NovelToon NovelToon

Pesona Nyi Gandari

Pergi ke kota

Setelah menikah hampir tiga tahun lamanya, Prama memutuskan untuk pergi ke kota untuk menggapai cita citanya menjadi seorang Produser film terkenal. Sebab setelah lulus kuliah, Prama tidak diizinkan untuk ke kota oleh Ayahnya~ Juragan Darsa. Prama malah dinikahkan secara paksa dengan Gandari, seorang gadis yatim piatu yang saat itu baru berusia 16 tahun..

Kini Prama benar benar bertekad pergi dan berusaha membujuk Gandari agar bisa membiarkannya pergi

"Maaf ya neng, Akang harus meninggalkanmu sendiri disini.. Percayalah, setelah akang sukses dan menggapai cita cita akang.. Akang akan membawamu ke kota dan kita hidup bahagia disana!!" ucap Prama sembari memeluk Gandari yang masih menangis tersedu. Wanita berkebaya merah maroon yang kini berusia 20 tahun itu dengan berat hati harus merelakan sang suami pergi, ia tak bisa apa apa jika mengingat itu adalah kebahagiaan Prama..

"Aku tak apa, Kang!! Pergilah.. Raih cita cita akang setinggi mungkin, jangan hawatirkan aku disini. Sebab disini aku pasti akan selalu berusaha menjaga diriku sendiri, apalagi ada Ambu dan juga Bapak yang akan selalu menjagaku.." ucap Gandari mencoba menenangkan Prama

"Bagja juga akan menjagamu untukku, Neng! Aku percaya dia akan selalu bisa diandalkan dalam hal apapun" Tutur Prama. Bagja adalah lelaki yang tumbuh besar bersamanya, ia dibesarkan oleh Juragan Darsa untuk selalu menjaga dan ada disisi Prama dimanapun. Namun kali ini, Prama justru menyuruh Bagja berada disisi Gandari

Gandari hanya bisa tersenyum manis pada Prama. Ia pun memegang pipi suaminya dengan lembut menatap dalam padanya

"Sekarang pergilah.. Jangan sampai bapak berubah fikiran karena akang yang terus mengulur waktu untuk pergi" titah Gandari hawatir

"Baiklah, Akang janji akan kembali jika waktu libur tiba, neng!! Tunggu akang selalu ya, akang akan selalu mengirim surat untukmu.. Cupp! Akang sangat mencintai kamu, neng!!" ucap Prama sembari mencium kening Gandari dengan penuh cinta, setelah itu.. Prama langsung pergi meninggalkan Gandari yang masih berdiri mematung menyaksikan punggung suaminya yang mulai menjauh..

Tiba tiba Lastri~ Ibunya Prama sudah berada dibelakang Gandari sembari berkacak pinggang

"Kenapa kamu biarkan dia pergi, neng? Apa kamu tak hawatir jika jauh darinya? Hah?" tanya Lastri tak habis pikir

Gandari pun berbalik dan tersenyum pada Lastri

"Bukan tak hawatir, Ambu.. Tapi jika itu adalah keinginan kang Prama sendiri.. saya bisa apa?" jawab Gandari dengan suaranya yang lembut

"Tapi kan tetap saja, neng!! Pernikahan kalian sudah 3 tahun.. Harusnya kamu sudah punya anak sekarang!! Kenapa malah membiarkannya pergi?" tutur Lastri tak habis pikir dengan pikiran anak dan menantunya itu

Gandari pun hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya kearah lain

"Soal anak.. Kita berdua sudah sepakat, Ambu.. Bohong jika saya tidak iri melihat semua teman sebayaku sudah mempunyai seorang anak, bahkan ada beberapa yang sedang mengandung lagi dan segera mempunyai dua anak. Sedangkan saya bahkan belum punya, Tapi kang Prama ingin semua cita citanya tercapai dulu baru memiliki anak.. Aku bisa apa, Ambu? Lagi lagi ini tentang keinginan kang Prama.. Dari awal kami menikah, yang ia pikirkan hanya cita citanya dan ambisinya menjadi orang yang sukses!! Aku tak bisa mencegahnya!!" jelas Gandari sembari menundukkan kepalanya dengan raut wajah yang sedih

Akhirnya, Lastri hanya bisa menghela nafas berat dan langsung memeluk menantunya yang malang itu dengan raut wajah yang sedih

"Kamu benar, neng!! Dari awal kami terlalu memaksakan Prama agar menikah tanpa memikirkan apa keinginannya.. Jadi sekarang kamu lah yang harus menerima semua ini.. Maafkan ambu dan bapak ya, neng.. Harusnya dari awal kita tidak menyekolahkan anak itu tinggi tinggi.. Mungkin sekarang dia sudah mengurus kebun bersama kami!!" tutur Lastri menyesali segalanya

Gandari pun melepas pelukan Lastri dan menatap dalam pada Lastri

"Apapun yang terjadi, jangan pernah menyesalinya, Ambu.. Ini sudah jalanan takdir. Semuanya sudah diatur oleh Tuhan, saya hanya bisa berdoa agar kang Prama segera sukses dan membawa saya bersamanya. Ambu jangan hawatirkan aku, sebab aku akan selalu baik baik saja!!"

Lastri pun tersenyum dan mengusap wajah lembut Gandari "Iya ya.. Kenapa ambu menghawatirkanmu? Dari dulu kamu adalah gadis yang kuat dan pemberani.. Tak ada yang perlu Ambu hawatirkan!!"

*****

Beberapa bulan berlalu..

Bisa dihitung jika Prama jarang pulang saking sibuknya, sekalinya pulang hanya sekali dan langsung pergi lagi.. Tak bisa dipungkiri, begitu datang ke kota.. Prama langsung menjadi produser hebat yang berhasil mendapatkan penghargaan karena filmnya yang sukses besar, padahal ia bisa dibilang baru. Tapi ia tak bisa diragukan..

Lalu setelah itu, Prama jadi jarang pulang.. Bahkan sampai tiga bulan lamanya, ia benar-benar tidak pulang dan tidak mengirim surat lagi pada Gandari..

Semua orang didesa Waringin tentu mulai berfikir yang tidak tidak mengingat Prama yang jarang pulang..

"Sepertinya si Prama itu udah kawin lagi deh!! Masa dia gak pulang pulang!!" celetuk seorang ibu ibu yang sedang memetik sayuran dikebun Juragan Darsa

"Iya ya.. Kasian si Gandari, cantik begitu malah dianggurin. Tau gitu mah mending saat aku nikahin dengan anakku saja lah!!" sambung ibu ibu yang lainnya

"Lagian si Gandari itu ya.. Belegug ceuk saya mah! (B*doh kata saya mah!).. Masa suaminya mau pergi ke kota dia izinin.. Ya atuh di kota mah lebih banyak wanita cantik, jelas pasti udah tergoda sama wanita kota!!"

"sssstttt.. Orangnya datang!!" ucap ibu ibu yang lain melihat Gandari mulai datang mendekat kearah mereka. Sontak mereka pun langsung diam dan mulai sibuk kembali memetik sayuran seolah tidak membicarakan apapun sebelumnya..

Gandari tentu mendengar semua gibahan itu.. Ia hanya bisa menutup mata dan telinganya berpura pura tak melihat dan tak mendengar. Bohong jika ia tak kepikiran dengan suaminya, namun ia bisa apa? Menyusul ke kota pun percuma sebab tak ada yang tau alamat Prama dimana..

Gandari pun pulang ke rumahnya dan mengunci diri didalam kamarnya, ia langsung duduk bersila dan menyalakan sebuah dupa. Lalu berkomat kamit membaca sebuah mantra..

Semua orang didesa Waringin tentu tau kalau Ibunya Gandari~ Nyai Darsih adalah seorang dukun beranak yang menguasai beberapa ilmu kanuragan. Saat kematiannya, tak banyak orang yang tau bahwa ilmu ilmunya diturunkan pada Gandari.. Sehingga orang orang tidak tau bahwa Gandari juga mempunyai ilmu seperti itu.

Gandari mulai fokus melihat sesuatu, ini pertama kalinya ia menggunakan ilmu ilmu tersebut. Keringat terus bercucuran membasahi wajah cantiknya.. Namun dalam sekejap ia langsung membuka matanya dan menangis sejadinya

"Hiks.. Hiks.. Apa ini? Apa yang kulihat barusan? I-itu.. Mana mungkin seperti itu? Huhuhuhuuuu.." tangis Gandari pecah membayangkan apa yang ia lihat saat ritualnya tadi

Bayangan Gandari

Keesokan harinya,

Seperti biasanya, Gandari akan selalu mengawasi kebun milik Juragan Darsa menggantikan Prama, namun kali ini Bagja terus mengikutinya mengingat begitu banyaknya rumor bertebaran yang menimpa rumah tangga Gandari.

Gandari pun pergi ke puncak gunung dimana ia selalu menyendiri untuk menenangkan dirinya. Bagja hanya terus mengikutinya tanpa bertanya apapun karena tugasnya hanya menjaga Gandari dari dalam bahaya.. Sampai akhirnya Gandari sampai dipuncak itu, ia menatap nanar pada suasa desa dan rumah rumah yang masih beratapkan jerami diatas sana, perkebunan luas tampak terlihat oleh Gandari.. Hingga akhirnya Bagja merasa keheranan mengapa Gandari datang ketempat ini..

"Kau pasti penasaran mengapa aku datang kemari, bukan?" Tanya Gandari seakan tau apa yang tengah difikirkan oleh Bagja. Sedangkan Bagja hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berkata apapun.

Gandari pun berbalik arah menghadap Bagja yang masih menunduk

"Kang Bagja, Ada yang ingin kukatakan padamu!" tegas Gandari dengan ekspresi wajah yang dingin. Tak seperti biasanya memang, sebab Gandari selalu tersenyum ramah pada siapapun walaupun hatinya sedang sedih

"Apa yang ingin nyai sampaikan kepada saya?" tanya Bagja penasaran sembari tetap menundukkan kepalanya

"Angkatlah kepalamu! Bersikap biasa saja padaku, maka akupun akan bersikap biasa saja padamu!" titah Gandari tegas

Bagia pun menghela nafas panjang dan langsung mengangkat kepalanya dan menatap mata Gandari. lelaki berpangsi hitam dan memakai ikat kepala batik itu tentu merasa gugup, sebab ini pertama kalinya ia bertatapan dengan Gandari, seorang istri dari atasannya sendiri..

Gandari pun menghela nafas panjang dengan raut wajah yang serius

"Ada sebuah bayangan yang terus menggangguku akhir akhir ini. Bisakah kau memastikannya untukku?" tanya Gandari memastikan

Bagja tentu bingung dan menatap keheranan pada Gandari

"Bayangan apa yang nyai maksud? Apa ini tentang Kang Prama?" tanya Bagja memastikan

Gandari pun mengangguk mantap dan menatap sendu pada Bagja

"Aku hanya ingin kau memastikannya dengan datang ke kota.. Sebab seperti yang kau ketahui, aku tak bisa pergi kesana karena harus mengurus kebun!!" titah Gandari

"Kenapa tidak bersama nyai saja ke kotanya? Bukankah tinggal minta izin saja pada Juragan kalau nyai akan mencari kang Prama? Saya bahkan tidak tau dan tidak pernah datang kesana nyai.. Bagaimana saya bisa menemukan kang Prama tanpa petunjuk apapun?" Tukas Bagja ragu

"Maka akulah yang akan menuntunmu dari sini, Kang!! Percayalah, ini harus menjadi rahasia. Hanya kita yang tau akan hal ini.. Sebab semua orangpun tau jika aku tak tau dimana kang Prama berada. Sebab ia tak memberikan alamat apapun padaku!!" tutur Gandari meyakinkan Bagja

Bagja semakin heran dibuatnya, ia pun menatap nanar pada Gandari

"Lalu bagaimana nyai menuntun saya dari sini.. Saya benar-benar tidak mengerti maksud nyai!!" tanya Bagja kebingungan

Gandari pun berbalik arah dan kembali menghadap pemandangan yang ada dibawahnya

"Kau tau, bukan? Asal usul diriku dan siapa ibuku? Ya.. Aku yakin kau tau segalanya.. Bahkan tentang ibuku yang m4ti secara mengenaskan karena dibakar hidup-hidup oleh warga.. Bahkan tak ada tau kemana kekuatan ibuku itu berada.. Kau pasti mendengar segalanya!!" ujar Gandari yakin. Kenangan buruk tentang ibunya terus menghantuinya, bahkan tak sedikit dari warga desa yang masih mengecam dirinya karena menjadi anak seorang dukun beranak yang katanya mempunyai ilmu hitam. Padahal ilmu yang dikuasai oleh Ibunya Gandari bukanlah ilmu hitam, mereka bahkan lupa siapa yang sering menyembuhkan para warga yang sakit kalau bukan Nyai Darsih. Tapi hanya karena satu fitnahan seseorang yang menyebutkan bahwa Nyai Darsih telah menyantet seseorang, Nyai Darsih langsung dibakar hidup-hidup. Padahal saat itu, Gandari masih berusia 8 tahun, tapi ia harus menerima nasib menjadi gadis sebatangkara..

Bagja pun kaget dan menatap serius pada wanita berkebaya ungu itu

"Tunggu.. Apa maksud nyai adalah.."

Tanpa melanjutkan ucapannya, Gandari langsung mengangguk mantap dan tersenyum pada Bagja

"Ya.. Kuharap kau benar benar pergi ke kota dan memastikan apa yang kulihat itu salah.. Lalu, jangan bocorkan ini pada siapapun termasuk pada Bapak!!" tegas Gandari dengan raut wajah serius dan pergi meninggalkan Bagja yang masih mematung kaget

****

Sementara itu di kota..

Prama sedang asyik makan makan bersama team nya karena sudah sukses lagi memproduseri sebuah film sampai viral dimana mana.. Semua orang tentu bangga padanya mengingat usianya yang masih muda tapi mampu menjadi produser hebat!!

"bersulang buat produser muda kita!!" seru seseorang di team nya

"CHEERRSS!!" tring!! Suara gelas saling beradu

"Lu hebat banget, Pram! Gak nyangka gw.. Coba aja kalo lu gak pergi ke kota, lu pasti masih berada didesa dan masih menjadi anak juragan!! keputusan lu dah bagus, bro!!" seru Danu~ teman sekampus Prama saat kuliah. Danu tentu tau segalanya bahwa Prama adalah anak juragan terkaya didesa itu. tapi Danu tak tau kalau Prama sudah menikah bahkan saat Prama masih berada dibangku kuliah

Prama hanya tersenyum puas mendengar pujian Danu. Laki laki berjas abu itupun tersenyum menatap seorang gadis yang duduk disampingnya

"Selamat ya, pak Produser!!" ucap gadis yang bernama Felicya itu. Ia adalah seorang Sutradara yang bekerja sama dengan Prama. Namun tentu ada perasaan lebih diantara keduanya

Semua team yang tau bahwa sang produser dan sang sutradara itu saling menyukai tentu bersorak gembira meledek kedua insan itu

"Ciyeeee.. Segerakan jadian dong boss! Cewek butuh kepastian loh.. Masa mau diam diam suka terusss!" ledek salah seorang crew

Sementara Felicya hanya bisa tertunduk malu karena diledek seperti itu oleh para crew dan teman temannya..

Prama yang peka pun langsung menggenggam tangan Felicya dibawah meja sembari tersenyum mengangguk menatap gadis itu. Namun tiba tiba, bayangan Gandari terlintas dibenaknya.. Sontak ia pun langsung melepaskan genggaman tangannya dari Felicya dan langsung izin ke kamar mandi

"Aku ke toilet dulu!!" izin Prama

Ditoilet, Prama langsung membasuh wajahnya karena dirasa terus berhalusinasi. Ia pun menatap wajahnya dicermin dengan tatapan wajah bingung

"Akhir akhir ini.. Kenapa aku terus membayangkanmu, Gandari?" gumamnya bingung. Sebab bayangan Gandari sedang tersenyum manis padanya terus terngiang ngiang difikirannya, padahal ia menjalin hubungan dengan Felicya sudah berjalan tiga bulan lamanya..

Prama pun kembali membasuh wajahnya lagi, lalu mengusap wajahnya kasar

"Ah.. Tidak, tidak.. Aku yakin ini hanya rasa bersalahku saja karena telah bermain api dibelakangnya. Tapi selama Gandari tidak tau apapun, bukankah semuanya akan baik baik saja? Kalaupun ia tau, tau darimana memangnya? Orang orang desa itu bahkan tak tau dimana alamatku kalaupun ada yang menyusul kesini.. Mungkin karena akhir akhir ini aku sedang stres, Jadi tanpa sadar aku terus membayangkan Gandari! Ya, mungkin saja seperti itu.." ucap Prama meyakinkan dirinya

Amarah Bagja

Keesokan harinya..

Bagja benar benar pergi ke kota atas permintaan Gandari. Padahal hari masih pagi, bahkan cuacanya begitu dingin menusuk kulit, begitupun jalanan yang begitu licin dan becek karena hujan semalam. Tapi Bagja benar benar pergi untuk memenuhi keinginan sang majikan, mungkin dalam hatinya cukup ragu dan terus bertanya "Kemana ia harus pergi?" tapi setiap pertanyaan itu muncul, hatinya selalu menunjukkan arah entah ia harus lurus ataupun belok ke kiri ataupun ke kanan, Gandari benar benar menunjukkan arah untuk Bagja agar tak kesulitan mencari Prama..

Sementara Gandari masih berdiam diri dikamarnya menatap nanar keluar jendela. Tentu banyak sekali yang ia fikirkan akhir akhir ini.. Terlebih, rumor terus menyebar tak karuan

namun tiba tiba *tok.. tok..* suara pintu kamar diketuk, lalu terbukalah pintu itu menampilkan Lastri yang kini masuk kedalam kamar Gandari sembari membawakan sebuah nampan berisi sarapan untuk Gandari

"Ambu.." Seru Gandari melihat mertuanya yang kini memakai kebaya berwarna hitam itu

"Neng.. Sarapan dulu atuh! tong nganteup beteung!! (jangan membiarkan perut!!)" titah Lastri sembari menyimpan nampan berisikan sarapan itu dihadapan Gandari

Gandari pun tersenyum menatap ibu mertuanya dengan lembut

"Kenapa repot repot, Ambu? saya kan bisa ambil sendiri nanti!!" ucap Gandari merasa tak enak

Lastri pun menghela nafas panjang dan mengusap pucuk kepala menantunya itu dengan lembut

"Neng.. Ambu teh tau perasaan kamu!! Terlebih rumor yang menyebar, Ambu yakin kamu juga pasti sudah mendengarnya, kan? Makanya Ambu segera kesini untuk memastikan keadaan kamu, ternyata benar kamu masih berada dikamarmu!!" ujar Lastri penuh perhatian

Gandari pun tersenyum dan menggenggam erat tangan hangat Lastri

"Terimakasih, Ambu.. Karena telah menghawatirkan saya!!" ucapnya sembari memeluk tubuh Lastri dengan mata yang sudah berkaca kaca. Tanpa sadar, Lastri pun ikut bersedih merasakan penderitaan yang dialami oleh Gandari

"Neng.. Hiks.. Tolong maafkan putra Ambu, ya.. Hiks.. Dia teh jahat sekali membiarkanmu disini tanpa kabar sedikitpun! awas saja kalau dia datang, Ambu akan gebug dia pake sapu! Seenaknya menyakiti anak perempuan ambu yang cantik ini!!" lirih Lastri merasa sedih

"Saya tak apa, Ambu.. Mungkin kang Prama sibuk dikota, Jadi tidak sempat memberikan kabar pada saya!!" ujar Gandari menenangkan Lastri

"halaaah.. Sesibuk sibuknya pun seorang suami, tetap saja tidak boleh membiarkan istrinya menunggu dan menghawatirkannya sendirian!! Gak tau deh gimana pemikiran si Prama itu.. Keterlaluan!!" hardik Lastri merasa kesal

Gandari pun tersenyum haru, ia bisa merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu dari Lastri.. Sebab dulu Nyai Darsih begitu dingin padanya hingga Gandari merasa tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu dari Nyai Darsih.. Bahkan bapaknya pun tak tau siapa, dari kecil Gandari sudah hidup tanpa seorang bapak!!

****

Sementara itu dikota, Prama sedang berlibur bersama Felicya disebuah pantai. Bahkan mereka tampak mesra dengan tangan yang saling menggenggam. Prama benar benar lupa akan segalanya, ia begitu dimabuk cinta sampai lupa pada istrinya sendiri. Bahkan kedua pasangan sejoli ini seperti perangko yang sulit untuk dipisahkan, sebab mereka menempel terus.

Namun, walau begitu..

Felicya begitu ragu akan perasaan Prama yang sebenarnya padanya. Sebab Prama tidak pernah mengungkapkan rasa cinta ataupun rasa sukanya pada Felicya.. Padahal Felicya berniat mengenalkannya pada orang tuanya di luar kota, tapi jika tanpa kepastian begini tentu membuatnya bingung..

Hingga akhirnya ia bertekad menanyakannya hari ini juga pada Prama..

"Uhm.. Pram!!" seru Felicya ragu

Prama pun berbalik kearah Felicya dan tersenyum pada gadis itu

"Ya, Fel? Ada apa?" tanya Prama penasaran

Felicya pun salah tingkah dan malah berdebar tak karuan dengan wajahnya yang memerah

"Ugh.. I-itu.."

"Iya.. Itu tuh apa, Fel? Bicara yang jelas!" tutur Prama bingung dan mendekat kearah Felicya

Namun tanpa sadar Felicya malah "Cuppp" gadis itu menc*um bibir Prama sekali

"A-aku menyukaimu, Pram!!" ungkapnya gugup

Prama tentu merasakan hal yang sama, jantungnya berdebar tak karuan mendapatkan sebuah ungkapan perasaan dari Felicya. Ia pun berniat menc*um kembali bibir merah Felicya, tapi tiba tiba

"Ekhem!!" suara seseorang berdehem dibelakang mereka

Sontak keduanya pun menoleh pada orang yang berdehem itu.. Tapi alangkah kagetnya Prama melihat orang yang tadi berdehem itu adalah Bagja.. Ya, Bagja sampai pada Prama atas petunjuk Gandari didalam hatinya, namun yang Bagja saksikan ini benar benar membuatnya tak habis pikir hingga ia menghentikan aktivitas kedua sejoli itu sebelum semuanya semakin jauh..

"Bagja!!" pekik Prama kaget

"Ba-bagja? Bagja siapa?" tanya Felicya keheranan menatap Bagja yang berpakaian kuno baginya. Sebab dikota tentu semuanya sudah modern, tapi melihat Bagja yang masih memakai pangsi hitam dan ikat kepala batik sungguh membuat Felicya kaget sekaligus heran

"Ke-kenapa kamu kemari, Ja? La-lalu dengan siapa kau kemari?" tanya Prama kaget dan melihat ke sekeliling Bagja takut Bagja datang bersama Gandari, bahkan Prama sampai lupa ada Felicya disisinya

Bagja hanya tersenyum kecut melihat reaksi Prama, ia lalu menatap tajam pada Prama

"Tentu saja aku sendiri, Pram! Kau pikir aku datang bersama siapa?" tutur Bagja sembari menatap jengkel pada Felicya, tentu Felicya merasa risih dengan tatapan Bagja

"Pram.. Dia siapa? Kita kan lagi liburan bareng!!" tanya Felicya yang mulai bete karena diacuhkan oleh Prama

"Eh?" Prama tentu malah salah tingkah dan malah menatap Bagja

"Ba-bagja.. Ini bukan seperti yang kau lihat kok.. Kau percaya padaku, kan?" ujar Prama panik sendiri

Lagi lagi Bagja hanya bisa tersenyum kecut dengan raut wajahnya yang dingin

"Cepat suruh gadis itu pulang dan bicara denganku!" titah Bagja tegas. Bagja memang ditugaskan untuk menjaga dan menemani Prama si tuan muda kemanapun dan dimanapun. hingga akhirnya Braga dipaksa latihan bela diri agar bisa melindungi Prama suatu hari nanti, tapi tak ada yang tau tentunya.. Jika Prama agak takut pada Bagja karena sewaktu waktu tentu akan balik menyerangnya

Prama pun menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Lalu menatap ragu pada Felicya

"Fel.. Ma-maaf, sepertinya liburannya cukup sampai disini saja, ya? Saudaraku datang dari desa dan ada hal yang penting yang harus dikatakan. Aku mohon pengertianmu, ya?" ujar Prama dengan tatapan ragu, ia tau Felicya akan kecewa mengingat selama ini gadis itu sangat excited menunggu hari ini tiba

Felicya pun dengan berat hati harus menyetujui permintaan Prama, ia pun tersenyum yang dipaksakan agar Prama tak hawatir

"Yasudah.. Next time kan bisa lagi.. Tapi kamu bakal nganterin aku pulang dulu, kan?" tanya Felicya memastikan. Sebab lokasi pantai sangat jauh dari rumahnya, membutuhkan waktu beberapa jam

Prama pun menoleh pada Bagja seraya meminta izin, tapi Braga dengan tegas langsung menatap nyalang pada Felicya

"Maaf, tapi saya tidak bisa mengulur waktu dengan Prama!! Anda bukan anak kecil, pulanglah sendiri.. Anda harus tau kalau.."

Prama dengan cepat langsung membungkam mulut Bagja agar tidak mengatakan hal yang lain, ia langsung menyela ucapan Bagja

"Fel.. Aku pesenin taxi online ya? Ini agak mendesak jadi aku gak bisa nganterin kamu dulu.. Maaf!!" ucap Prama merasa tak enak

Felicya pun akhirnya hanya bisa menghela nafas kasar dan menatap jengkel pada Prama

"haaaah.. Yaudah deh!! Thanks buat hari ini walau cuma sebentar!! bye!"

Setelah mengucapkan itu, Felicya langsung pergi begitu saja meninggalkan Prama dan Bagja

Bagja tentu tak menyia-nyiakan hal itu, ia langsung mendorong tubuh Prama dan berniat memukulnya

"S*alan!! Apa yang kau lakukan sebenarnya, Prama? Berani beraninya kau seperti itu dengan wanita lain? Hahh!!" bentak Bagja kesal

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!