NovelToon NovelToon

FAKE Love

BAB 1

Eliora Calista Asterin, gadis cantik dengan sifat ramah membuat semua orang menyukainya. Tapi malang, nasib gadis itu sering sekali sial. Moto Liora apabila terkena sial adalah...

" Kayanya gue kelewatan cantik deh. Lihat, sial aja demen banget mendekati gue. "

Keseharian gadis itu bekerja sebagai karyawan di butik terkenal yaitu Eleganza Boutique. Liora yang merupakan tulang rusuk harus merangkap menjadi tulang punggung. Ia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhannya serta sang adik.

Seperti saat ini lagi lagi Liora harus mengalami sial. " Maaf mbak, uang saya ketinggalan. Belanjaan saya bisa di simpan dulu gak? Nanti saya balik lagi setelah ambil uang. "

" Kalo gak ada duit gak usah belanja aja mbak, ribet banget. "

Respon kasir benar benar di luar dugaan Liora. Ingin sekali Liora menjambak bibir merah cetar milik si kasir itu.

" Mbak, uang saya memang ketinggal- "

Tapi sayang ucapan Liora langsung dipotong oleh kasir tersebut. " Biasanya emang banyak sih orang kaya mbak, niatnya mau mencuri tapi gak ada kesempatan jadi terpaksa bohong. "

Liora menjadi gemas sendiri. Kasir badut ini memiliki mulut pedas melebihi tetangga. Cantik kaga, eh mulutnya tajam banget. Kasir itu tersenyum menanggapi ekspresi kesal Liora. " Mbak, kalo gak jadi beli jangan biarkan pelanggan yang lain mengantri terlalu lama. "

Liora menoleh kebelakang, benar saja banyak pembeli lain yang mengantri. Ia jadi merasa bersalah. " Yaudah deh mbak saya gak jadi beli. "

Liora hendak pergi tapi lagi lagi sang kasir menghentikannya. " Mbak kalo gak jadi beli barangnya di taruh lagi dong di tempat semula. "

Liora mengepalkan tangan, ini keterlaluan ia benar benar malu sekarang. " Loh mbak kok saya, itu tugas mbak lho. Atau mbak cuma makan gaji buta? "

Tiba tiba seorang wanita paruh baya menghentikan perang mulut antara Liora dan si kasir. " Mbak ini saja." Wanita itu menyodorkan sebungkus roti dan juga sebotol air mineral. " Sekalian sama belanjaannya karyawan saya. "

Liora yang merasa dirinya di tunjuk seketika menoleh. " Nyonya Leona, tidak perlu repot repot. "

" Sama sekali tidak repot Liora, sekalian juga. " Liora meringis, gadis itu bisa tersenyum dan berterimakasih pada pemilik butik di tempatnya bekerja.

" Masih ada yang ingin kamu beli? " Liora menggeleng semua yang ia butuhkan sudah ia ambil tadi.

" Semuanya tiga ratus lima puluh tujuh ribu. " Liora lagi lagi hanya bisa menyengir saja. Tiga hari lalu Liora baru saja berhutang untuk kebutuhan study tour adiknya pada nyonya Leona, tapi sekarang ia kembali merepotkannya.

" Terima kasih nyonya, kali begitu saya permisi."

" Apa tidak perlu saya antarkan. "

" Tidak usah nyonya, kost saya tidak jauh dari sini. "

Liora segera mengambil dua plastik besar berisi belanjaannya. Gadis itu segera pergi setelah berpamitan dengan Leona. Sedangkan Leona, wanita itu kembali menuju mobilnya.

" Mas, kamu lihat gadis yang menenteng dua kresek besar itu. " Pria yang merupakan suami Leona hanya menoleh sekilas lalu menatap istrinya kembali.

" Dia cocok bukan dengan putra kita? "

" Maksud kamu? "

Leona tak menjawab wanita paruh baya itu hanya tersenyum saja. Otaknya saat ini dipenuhi oleh rencana rencana yang harus ia jalankan.

~-----~

" Rose, sampai kapan kita harus menjalankan hubungan ini secara rahasia? " Atlas, pria tampan dengan wajah khas asia timur itu tengah menggenggam tangan Roselara Candise, pacarnya.

" Kamu tahu kan, mama aku gak bisa menunggu terlalu lama. Bisa bisa aku di jodohkan Rose. "

Rose hanya menunduk, ia tidak mempunyai keinginan untuk menikah dalam waktu dekat. Karirnya sedang berada di puncak dan Rose tidak ingin merelakan karirnya hanya demi sebuah hubungan.

" Kamu tahu sendiri Atlas, karir aku sebagai aktris sedang berada di puncak. Job aku juga semakin banyak, aku gak bisa menikah saat ini. " Rose bekerja sebagai aktris, aktris mana yang rela jika karirnya yang terang benderang harus ia relakan hanya demi sebuah hubungan.

" Aku tahu, tapi apa gak ada cara lain? Kamu bisa bekerja setelah kita menikah Rose. " Atlas sangat berharap hubungan mereka dapat menuju ke jenjang yang lebih serius. Tapi Rose keberatan, ia takut karirnya harus ia tinggalkan.

" Kamu tahu sendiri ketika karir aku seperti saat ini aku gak punya banyak waktu untuk ada di samping kamu. Keluarga kamu pasti tidak setuju, apalagi aku harus bolak balik ke luar daerah untuk pemotretan. "

Atlas melepas genggaman tangannya, pria itu beralih memijit keningnya yang mendadak pusing. " Baiklah, berapa lama waktu yang kamu butuhkan?"

" Dua tahun? "

Atlas semakin pusing. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar. Apa yang harus ia jelaskan pada mama nya nanti?

" Kamu yakin? "

Rose mengangguk mantap membuat Atlas semakin tak berdaya. " Baiklah "

Rose memeluk Atlas erat, ia merasa sangat beruntung memiliki Atlas sebagai kekasihnya. " Atlas kamu gak marah kan? Aku hanya ingin lebih puas dalam berkarir sebelum nantinya berkeluarga. "

Lagi lagi Atlas hanya bisa menuruti keinginan Rose ia seperti pria tak berdaya saat ini. " Yang penting kita selalu berkomunikasi, Aku gak mau nantinya ada salah satu dari kita yang tertekan. Satu lagi, sebagai lelaki aku pasti mendukung apapun langkah yang kamu pilih ."

" Terimakasih Atlas. "

Atlas menghembuskan napas, ia merasa sangat lelah hari ini. Ditambah lagi hubungannya dengan Rose yang semakin rumit membuat Atlas semakin lelah.

" Aku antar kamu pulang. "

Atlas menggandeng tangan Rose meninggalkan restoran tempat keduanya mengadakan makan malam. Tujuannya adalah ke rumah Rose lalu ke apartemen miliknya.

Atlas tak ingin pulang karena sudah pasti Leona hanya menanyakan tentang pacar Atlas. Jika Atlas tak menjawab Leona pasti sibuk menjodohkannya dengan gadis yang sangat di sukai oleh Leona.

Benar saja ponsel Atlas berdering, pria itu melihat nama yang tertera. Lagi lagi Leona,

" Halo, ma. "

" Atlas kamu kenapa gak pulang? Kamu sudah gak sayang sama mama? "

" Ma, Atlas capek. "

"Kalo gitu terima saja Atlas, kamu gak menyesal pokoknya dia baik bonusnya cantik."

" Tapi..."

"Gak ada tapi, pokoknya mama atur jadwal kamu bertemu dengan dia."

Tutt

Atlas mengeram, panggilan terputus begitu saja.

BAB 2

"Liora, lo dipanggil ke ruangan nyonya Leona."

"Hah." Ziva memberi kode bahwa ia tidak tahu apapun. Liora mengangguk ia segera pergi ke ruangan nyonya Leona.

Tok

Tok

Tok

"Masuklah Liora."

Liora awalnya hanya sedikit mengintip, setelah memastikan aman barulah gadis itu masuk sepenuhnya. "Maaf apa saya melakukan kesalahan nyonya."

"Tentu tidak."

Leona mengajak Liora untuk duduk, memegang bahu gadis itu keduanya tampak seperti anak dan ibu. "Apa kamu punya waktu luang?"

"Maksud nyonya?" Waktu Liora sebenarnya sangat luang. Hanya saja, ia tidak setuju jika pergi tanpa alasan.

"Kau harus siap siap."

Liora bingung, ia sama sekali tidak paham. Ucapan nyonya Leona yang awal sama sekali berhubungan dengan yang ini.

"Saya akan meminta Ziva untuk mempersiapkan mu." Leona menarik Liora untuk memilih pakaian. Setelah selesai, ia memanggil Ziva untuk membantu Liora mempersiapkan diri. Sedangkan Leona wanita itu malah pergi entah kemana.

~-----~

Seorang pria dengan jas biru navy tengah duduk bersandar di meja kerjanya. Pria bermata hitam legam dengan sorot mata elang, rambut hitam dan berkulit kuning. Atlas Kavish Harley, orang orang menjulukinya Mr. Perfect karena selain berwajah tampan ia juga memiliki otak yang cerdas.

Hanya satu kekurangannya, Atlas bodoh di dunia percintaan. "Alvan ambilkan gue obat sakit kepala."

"Kenapa lagi lo?"

"Sakit perut."

Alvan tak menjawab pria itu pergi lalu tak lama kemudian kembali lagi dengan tangan kosong. "Mana obat gue?"

"Gue nanya lo kenapa?"

Atlas memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut. Memiliki asisten sekaligus sahabat adalah ide bagus sekaligus buruk. Bagusnya ia akan sangat setia, sedangkan minusnya adalah kurang rasa hormat.

"Mama gue meminta agar gue kencan dengan seseorang."

Alvan tak peduli justru menurutnya itu adalah hal yang bagus. Selama ini hubungan Atlas dengan Roselara tidak ada kemajuan meskipun telah menjalin hubungan lima tahun lamanya.

"Cuma ketemu kan? Turuti aja lah."

Atlas tidak ingin ada salah paham dengan pacarnya tentu menolak. " Lo kalau gak mau kasih gue solusi lebih baik lo pergi."

Alvan tak menolak, lagipula sebentar lagi ia akan di panggil kembali. Tepat, saat Alvan baru tenggelam di balik pintu Leona datang untuk bertemu dengan Atlas.

"Atlas, anak mama yang sibuknya melebihi bang Jono sampai gak pulang pulang kamu ya." Meskipun marah Leona tetap memeluk putranya. Atlas adalah putra satu satunya yang sangat ia sayangi, Leona tidak sekejam itu.

"Aku sibuk ma."

"Nah kan, sibuk terus."

Leona duduk berhadapan dengan Atlas. Tak ada suara diantara keduanya, ini benar benar membosankan. Anak dan suaminya sama saja, sama sama irit bicara.

"Atlas, kamu kapan bawa calon menantu mama?"

Kan mulai lagi, Leona datang menemui Atlas tidak memiliki tujuan lain yang ingin wanita itu tanyakan hanya calon menantu. "Kamu gak belokkan Atlas?"

"Gak ma."

Leona menghentak meja, kalo gak belok tidak mungkin sampai saat ini putranya tidak memiliki orang yang dia sukai. Sampai kapan Leona harus menunggu?

"Jadi, kenapa sampai sekarang kamu gak pernah bawa satu orang pun ke rumah? Setidaknya pacar kamu Atlas." Atlas menghela napas, kepalanya tidak akan kunjung membaik jika Leona terus memberikan siraman qalbu pada Atlas.

"Ayo dong Atlas." Leona sampai memelas, usianya semakin tua dan Leona tidak rela jika sampai ia tidak memiliki cucu selama ia hidup.

"Atlas sibuk ma."

"Kamu kapan gak sibuknya?"

Leona menjadi gemas sendiri, punya anak cuma satu Leona sudah pusing sendiri. Syukur Atas tidak memiliki adik sehingga Leona tidak semakin pusing. "Gimana kalau kencan?"

Atlas menatap Leona sekilas, lalu kembali fokus pada dokumen di hadapannya. "Jangan main main ma."

Brak

Leona berdiri setelah memukul meja dengan keras. "Kalau kamu gak bisa mencari jodoh kamu sendiri, jadi mama akan membantu kamu."

"Ma"

"Tidak ada tapi tapi an, atau kamu langsung mama nikahin paksa."

Atlas melihat mamanya sedang dalam mode tidak bisa dibantah hanya bisa diam. Tak ingin terlalu meladeni Leona yang sangat cerewet.

"Bagaimana Atlas?"

"Aku sibuk ma."

"Sibuk sibuk, kamu bisa bertemu dengannya saat makan malam atau makan siang." Leona sangat pintar, tidak mungkin Atlas tidak makan seharian.

Atlas hendak membantah, tapi lagi lagi Leona berhasil membuatnya terdiam dan tidak memiliki alasan untuk menolak. "Atau kamu puasa seharian."

Anaknya ini sangat bebal, Leona kembali duduk. "Apa yang sulit Atlas, kamu hanya perlu berkenalan lalu makan. Makan dengan perempuan cantik bisa menambah nafsu makan mu."

"Kalau itu yang bener aku sakit perut ma."

Leona memicingkan mata. "Ya sudah kamu makan sama orang gila aja, biar lancar pencernaan kamu."

"Bukan begitu-"

"Yes or yes?" Pilihan macam apa itu, Atlas tidak di izinkan untuk menolak. Pilihan pertama dan kedua sama saja. Atlas tidak tertarik sama sekali, dia ini sangat mencintai Roselara. Atlas akan menunggu sampai kapanpun Rose siap untuk menikah dengannya.

"Gak bisa ma."

"Sudah sudah, Alvan kamu antarkan Atlas ke restoran milik Adrian." Atlas mendelik, pantas Leona sangat antusias ternyata Leona sudah merencanakan semua ini. Atlas sebenarnya tidak suka dipaksa, tapi karena ini adalah permintaan Leona jadi Atlas tidak bisa menolaknya.

"Ayo, biar cepat beres."

Alvan menyusul Atlas pergi dari sana. Setibanya ditempat tujuan, Atlas langsung disambut oleh sepupunya. Adrian berdiri di depan restoran menantinya dengan senyum ramah, yang malah membuat Atlas bingung.

"Gila, calon yang dipilih Tante Leona cantik. Yah meskipun gak secantik Roselara." Atlas melirik kedalam restoran, tidak ada perempuan cantik seperti yang Adrian katakan. "Tapi kalau di permak sedikit, dia pasti lebih mempesona dari pada pacar lo."

"Dia di ruang di sana." Adrian menunjukkan ke sudut restoran, di sana tengah duduk seorang gadis dalam posisi membelakangi Atlas dan Adrian. Tak memperdulikan Adrian Atlas berjalan melewatinya begitu saja. Membuang buang waktu Atlas jika ia meladeni celotehan Adrian.

"Permisi." Atlas duduk berhadapan dengan Liora. Mata pria itu mencoba menilai Liora dari atas hingga bawah.

"Atlas."

Atlas tak mengulurkan tangannya begitupun Liora. Gadis itu tidak berniat untuk kencan dengan anak majikannya. "Liora."

"Maaf tuan, kalau-" Atlas mengibaskan tangan, memberi kode agar Liora diam.

"Tak perlu menggunakan bahas formal." Atlas bangkit dari duduknya. "Setelah ini gue bakal jelasin ke mama gue, kalau kita gak cocok."

Liora hanya mengangguk, ia juga tidak menyukai pria sombong di hadapannya. Dingin dan arogan, sama sekali bukan tipe seorang Liora. "Gue setuju."

"Gue harap lo gak kecewa."

"Yah pede lo, siapa juga yang minat sama cowok kaku kaya lo."

Atlas terdiam, sejauh ini tidak ada yang pernah merendahkannya seperti saat ini. Atlas merasa dirinya seakan tertampar.

"Selesaikan? Kalau gitu gue pergi sekarang."

BAB 3

"Yah pede lo, siapa juga yang minat sama cowok kaku kaya lo."

Atlas terdiam, sejauh ini tidak ada yang pernah merendahkannya seperti saat ini. Atlas merasa dirinya seakan tertampar.

"Selesaikan? Kalau gitu gue pergi sekarang." Liora meneguk jus hingga tandas lalu berlalu begitu saja. Sangat tak menyangka jika bos nya meminta Liora untuk berkencan dengan orang gila, Liora lebih baik mendapatkan tugas tambahan dari pada harus kencan dengan Atlas.

Liora bahkan telah menghilang tapi Atlas masih berdiri kaku disana.

"Hahahahhaa gimana, pertama kalinya seorang Atlas gagal mempesona seorang perempuan. Atau pelet lo sudah kurang ampuh?"

Entah sejak kapan Alvan dan Adrian sudah ada di sisi Atlas. Keduanya begitu bahagia, bahkan sesekali tertawa bersama. Alvan tidak menyesal ikut Atlas siang ini karena dengan begitu ia bisa melihat bagaimana Atlas ingin menolak tapi dirinya ternyata juga di tolak.

"Jadi gimana, kalau dia gagal sudah pasti tante Leona mencari perempuan lain untuk kencan sama lo." Adrian menatap Atlas penuh tanya, apa keputusan sepupunya itu. Adrian sama sekali tidak keberatan jika Atlas ingin berkencan lagi di restorannya.

"Alvan, kembali ke perusahaan."

"Baik, tuan muda." Alvan sudah masuk ke mode kerja, panggilannya pada Atlas akan berubah. Dan itu sangat menyebalkan bagi Atlas.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, sakit kepala Atlas semakin menjadi-jadi sehingga ia hanya diam saja. Alvan menyadari itu tidak ingin mengganggu sahabatnya. Atlas memejamkan matanya setelah ia tiba di ruang CEO. Pria itu meneguk air putih lalu melirik tumpukan dokumen yang harus ia kerjakan.

"Atlas, besok siang lo harus kencan lagi. Tante Leona sudah mencari perempuan lain untuk kencan sama lo." Alvan meletakkan dokumen yang ia bawa, tadinya ia ingin memberikan itu pada Atlas tapi di urungkan karena Leona mengirim pesan padanya.

"Gue gak mau kencan lagi." Atlas memijit keningnya yang terasa berdenyut-denyut, sepertinya ia akan demam.

"Kalau gitu kenapa lo gak kenal kan Roselara ke tante Leona? Gak perlu menikah dulu cukup memperkenalkan dia sebagai pacar lo."

Atlas menggeleng, Roselara bahkan tidak ingin hubungan mereka diketahui oleh siapapun kecuali Alvan dan Adrian. Terutama keluarga Harley, Rose masih belum siap untuk menikah. "Gak bisa, lo sendiri tahu karir Rose sebagai aktris sedang berada di puncak. Gue gak mau dia menyesal karena gue."

Alvan jadi ikutan pening, atasannya yang sedang memiliki masalah di percintaan ia juga jadi ikut memikirkan solusinya. Ini sangat tidak adil, Alvan tidak memiliki pacar tapi malah mengurusi urusan Atlas dan pacarnya.

"Sampai kapan? Rose gak perlu memikirkan soal karir Atlas, lo bisa memberikan dia semuanya."

"Dua tahun, gue harus menunggu dua tahun lagi." Alvan membelalakkan matanya, dua tahun bukanlah waktu yang sebentar bisa bisa Atlas di paksa ke KUA oleh Tante Leona.

"Dua tahun, jadi selama itu juga lo bakal kencan buta dengan banyak perempuan?" Alvan duduk di kursi yang ada di hadapan Atlas. Kapan lagi melihat Atlas tersiksa seperti ini.

"Gak, buang buang waktu." Atlas mengetuk jadi jemarinya di meja, memberikan bunyi yang dominan di ruangan itu. "Jadi, lo harus kasih gue solusi untuk permasalahan gue kali ini. Atau lo gue pecat."

"Gak, enak aja karena masalah lo gue yang dipecat. Gak bisa, gue bisa mengadu ke tante Leona kalau lo sampai benar benar pecat gue."

Atlas menatap Alvan datar, disini yang menjadi tapi siapa yang mengancamnya. Alvan juga membawa bawa nama Leona, ibu Atlas. "Yaudah, kalo gitu cepat kasih gue solusinya."

"Lo ribet tau gak Atlas, lo putusin aja Rose terus jadian sama perempuan tadi sudah pasti dapat restu dari Tante Leona. Kalau Rose lo bawa kerumah juga belum tentu Rose dapat restu." Alvan merasa aneh, perempuan di restoran tadi juga tak kalah cantik tapi kenapa Atlas malah memilih Rose yang tidak menentu itu.

Hubungan Atlas dan Rose memang masih pacaran. Tapi, mereka tidak sedekat orang orang pada umunya. Bertemu saja sangat jarang sekali, bukan Atlas yang tak ingin bertemu tapi Rose perempuan itu selalu sibuk dengan syuting dan juga pemotretan.

"Rose gak secantik itu sampai bisa buat lo bucin mampus kaya saat ini." Benar bukan, diantara jejeran para Artis Rose memang tidak begitu cantik. Cantik sih iya, tapi karena perawatan mahal tidak alami.

"Dia first love gue."

" jadi dia sahabat kecil lo yang hilang itu?" Atlas mengangguk mantap. "Darimana lo tahu? Gimana kalau dia bohong."

"Gak mungkin, boneka yang gue kasih ke sahabat gue itu ada di tangan Rose."

Flashback on

Seorang anak kecil tengah duduk di bangku taman. Anak laki laki itu hanya sendirian dengan mainan di tangannya. Tak ada yang ingin bermain dengannya karena dia penyakitan. Pandangannya menunduk tepat pada mainan yang ia pangku.

"Haii, kamu sendilian?"

Anak laki laki itu menatap seorang gadis kecil yang berdiri dihadapannya. Meskipun ucapan anak itu cadel tapi ia masih bisa memahaminya. "Ayo main." Anak perempuan itu tersenyum pada Atlas seketika Atlas terpana. Itu adalah kali pertama Atlas mempunyai seorang teman yang ingin berbicara padanya.

"Nama kamu siapa?" Tanya Atlas pada gadis kecil itu.

"Ayah panggil aku El. Kamu, nama kamu siapa?"

"Atlas." Atlas berusaha turun dari bangku yang ia duduki. Ia mendekati gadis itu, tapi gadis itu tidak menjauh seperti teman teman Atlas lainnya. "Kamu gak takut main sama aku? Mereka bilang nanti ikut sakit."

"Gak, kata ayah halus main sama siapa aja." Anak perempuan itu menoleh ke samping, dimana ada wanita dengan anak perempuan yang seumuran dengannya. "Ini buat kamu, aku halus pulang mama aku galak."

Atlas menerima permen lolipop itu, ia tidak memakannya tapi Atlas menyimpan lolipop itu nanti. "Atlas, maaf mama lama karena harus mengantri." Leona menyerah es krim pada Atlas, tapi Atlas menolak karena ia tidak ingin melepaskan mainan dan lolipop di tangannya.

"Loh kenapa? Kamu gak suka ya, sayang? Oh, itu permen dari siapa?"

Atlas tersenyum lalu menunjuk permennya pada Leona. "Ini dari teman Aku ma."

"Kemana dia?"

"Dia pulang."

"Ya sudah, kalau begitu ayo kita pulang."

Setelah kejadian itu, Atlas tidak pernah berjumpa dengan sahabatnya lagi. Atlas sibuk dengan pengobatannya, sampai akhirnya ayah dan ibunya memutuskan agar Atlas melanjutkan pengobatan di Singapura.

"Gak Atlas gak mau pergi sebelum bertemu temannya Atlas."

"Ayo sayang, kita akan liburan."

"Gak mau mama."

Akhirnya Leona mencari lebih dulu siapa teman Atlas. Leona berhasil menemukannya, tapi anak itu tidak bisa bertemu dengan Atlas. Alhasil, Leona memberikan gantungan kunci berbentuk boneka titipan Atlas pada El.

"Makasih tante, tapi aku gak bisa ikut. Ini buat Atlas."

Yah, gadis itu menitipkan selembar kertas dan juga sebuah lolipop untuk Atlas.Bahkan secarik kertas itu masih atlas simpan.

Atlas dapat sembuh berkat anak itu yang memberikan semangat padanya. Tapi saat Atlas kembali dari Singapura temannya hilang entah kemana. Atlas menemukannya kembali ketika ia bertemu dengan Rose, dimana Atlas tidak sengaja melihat boneka yang sama persis menjadi gantungan kunci tas Rose.

Flashback off

"Atlas, lo mikir apa sih? Gue dah jumpa solusi untuk masalah lo."

Atlas tersadar dari lamunannya, sedari tadi Alvan memanggilnya tapi Atlas tidak mendengar apapun karena ia sibuk dengan ingatannya saat kecil.

Atlas menatap Alvan yang setia tersenyum sumringah seakan menemukan harta karun.

"Solusinya adalah pacar palsu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!