tiba di kafe, aku segera menaruh payungku di tempat yang disediakan.
Di dekatnya, terdapat label nama yang sengaja disediakan oleh pihak kafe untuk menandai payung.
Kuambil label itu untuk menuliskan namaku.
Lily
Kenapa harus hujan di saat-saat seperti ini sih?
Menyadari apa yang baru saja kukatakan, aku segera menggelengkan kepala, lalu tersenyum.
Lily
* Tidak, aku tidak boleh mengeluh untuk hal remeh seperti ini. *
Lily
* Setelah ini, aku akan selangkah lebih maju lagi untuk meraih mimpiku. *
Lily
* Sebentar lagi… Aku akan menjadi model! *
Kulihat sekeliling kafe, tempat ini tampak lebih ramai daripada biasanya.
Aku menoleh ke kanan kiri, memandang ke semua penjuru kafe, mencari-cari kursi yang bisa aku tempati.
Lily
* Kalau cuma menunggu saja, bisa-bisa repot. *
Lily
* Aku perlu meja yang nyaman untuk mendiskusikan kompetisi besok pagi. *
Lily
* Numpang meja orang dulu saja, lah. *
Lily
* Ah! Ada! Di meja ujung sana ada yang cuma diisi satu orang! *
Langsung saja aku berlari-lari kecil menghampiri meja itu.
Di meja itu, cuma ada seorang lelaki yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Lily
Aku boleh duduk denganmu di sini?
Lily
Meja yang lain sudah terisi.
Lelaki itu melihatku, lalu menoleh ke kanan kiri melihat keadaan kafe.
Yakin tak ada tempat lain, lelaki itu menggeser berkasnya di meja, agar ada tempat untukku.
Lily
Aku harus menemui seseorang di kafe ini, tetapi entah kenapa ramai sekali hari ini.
Lily
Mungkin karena di luar hujan…
Lelaki itu sudah sibuk lagi dengan ponselnya. Tidak memperhatikanku sama sekali.
Lily
* …Bukan tipe yang suka basa-basi ya? *
Ku putuskan untuk mengikuti apa yang ia lakukan.
Ku keluarkan ponselku, tepat ketika ponsel itu berdering.
Deenan K
📞 ;Kamu sudah di kafe itu?
Lily
📞 ;Udah dong! Kamu di mana?
Lily
📞 ;Kok belum keliatan?
Lily
📞 ;Soal itu? Ada apa?
Deenan K
📞 ;Gimana ngomongnya, ya…
Deenan K
📞 ;Um… Aku minta maaf, tapi, aku ga bisa milih kamu jadi pasangan modelku.
Lily
📞 ;EHH? TAPI KITA KAN SUDAH PUNYA PERJANJIAN?
Lily
📞 ;Kita juga sudah lolos tes administrasi!
Deenan K
📞 ;Gimana biar kamu bisa ngerti sih? Jadi…
Deenan K
📞 ;Intinya sih badanmu kependekan. Kita hanya akan langsung tereliminasi di tahap awal.
Lily
📞 ;Hei, ayolah, besok sudah harus audisi, aku tidak mungkin bisa mencari partner bar- -
Deenan K
📞 ;Maaf ya, semoga sukses.
Telepon dimatikan begitu saja.
Lily
KENAPA JADINYA BEGINI??!!
Refleks, aku langsung menggebrak meja, membuat lelaki di sebelahku terkejut.
Ia tersedak, dan menumpahkan sebagian minumannya.
Lily
Aah! Maaf! Ini salahku!
Kukeluarkan tisuku, dan menyodorkannya pada lelaki itu.
Alih-alih diterima, lelaki itu mengeluarkan sapu tangan dan membersihkan bekas tumpahan air di bajunya.
Lily
* …Dia nyuekin aku ya *
Lelaki itu berdiri dan meninggalkan meja.
Lily
* Dia marah… Iya… Dia marah… *
Aku meringkukkan badanku ke atas meja, sambil mengacak-acak rambutku.
Lily
* Kenapa semua jadi kacau? *
Lily
Tidak! Aku tidak boleh menyerah di sini!
Lily
Segelas coklat hangat pasti bisa memperbaiki perasaanku.
Kuangkat tanganku, melambai kepada pelayan.
Sialnya, tak ada satupun yang menanggapiku.
Lily
* AAAAH SUDAH LAH AKU PULANG SAJA! *
Aku langsung berdiri dan bergerak menuju ke pintu kafe.
Di luar, hujan masih turun dengan deras. Aku jadi ingat kalau tadi aku nitipin payung.
Aku merunduk mengambil payungku, tiba-tiba, ada tangan lain yang juga mencoba meraih payung itu.
Tanpa sengaja tangan kami saling bersentuhan.
Aku menoleh, melihat siapa orang yang mencoba meraih payungku.
. . .
Sepertinya kamu salah mengenali payungku.
Two
. . .
Sepertinya kamu salah mengenali payungku.
Lily
Tidak, ini payungku kok.
. . .
Aku cukup yakin aku bisa mengenali barang pribadiku.
Lily
Maaf, ya, walaupun aku tadi membuatmu tidak nyaman…
Lily
…Bukan berarti kamu bisa mengambil payungku.
. . .
Mau sampai kapan kamu mencari gara-gara denganku?
Lelaki itu menarik payung dari genggamanku.
Lily
Siapa juga yang mencari gara-gara?
Tidak mau kalah, aku balas menarik payung itu.
Lily
Ini payungku, kamu mau kuteriaki sebagai pencuri?
Lelaki itu tetap tak mau melepaskan payung itu.
Lily
Benar-benar ngotot ya?
Kami saling menarik. Didorong rasa kesal, kuhentakkan payungku.
Hal itu membuat lelaki itu kehilangan keseimbangan dan melepaskan payungku.
Lily
Hehe… Aku tidak akan kalah dengan pencuri payung sepertimu.
Lelaki itu menggeram, ia menyerah. Aku masih sempat mendengarnya bergumam.
Lelaki itu melepas jaketnya dan berlari ke arah parkiran kafe.
Dengan riang, aku membuka payung dan berjalan meninggalkan kafe, kembali ke kamar kosku.
Hari di mana audisi diadakan pun tiba. Aku segera bangun tidur dan melakukan pemanasan sebelum bersiap untuk ke lokasi audisi.
Lily
* Hari ini pakai baju apa ya? *
Lily
* Aku harus bisa memberikan kesan yang bagus pada para juri. *
Lily
Aku akan memaksimalkan apa yang bisa kulakukan hari ini!
Luna
📞 ;Hei, kudengar semalam Deenan memutuskan untuk mundur, ya?
Lily
📞 ;Ah… Sudah kuduga kamu sepagi ini telepon pasti karena itu.
Lily
📞 ;Dapat gosipnya dari siapa?
Luna
📞 ;Dia sendiri yang cerita!
Luna
📞 ;Dia minta aku untuk jadi model pasangannya. ‘Enak saja’ kubilang.
Luna
📞 ;Mana mau aku mengkhianati temanku sendiri.
Luna
📞 ;Lagipula aku sudah lolos.
Luna
📞 ;Sekarang, dia sedang kelabakan mencari pasangan baru.
Luna
📞 ;Lalu, kamu bagaimana? Padahal, ini kesempatan besar untukmu…
Lily
📞 ;Tenang saja, kamu tahu aku bukan orang yang akan menyerah begitu saja.
Lily
📞 ;Aku akan tetap berangkat ke audisi, dengan atau tanpa perancang busana bersamaku.
Luna
📞 ;Kamu sadar ini kompetisi untuk model dan perancang busana yang dipasangkan, kan?
Lily
📞 ;Tentu saja, hanya saja, aku merasa aku benar-benar ingin berangkat audisi.
Lily
📞 ;Misalkan nanti aku tidak lolos…
Lily
📞 ;Setidaknya penyesalanku tidak sebesar jika aku langsung mundur begitu saja.
Luna
📞 ;Lily dan semangatnya yang tak terpatahkan. Itu yang kusuka dari kamu.
Lily
📞 ;Hehehe, aku terdengar keren, ya?
Lily
📞 ;Sudah ya, aku mau berangkat!
Kutengok keluar jendela, cuaca di luar tampak mendung.
Lily
Kemarin kutaruh payungku di mana, ya?
Kuraih payungku yang ternyata masih terbuka. Saat akan melipatnya, aku menyadari ada sesuatu menempel di payung itu.
Kulihat, ada sebuah sablon bergambar telapak kaki anjing.
Di dekatnya terdapat stiker dari kafe, di sana tertulis sebuah nama… Kei.
Lily
Ya tuhan… Yang kemarin itu… Ini benar-benar payungnya, ya?
Lily
AAAAAH SEMALAM AKU SUDAH MERAMPAS PAYUNG ORANG!!
Lily
Aku tidak akan mendapat karma buruk karena ini kan, Tuhan?
Lily
* Sebaiknya aku membawa payung ini, siapa tahu nanti dia ada di kafe itu lagi. *
Takut hujan segera turun, aku segera keluar menuju lokasi audisi.
Akhirnya, aku menginjakkan kakiku ke halaman manajemen yang menaungi banyak artis berbakat itu.
Lily
Semoga keberuntungan bersamaku.
Aku memantapkan hati dan melangkah memasuki gedung.
Ketika tiba di lobi kantor Velvet, aku mendapati ruangan terasa sesak oleh peserta audisi.
Beberapa diantara mereka tampak duduk menenangkan diri, beberapa ada yang berlatih.
Lily
Ah… Lagi-lagi dihadapkan dengan keramaian dan perjuangan mencari kursi kosong.
Lily
* Apa yang sebaiknya kulakukan? *
Lily
* Berdiri saja deh, aku tidak mau cari masalah seperti kemarin. *
Sayup-sayup, aku merasa seseorang mencoba memanggilku.
Ketika aku menoleh, tampak seseorang yang duduk di dekatku menurunkan tasnya.
. . .
Tidak dapat tempat duduk, ya? mau duduk di sini?
Three
. . .
Tidak dapat tempat duduk, ya? Mau duduk di sini?
Lily
Ah.. Terima kasih banyak!
Aku segera duduk dan melihat ke arah pria yang memberiku tempat.
Rasa-rasanya, aku pernah melihat pria itu.
Pria itu meoleh kepadaku, sepertinya dia sadar dari tadi aku melihatnya.
Lily
* Kamu mau? Dia ngomong sambil makan? *
Pria itu menyodorkan cilok yang ia pegang.
Aku, sih, sebenarnya tidak ingin menolak keramahannya.
Tetapi aku sadar, jika terlalu kenyang, perfomaku akan memburuk.
Lily
Ahaha.. Tidak, terima kasih.
Pria itu menelan ciloknya, mengelap tangan, dan menyodorkannya padaku.
Lily
Hai, aku Lily. Salam kenal…
Lily
* Sebentar… Dia bilang namanya siapa? Sean? *
Lily
EEH?? Kamu… Kamu Sean… MODEL YANG SEDANG NAIK DAUN ITU?
Sean menanggapi dengan cengiran.
Lily
Aku tidak menyangka model sekelasmu masih ikut kompetisi seperti ini.
Sean
Kalau bergantung dengan apa yang sudah kuraih sekarang, bisa-bisa aku berhenti berkembang.
Lily
Hee… Sepertinya aku harus belajar dari semangatmu.
Sean
Hahaha, terima kasih.
Sean
Lagipula, ada sesuatu yang ingin kuraih.
Sean
Bagaimana denganmu? Sepertinya aku sering melihatmu di audisi-audisi lain.
Lily
Eh, kamu memperhatikan, ya?
Lily
Yah, selama ini aku juga sering ikut casting dan audisi…
Lily
…Tetapi keberuntungan belum memihak kepadaku.
Lily
* Apa? Dia bilang apa? Ah, dia masih sambil makan, ya? *
Lily
Tidak ada satupun? Ya begitulah. Untuk standar model, aku terlalu pendek.
Aku berdiri di depan Sean, lalu berputar.
Lily
Kurasa aku kurang menguasai teknik, karena aku hanya belajar secara otodidak.
Obrolan kami terpotong ketika seorang panitia datang dan menyampaikan akan ada istirahat selama satu jam dari pihak juri.
Sean menggigit cilok terakhirnya lalu berdiri.
Ia kemudian menatap ke arahku.
Sean
Kurasa aku punya beberapa trik yang bisa kuajarkan padamu.
Lily
* Belajar langsung dari orang sekelas Sean? *
Lily
Wah? Dengan senang hati!
Wajah Sean tampak sumringah. Ia memberikan kode agar aku mengikutinya ke halaman depan.
Tiba di luar, Sean tampak meregangkan badannya, dan menatap ke langit.
Sean
Semoga tidak tiba-tiba hujan.
Lily
Jadi, apa yang bisa kupelajari?
Sean
Hmm… Darimana aku harus mulai, ya?
Sean
Pada dasarnya, menjadi model dan berjalan di catwalk adalah hal sederhana.
Sean
Tetapi, kamu dituntut untuk sempurna saat membawakannya.
Sean
Tenang saja, selama kamu merasa bersenang-senang saat melakukannya, ini akan mudah.
Sean menatapku dari atas hingga bawah, tampak berpikir.
Sean
Bisa aku lihat cara berjalanmu dulu?
Kuangkat daguku dan mulai berjalan lurus ke depan.
Dengan percaya diri sesekali aku menoleh dan membagikan senyum terbaikku.
Sean
Yak! Berhenti di situ.
Lily
Eh? Aku melakukan kesalahan, ya?
Sean
Jadi untuk permasalahan pertama, ada pada bagaimana kamu mempresentasikan kepalamu.
Sean
Jangan menengadah, jangan tersenyum, dan yang paling penting, jangan menoleh.
Sean
Fokuskan matamu pada sesuatu di depan.
Sean
Fokus pada ekspresi mata dan alismu. Buat mereka terlihat tajam.
Lily
Sebentar, ngomongnya pelan-pelan!
Sean
Ingat, ketika di atas catwalk, posisimu berada di atas penonton.
Sean
Jika kamu menengadah, penonton tidak akan bisa melihat wajahmu.
Sean
Dan jika kamu tersenyum manis seperti tadi…
Sean
Penonton mungkin akan lebih fokus dengan kecantikanmu alih-alih baju yang kamu peragakan.
Lily
Jadi untuk mempresentasikan wajah dan kepalaku, yang paling penting adalah…
Sean
Ketika di atas catwalk, mata dan alismu harus menyampaikan keyakinan, keberanian, dan sedikit tantangan.
Sean
Berikan kesan ke penonton bahwa kamu percaya diri dengan baju yang kamu pakai.
Lily
Kurasa aku mulai mengerti.
Lily
Kalau dari cara jalanku, bagaimana?
Sean
Dari caramu berjalan, sudah terlihat ada kepercayaan diri dalam cara kamu melangkah.
Sean
Langkah yang kamu ambil terlalu lebar.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!