NovelToon NovelToon

Wanita Tahanan Tuan Muda

Bab 1

Eleanor tidak percaya dengan apa yang dilihat matanya saat ini, Kai —kekasihnya berciuman dengan perempuan lain. Parahnya, perempuan itu adalah sahabat mereka —Cantika. Kai maupun Cantika tidak sadar dengan kehadiran Eleanor karena mereka sedang asik berciuman.

"Oh, jadi ini?"

Barulah kedua orang yang sedang berciuman itu melepas tautan bibir mereka saat Eleanor mengeluarkan suaranya. Mereka menatap Eleanor dengan wajah terkejut, namun Eleanor tidak terlalu memperdulikan mereka dan lebih peduli dengan orang yang datang bersamanya ke tempat ini —Elang.

"El, ini gak seperti yang lo lihat."

"Sayang, tolong jangan salah paham. Aku dan Cantika—"

"Lo berusaha mati-matian mencegah gue kesini untuk menutupi perselingkuhan mereka?" tanya Eleanor pada Elang. Tanpa memperdulikan dua orang yang berusaha memberikan penjelasan.

Perselingkuhan Kai dan Cantika saja sudah cukup membuat hati Eleanor sakit, ditambah lagi Elang yang seakan berusaha menutupi perselingkuhan mereka. Semakin sakit hati Eleanor.

Pantas saja Elang melarang Eleanor masuk kesini, ternyata ada hal besar yang sengaja Elang sembunyikan dari Eleanor. Elang tahu Kai dan Cantika selingkuh, tapi tidak membiarkan Eleanor mengetahui itu dan sengaja menutupinya.

"Enggak, bukan gitu—"

"Mereka sudah berkhianat dan lo ikut-ikutan?!" air mata Eleanor menetes saat mengatakan itu.

Mereka berempat sudah lama bersahabat, dan hari ini Eleanor dikhianati oleh ketiga sahabatnya yang salah satunya merangkap menjadi kekasihnya.

Eleanor sakit hati, marah, kecewa, namun Ia tidak tahu harus bagaimana melampiaskan amarah dan kekecewaannya sekarang. Terlebih orang yang berkhianat padanya adalah orang yang Ia sayang.

"Enggak, El. Dengarkan gue dulu," Elang meraih tangan Eleanor dan berusaha menjelaskan. Eleanor menolak disentuh sebelum tangan itu sempat menggenggam tangannya.

"Gue selalu menganggap kalian sahabat, tapi kenapa? kenapa kalian melakukan ini?" Eleanor berteriak histeris sambil menjambak rambutnya sendiri. Hal yang biasa Ia lakukan saat emosinya mulai tidak terkendali dan meledak-ledak.

"Sayang."

"El."

"Eleanor."

Kai, Cantika dan Elang khawatir melihat Eleanor seperti itu. Mereka tahu Eleanor memiliki masalah dalam mengontrol emosinya dan perlu untuk ditenangkan. Namun, Eleanor menghindar saat mereka berniat menenangkannya.

"Mulai sekarang kalian bukan sahabat gue," ucap Eleanor menatap satu persatu sahabatnya, lalu tatapannya berhenti pada Kai.

"Dan kamu, mulai hari ini kita sudah gak punya hubungan apapun. Kita putus," suara Eleanor tercekat di dua kata terakhir. Sungguh, sebenarnya Ia tidak ingin putus dengan Kai, tapi pengkhianatan Kai tidak bisa dimaafkan.

Kai menggeleng, menolak keputusan Eleanor.

"Enggak, sayang. Aku bisa jelaskan. Ini gak seperti yang kamu lihat."

Eleanor menolak mendengar penjelasan Kai. Ia pergi begitu saja dari sana tanpa mau mendengar penjelasan laki-laki itu.

"Gue gak habis pikir sama kalian," Elang bicara pada Kai dan Cantika setelah Eleanor pergi.

Elang bukan sengaja membantu Kai dan Cantika menutupi perselingkuhan mereka, justru Ia juga terkejut melihat mereka berciuman. Yang ada dipikirannya saat melarang Eleanor masuk karena Ia tidak ingin Eleanor sakit hati.

"Kalian berdua sama-sama punya pacar, tapi berani ciuman kayak tadi?"

"Cantika lagi ada masalah sama Nathan, tadi kami hanya terbawa suasana. Kami gak selingkuh seperti yang ada dipikiran kalian," ucap Kai menjelaskan pada Elang. Ia berharap setelah ini Elang bisa membantunya bicara dengan Eleanor karena Eleanor pasti akan lebih mendengarkan Elang dibandingkan Kai.

Persahabatan dan percintaan mereka rumit, Kai selalu mencintai Eleanor, tapi Eleanor lebih dekat dan lebih terbuka dengan Elang. Sementara yang lebih dekat dan lebih terbuka dengan Kai adalah Cantika. Mereka tidak pernah mempermasalahkan itu, namun sekarang menjadi masalah besar.

Cantika curhat masalah hubungannya dengan Nathan pada Kai dan berujung dengan mereka yang berciuman. Elang tanpa sengaja memergoki mereka, lalu Eleanor juga datang melihat mereka.

"Ck, kita bicarakan itu nanti. Sekarang ada hal yang lebih penting," Elang pergi menyusul Eleanor setelahnya. Kai dan Cantika juga ikut menyusul. Mereka tidak mungkin membiarkan Eleanor mengendarai mobil dalam keadaan emosi.

"Mobil El masih disini, tapi kemana El?" tanya Elang saat melihat mobil Eleanor masih berada di parkiran tapi Eleanor tidak ada disana.

"El pasti pergi naik taksi," Kai yang mengenal baik kekasihnya menyahut.

Tangan Eleanor akan bergetar hebat ketika sedang emosi, kemungkinan Eleanor tidak bisa menyetir dan memilih pergi naik taksi.

"Benar juga, ayo kita ke apartemen El."

Cantika mengangguk setuju, berbeda dengan Kai yang merasa Eleanor tidak mungkin pergi kesana dengan kondisinya saat ini. Pasti Eleanor pergi ke tempat lain.

"Kalian ke apartemen El, gue mau nyari El ke tempat lain," kata Kai sebelum pergi dengan menaiki mobilnya untuk mencari ke tempat yang biasa Eleanor datangi ketika ada masalah.

Cantika menatap kepergian Kai. Ia merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi, apalagi Ia tahu sebesar apa cinta Kai terhadap Eleanor. Andai Ia tidak mencium Kai, pasti semuanya tidak akan menjadi seperti ini.

Ya, Cantika yang mencium Kai, sementara Kai hanya diam menerima ciuman Cantika. Mereka sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap satu sama lain, cinta Kai hanya untuk Eleanor dan cinta Cantika juga hanya untuk Nathan kekasihnya.

"Malah ngelamun! ayo, kita ke apartemen El."

"Eh, iya," Cantika akhirnya masuk ke dalam mobil Elang. Sementara Kai pergi entah kemana.

-

-

Eleanor untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di sebuah bar. Ia tidak tahu harus pergi kemana dan memutuskan pergi kesana.

Kai tahu semua tempat yang biasa Eleanor datangi ketika ada masalah. Eleanor pergi kesana untuk menghindari orang-orang yang kemungkinan sedang mencarinya sekarang, terutama Kai.

"Lo menghalangi orang yang mau masuk ke dalam."

Eleanor reflek memutar badan menatap orang yang menegurnya, karena Eleanor berdiri di depan bar dan menghalangi pintu masuk.

Laki-laki di depan Eleanor menunjukkan wajah kesal, namun ekspresinya berubah saat melihat kondisi Eleanor.

"Lo baik-baik aja?" tanya laki-laki di depan Eleanor itu sambil memperhatikan kondisi Eleanor yang nampak memprihatinkan di matanya.

Mata Eleanor sembab dan tubuhnya nampak bergetar. Seperti orang yang sedang menghadapi masalah besar dan sengaja datang ke bar untuk lari dari masalahnya.

"Ayo, masuk bareng gue. Gue bukan orang jahat kok," tanpa basa basi laki-laki asing itu menarik Eleanor masuk ke dalam bar.

Meski mereka tidak saling mengenal, tapi Eleanor bisa merasakan ketulusan laki-laki itu saat mengajaknya masuk ke dalam bar. Mungkin laki-laki itu kasihan melihat kondisi Eleanor sekarang.

Saat masuk ke dalam bar, ada dua laki-laki menghampiri mereka dan bicara pada laki-laki yang entah namanya siapa yang sekarang masih memegang tangan Eleanor.

"Woah, lo bawa siapa nih? mangsa baru lo ya?"

"Bukan."

"Terus?"

"Ck, bukan urusan lo!"

Tangan Eleanor kembali ditarik oleh laki-laki yang membawanya masuk ke dalam bar. Entah kenapa Eleanor merasa laki-laki itu berusaha melindunginya dari orang-orang di bar.

"Disini ada minuman non alkohol," kata laki-laki itu memberitahu Eleanor. Seperti menyadari jika Eleanor baru pertama kali ke bar.

"Oh ya, gue Arkana Xavier. Lo bisa manggil gue Arka."

Bab 2

Tangan laki-laki bernama Arka itu terulur di depan Eleanor, namun Eleanor nampak enggan untuk menerima uluran tangannya. Bukan waktu yang tepat untuknya berkenalan dengan laki-laki setelah diselingkuhi kekasihnya. Oh ya, Eleanor sudah meminta putus, berarti sudah bukan lagi kekasih, tapi mantan kekasih.

"Oh?" sadar tidak mendapat sambutan, Arka langsung menurunkan tangannya.

"Oke, gue ngerti lo lagi dalam suasana hati yang gak baik buat kenalan. Gue gak akan maksa lo, tapi..." Arka menatap kesana kemari sebelum melanjutkan kalimatnya.

"... tapi izinin gue buat terus ada disamping lo. Tempat ini gak baik buat cewek yang lagi patah hati kayak lo sendirian."

Eleanor tidak tahu darimana Arka tahu soal patah hatinya. Entah karena kondisinya sekarang, atau Arka bisa membaca suasana hati orang. Entahlah.

"Gue sebenernya punya urusan disini, tapi gue gak bisa ninggalin lo."

Eleanor terus memperhatikan Arka tanpa mengatakan apa-apa. Ia tidak meminta Arka menemaninya, tapi memang Ia tidak bisa sendirian di tempat seperti ini.

"Jangan ngeliatin gue terus, gue gak bakal tanggungjawab kalau misalkan lo suka sama gue."

Bukannya berhenti menatap Arka, Eleanor justru semakin tidak bisa mengalihkan matanya dari laki-laki itu. Selain tampan, Arka juga terlihat manis meskipun tanpa senyuman di wajahnya.

"Lo manis," ucapan Eleanor membuat teman Arka yang diam-diam memperhatikan tersedak. Tidak pernah ada yang menyebut Arka manis sebelumnya.

Arkana Xavier adalah seseorang yang jauh dari kata manis. Teman-teman Arka juga heran mengapa Arka mau repot-repot menemani perempuan yang baru ditemuinya. Bahkan terkesan ingin menjaga perempuan itu?

"Gue manis?" Arka terkekeh.

"Ya... lo orang kesekian yang bilang gue manis."

Sekujur tubuh teman-teman Arka merinding. Tidak pernah ada yang menyebut Arka manis, tapi bisa-bisanya Arka mengaku-ngaku seperti itu.

"Lo udah baikan?" tanya Arka menyadari tubuh Eleanor tidak bergetar seperti sebelumnya.

"Badan lo udah gak gemetar lagi."

Eleanor tidak akan sadar badannya berhenti bergetar jika Arka tidak mengatakan itu. Dan ini pertama kalinya Ia merasa tenang tanpa bantuan ketiga sahabatnya.

"Lo punya masalah kontrol emosi ya?"

Eleanor tidak menjawab. Mereka tidak sedekat itu sampai Eleanor harus memberitahu masalah kontrol emosinya. Hanya beberapa orang yang Eleanor percaya yang tahu tentang masalah kontrol emosi yang dialaminya. Dan Arka tidak termasuk orang yang Eleanor percaya.

"Dari yang gue lihat sih iya," Arka kembali bicara. Meski belum ada satupun pertanyaannya yang dijawab oleh Eleanor.

Obrolan mereka berjalan satu arah, teman-teman Arka saja sampai heran karena Arka terus mengajak Eleanor bicara seakan topik pembicaraan mereka tidak ada habisnya. Padahal, biasanya Arka adalah orang yang sulit sekali diajak komunikasi.

"Gue Eleanor Louisine, dan ya gue emang punya masalah dalam mengontrol emosi."

Eleanor akhirnya luluh dan mau memperkenalkan dirinya serta memberitahukan tentang kontrol emosinya. Ia dan Arka tidak melakukan hal yang melanggar norma, seharusnya tidak apa-apa mereka berkenalan dengan status Eleanor yang baru putus dari Kai.

Selama ini, Eleanor tidak pernah mau berkenalan dengan laki-laki lain karena menjaga perasaan Kai, tapi sekarang yang perasaannya dijaga justru sudah melukai hatinya.

"Eleanor ya? gue panggil lo..."

"Panggil aja Elea atau El."

Arka menggangguk mengerti.

"Oke, El. Lo mau minum apa? mineral water juga ada loh disini. Atau, lo mau jus?"

"Lo karyawan bar nawarin minuman?" bukan hanya ceplas-ceplos biasa, Eleanor berpikir Arka benar-benar pelayan karena terus menawarkan minuman padanya.

Arka terkekeh pelan.

"Gue bukan karyawan, gue—"

"Sayang, kamu dateng?" suara itu menginterupsi mereka. Tiba-tiba ada seorang wanita menghampiri Arka dan bergelayut manja pada tangan laki-laki itu.

"Aku kangen sama kamu, bagaimana kalau kita pesan kamar?"

Eleanor berdehem. Merasa tidak nyaman dengan obrolan yang terjadi di depannya. Wanita yang bergelayut manja di tangan Arka menatap Eleanor menyadari ada wanita lain di samping Aksa.

"Siapa ya?" tanyanya menatap Eleanor dengan pandangan menilai. Penampilan Eleanor terlihat kurang cocok di tempat mereka saat ini.

Eleanor baru pulang dari butik saat pergi menemui Kai, dan belum sempat mengganti pakaian saat datang kesini. Untungnya Eleanor tipe orang yang pandai merawat dirinya, Eleanor tetap wangi meski belum sempat mandi.

"Sorry," Arka melepaskan diri dari wanita itu sebelum Eleanor memberikan jawaban.

"Gue lagi ada urusan, mungkin lain kali," kata Arka menarik tangan Eleanor pergi ke tempat lain yang lebih privasi dan sepi.

Terlalu banyak orang yang mengenal Arka di bar, dan orang-orang itu pasti akan membuat Eleanor tidak nyaman. Apalagi, Arka tahu teman-temannya sedang diam-diam memperhatikan mereka.

"Lo gigolo?" tanya Eleanor spontan membuat Arka seketika menghentikan langkahnya.

"Kenapa lo mikir gue gigolo? lo tahu gigolo apa?"

"Ya, gue tahu gigolo apa. Gue cuma asal nebak aja sih. Oh ya, menjawab pertanyaan lo tadi, gue mau minum wine."

Eleanor mengalihkan pembicaraan karena tidak nyaman jika mereka harus membahas tentang pekerjaan Arka. Gigolo adalah laki-laki bayaran yang dipelihara oleh wanita sebagai kekasih atau pria sewaan untuk menemani berdansa. Sebutan untuk PSK pria.

Arka bukan gigolo seperti yang Eleanor pikirkan, tapi Ia tidak berniat untuk menjelaskan siapa dirinya pada Eleanor. Mereka baru berkenalan, tidak mungkin Arka memberitahu Eleanor jika dirinya justru penyewa PSK wanita.

"Lo biasa minum alkohol?"

"Enggak, gue cuma mau nyoba aja."

"Oke," Arka terlihat bicara dengan waiter sebelum akhirnya mengajak Eleanor ke sebuah ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini.

"Nanti wine nya diantar kesini," ucap Arka mempersilahkan Eleanor untuk duduk. Mereka sekarang berada di ruangan privat yang hanya ada mereka berdua disana.

Tidak lama waiter datang mengantarkan wine untuk mereka. Waiter itu langsung pamit pergi setelah meletakkan sebotol wine dan dua gelas wine diatas meja.

"Saya pamit jika sudah tidak ada lagi yang Anda butuhkan," ucap waiter sebelum pergi meninggalkan Arka dan Eleanor di ruangan itu.

Arka menuangkan wine ke dalam gelas. Digoyang-goyangkan gelas berisi wine itu sebentar, lalu diberikan pada Eleanor.

"Coba sedikit aja," kata Arka setelah menyerahkan gelas yang sudah diisi wine pada Eleanor.

"Makasih," Eleanor mengikuti perkataan Arka untuk mencoba sedikit wine nya. Setelah merasa wine itu cocok di lidahnya, barulah Ia meneguknya sampai habis tidak tersisa.

"Eh?" Arka melotot melihat Eleanor menghabiskan segelas wine dalam satu kali tegukan. Meski Arka memesan wine yang kadar alkoholnya rendah, tapi Eleanor pemula yang satu tegukan saja bisa membuatnya mabuk.

"Lo baik-baik aja?" tanya Arka melihat Eleanor terdiam setelah meminum wine. Arka khawatir menjadi tersangka membuat Eleanor mabuk.

"Hem, gue baik-baik aja," jawab Eleanor lalu mengangkat gelasnya meminta Arka untuk kembali menuangkan wine.

"Bisa tolong tuangkan lagi wine nya?"

"Satu gelas udah terlalu banyak buat pemula kayak lo."

"Tapi gue belum merasakan apa-apa sekarang."

Bab 3

"Alkoholnya belum bereaksi karena lo baru minum," ucap Arka memberitahu bahwa alkohol tidak secepat itu bereaksi pada tubuh peminumnya.

Secara umum, efek alkohol akan terasa dalam waktu lima belas menit sampai empat puluh lima menit. Sementara Eleanor baru beberapa menit lalu meminumnya.

"Iya, oke. Tapi tolong kasih gue wine nya segelas lagi," pinta Eleanor tidak terlalu mendengarkan perkataan Arka.

Emosinya sudah tenang, tapi hatinya masih merasakan sakit atas pengkhianatan yang sudah Kai lakukan. Selama ini, Ia selalu berusaha menjadi kekasih yang baik untuk Kai. Ia mengerti kesibukan Kai, tidak banyak menuntut. Namun, usahanya sia-sia. Kai justru berselingkuh dengan Cantika dibelakangnya. Sekarang Ia butuh alkohol untuk sejenak melupakan pengkhianatan Kai.

"Arka..."

"Oke, fine. Cuma segelas," Arka kembali menuangkan wine ke dalam gelas Eleanor. Mereka baru bertemu hari ini, tapi Arka tidak bisa menjadi dirinya sendiri di hadapan Eleanor.

Arka tidak berbohong mengaku dirinya bukan orang jahat, sayangnya Arka juga bukan orang baik. Ia berada di tengah-tengah antara baik dan jahat. Tergantung dengan siapa Ia berurusan.

"Makasih," Eleanor kembali meneguk habis wine nya setelah mengucap terimakasih pada Arka.

Tidak berselang lama, Eleanor merasa kepalanya sedikit pusing. Alkohol yang diminumnya mulai bereaksi. Arka yang menyadari itu mendekat dan menanyakan keadaan Eleanor.

"Lo baik-baik aja?" tanya Arka khawatir. Ia tidak pernah merasa sekhawatir ini terhadap orang lain yang baru dikenalnya.

"Iya, gue baik-baik aja. Cuma pusing sedikit," Eleanor tersenyum menatap Arka.

Mereka bertukar pandangan untuk beberapa saat, tanpa mengatakan apapun. Sampai Eleanor mengerjapkan matanya dan bicara.

"Kai," Eleanor mengangkat tangannya menyentuh pipi Arka.

"Kai?" kening Arka berkerut, "siapa Kai?"

Eleanor tidak menjawab. Pendengarannya menjadi kurang baik karena pengaruh alkohol.

"Sayang."

Arka merasakan sesuatu dalam dirinya saat Eleanor memanggilnya sayang. Arka tahu panggilan itu untuk laki-laki bernama Kai, bukan untuknya. Tapi masalahnya sekarang Eleanor bicara di hadapannya.

"El," Arka terkejut saat melihat Eleanor menangis setelah memanggilnya sayang.

"Kamu tahu kan aku sayang banget sama kamu?" tanya Eleanor lirih.

Oke, Arka bisa menyimpulkan jika laki-laki bernama Kai adalah alasan Eleanor datang ke bar dan sepertinya laki-laki itu sudah menyakiti Eleanor sampai membuat Eleanor menangis seperti ini. Entah luka seperti apa, yang jelas pasti Kai pelakunya.

"Kamu..." Eleanor menunjuk dada Arka, "...kamu itu milik aku, Kai."

"Ck!" Arka menahan tangan Eleanor yang menunjuk-nunjuk dadanya. Anehnya, Ia tidak kesal karena kelakuan Eleanor, melainkan karena Eleanor terus menyebut nama Kai.

"Iya, gue milik lo."

Cup!

Eleanor memberikan kecupan di bibir Arka yang Ia lihat sebagai Kai. Ia tidak peduli bagaimana perasaan Kai terhadapnya, yang terpenting Kai harus mengetahui perasaannya. Ia menyayangi dan mencintai Kai melebihi dirinya sendiri.

"Bibir kamu dan seluruh badan kamu ini milik aku, aku enggak suka perempuan lain nyentuh kamu."

Eleanor bicara sambil menatap bibir Arka dan menyapu bibir itu dengan ibu jarinya. Arka menggigit bibir bagian dalamnya, merasa terangsang oleh sentuhan lembut Eleanor di bibirnya.

"Iya, oke," Arka bersikap seolah-olah dirinya adalah Kai. Ia bahkan membiarkan Eleanor melakukan apapun terhadap dirinya. Termasuk membiarkan tangan Eleanor yang mulai nakal meraba-raba dada bidangnya.

"Aku gak suka kamu terlalu dekat dengan Cantika, tapi aku gak bisa larang kamu karena aku sadar aku juga dekat dengan Elang."

Arka menghela nafas mendengar percintaan rumit Eleanor. Entah siapa lagi laki-laki bernama Elang yang Eleanor bicarakan.

"Aku tahu kita bersahabat lama, tapi bisakah kamu melihat aku sebagai wanita?"

Cup!

Eleanor kembali mencium bibir Arka. Kali ini tidak hanya sekedar kecupan, Ia melumat dalam-dalam bibir laki-laki yang Ia lihat sebagai Kai itu.

Arka tidak menolak, tangannya justru menarik pinggang Eleanor supaya semakin dekat dan merapat padanya.

Saat ciuman mereka mulai memanas, Eleanor tiba-tiba saja menghentikan aktivitas mereka sepihak, membuat Arka merasa sedang dipermainkan oleh perempuan itu.

"Bagaimana kalau kita pindah?"

"Pindah?"

Eleanor mengangguk lemas, "iya, pindah. Tempat ini kurang cocok, kita butuh kasur."

"Lo mau apa, hm?" Arka menangkup wajah Eleanor.

Sepertinya, Eleanor tidak sepolos yang Arka pikirkan. Buktinya Eleanor ingin mengajak laki-laki bernama Kai bermain di kasur. Arka tidak bodoh, Ia cukup mengerti yang Eleanor inginkan.

"Kita udah dewasa, Kai. Aku yakin kamu tahu apa yang aku mau sekarang."

"Oke, gue tahu. Tapi lo harus lihat dulu wajah gue baik-baik. Gue bukan Kai, gue Arkana Xavier."

Eleanor menatap wajah Arka. Ternyata benar laki-laki di depannya bukan Kai, Ia hanya berhalusinasi melihat Arka sebagai Kai.

"Arka?" Eleanor mengerjapkan mata, memastikan laki-laki di depannya benar-benar Arka, bukan Kai.

Anehnya, saat mata Eleanor kembali terbuka, Ia kembali melihat Arka sebagai Kai. Ia mencoba mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan siapa laki-laki di depannya, tapi Ia justru semakin bingung karena Arka dan Kai terlihat bergantian di depannya.

"Iya, gue Arka. Cowok yang lo temui di depan bar."

Mata Eleanor akhirnya bisa melihat dengan baik bahwa laki-laki di depannya Arka, bukan Kai. Dan tadi Ia berciuman dengan laki-laki asing ini.

"Maaf, tadi gue—"

Cup!

Arka menghentikan ucapan Eleanor dengan sebuah kecupan, lalu laki-laki itu membisikkan sesuatu di telinga Eleanor.

"Gue tahu, tapi lo harus bertanggungjawab udah bikin gue terangsang," bisiknya sebelum menggendong Eleanor untuk pergi ke tempat lain.

Mereka meninggalkan tas Eleanor yang berisi dompet serta handphone di ruangan itu.

-

-

"El masih belum angkat telpon gue," ucap Elang memberitahu Kai dan juga Cantika.

Baik Elang, Kai maupun Cantika sudah mencari Eleanor ke banyak tempat, tapi mereka tidak menemukan Eleanor dimanapun sampai tengah malam. Sekarang, mereka sedang berada di apartemen Eleanor, menunggu Eleanor yang entah kapan akan pulang.

"Ini salah gue, El pasti kecewa banget sama kita," Cantika menunduk merasa bersalah.

"Enggak, ini bukan cuma salah lo. Tapi salah gue juga," ucap Kai menimpali.

Kalau saja Kai tidak membiarkan Cantika menciumnya, pasti semuanya tidak akan seperti ini. Eleanor tidak akan pergi dan memutuskan hubungan dengan mereka.

"Kalian berdua emang salah," geram Elang.

Sebelum kejadian hari ini, Elang sudah sering mengingatkan Kai dan cantikan untuk tidak berlebihan dalam bersahabat. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mendengarkan dan malah membalikan semuanya pada Elang.

Elang dan Eleanor dianggap sama saja, padahal jelas-jelas mereka berbeda. Iya, Eleanor lebih terbuka dengan Elang, tapi mereka tidak pernah sampai berpelukan apalagi berciuman.

"Lo tahu Kai? selama ini El selalu overthinking dan merasa kalau lo enggak punya perasaan apapun sama dia."

"Gue cinta sama El, kalian tahu itu," ucap Kai menegaskan perasaannya.

"Tapi lo gagal bikin El percaya sama perasaan lo."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!