"Kamu harus mencari istri lagi, Fauzan! Lihatlah anak-anak kamu masih kecil-kecil. Apakah kamu tidak kasihan dengan mereka, di saat mereka masih membutuhkan seorang ibu, bunda nya meninggal dunia," ucap seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu kandung dari Fauzan.
Selama ini ibu Fauzan tinggal di luar kota dan tentu saja jauh dari kehidupan rumah tangga Fauzan. Namun melihat kehidupan putra nya kini, ibu Fauzan mulai sedih. Apalagi cucu-cucu nya kini sudah banyak dengan jumlah tujuh orang dari Fauzan saja. Istrinya Fauzan sendirilah yang mengurus sendiri anak-anak nya tanpa bantuan dari baby sitter maupun dari kakek neneknya yang tinggalnya sama-sama di luar kota semuanya.
"Nanti, mak! Bahkan istriku baru saja meninggal beberapa hari yang lalu," sahut Fauzan.
"Mamak ingin membantu kamu, tapi mamak tinggal di kota Medan. Kalau kamu mau dan mengijinkan, mamak mau merawat dua anak kamu sekaligus tapi harus mamak bawa ke Medan. Bagaimana?" kata ibu dari Fauzan.
"Jangan mak! Ini sudah resiko aku. Sementara waktu aku harus mencari pengasuh atau baby sitter untuk anak-anak ku. Mungkin dua baby sitter sekaligus akan aku upayakan untuk menjaga anak-anak ku di rumah. Sedangkan aku harus fokus dengan kerjaan ku," ucap Fauzan.
"Ya sudah lah, kalau kamu mau mencari pengasuh anak-anak kamu. Cuma kamu harus berhati-hati saat mencari baby sitter maupun pengasuh anak-anak kamu.Apalagi sekarang ini sering terjadi seorang pengasuh bayi atau anak-anak suka teledor dan suka kasih minum pada anak-anak obat tidur terus. Ini akan berakibat buruk pada anak-anak kamu nanti," kata mamak Sarina.
"Kalau kamu mengijinkan mamak mencarikan pengasuh atau perawat bayi, mamak akan mencarikan nya dua perawat anak-anak sekaligus. Tentu saja orangnya bisa kita percaya dan kita kenal baik dari keluarga nya. Mamak akan mencarikan nya di kampung," ucap Ibu dari Fauzan panjang lebar.
"Terserah mamak saja. Yang terpenting semua anak-anak ku keurus dan aku fokus mencari duit. Bukankah begitu, mak?" sahut Fauzan.
"Baiklah, mamak akan menghubungi budhe April dulu. Siapa tahu bude April bisa langsung membantu mencarikan dua pengasuh untuk anak-anak kamu. Setelah dapat dua pengasuh anak-anak kamu, mamak bisa pulang kampung dengan tenang dan lega," ucap mamaknya Fauzan sebut saja mamak Sarina.
"Baik mak! Mamak atur saja semuanya. Tapi aku harap, mamak kembali ke kampung setelah empat puluh hari meninggal nya istriku dan juga dua perawat untuk anak-anak ku bisa langsung ke sini untuk mengasuh dan merawat anakku," ucap Fauzan.
"Ya, ya mamak tahu itu?" kata mamak Sarina dengan logat Medan nya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bagaimana kak April? Kira-kira bisa tidak kakak mencarikan pengasuh anak-anak atau baby sitter untuk anak-anak nya Fauzan. Kakak tahu sendiri kan, kalau istri Fauzan telah meninggal dunia," kata mamak Sarina.
"Dan ini membuat kami sangat sedih dan kehilangan sekali. Bahkan anak-anak Fauzan masih kecil-kecil semua nya. Anak-anak nya selain masih kecil-kecil semuanya juga tujuh orang pulak. Apa tidak bikin pusing? Kasihan Fauzan ditinggal. istrinya disaat sayang-sayang nya," ucap mamak Sarina panjang lebar.
"Semua sudah takdir, dik! Soal pengasuh anak-anak, nanti aku usaha kan secepatnya mendapatkan nya. Mungkin aku akan mencarinya dari keluarga yang sudah kita kenal," sahut budhe April.
"Nah betul! Kakak harus selektif untuk mencari pengasuh cucu-cucu ku. Soalnya cucu-cucu ku sangat butuh perhatian dan juga kasih sayang. Selain tekun bekerja dan rajin, dia harus bisa memiliki kasih sayang pada anak-anak. Rasanya tidak rela jika menyerahkan anak-anak masih kecil-kecil seperti itu pada pengasuh yang hanya mengincar gaji saja," ucap mamak Sarina.
"Iya, aku paham itu dik! Baiklah nanti akan aku kabari secepatnya kalau sudah ketemu pengasuh yang cocok untuk cucu-cucu kamu dik!" sahut budhe April.
"Baiklah, aku tunggu kak kabar dari kakak," ucap mamak Sarina.
⭐⭐⭐⭐⭐
Satu minggu kemudian.
"Siapa nama kalian berdua?" tanya mamak Sarina pada dua gadis yang akan mengasuh ketujuh cucu-cucu nya atau anak dari Fauzan.
"Saya Sabrina sedangkan teman saya ini Erlina," ucap gadis yang menyebut nama dirinya dengan Sabrina.
"Oh, iya Sabrina dan Erina! Mulai hari ini kalian bisa bekerja di rumah ini mengasuh, menjaga, merawat anak-anak dari putra ku. Kalian akan mendapatkan gaji yang cukup besar yang sudah dijanjikan oleh putra ku," kata mamak Sarina.
"Selain itu, kalian harus tinggal di rumah ini. Silahkan kalian berdua berbagi tugas untuk menjaga ketujuh cucu-cucu ku. Yang terpenting semua nya beres. Jangan lupa makan, susu mereka. Kebersihan mereka juga jangan lupa dijaga supaya mereka cucu-cucu ku tetap sehat dan tidak mudah sakit," urai mamak Sarina.
"Baik mak!" sahut keduanya secara bersamaan.
"Kalian akan mendapatkan kamar sendiri-sendiri. Tapi untuk cucuku yang masih bayi, kalian harus menjaga nya. Salah satu diantara kalian harus tidur bersama cucu ku yang masih bayi," kata mamak Sarina.
"Baik mak! Nanti biar saya yang mengurus dan merawat cucu mamak yang bayi. Biar Erlina yang fokus ke cucu-cucu mamak yang lain," sahut Sabrina.
"Kalian bisa membagi tugas. Boleh bergantian supaya tidak capek. Karena kesehatan kalian juga penting," ucap mamak Sarina.
"Baik, mak!" sahut Sabrina dan juga Erlina.
"Kalian jangan khawatir, ketujuh cucu-cucu ku baik-baik dan tidak nakal kok. Dan juga tidak rewel," kata mamak Sarina.
"Baik, mak!"Kami akan berusaha semaksimal mungkin merawat cucu-cucu mamak dengan baik dan penuh kasih sayang," sahut Erlina.
"Bagus!? Kalau kalian bisa dipercaya untuk menjaga dan merawat cucu-cucu ku dengan baik, pasti putra ku akan memberikan bonus untuk kalian," kata mamak Sarina.
"Setelah ini, aku bisa lega mempercayakan ketujuh cucu-cucu ku pada kalian berdua. Setelah ini aku akan kembali ke kampung. Kalian tinggal di sini anggap saja seperti rumah sendiri. Karena putra ku nanti banyak waktu nya untuk bekerja. Putra ku itu sangat gila bekerja keras demi anak-anak nya," ucap mamak Sarina.
"Baik mak! InsyaAllah kami akan amanah menjaga cucu-cucu mamak," sahut Erlina. Dan Sabrina membenarkan ucapan Erlina.
🍁🍁🍁🍁🍁
Erlina dan Sabrina sudah mulai sibuk mengurus ketujuh anak Fauzan yang masih kecil-kecil. Mereka berdua terlihat kompak mengurus anak-anak dari seorang laki-laki duda yang baru ditinggal istrinya lantaran meninggal dunia. Secara bergantian mereka mengurus anak-anak itu seolah-olah telah mereka anggap sebagai adik mereka sendiri.
Saat sore menjelang malam, Fauzan telah pulang ke rumah. Anak-anak nya berhamburan memeluk dirinya karena ayah nya sudah dua hari ini tidak pulang karena urusan bisnis. Setelah adanya dua baby sitter yang mengurus anak-anak nya itu, mamak Sarina pulang ke kampungnya yaitu Medan. Dan Fauzan baru melihat kedua baby sitter yang mengasuh anak-anak nya itu.
"Jadi, kalian berdua yang sekarang ini mengurus ketujuh anak-anak ku? Kalian siapa namanya?" tanya Fauzan sambil melihat kedua pengasuh anak-anak nya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Saya Sabrina dan ini Erlina," jawab Sabrina.Erlina mengiyakan sebagai tanda membenarkan bahwasanya dirinya bernama Erlina.
"Ya sudah! Terimakasih sudah berkenan mengasuh, merawat anak-anak ku. Mungkin aku setiap hari tidak selalu pulang ke rumah. Dengan bantuan kalian berdua, ini akan membuat meringankan tugas-tugas ku untuk menjaga, merawat anak-anak ku. Aku akan menggaji kalian dengan besar, apalagi jika kalian bisa menunjukkan kerja kalian yang bagus," ucap Fauzan.
"Tentu bang! Kami akan berusaha semaksimal mungkin mengasuh, menjaga, merawat anak-anak seperti adik kami sendiri," ucap Erlina pada Fauzan.
"Oke, mulai sekarang tinggallah di rumahku ini senyaman mungkin seperti tinggal di rumah kalian sendiri," sahut Fauzan.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di kamar anak-anak, Erlina dan Sabrina beristirahat setelah anak-anak Fauzan sudah banyak yang tertidur. Keduanya saling pijat secara bergiliran.
"Aku pikir pak Fauzan itu sudah tua dan sudah ompong. Ternyata masih sangat muda sekali," ucap Erlina sambil memijat pundak Sabrina.
"Benar! Sudah tampan, kaya raya dan seperti nya sangat penyayang. Cuma sayangnya, kalau kita jadikan suami buntutnya sudah tujuh," ucap Sabrina.
"Kalau aku mau saja, kalau dijadikan istrinya. Aku rela kok menjadi ibu sambung bagi ketujuh anak-anak bang Fauzan," kata Erlina. Sabrina tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Erlina itu.
"Kamu yakin mau menjadi istri bang Fauzan, jika kalau bang Fauzan mengajakmu menikah dan menjadi ibu sambung bagi anak-anak nya? Perhatian kamu akan terbagi bagi karena harus memberikan perhatian pada anak-anak bang Fauzan," kata Sabrina.
"Aku mau saja, kok kalau benar-benar diajak menikah dengan bang Fauzan. Tapi seperti nya itu tidak akan mungkin terjadi. Lihat lah istri bang Fauzan dulu, cantiknya bukan main. Body nya sangat seksi dan berisi. Aku mungkin saja bukan tipe bang Fauzan," ucap Erlina.
"Tapi kalau pun bang Fauzan benar-benar mengajakku menikah, aku harus menerima paket komplit yang sudah dimiliki oleh bang Fauzan. Duda dengan tujuh anak-anak nya," ucap Erlina panjang lebar.
"Hahaha! Sini kemari lah Erlina! Gantian kamu yang akan aku pijitin! Kamu pasti juga sangat lelah karena mengurus adik bayi yang masih merah anak ketujuh dari bang Fauzan," kata Sabrina.
Kini giliran Erlina yang dipijat oleh Sabrina. Kedua baby sitter itu masih terlihat kompak karena berasal dari satu kampung yang sama. Mereka sama-sama berasal dari Medan tetangga dari budhe April.
Mereka tidak sadar kalau diam-diam percakapan keduanya di dengar oleh Fauzan. Fauzan yang mencuri dengar percakapan diantara mereka hanya tersenyum saja.
"Erlina atau Sabrina?! Kedua-dua nya sama-sama cantik. Dan mereka juga masih muda dan ranum. Kedua gadis yang tampaknya masih sama-sama perawan dan belum terjamah, hehehe!" gumam Fauzan sambil mengusap dagunya yang tidak memiliki janggut.
"Ehem! Kamu belum tidur?" tanya Fauzan pada Sabrina yang saat ini sedang keluar kamar hendak mengambil air minum lantaran haus.
Sebelum tidur, Sabrina lupa menyiapkan air mineral seperti biasa. Sabrina sering terbangun dan terjaga saat di tengah malam. Biasanya saat bangun dari tidur nya tersebut, Sabrina minum segelas air mineral. Namun ia lupa menyiapkan nya. Mau tidak mau dirinya harus ke dapur untuk minum dan menyiapkan air putih untuk persediaan nya. Kebetulan Fauzan masih terjaga dan merokok di ruangan tengah.
"Eh? Tadi sudah tidur, bang! Ini terbangun lantaran haus," ucap Sabrina.
"Oh, begitu! Lain kali, akan aku siapkan dispenser di dalam kamar mu. Biar sewaktu-waktu kamu bisa minum kapanpun kamu mau. Lagipula, kamu juga tidak perlu repot-repot ke dapur jika hendak membuatkan dan menyiapkan susu untuk anak-anak ku," kata Fauzan.
"Eh, iya bang!" sahut Sabrina sambil berjalan cepat ke dapur. Namun sebelum Sabrina melangkah, Fauzan memanggil dirinya.
"Sabrina!" panggil Fauzan.
"Iya, bang! Ada apa bang?" tanya Sabrina.
"Kamu bisa bikin kopi tidak? Sepertinya aku butuh kopi untuk teman merokok sambil begadang," ucap Fauzan.
"Em, tunggu sebentar yah bang! Saya akan bikinkan kopi untuk abang," sahut Sabrina tiba-tiba menjadi sangat gugup.
🌸🌸🌸🌸🌸
"Hem, pandai juga kau membuat kopi!" ucap Fauzan. Sabrina masih berdiri mematung dan belum kembali ke dalam kamarnya setelah meletakkan secangkir kopi hitam untuk majikannya itu.
"Hem, saya sering membuatkan kopi untuk bapak saat di Kampung bang. Jadi mungkin selera bang Fauzan sama dengan bapak saya yang juga pecandu kopi dan rokok. Apalagi rokok yang abang hisap, merek nya sama persis dengan apa yang selalu bapak beli," cerita Sabrina.
Fauzan tersenyum menunjukkan gigi nya yang sedikit kuning lantaran sering minum kopi dan pecandu rokok. Dan Fauzan paling malas untuk membersihkan karang gigi ke dokter spesialis gigi. Cukup dengan sikat gigi saja, Fauzan sudah merasa cukup untuk merawat gigi nya. Lagipula Fauzan belum pernah merasakan sakit gigi.
"Kamu kalau sudah mengantuk boleh kembali ke kamar kamu, Sabrina! Siapa tahu anak-anak ku terbangun dan minta susu," ucap Fauzan. Fauzan sedikit nakal saat mengucap kata susu dia memperhatikan bagian dada Sabrina. Bagian itu mungkin saja menjadi pusat perhatian dan bagi seorang pria sesuatu yang menarik. Apalagi milik Sabrina lumayan gedhe. Mungkin saja berukuran tiga puluh delapan.
"Tapi jikalau kamu belum mengantuk, kamu bisa duduk di sini kok. Kita mengobrol supaya lebih dekat. Kebetulan aku belum mengantuk. Biasanya kalau aku sedang pulang dari perjalanan ke luar kota sehabis melakukan perjalanan bisnis, istriku lah yang sering menemani aku. Kami bercerita panjang lebar. Kadang-kadang sampai larut malam," cerita Fauzan seraya menatap ke langit-langit ruangan tengah itu.
Sabrina akhirnya duduk di depan Fauzan. Fauzan tersenyum lebar. Kini keduanya mulai saling bercerita tentang kehidupan nya masing-masing. Entah siapa yang memulainya hingga keduanya bisa semakin akrab dan bebas bercerita tentang kehidupan pribadinya.
"Oh, jadi kamu sebenarnya sudah hampir menikah tapi tiba-tiba saja calon suami kamu menggagalkan nya?" ucap Fauzan yang menyimpulkan cerita dari kehidupan pribadi Sabrina.
"Benar bang! Padahal tanggal, hari dan bulan sudah ditentukan untuk acara akad nikah nya. Bahkan semua acara untuk pesta pernikahan nya pun sudah kami serahkan pada panitia pelaksana pesta pernikahan. Tapi tiga hari sebelum hari nya, dia tiba-tiba menghubungi saya dan menggagalkan nya," kata Sabrina.
"Wah benar-benar laki-laki aneh! Apa alasannya? Kenapa dia tiba-tiba saja menggagalkan pernikahan kalian? Rugi dong, pasti semuanya sudah di panjer untuk acara pesta pernikahan itu ke panitia persiapan pesta pernikahan," ucap Fauzan.
"Benar! Dia hanya bilang kalau dia tiba-tiba saja mendapatkan panggilan kerja di luar negeri. Bagi dia itu adalah cita-cita nya. Akhirnya, saya dan keluarga hanya bisa pasrah dan ikhlas dengan semua itu. Walaupun kami harus menghadapi rasa malu itu lantaran semua undangan pernikahan telah disebar," cerita Sabrina.
"Wah, aku tidak bisa membayangkan saat itu, kamu pasti benar-benar syok dan depresi tentunya," sahut Fauzan.
"Akhirnya kami putus hubungan bang! Dan keluarga ku sudah tidak mau lagi menerima dia untuk menjadi calon suamiku. Walaupun suatu saat nanti, dia datang kembali untuk melamar dan meminta aku untuk menikah kembali dengan nya," kata Sabrina.
Fauzan manggut-manggut menyimak cerita Sabrina dengan serius. Obrolan keduanya melebar kemana-mana. Yang pasti keduanya menjadi semakin dekat satu dengan yang lain.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Kenapa kamu sejak tadi senyum-senyum sendiri sih, Sabrina? Ada apa sih?" tanya Erlina penasaran dengan temannya pagi ini begitu aneh. Sabrina malah tersenyum lebar lalu melihat Erlina yang menatap heran dengan dirinya.
"Sepertinya aku mulai naksir dengan bang Fauzan deh!" kata Sabrina.
Erlina mengernyitkan dahinya lalu menatap heran pada Sabrina.
Sabrina kini menggendong anak bayi mungil anak dari majikannya itu, di mana istrinya meninggal lantaran setelah melahirkan bayi itu. Sabrina mengusap dengan penuh kelembutan anak bayi mungil itu seperti sudah menganggap nya sebagai anaknya sendiri bukan adiknya seperti yang dikatakan kemarin itu. Bayi mungil itu berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama oleh Fauzan dengan nama Hamzah.
"Kamu yakin? Kalau begitu, mulai sekarang kita saingan dong!" ucap Erlina. Sabrina tersenyum lalu menanggapi ucapan Erlina.
"Oke, mulai dari sekarang kita bersaing! Tapi kita tidak boleh saling bermusuhan loh. Apalagi saling membenci. Kita berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian bang Fauzan. Siapa yang dipilih oleh bang Fauzan, kita harus Terima dengan lapang dada," ucap Sabrina.
"Oke, aku setuju! Walaupun kita akan menjadi rival tapi kita harus tetap kompak dalam mengurus ketujuh anak-anak bang Fauzan. Karena kita di sini juga digaji kan?" sahut Erlina.
"Oke!" kata Sabrina.
"Jadi, kenapa pagi ini kamu seperti terlihat begitu bahagia? Hayo cerita padaku, Sabrina!" ucap Erlina.
"Kasih tahu gak yah?" sahut Sabrina.
"Kasih tahu dong!" ucap Erlina. Sabrina lagi-lagi senyum-senyum menunjukkan kalau dirinya saat ini sedang berbunga-bunga.
"Tadi malam, aku ngobrol dengan bang Fauzan sampai larut malam," Sabrina mengawali ceritanya.
"Lalu?" sahut Erlina dengan tidak sabar menunggu kelanjutannya.
"Yah gitu! Ngobrol panjang lebar sampai ke masalah pribadi kami masing-masing. Bahkan bang Fauzan sampai curhat dengan ku. Aku pun demikian. Aku mulai menceritakan perjalanan cintaku yang sempat kandas. Saat aku mengalami kegagalan itu. Dimana aku sudah dan hampir saja menikah namun akhirnya digagalkan oleh calon suamiku. Mas Anies yang akhirnya memilih meninggalkan aku demi kariernya. Akhirnya mau tidak mau aku harus merelakan mas Anies pergi dan gagal untuk menikah. Walaupun aku dan semua keluarga harus menanggung rasa malu karena kami sudah mempersiapkan semuanya. Bahkan undangan pesta pernikahan pun sudah kami sebar," urai Sabrina.
"Hem, terus setelah bang Fauzan mendengar semua cerita kamu, bagaimana dia menanggapi nya?" sahut Erlina.
"Bang Fauzan? Ah, rasanya nasihat nya bikin aku adem seperti disiram dengan es," ucap Sabrina malah kembali ngelantur.
"Lalu, apa lagi?" tanya Erlina mulai kepo.
"Ternyata bang Fauzan begitu sangat mencintai mendiang istrinya. Namun bang Fauzan benar-benar merasa menyesal kenapa selama ini dirinya sibuk dengan urusan bisnisnya. Sehingga saat istrinya melahirkan anak ke tujuh, dirinya tidak ada di saat itu. Bang Fauzan sangat menyesali hari itu. Hari yang seharusnya dirinya mendampingi istrinya saat memperjuangkan dan melahirkan anaknya yang ke tujuh hingga taruhan nyawa, bang Fauzan malah disibukkan dengan dengan bisnisnya di luar kota," cerita Sabrina.
"Mungkin lantaran sudah sering istrinya melahirkan apalagi ini anak yang ke tujuh, sehingga bang Fauzan jadi menyepelekan semua nya. Dianggapnya istrinya bisa menghadapi segalanya sendirian," sahut Erlina.
"Benar juga! Lagipula bang Fauzan sibuk dengan bisnisnya juga demi anak-anak dan istrinya, bukan?" kata Sabrina.
"Takdir seseorang siapa yang tahu. Kita pun tidak akan tahu kapan kita menemui ajal kita, bukan?" sahut Erlina.
"Eh, serem deh! Kamu kok bicaranya gitu sih! Aku tiba-tiba jadi takut loh!" kata Sabrina.
"Untuk mengingatkan saja! Bahwasanya kita hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Dan tentu saja ada kehidupan kekal dan abadi setelah kehidupan dunia ini. Jadi banyak-banyak lah berbuat kebaikan bukan?" kata Erlina.
"Benar! Aku rasa seorang istri, cukup mengikuti apa kata suami serta patuh terhadap nya saja, surga sudah menanti kita. Bagaimana menurut kamu?" ucap Sabrina.
"Hem, benar juga! Dan kamu ingin menjadi istri bang Fauzan yang patuh dan berbakti kepadanya, bukan? Jangan mimpi dong! Di sini kita masih bersaing!" kata Erlina.
"Hahaha, oke! Kita bersaing!" sahut Sabrina seraya menjulurkan lidahnya ke arah Erlina yang terlihat manyun bibir nya ke depan.
Tiba-tiba saja Erlina memeluk Fauzan ketika baru saja masuk melewati pintu utama rumah nya. Bahkan Erlina menangis tersedu-sedu hingga membuat Fauzan menjadi sangat heran dan bingung dengan apa yang telah terjadi pada Erlina.
"Hai, hai Erlina! Ada apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis seperti ini? Ada apa?" ucap Fauzan.
Tentu saja Fauzan masih mode bingung karena Erlina tiba-tiba memeluk dirinya tanpa sungkan. Bahkan saat ini Erlina menangis sambil memeluk Fauzan. Dada nya yang bidang dan lebar sukses membuat hangat dan damai Erlina. Tangan Fauzan akhirnya memeluk tubuh mungil Erlina. Sukses dalam hati Erlina merasa menang dan kegirangan saat pelukannya mendapatkan sambutan hangat pelukan dari duda tampan beranak banyak itu.
"Itu, itu bang Fauzan! Aku kangen mamak aku di Medan, bang! Aku kangen!" ucap Erlina sambil menangis terisak-isak. Fauzan yang mendengar alasan kenapa Erlina menangis hanya bisa menarik nafasnya.
"Astaghfirullah, aku pikir ada apa? Ternyata hanya kangen mamak kamu di kampung saja, haduh!" sahut Fauzan sambil melepaskan tangannya yang membalas pelukan dari Erlina. Namun Erlina masih berakting menangis terisak-isak bahkan air mata buayanya jatuh di kemeja Fauzan.
"Abang, jangan gitu! Namanya kangen itu tidak ada obatnya sebelum bertemu, bang!" ucap Erlina kembali beralasan.
"Ya sudah, kalau kamu mau pulang ke kampung. Aku kasih ijin kamu untuk pulang. Tapi hanya dua hari saja yah," kata Fauzan sok bijaksana.
"Oh, iya! Tapi tolong lepaskan pelukan kamu ini! Kalau nanti dilihat anak-anakku dan juga Sabrina, apa kata mereka. Kan tidak enak kan?" sambung Fauzan.
"Enggak mau!" sahut Erlina.
"Eh?" Fauzan tentu saja kaget dengan jawaban dari Erlina. Hingga Fauzan sedikit mendorong Erlina pelan supaya melepaskan pelukan nya.
"Ayo duduk dulu di kursi itu! Supaya kamu tenang!" kata Fauzan masih tetap bersabar menghadapi salah satu pengasuh anak-anaknya.
Erlina duduk lalu mulai menghapus air mata buayanya dengan tisu pemberian Fauzan.
"Ini minum dulu! Supaya kamu tenang yah!" kata Fauzan mode sangat perhatian dan kebapakan. Erlina sangat patuh dengan ucapan majikan nya yang super ganteng itu. Pesona nya bikin seorang wanita klepek-klepek.
"Nah sudah lebih baik kan? Nanti aku akan memesankan tiket pesawat untuk kamu sekalian pulang pergi yah! Sekarang kamu boleh kembali ke kamar dan bersiap-siap. Kamu kalau sudah kangen berat, boleh kok malam ini pulang ke Medannya," ucap Fauzan kembali penuh perhatian pada Erlina.
"Tidak bang! Aku tidak mau pulang. Aku hanya kangen dengan mamak saja," sahut Erlina. Fauzan mengerutkan dahinya menatap heran pada Erlina.
"Loh, katanya kamu kangen dengan mamak kamu di kampung. Terus obat kangen itu harus ketemu mamak kamu. Ini gimana sih, kamu ini. Abang kan sudah mengijinkan kamu pulang ke Medan. Bahkan akan abang pesankan tiket pesawat malam ini juga. Ini malah tidak mau pulang. Gimana sih kamu ini?" ucap Fauzan.
"Sebenarnya mamak ku itu sudah meninggal, bang. Dan dikuburkan di kampung Medan. Jadi untuk apa aku pulang, toh tidak bisa ketemu mamak ku juga," terang Erlina.
"Astaghfirullah, Erlina!" sahut Fauzan sambil mengusap dada nya sendiri. Dia kembali bersabar menghadapi salah satu pengasuh anak-anaknya.
"Lebih baik, aku mendoakan mamak ku saja di sini, bang!" sahut Erlina. Erlina kembali menangis dan tanpa sungkan memeluk duda tampan dan tajir itu. Tetapi duda yang memiliki banyak anak yaitu tujuh. Fauzan kembali mengusap punggung Erlina supaya kembali tenang karena tangisannya terdengar memilukan bagi Fauzan.
"Nah, itu kamu tahu Erlina. Lebih baik kamu mendoakan mamak kamu yang sudah meninggal. Itu lebih baik daripada menangisi nya. Aku Pun juga seperti itu, selalu mendoakan mendiang istriku. Dia adalah wanita hebat yang telah melahirkan tujuh anak-anakku," ucap Fauzan.
"Abang suami yang hebat! Aku juga mau jika kelak punya suami seperti abang," sahut Erlina spontan.
"Hah?" gumam Fauzan.
Tidak jauh dari pemandangan yang seperti intim itu antara Fauzan dan Erlina yang berpelukan. Ada Sabrina yang mendengus kesal saat Erlina berhasil membuat Fauzan menyambut pelukannya. Bahkan Fauzan terlihat sangat perhatian dengan Erlina dengan permasalahan nya. Padahal semua itu hanyalah akting Erlina. Walaupun kenyataannya memang mamak Erlina benar-benar telah meninggal dunia. Dan itu hanyalah sebagai alasan supaya mendapatkan perhatian dari majikan nya yang super tampan dan menggoda.
"Haduh, sialan Erlina! Bahkan Erlina bisa mendapatkan pelukan dari bang Fauzan. Ih nyebelin ihhh," ucap Sabrina sambil menghentak-hentakkan kaki nya sendiri karena sebal.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Hem, puas yah sudah bisa peluk-peluk dengan bang Fauzan? Modus banget sih, kau itu Erlina!" ucap Sabrina sinis. Erlina tersenyum-senyum tanpa merasa dosa.
"Ternyata dipeluk seorang pria tampan dan sekeren bang Fauzan itu bikin nagih, loh! Dada nya yang bidang dan lebar, membuat candu. Apalagi parfum maskulin yang dipakai bang Fauzan bikin adem dan semakin membuat pikiranku seperti terombang-ambing. Oh iya Sabrina, rasanya pengen dicium oleh bang Fauzan. Aku rela jika kesempatan itu ada," ucap Erlina sambil senyum-senyum seperti sedang berbunga-bunga. Hal itu semakin membuat Sabrina sewot dan ingin muntah.
"Astaghfirullah, Erlina! Sadar dong! Memang kita sangat terpesona dengan duda beranak banyak itu, tapi jangan kau rendahkan harga diri kamu sebagai seorang gadis perawan yang sudah ngebet mau kawin," sahut Sabrina.
"Biarin! Kamu belum ngerasain sih, bagaimana rasanya memeluk dan dipeluk oleh bang Fauzan. Asal kamu tahu saja Erlina, kita ini sedang bersaing untuk merebut hati bang Fauzan, si duda tampan, tajir dan memiliki anak-anak yang lucu-lucu. Apalagi Hamzah anak yang ke tujuh itu, rasanya aku ingin dipanggil Hamzah dengan panggilan bunda jika dia sudah bisa bicara nanti," ucap Erlina panjang lebar.
"Astaghfirullah," sahut Sabrina sambil mendengus kesal dengan keberuntungan dan rejeki yang banyak dari Erlina karena bisa lebih dekat dengan bang Fauzan.
"Kau cemburu yah?" kata Erlina mengejek. Sabrina cemberut bibirnya hingga maju satu senti.
"Ih, lebih baik aku tidur di kamar Hamzah saja lah! Aku mau nemenin Hamzah bobok," ucap Sabrina.
"Oke, malam ini giliran kamu yang jaga Hamzah yah! Jangan lupa siapkan susu nya dan ganti Pampers nya," sahut Erlina yang kini memeluk guling di dalam kamarnya. Pikirannya masih bertraveling ke mana-mana, mengkhayal bisa bersama majikannya, bang Fauzan.
🦋🦋🦋🦋🦋
"Wajah Hamzah ini sangat mirip banget dengan papa nya, bang Fauzan. Mungkin karena almarhum istrinya bang Fauzan begitu menyayangi bang Fauzan, kali yah?" gumam Sabrina sambil mengusap pipi chubby milik Hamzah yang saat ini sudah tertidur dengan lelap nya di dalam box bayi. Sabrina tiba-tiba tersenyum saat kembali membayangkan jika dirinya hamil dan melahirkan anak.
"Kapan aku bisa mengandung dan punya bayi sendiri yah? Hah? Siapa yang akan menjadi suamiku? Laki-laki seperti bang Fauzan tipe aku banget. Tapi sayang sekali, dia sudah memiliki banyak anak dari istri nya terdahulu," gumam Sabrina.
Jika aku menjadi ibu sambung bagi ke tujuh anak-anak bang Fauzan, apakah aku bisa menjadi ibu yang baik bagi mereka? Apalagi jika aku hamil setelah aku dinikahi oleh bang Fauzan. Ah, menjadi ibu yang adil mungkin sangat sulit. Tidak membedakan anak sendiri dengan anak bawaan suami," pikir Sabrina.
"Ih, sinting! Kenapa pikiranku jadi sejauh ini sih? Apa aku benar-benar sudah jatuh hati dengan pria duda itu? Atau hanya obsesi saja lantaran aku dan Erlina saat ini sedang berlomba-lomba merebutkan simpati dan perhatian dari bang Fauzan. Tipe bang Fauzan yang penyayang tanpa membedakan aku dan Erlina, membuat aku dan Erlina seperti benar-benar diperhatikan oleh bang Fauzan," gumam Sabrina.
"Tapi apakah iya, kalau diantara aku dan Erlina tipe wanita atau istri yang disukai oleh bang Fauzan?" gumam Sabrina yang kini mulai memberikan botol susu yang sudah ada susu formula nya ke dalam mulut kecil Hamzah. Bayi dibawah lima tahun itu terlihat masih memejamkan matanya namun sambil menyedot susu formula nya.
Tiba-tiba pintu kamar Hamzah terbuka. Sukses membuat Sabrina terkejut dengan siapa yang masuk ke kamar Hamzah.
"Eh, em bang Fauzan?" ucap Sabrina gugup. Dia melihat bang Fauzan hanya mengenakan celana pendek saja dan dadanya yang bidang tanpa kaos oblong dan bertelanjang dada. Sukses pemandangan indah itu membuat mata Sabrina melebar dengan sempurna. Sungguh badan bang Fauzan terlihat sangat atletis dan maco.
"Sabrina! Kamu tidur di sini? Menemani Hamzah, putriku yang cantik yah?" ucap Fauzan yang kini mendekati Sabrina yang berada di dekat Hamzah. Tentu saja jantung Sabrina semakin berdetak dengan kencang. Apalagi badan maco Fauzan semakin membuat Sabrina terpesona.
"Eh, em iya bang! Kasihan kalau Hamzah tidur sendiri! Jadi saya yang mendapat giliran untuk menjaga Hamzah dan menemani nya di kamar ini," kata Sabrina.
"Oh, aku pikir Hamzah tidak ada yang menemani, makanya aku mau memindahkan Hamzah ke kamarku. Tapi karena sudah ada kamu di sini, sepertinya hal itu aku urungkan. Terimakasih banyak, Sabrina! Kamu sangat peduli dan perhatian dengan putri ku yang cantik ini," ucap Fauzan sambil mengusap lembut pipi putrinya, Hamzah.
"Oh, iya kalau begitu aku kembali ke kamarku yah! Selamat malam!" sambung Fauzan akhirnya.
"Em selamat malam bang Fauzan! Mimpi indah bang! Eh em?" sahut Sabrina. Sukses ucapan Sabrina membuat Fauzan menyipitkan bola matanya. Lalu setelah nya hanya bisa tersenyum lebar melihat Sabrina yang terlihat gugup saat dirinya ada di kamar itu.
"Astaga naga! Jantungku rasanya mau copot melihat dada bidang milik bang Fauzan yang tanpa kaos oblong. Ah, rasanya pingin menyentuh nya. Ih Sabrina! Apa sih yang kamu pikirkan itu?" gumam Sabrina sambil memegangi dada nya sendiri yang seperti hendak mau lepas dari sana.
"Hamzah, aku menyayangi kamu. Dan tentu saja menyayangi ayah kamu juga, hihihi," kata Sabrina sambil mengecup dahi Hamzah yang terlihat masih pulas dalam tidur nya.
Saat memastikan anak-anak nya sudah tidur semuanya, Fauzan kembali ke dalam kamarnya. Namun sebelum kaki nya masuk ke dalam kamarnya, terdengar suara teriakan Erlina di dalam kamarnya. Bahkan suaranya melengking keluar dari dalam kamar Erlina. Tentu saja membuat Fauzan menjadi terkejut. Fauzan dengan langkah lebarnya menuju ke kamar Erlina.
"Erlina, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Fauzan yang kini sudah berada di dalam kamar Erlina. Saat itulah Erlina menghambur memeluk majikan nya itu tanpa ada rasa canggung dan sungkan. Padahal saat ini Erlina sedang mengenakan pakaian tidur. Perlu diingat, kebiasaan Erlina sebelum tidur selalu melepaskan bra nya. Tentu saja bagian dada yang biasanya membusung kokoh sedikit bergoyang saat melangkah maupun berlari saat menghambur memeluk Fauzan. Fauzan bahkan menyentuh bagian punggung Erlina yang seperti tidak mengenakan bra nya. Fauzan tiba-tiba merasa gugup saat tangannya meraba punggung Erlina seperti hanya terhalang kain tipis pakaian tidur nya.
"Erlina! Jangan memelukku seperti ini, Erlina!" ucap Fauzan gugup.
Bahkan tangan Fauzan kini disentuh Erlina. Erlina seperti gadis yang benar-benar menggila dan modus. Sikap Erlina itu membuat seorang duda seperti Fauzan akan berpikir ke mana-mana. Apalagi semenjak istrinya meninggal dunia, Fauzan tidak satu kali pun melakukan hubungan dengan wanita manapun. Bukan tipe Fauzan yang suka berkencan dan melakukan one night love. Karena Fauzan termasuk laki-laki yang berpegang teguh dengan prinsip. Walaupun Fauzan bukanlah seorang ustad. Namun paling tidak, Fauzan paham akan ilmu agama dan ajaran agama yang telah ia peluk dan yakini nya.
"Ada kecoa di bawah kasur aku, bang! Tolong aku bang! Aku paling geli dengan kecoa," ucap Erlina yang pada akhir nya melepaskan pelukan nya.
"Oke, sebentar! Tolong ambilkan sapu, Erlina! Sepertinya aku butuh sapu untuk mengusir kecoa nya," kata Fauzan.
"Baik, baik bang! Aku akan ambilkan sapu nya terlebih dahulu," sahut Erlina dan dengan cepat keluar dari dalam kamarnya untuk mengambilkan sapu sesuai perintah Fauzan.
"Astaga, Erlina! Jika dia selalu saja main peluk-peluk aku seperti itu, bikin imron aku luruh juga. Astaga! Apa lagi aku tadi merasakan empuk- empuk begitu saat Erlina menempel memeluk dadaku. Astaga! Apa Erlina sedang tidak mengenakan bra?" gumam Fauzan sambil menggelengkan kepalanya. Fauzan akhirnya menemukan kecoa yang dimaksudkan oleh Erlina. Bahkan Erlina belum kembali untuk mengambil sapu di belakang rumah.
🦋🦋🦋🦋🦋
"Bang, ini aku buatkan kopi kesukaan abang! Silahkan dinikmati dulu bang!" ucap Erlina seraya menyodorkan secangkir kopi buatannya pada majikannya. Fauzan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pandangan Fauzan saat ini tertuju ke bagian dada Erlina yang terlihat sesuatu yang membuat Fauzan bertraveling mengkhayal sesuatu yang nakal.
"Em tidak Erlina! Maaf, aku harus segera tidur. Dan kamu juga harus istirahat bukan? Maaf, aku lebih baik keluar dari dalam kamar kamu. Ini tidak bagus jika seorang pria dan wanita sedang berdua lama-lama di satu ruangan yang sama. Ini akan menimbulkan fitnah. Dan yang paling parah, akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan," kata Fauzan yang berusaha mengalihkan pandangan nya supaya tidak melihat bagian lekukan indah milik Erlina.
"Tapi bang, ini aku sudah membuatkan kopi kesukaan bang Fauzan loh! Masak dibiarkan mubazir begitu saja sih?" sahut Erlina. Erlina berjalan mendekati Fauzan. Hal itu membuat Fauzan dibuat mati kutu.
"Aku aku aku sudah mengantuk, Erlina! Maaf!" kata Fauzan sambil mencoba membuka pintu kamar Erlina. Namun pintu itu telah dikunci oleh Erlina. Sukses membuat Fauzan mengerutkan dahinya.
"Erlina! Erlina tolong, kenapa pintu kamar kamu di kunci?" kata Fauzan.
"Kunci nya aku bawa, bang! Setelah kopinya habis, pintu kamar itu akan aku buka. Dan abang boleh keluar dari kamarku," ucap Erlina dengan menunjukkan senyuman nya.
"Ya sudah, mana kopinya? Biar aku habiskan," kata Fauzan.
"Nah, begitu dong bang! Ini kopinya, dihabiskan loh, bang!" ucap Erlina. Tanpa ragu, Fauzan menghabiskan kopi buatan Erlina sampai kandas. Erlina menyipitkan bola matanya.
"Sudah habis! Sekarang aku boleh pergi kan? Aku sudah ngantuk, Erlina! Dan besok pagi aku harus bekerja," kata Fauzan.
"Tapi lain kali kita bisa ngobrol panjang lebar lagi kan, bang?" sahut Erlina manja.
"Kalau ada waktu dan kalau aku sedang di rumah dan lagi santai yah! Oh iya, terimakasih banyak kopi nya," ucap Fauzan.
Erlina akhirnya membukakan pintu kamar nya dan membiarkan majikan yang super menawan itu meninggalkan dirinya. Namun sebelum Fauzan melangkah jauh meninggalkan kamar Erlina, Fauzan berkata yang membuat Erlina membulat bola matanya.
"Lain kali jangan menggoda aku seperti ini, Erlina! Iman ku belum kuat jika dihadapkan dengan pakaian kamu yang tanpa... tanpa bra itu! Maaf!" kata Fauzan.
"Jika terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan antara aku dengan kamu sebelum menikah, apakah kamu tidak takut jika terjadi sesuatu diantara kita? Aku laki-laki normal. Bahkan kamu bisa melihat sendiri, kalau anak-anak ku sudah ada tujuh orang. Kamu mau jika menjadi ibu sambung dari tujuh anak-anak ku?" sambung Fauzan.
Sukses ucapan Fauzan itu langsung ke sasaran. Tentu saja inilah tujuan Erlina yang selalu berusaha menggoda Fauzan. Sekian lama Erlina terbengong antara malu dan senang. Sampai akhirnya Erlina berucap dengan berani.
"Aku mau kok bang, menjadi ibu sambung bagi anak-anak abang. Dan aku siap kok jika hamil anak-anak abang. Mau berapa pun aku siap kok bang! Sepuluh, sebelas, dua belas pun aku mau hamil dengan abang," sahut Erlina tanpa malu.
Fauzan tentu saja melongo mendengar pernyataan Erlina yang langsung ke sasaran jawaban. Fauzan hanya bisa meringis dan menggaruk kepala nya yang tidak gatal. Akhirnya Fauzan lebih memilih meninggalkan Erlina yang masih berdiri mematung memandangi badan atletis Fauzan.
"Astaga naga! Ini gila! Erlina benar-benar nekat! Tapi Erlina benar-benar membuatku gila dan saat dia memelukku dengan tiba-tiba, reaksi di bagian bawah ku benar-benar sudah mau memberontak. Astaghfirullah!" gumam Fauzan sambil mengatur irama jantungnya yang berdebar hebat.
Fauzan menjatuhkan tubuh nya di atas tempat tidur dan mulai memikirkan apa yang sudah terjadi baru-baru ini. Sikap kedua pengasuh anak-anak nya membuat Fauzan gila.
"Erlina cantik. Sabrina pun lebih cantik. Keduanya pun seperti berusaha mencari perhatian ku. Aduh, ada apa dengan dua pengasuh anak-anak ku sih? Kenapa keduanya jadi genit semua nya. Mereka tidak sadar, apa? Kalau aku juga pria normal yang mudah tergoda jika diganggu dan digoda seperti itu," pikir Fauzan.
"Sabrina juga sangat mempesona. Dekat dengan Sabrina membuatku seperti dekat dengan almarhum istriku. Dia begitu keibuan," gumam Fauzan sambil cengar-cengir mengingat kejadian malam ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!