NovelToon NovelToon

MINE

1. Pertemuan Pertama

Enam Tahun Lalu

"Paman, apa yang kau lakukan di sana?" pekik seorang gadis remaja seraya berlari mendekati pria yang sedang berdiri di atas jembatan. Pria itu terkejut mendengar suara cempreng yang sangat tidak enak didengar itu. Pria itu menoleh dan mendapati seorang gadis kecil yang sedang menggendong seekor kucing di pelukannya sedang mendongak tepat berada di bawahnya. Posisinya yang berdiri di atas jembatan dan gadis kecil yang berada di bawahnya terlihat seperti raksasa yang sedang memangsa timun emas.

"Paman kau tidak boleh bunuh diri di sini" Gadis kecil itu menarik-narik celana pria itu agar segera turun.

Nicholas mengernyit bingung mendengar kalimat yang keluar dari mulut gadis kecil itu.

"Bunuh diri?" Nicholas mengulang sepenggal kalimat gadis itu untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar. Nicholas turun dari tempatnya dan berdiri di hadapan gadis yang mengenakan seragam SMP itu seraya melipat tangan di dadanya.

"Paman, aku tahu patah hati itu sakit tapi paman jangan sia-siakan waktumu hanya untuk orang yang membuatmu lemah. Kau bisa menemukan orang yang dapat membuat cahayamu lebih terang lagi paman."

Nicholas terpaku mendengar kalimat bijak yang terlontar dari gadis kecil yang ada di hadapannya ini.

"Adik kecil dengarkan aku..."

"Paman, apa kau masih mempunyai mama, papa?"

Nicholas mengangguk.

"Bagaimana bisa paman berfikir akan loncat dari sana. Paman tidak memikirkan bagaimana nanti perasaan orang tua paman."

"Aku tidak.."

"Paman, mengakhiri hidup bukan menyelesaikan masalah tapi akan menambah masalah. Paman berfikir mau loncat dari sana, iya kalau mati. Bagaimana jika paman yang sudah capek-capek terjun ke bawah sana tapi ternyata tidak mati, yang ada paman luka-luka dan lebih buruknya lagi paman cacat. Oh itu akan seperti mimpi buruk bagimu paman. Orang yang membuatmu lemah akan tertawa senang paman. Orang tua paman akan kehabisan uang dan waktu hanya mengurusi anak mereka yang cacat. Fikirkan itu, paman" cerocos gadis SMP itu panjang lebar.

Nicholas mematung, melongo mendengar ceramah singkat gadis itu. Gadis itu sudah salah faham padanya. Walau sebagian dari ucapan yang dikatakannya ada benarnya juga. Nicholas memang sedang patah hati. Kekasihnya berselingkuh. Tapi ia tidak sekonyol itu, hanya gara-gara seorang wanita ia akan mengakhiri hidupnya. Oh Tuhan, adakah yang lebih konyol dari itu.

"Paman, jika paman mati dengan cara menyedihkan seperti itu fikirkan bagaimana oang-orang yang sayang pada paman akan melanjutkan hidup mereka."

Oh Tuhan, sepertinya kesalahfahaman ini harus dihentikan, sebelum otak kecilnya berfikiran yang lebih aneh lagi.

"Adik kecil dengarkan kakak" Nicholas mengatur nada suaranya agar terdengar selembut mungkin. Ia menyadari gadis yang dihadapinya adalah ABG labil.

Gadis yang di hadapannya itu menggeleng

"Maafkan aku paman, aku sudah tidak mempunyai waktu lagi untuk mendengarkanmu. Aku sudah sangat terlambat untuk pulang. Mama pasti sudah khawatir."

"Dimana rumahmu aku akan mengantarmu?" tawar Nicholas.

Gadis itu kembali menggeleng

"Sekali lagi maafkan aku paman bukannya aku menolak kebaikanmu, tapi mama berpesan agar tidak terlalu percaya kepada orang yang baru saja dikenal" jawabnya polos. Nicholas terkekeh mendengar ucapan jujur gadis itu.

"Apa wajahku terlihat seperti penjahat?" tanya Nicholas.

Gadis itu menatap Nicholas dari atas sampai bawah dengan tatapan menyelidik

"Karena kau tampan, paman tidak terlihat seperti penjahat tapi bisa saja ketampanan paman hanya modus" lagi dan lagi gadis itu mengatakan semuanya dengan polos tanpa beban.

"Apa kau pernah melihat penjahat setampan diriku?" tanya Nicholas tidak kalah narsis.

"Tidak, hanya saja.."

"Katakan dimana rumahmu, aku akan mengantarmu, hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih karna kau sudah menyelamatkanku" bujuk Nicholas lagi.

"Paman ingin berterima kasih?" tanya gadis itu lagi dengan wajah sumringah.

Nicholas mengangguk.

"Jika paman ingin berterima kasih tolong jaga Sandy buatku paman. Kasihan dia sudah tidak punya keluarga lagi."

"Sandy?" tanya Nicholas bingung.

Gadis itu mengangguk

"Iya paman, Sandy temannya SpongeBob dan Patric."

"Tupai?" tanya Nicholas lagi dengan bodohnya.

Gadis itu menggeleng seraya menyerahkan kucing yang sedari tadi di gendongnya. Nicholas mengernyit menatap kucing yang sekarang ada di tangannya.

Bukannya tadi dia mengatakan Sandy temannya si kuning SpongeBob dan si Patric yang bodoh. Kenapa dia menyerahkan kucing ini. Bukannya Sandy seekor tupai atau Sandy memang seekor kucing? Nicholas bertanya-tanya dalam hatinya.

Baru saja Nicholas ingin menyuarakan kebingungannya. Gadis itu kembali mengeluarkan ceramahnya.

"Paman, namanya hidup pasti ada masalah. Tapi paman saat paman memikirkan dan mengkhawatirkan masalah justru akan menggandakan masalah itu paman. Jadi aku harap hadirnya Sandy memberikan alasan untukmu tetap bertahan hidup paman."

"Oh Tuhan, gadis cerewet sekarang dengarkan aku.."

"Tidak sopan memotong pembicaraan orang lain paman. Tunggu aku selesai berbicara baru paman bisa berbicara."

Oh Tuhan apa gadis ini tidak sadar, sedari tadi ia juga menyela ucapanku sehingga menyebabkan kesalahfahaman ini semakin melebar.

"Paman apa kau melihat luka di lutut dan di siku tanganku ini?" tanya gadis itu.

Nicholas mengangguk. Sedari tadi ia ingin menanyakan itu tapi ia tidak punya kesempatan karena sedari tadi gadis itu yang memegang kuasa penuh atas pembicaraan ini.

"Lalu kenapa kau tidak bertanya?"

"Aku tidak tertarik" bohong Nicholas.

"Baiklah, aku akan bercerita" ucap gadis itu yang membuat Nicholas menaikkan alisnya.

"Perasaan tadi aku mengatakan aku tidak tertarik" protes Nicholas.

"Dan perasaanku mengatakan kau berbohong, Paman. Jadi begini ceritanya Paman, luka ini kudapatkan karena terjatuh dari pohon untuk menyelamatkan Sandy yang malang Paman. Sandy sudah tidak mempunyai keluarga lagi Paman. Kasihan dia."

Dia terluka hanya untuk seekor kucing. Selain cerewet ternyata ia memiliki hati yang penuh kasih sayang.

"Lalu apa hubungannya denganku?" ucap Nicholas datar.

"Kau harus merawatnya paman. Memastikan hidupnya baik-baik saja" jawab gadis itu enteng.

Nicholas mendengus kesal.

"Kenapa harus aku, kenapa bukan kau saja."

"Tentu saja aku ingin Paman, tapi mama dan kakak perempuanku yang cantik alergi dengan kucing, jadi aku tidak bisa membawanya ke rumah" jawab gadis itu jujur. Nicholas menghela nafas frustasi.

"Baiklah Paman, aku pergi. Hiduplah dengan baik" ujarnya seraya berbalik.

"Tunggu!!"

Gadis itu berhenti dan berbalik lagi menghadap Nicholas.

"Apa kau tidak takut aku dan Sandy terjun bebas lagi ke bawah sana?"

Gadis itu melebarkan matanya mendengar penuturan Nicholas.

"Wah kau tidak berprikehewanan Paman, baiklah antar aku pulang. Aku harus memastikan Paman dan Sandy menjauh dari tempat ini."

Nicholas tersenyum penuh kemenangan.

"Baiklah, ayo naik ke mobilku" Nicholas menunjuk sebuah mobil sport hitam yang terpakir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Selama perjalanan Nicholas tahu kalau gadis itu sekarang masih duduk di kelas 8 SMP. Nicholas menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah yang cukup besar.

"Jadi ini rumahmu?" tanya Nicholas memastikan.

"Ya paman, maaf aku tidak bisa mengajakmu masuk Paman dan terima kasih sudah mengantarku dengan selamat" ucapnya tulus seraya membuka seatbeltnya.

Nicholas mengangguk. Gadis itu mengambil Sandy dari pangkuannya.

"Sandy, jadilah kucing yang manis jangan merepotkan Paman oke."

Kau yang sudah merepotkanku gadis kecil, batin Nicholas.

"Aku pasti merindukanmu, Sandy" gadis itu menggesek-gesekkan hidungnya ke wajah Sandy. Sandy menjilati wajah mulus gadis itu. Semua itu tidak luput dari penglihatan Nicholas.

Beruntungnya jadi Sandy. Ingin rasanya aku bertukar tempat dengan Sandy. Oh astaga pemikiran apa ini. Aku tidak menyangka aku memiliki sisi menjijikkan ini. Pedophilia.

"Paman hiduplah dengan baik, dengan begitu Sandy bisa hidup dengan nyaman "

Nicholas tersentak dari lamunannya. Ia menatap gadis kecil yang sedang menatapnya dari tadi. Gadis itu tersenyum. Nicholas terpaku melihat senyum gadis itu.

"Tolong rawat Sandy buatku, Paman" gadis itu menyerahkan Sandy ke pangkuan Nicholas. Nicholas hanya mengangguk bodoh.

"Baiklah, aku pergi" gadis itu turun dari mobil Nicholas lalu berlari masuk ke dalam rumahnya.

Nicholas hanya menatap gadis sampai gadis kecil itu sudah tidak terlihat lagi. Nicholas tersentak menyadari ia belum mengetahui nama gadis itu dan gadis itu juga tidak mengetahui namanya. Nicholas menatap rumah besar itu lalu tersenyum penuh arti.

Aku akan menunggumu sweetheart.

T.B.C

2. Pertemuan Kedua

Enam tahun berlalu sejak pertemuan pertama Nicholas dengan gadis kecil itu. Nicholas tersenyum hangat menatap figura foto yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Bukan hanya satu foto tapi ada beberapa foto yang menampilkan wajah sang gadis. Mulai dari gadis itu masih remaja hingga sekarang gadis itu sudah beranjak dewasa. Nicholas mengambil satu figura dan mengusapnya lembut.

"Ckckk...kenapa kau cantik sekali" Nicholas seperti orang bodoh yang berbicara kepada benda mati itu.

"Uncle, sebaiknya kau cepet temui keluarga Abi dan segera melamarnya. Aku khawatir Nicholas mulai kehilangan kewarasannya, Uncle" Nicholas mendengus mendengar sindirin sahabat yang merangkap sebagai sepupunya itu.

"Kenapa? Apa aku salah berbicara?" Arya menyunggingkan senyum sinis.

"Enam tahun Nicholas, wuah aku sungguh tidak percaya selama itu kau mengikuti dan mengumpulkan foto Abi. Aku yakin jika Abi tahu itu ia akan menjauh darimu."

"Diamlah brengsek!! Aku juga masih tidak percaya bagaimana bisa kau dan Bima mengenali Abi, sedangkan aku tidak. Dan sialnya Abiku juga dekat dengan kalian berdua" Nicholas menatap Arya dengan wajah kesal.

"Abiku..?!!" Arya tergelak.

"Belum tentu Abi mau menerimamu kawan"

"Dad, apa aku punya wewenang untuk memberhentikannya?" Nicholas bertanya kepada Daddy_nya tapi matanya tertuju pada Arya dan menatapnya dengan tajam. Arya tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapan Nicholas. Ia malah semakin tergelak.

Tuan Harry, daddy Nicholas ikut tergelak

"Kau yakin dengan keputusanmu son?" tanyanya kepada Nicholas..

"Ya Dad, aku sudah memikirkannya matang-matang" jawab Nicholas mantap tanpa ada keraguan dalam suaranya.

"Kau tahu kawan, pekerjaan sebagai Dosen bukanlah hal yang mudah. Apa lagi kau tidak mempunyai pengalaman dalam hal mengajar sama sekali. Yang kau tahu hanyalah pasar modal dan tender yang menguntungkan" Arya kembali menimpali. Arya selain sebagai sahabat dan sepupunya juga merupakan sekretaris Nicholas di perusahaan Geonandes yang dipimpin oleh daddy Nicholas.

"Kau meragukankan kemampuanku?" tanya Nicholas masih dengan wajah masam. Sungguh ia sangat kesal kepada sepupunya itu.

Arya mengidikkan bahunya acuh membuat Nicholas semakin geram.

"Huh..ternyata kau memang meragukanku" desis Nicholas.

"Bukannya aku meragukan kemampuanmu, hanya saja sebagai seorang pendidik kau harus menjaga wibawamu dan tentu saja kau harus mengajarkan hal yang benar kepada para mahasiswamu. Aku khawatir kau malah mengajak mereka ke hal yang tidak benar alias sesat."

"Apa maksudmu, sialan!" Nicholas melempar sebuah bolpoin ke arah Arya yang langsung di tangkap Arya dengan mulus, kembali Nicholas berdecak kesal. Lemparannya tidak mengenai sasaran.

"Bisa saja kau mengajak para mahasiswamu ke klub untuk mengadakan tesis" jawab Arya enteng sambil terkikik dengan ucapannya sendiri

"Nasehat itu berlaku jika itu dirimu Arya. Kau tahu aku pria baik-baik bukan seperti dirimu yang suka mabuk-mabukan dan berakhir dengan wanita one night standmu itu" sindir Nicholas.

"Kau juga sama saja denganku" Arya tidak mau kalah.

"Itu dulu sebelum aku bertemu dengannya" Nicholas tersenyum hangat.

"Aku juga melakukannya dulu, tapi tidak sekarang setelah aku bertemu dengan, Luna"

"Kau tahu Nicholas, Abi sangat menyukaiku" kembali Arya menggoda Nicholas. Nicholas tidak menjawab tapi jika tatapan bisa membunuh, Arya yakin detik itu juga ia sudah mati akibat tatapan maut yang dilayangkan oleh Nicho.

"Abi yang malang, ia masih kecil tapi harus berurusan denganmu"

"Dia sudah bukan anak kecil lagi Arya. Dia sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang sangat cantik." ucap Nicholas dengan wajah berbinar.

"Dan kau tumbuh menjadi pria tua sepupu" ledek Arya dan kembali mendapat lemparan bolpoin dari Nicholas dan kali ini Nicholas tepat sasaran. Bolpoin itu mengenai kepala Arya.

"Akan kupastikan Luna tidak menerima perasaanmu, sialan"

"Sayangnya kau kalah satu langkah dariku sepupu, kemarin aku baru menyatakan perasaanku dan kau tau Luna menerimaku tanpa berfikir, ayolah kawan, sepupumu ini sangat tampan, tidak akan ada yang bisa menolak pesonaku bukan seperti kau yang hanya untuk merebut hati Abi kau harus berperan sebagai Dosen, oouhh itu pasti sangat membosankan dan sialnya Abi belum tentu mengenalimu" Arya tertawa lepas membayangkan betapa Nicho harus bekerja keras hanya untuk mendapatkan perhatian Abi.

"Yang dikatakan Arya ada benarnya juga, son, Jika memang alasanmu ingin dekat dengan gadis itu, kita bisa langsung mendatangi rumahnya dan melamarnya untukmu, bukan hanya sebagai tunangan lagi tapi langsung jadi istrimu. Daddy yakin keluarga Gunawan akan menyetujuinya dan menyambut kita dengan baik. Selain Daddy yang bersahabat dengan Papanya, tentu saja kau juga layak baginya" Tuan Harry kembali menyuarakan suaranya agar putranya itu kembali memikirkan keputusannya itu.

"Tidak Dad, itu akan membuatnya terkejut. Aku ingin dia mengenalku sebelum aku melamarnya.Selain mendekatinya aku juga ingin mencari suasana yang baru."

"Baiklah jika memang itu sudah keputusanmu. Untuk sementara waktu biarkan Arya yang menghandle pekerjaanmu di sini. Kau fokus saja menarik perhatian calon menantuku" tuan Harry beranjak dari kursinya lalu menepuk-nepuk bahu putranya itu untuk memberi semangat.

🍇🍇🍇🍇

Nicholas Geonandes, pria tampan berusia 29 tahun itu adalah seorang pengusaha sukses yang sangat diperhitungkan dalam dunia bisnis. Hari ini ia memutuskan untuk memutar haluan menjadi seorang Dosen hanya untuk bertemu dengan wanitanya yang sangat dirindukannya itu. Dan kebetulan universitas tempat gadis itu kuliah adalah universitas swasta milik keluarga Geonandes. Jadi bukan sesuatu yang sulit buatnya untuk mengajar di universitas yang notabene adalah miliknya itu.

Selama perjalanan Nicholas tidak dapat menyembunyikan senyumnya. Enam tahun sudah ia menunggu untuk hari ini, hari dimana ia akan menemui gadis kecilnya dulu. Jantung Nicholas berdebar tidak karuan. Ia seperti ABG labil yang akan bertemu dengan cinta pertamanya.

"Belum bertemu saja, jantungku sudah menggila seperti ini, bagaimana kalau sudah bertemu. Aku takut tidak bisa mengontrol diri dan mempermalukan diriku sendiri di hadapannya" gumam Nicholas kepada dirinya sendiri.

"Maaf Pak, apa Bapak mengatakan sesuatu?" tanya wanita berusia 40-an kepadanya yang memang sedari tadi berjalan dengannya.

"Huh..oh tidak. Aku tidak mengatakan apa-apa Bu Emily" jawab Nicholas gelagapan.

"Kita sudah sampai Pak, ini adalah kelas yang akan Bapak masuki dihari pertama Bapak mengajar di sini. Mari Pak, saya perkenalkan Bapak dengan mereka" Bu Emily mempersilahkan Nicholas masuk yang langsung diangguki Nicholas.

Nicholas masuk ke dalam ruangan itu yang disambut riuh oleh para mahasiswa itu. Bisa dipastikan suara ricuh itu didominasi oleh suara mahasiswi karena kagum dengan ketampanan Dosen baru itu. Mereka bersorak, bersiul dan melemparkan beberapa pertanyaan nyeleneh lainnya.

Nicholas seolah tuli dengan suara sumbang yang dilemparkan oleh para mahasiswi itu. Ia lebih fokus mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok yang sangat dirindukannya itu. Nicholas mengernyit karna tidak menemukan apa yang dicarinya. Sebelum ke sini ia sudah memastikan bahwa gadisnya memang memasuki kelas ini.

"Baiklah Pak, sekarang perkenalkan diri Bapak, sepertinya para mahasiswa ini sudah mulai tidak sabar" goda Bu Emily yang dibalas Nicholas hanya dengan anggukan dan sedikit senyum dibibirnya tapi mampu membuat para mahasiswi itu histeris.

Baru saja Nicholas akan membuka suaranya, terdengar suara ketukan pintu. Nicholas spontan menoleh ke arah pintu. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia terpaku melihat gadis yang sedang berdiri dibalik pintu itu. Gadisnya.

"Abigail Gunawan..lagi lagi kau terlambat. Katakan kali ini apa alasanmu?" tanya Bu Emily melotot ke arahnya. Abi yang ditatap seperti itu hanya bisa cengir kuda.

"Maaf bu, tadi saya.." Abi menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Kali ini ia tidak tahu mau memberikan alasan apa. Otaknya blank. Abi celingak-celinguk ke sembarang arah untuk mencari alasan yang pas untuk dikatakan kepada Bu Emily. Tatapannya berhenti ke arah Nicholas. Abi mengernyit lalu melihat Nicholas dari atas sampai bawah. Nicholas merasakan jantungnya kembali menggila ketika Abi menatapnya secara intens. Oh Tuhan Nicholas seperti ABG labil yang baru pertama kali jatuh cinta. Sekujur tubuhnya memanas hanya gara-gara Abi menatapnya.

"Bu, kenapa ibu membawa suami ibu kemari?" tanya Abi tanpa mengalihkan tatapannya dari Nicholas. Nicholas tersedak mendengar pertanyaan Abi itu. Nicholas juga dapat mendengar para mahasiswa itu tertawa dengan kerasnya.

"Abi..kau sangat tidak sopan sekali. Bapak Nicholas ini masih muda. Bagaimana bisa kau menyamakan dengan suami ibu yang botakan itu" hardik bu Emily seraya menatap

Nicholas dengan perasaan tidak enak.

"Oops..maaf bu," Abi membungkukkan badannya.

"Saya memang kurang mengenali suami ibu" bohong Abi. Abi memang sengaja tadi mengalihkan topik karna tidak tahu ingin memberikan alasan apa kepada Bu Emily. Abi menggunakan Nicholas sebagai pengalihan topik dan sepertinya memang berhasil karna Bu Emily menyuruhnya masuk dan duduk di tempatnya. Abi berjalan melewati Nicholas tanpa mempedulikan tatapan terkejut Nicholas.

Seperti dugaanku kau memang melupakanku sweetheart. Tapi tenang saja aku akan membuat kau mengingatku kembali.

T.B.C

3. Rival

"Baiklah, sebelum kita memulai pembelajaran ini, saya perkenalkan diri saya terlebih dahulu.  Saya Nicholas Geonandes. Mulai hari ini saya yang akan menggantikan Pak Setiyo untuk mata kuliah Ekonomi. Dan perlu saya ingatkan saya tidak mentolerir keterlambatan apa pun itu alasannya" Nicholas menatap ke arah Abi yang hanya cuek bebek menanggapi peringatannya itu. Abi seperti tidak terpengaruh sama sekali.

"Ada pertanyaan?" tanya Nicholas seraya menatap para mahasiswa yang ada di hadapannya itu.

"Bapak sudah menikah?" tanya seorang gadis berperawakan tinggi yang sedang menatapnya dengan tatapan menggoda.

Nicholas tersenyum seraya menggeleng

"Apa wajah saya terlihat seperti seseorang yang sudah menikah?"

"Bagaimana dengan seorang kekasih?" tanya gadis yang duduk di samping Abi. Nicholas menatap Abi yang sedang sibuk memainkan ponselnya tanpa terpengaruh dengan kericuhan dalam ruangan itu.

"Maybe" jawab Nicholas singkat seraya tersenyum hangat menatap Abi penuh arti.

"Dari tadi saya perhatikan, Bapak selalu menatap Abigail. Apa Bapak tertarik dengannya?"

Abi mendongak begitu mendengar namanya disebut. Tatapan mereka bertemu. Tanpa sadar Nicholas tersenyum lembut tapi Abi malah menatapnya dengan tatapan aneh.

"Aduh Bapak, jika Bapak tertarik dengan Abigail, Bapak harus bersaing dengan Arka, kekasih Abigail. Cowok terpopuler kampus ini" jelas gadis yang duduk di samping Abi itu. Abi menatap Nicholas sesaat lalu kembali mengalihkan tatapannya ke ponselnya. Abi tidak peduli dengan apa yang dikatakan teman-temannya sekalipun yang dibicarakan itu adalah dirinya.

Deg

Jantung Nicholas berdebar dengan cepat. Dia melupakan kemungkinan itu. Kemungkinan gadisnya memiliki seorang kekasih. Nicholas terlihat gugup dan gelisah. Tidak.tidak ia tidak ingin miliknya diambil orang lain.

Bodoh, harusnya aku mengikuti saran Daddy dan langsung menikahinya saja, batinnya dalam hati.

Nicholas menghela nafasnya kasar, ingin rasanya ia cepat-cepat pulang dan menemui Daddy-nya.

"Saya rasa sudah cukup, sekarang saya akan mengabsen satu persatu" Nicholas mengalihkan topik dan mulai mengabsen satu persatu mahasiswanya dan memberi tanda dibuku daftar hadir mahasiswa. Nicholas kembali menutup buku daftar hadir mahasiswa setelah semuanya ia absen.

Abi mengangkat tanganya. Nicholas menatapnya seraya melipat tangannya di dada.

"Bapak belum mengabsen saya" ucapnya lantang.

"Tadi saya sudah mengatakan tidak mentolerir keterlambatan apa pun itu alasannya. Dan nona Abigail bukankah tadi kau terlambat jadi saya anggap kau tidak hadir hari ini" jawab Nicholas tegas.

"Tapi itu.."

"Tidak ada tapi-tapian, jika kau ingin mengikuti kuliah saya, ikuti aturan yang saya buat" Nicholas menatap Abi dengan tatapan penuh arti.

Abi mendengus kesal

"Sombong" gumamnya.

"Kau mengatakan sesuatu nona Abigail?" Nicholas menaikkan alisnya.

Abi menghela nafas lalu berdiri dari kursinya

"Tadi Bapak mengatakan tidak menganggap kehadiran saya. Saya mengikuti mata kuliah hari ini ataupun tidak, tidak ada bedanya, jadi sebaiknya saya keluar. Kebetulan saya lapar.  Bapak tidak ingin 'kan dihari pertama Bapak mengajar harus mengurusi mahasiswi Bapak yang pingsan karena kelaparan" ucap Abi enteng.

Nicholas terhenyak untuk sesaat. Lalu kemudian Nicholas mengangguk dan mempersilahkan Abi keluar dengan merentangkan satu tangannya sebagai isyarat.

Abi mengambil tasnya lalu dengan santai melangkahkan kakinya keluar. Nicholas menatap kepergiannya sampai tidak terlihat lagi.

🍍🍍🍍🍍

Abi duduk di bangku kantin seraya menikmati nasi goreng dan segelas jus mangga favoritnya.

"Kau membolos?" tanya pria yang baru saja datang dan langsung menyeruput jus mangga milik Abi.

Abi mengidikan bahunya

"Bukan, ada dosen baru belagu. Aku cuma terlambat sebentar itu dosen malah menganggapku tidak hadir. Ya lebih baik aku keluarkan dan menikmati nasi goreng Bu Inah" jawab Abi ditengah kunyahannya.

"Pintar" Arka mengacak rambut Abi gemas.

"Kau sendiri kenapa tidak masuk?" tanya Abi menatap kekasihnya itu.

"Dosennya tidak masuk" jawab Arka

"Baguslah, setidaknya kau bisa menemani kekasihmu ini di sini" Abi tersenyum manis.

"Abigail, kau dipanggil sama dosen ganteng. Pak Dosen berpesan agar kau segera menemuinya ke ruangannya" Liora menarik kursi dan duduk di hadapan Arka. Liora adalah gadis yang duduk di samping Abi di ruangan tadi dan juga merupakan sahabatnya.

"Dosen ganteng?" tanya Arka seraya menatap Abi dan Liora bergantian.

"Ya, dosen baru itu ganteng banget" jawab Liora semangat.

"Dan sepertinya dosen itu tertarik dengan Abi. Dari Abi datang pak Dosen asyik menatap ke arahnya terus sampai lupa hanya untuk sekedar berkedip" Liora mengompori Arka.

"Benar begitu?" Arka menatap Abi.

Abi mengidikkan bahunya acuh

"Baiklah, sepertinya aku harus pergi. Aku juga penasaran kenapa dosen baru si Nicho itu menyuruhku datang menghadap" Abi bangkit dari kursinya.

"Li, titip kekasihku ya" ucap Abi seraya tersenyum kepada Liora

"Dan kau tuan Arka Abimanyu jangan ganjen, jangan nakal dan jangan tebar-tebar pesona. Terutama pada Melani yang kecentilan itu. Aku gak suka"

Arka mengangguk mendengar perintah Abi yang sudah menjadi kekasihnya selama setengah tahun ini.

Abi pun pergi meninggalkan Liora dan Arka di sana menuju keruangan dosen. Abi mengetuk pintu yang diyakininya sebagai ruangan si dosen ganteng.

"Masuk" terdengar sahutan dari dalam. Abi pun mendorong pintu dan segera masuk. Ia melihat Nicholas sedang duduk di bangkunya seraya memperhatikan layar komputer di hadapannya.

Abi berdiri menunggu Nicholas menyelesaikan pekerjaannya. Nicholas mendongak dan mendapati Abi yang sedang berdiri tak jauh di hadapannya.

"Kau sudah datang?" tanyanya lalu kembali mengalihkan pandangannya ke layar komputer.

"Menurut Bapak?" jawab Abi malas seraya memutar kedua bola matanya.

"Duduklah. Kau bisa kecapean jika berdiri terus seperti itu" perintah Nicholas.

"Bapak memanggil saya bukan untuk menonton Bapak bekerja 'kan?"

Nicholas terkekeh lalu menatap Abi lagi.

"Kau tidak semanis dulu" gumam Nicholas yang masih bisa didengar oleh Abi. Abi mengernyit.

"Maksud Bapak?"

Nicholas menarik nafasnya.

"Duduklah" pintanya seraya menunjuk kursi yang ada di hadapannya. Abi menurut dan segera duduk di hadapan Nicholas.

"Kau sungguh memiliki kekasih?" tanya Nicholas yang membuat Abi mendengus kesal.

"Kalau iya kenapa, kalau tidak kenapa?"

"Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan" Nicholas menatap Abi.

"Masalahnya apa sama Bapak. Bapak tidak sedang membuka bimbingan konseling 'kan. Karena setahu saya Bapak mengajar mata kuliah ekonomi dan masalah saya punya pacar saya rasa tidak etis jika seorang dosen mencampurinya" Abi menatap Nicholas tanpa ada rasa segan sedikit pun.

"Jadi kau memang berpacaran dengan Arka Abimanyu?" Nicholas melirik layar komputernya yang menampilkan profil Arka kekasih Abi. Abi juga yang melihat profil kekasihnya itu tersulut emosinya.

"Bapak menyelidiki saya, Bapak punya masalah apa sih dengan saya?" hardik Abi mulai kesal.

"Bie.." panggil Nicholas lembut. Abi yang mendengar cara Nicholas memanggilnya terpaku. Darahnya berdesir. Panggilan Bie terdengar asing ditelinganya tapi tidak tahu kenapa ia sangat menyukainya. Menyukai orang yang memberikannya panggilan itu atau menyukai panggilan itu.

Nicholas berdiri dari tempatnya dan berjalan mendekat ke arah Abi. Nicholas menyender ke meja kerjanya lalu menatap Abi lembut.

"Arka tidak baik buatmu" ucapnya lembut.

"Kenapa Bapak bisa berbicara begitu?" tanya Abi setenang mungkin. Ternyata wajah Nicho yang melembut membuat Abi jinak juga.

"Percaya sama aku Bie" Nicholas menatap lekat wajah Abi.

"Kenapa aku harus percaya sama Bapak?" cicit Abi seraya menunduk menyembunyikan wajahnya yang merona karena tatapan Nicho padanya.

Kenapa aku jadi tersipu malu begini. Dan ada apa dengan jantungku bertalu-talu tak menentu begini. Bisa ge-er nih dosen belagu, batin Abi.

Abi segera mendongakkan kepalanya dan matanya langsung menatap mata Nicholas

"Kenapa aku harus percaya sama Bapak, dan lagian ya Pak, aku pacaran itu bukan urusan Bapak. Kecuali bapak mengajar mata kuliah percintaan baru itu jadi urusan Bapak" hardik Abi yang membuat Nicho tersentak lalu kemudian terkekeh.

"Wah..waktu enam tahun itu sungguh membuatmu banyak berubah. Sepertinya aku harus berusaha lebih keras" Nicholas menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Maksud Bapak apa sih dari tadi" kesal Abi

"Lupakan. Kau boleh keluar" Nicholas memutar tubuhnya membelakangi Abi. Nicholas tahu gadisnya itu pasti meradang karna diusir dengan cara seperti itu. Terbukti dari cara Abi membanting kuat pintu ruangannya. Katakan mahasiswi mana yang berani melakukan hal seperti itu dihadapan dosennya?.

T.B.C

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!