NovelToon NovelToon

Mencarikan Istri Untuk Kedua Kakakku

Bab 1 Tiga Bersaudara Yoshikazu

PLAK

"Dasar laki-laki gak tau diri! Brengsek! " kata seorang wanita yang menampar Kenzi dengan raut wajah penuh amarah.

Ayumi yang memperhatikan kakaknya nomor dua berkencan dengan seorang wanita yang Ayumi cari di sebuah situs jodoh hanya menghela nafas dengan kasar.

"Gagal lagi." ucapnya lalu mencoret nama Felicia dari daftar calon istri nomor ke 49.

setelah itu Ayumi menghampiri kakaknya yang mengelus-elus pipinya karena ditampar oleh Felicia.

"Ngomong apa sih sampai digampar gitu." kesal Ayumi yang capek mencarikan jodoh buat Kenzi.

"Aku cuman bilang, itu mimi dan cucunya pake bra apa gak kekecilan sampai berasa tumpah begitu. Eh dia malah marah trus main tampar aja." jawab Kenzi yang pipinya masih berasa panas.

"Hah...gila kali kamu bang. Jelalatan aja itu mata ngelihat kedadanya." ujar Ayumi geleng-geleng kepalanya.

"Lah emang salahku? kan dia niat pake baju yang terbuka dibagian dadanya. Aku mau gak lihat didepan mataku, mau merem juga kok menyia-nyiakan pemandangan sedap." sahut Kenzi tanpa rasa bersalah.

"Hadehhh...pening kepalaku." timpal Ayumi sambil memijat pelipisnya.

"Udah lah gak usah pake jodohin aku, kamu juga cari calon istri lewat situs perjodohan. Kebanyakan perempuan gak jelas semua." ucap Kenzi sambil menyeruput es lemon tea nya.

Ayumi hanya menghela nafas panjang saja. Lebih baik dia nyerah aja lah, biar Allah yang mendatangkan jodoh kedua kakaknya kapan aja. Masa iya Allah gak kasih kebahagiaan sama dirinya, bisa travelling ke berbagai negara.Me time bersama sahabatnya sepulang kuliah tanpa harus buru-buru pulang kerumah untuk menyiapkan makan malam.

Dia jenuh tiap hari dirumah berasa jadi ibu rumah tangga. Tiap pagi udah rempong membuatkan sarapan untuk kedua kakaknya yang mau berangkat kerja. Belum tugasnya menjaga keponakannya. Hidupnya monoton sekali dari sejak kehilangan orang tuanya hingga dia berusia 20 tahun.

"Pulang aja yuk. Kamu harus jemput Hana kan? " ucap Kenzi.

"Ya Allah iya, aku titipkan sama Mila. Ayo kita jemput Hana." ajak Ayumi.

"Hhh...baru kali ini abangnya ngedate pake diawasi sama adik sendiri." gerutu Kenzi.

"Ya karena kesal, berkali-kali ngatur jadwal kencan pada gak ada yang berhasil." jawab Ayumi.

"Kamu pasang iklannya emang gimana sih? " tanya Kenzi penasaran juga.

"Ya pasang iklan cari jodoh buat kedua kakakku. Tapi abang Tommy menolak, abang juga sama nolak tapi minta ketemu dulu. Bijimana cuman buat iseng aja ketemu sama cewek yang aku jodohin habis itu gak ada kelanjutannya." jawab Ayumi kesal.

"Ya aku juga kepo pingin tahu seperti apa calon istriku kalo cari di situs jodoh. Ternyata banyak yang palsu." balas Kenzi terkekeh.

Ayumi hanya mengerucutkan bibirnya dan mengajak abangnya meninggalkan cafe menjemput Hana yang dia titipkan dirumah Mila, karena Hana akrab dengan keponakan Mila yang tiap hari dititipkan dirumah neneknya ketika kedua orang tuanya bekerja.

Sementara itu Tommy yang melanjutkan perusahaan papanya yang bergerak di bidang konsultan design rumah,gedung dan perkantoran, baru selesai meeting bersama kliennya yang hendak memakai rancangannya.

"Terima kasih Tom atas kerjasamanya.Kami akan menunggu hasil design rancangan gedung yang Anda buat besok." ucap klien Tommy bernama pak Burhan salah satu old money di kota Surabaya.

"Sama-sama om Burhan. Besok anak buah saya akan membawa hasil design gedung ke kantor Burhan." jawab Tommy sambil berjabat tangan dengan kliennya yang merupakan sahabat orang tuanya.

Pak Burhan tersenyum dan seperti biasanya beliau basa basi sebentar dengan Tommy.

"Gimana kabar si kecil Hana? " tanya pak Burhan.

"Alhamdulillah sehat om." jawab Tommy tersenyum.

"Masih tetap gak mau saya kenalkan keponakan saya." tanya pak Burhan.

"Terima kasih om, saya gak ada waktu untuk kencan lagi." jawab Tommy tersenyum.

"Hhh...kamu masih muda Tom, Hana juga butuh kasih sayang seorang ibu. pikirkan lagi tawaran om ya. Keponakan om ini anak yatim. Dia seorang guru bahasa Indonesia. Om yakin Hana pasti senang dengannya. Karena keponakan om ini orangnya telaten banget ngadepin anak kecil." ujar pak Burhan setengah mempromosikan keponakannya yang sudah memasuki usia 30 tahun masih juga belum ketemu jodoh.

"Iya nanti Tommy pikirkan ya om." balas Tommy tersenyum.

"Baik saya tunggu kabarmu." jawab pak Burhan lalu beliau meninggalkan ruangan meeting untuk kembali ke perusahaannya.

Tommy juga kembali ke ruangannya dan hendak menelpon putrinya melalui ponsel Ayumi. Tommy mengambil ponselnya dan menyentuh layarnya yang dia pasang foto putrinya sebagai wallpaper ponselnya.

"Hallo assalamu'alaikum putri papa."

"Waalaikumsalam papa."

"Ada dimana Hana? " tanya Tommy.

"Lagi dirumah tante Mila main sama Viola." jawab Hana dengan suara polosnya.

"Huff untung udah sampai dirumah Mila." gumam Hana dalam hati.

"Sudah makan siang Hana? " tanya Tommy.

"Belum papa, ini barusan dibelikan McDonald sama tante Ayu." jawab Hana.

"Ya sudah kamu segera makan ya. Hpnya kasihkan tante sayang. Papa mau bicara sama tante." ucap Tommy dengan nada lembut.

"Iya papa." jawab Hana.

"Love you sayang."

"Love you too papa."

Lalu Hana mengembalikan ponsel Ayumi kepada tantenya.

"Halo Ayu, kamu gak usah masak untuk makan malam. Aku belikan sate ayam, Hana minta sate ayam tadi pagi." ucap Tommy.

"Alhamdulillah.Bisa boci cantik aku. Ya udah aku pulang habis bocil-bocil makan siang." jawab Ayumi dengan nada riang.

"Okey, nanti kalo mau pulang kabari ya." ucap Tommy.

"Siap bos." jawab Ayumi.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Tommy memutus sambungan telponnya dan dia

segera makan siang yang sudah di pesannya melalu aplikasi gofood. Karena pekerjaannya banyak, dia tidak ada waktu untuk makan siang diluar.

TOK TOK TOK

"Masuk?!" ucap Tommy yang baru saja membuka bungkusan nasi padang lauk rendang.

"Halo bro. Mana makan siangku? " tanya Firza sahabat Tommy semasa kuliah dan bekerja di kantornya.

"Nih makan siangmu.Nasi padang lauk rendang sama seperti punyaku." ucap Tommy sambil memberikan bungkusan kerta coklat yang sudah ditaruh diatas piring.

"Alhamdulillah. Nabila yang nyiapin semua ini?" tanya Firza mengambil nasinya dan duduk disofa bersama temannya. Mereka berdua menikmati makan siang bersama.

"Iya,tadi dia yang ambil di gojek, lalu sekalian disiapkan piring dan sendok." jawab Tommy sambil melahap nasi padangnya.

Firza hanya membulatkan mulutnya dan ikut melahap nasi padangnya.

"Besok kamu ke perusahaannya om Burhan ya, antar sketsa design gedung yang kamu buat." ucap Tommy.

"Siap bro." jawab Firza yang mulutnya masih penuh nasi.

Tommy geleng-geleng kepalanya saja melihat sahabatnya makan dengan cepat tanpa dikunyah.

"Kalo makan dikunyah dulu bro, kasihan ususmu bekerja terlalu keras mencerna makananmu." tegur Tommy.

"Iya udah kebiasaan." jawabnya lalu dia menghentikan dulu menyuap nasinya.

Firza berusaha mengunyah terlebih dahulu nasi yang ada didalam mulutnya.

"Nanti aku pulang agak cepat za, aku janji sama Hana mau belikan dia sate ayam kesukaannya." ucap Tommy.

"Ehm kamu udah ada niat apa belum cari ibu baru untuk Hana? " tanya Firza.

"Mana ada waktu za, aku saat ini hanya memikirkan Hana." jawab Tommy.

"Siapa bilang kamu gak ada waktu. Setiap weekend kamu meluangkan waktu untuk Hana. Kamu udah hampir tiga tahun menduda, betah amat bro." ucap Firza.

Tommy tidak menjawab perkataan sahabatnya. memang dia butuh penyaluran hasrat biologisnya. Tapi dia belum menemukan calon ibu yang tepat untuk putrinya. Dia tidak ingin terburu-buru menikah lagi.

Lagipula kenangan bersama mendiang istrinya masih menghiasi pikirannya.

Sementara itu, Hana, Viola, Ayumi dan Mila selesai makan siang bersama. Mila mengajak Ayumi makan siang bersama ibunya yang sudah masak sayur asam dan lele goreng serta sambal.

Sedangkan para bocil makan ayam goreng McDonald.

"Enak tante masakannya." puji Ayumi kepada mamanya Mila.

"Alhamdulillah.Terima kasih Ayu, ayo tambah lagi. Tante masak banyak, kamu bisa bawa juga buat makan dirumah." ucap bu Emma.

"Alhamdulillah terima kasih tante." ujar Ayumi senang.

"Hmmm...lumayan kan hemat uang belanja, bontot sayur asem hehe..." ledek Mila sambil terkekeh.

"Mila apaan sih. Mama sengaja bikin banyak karena tahu Ayumi pasti gak sempat masak. Dari pagi kuliah kan." tegur bu Emma membela Ayumi.

Mila langsung mengerucutkan bibirnya ditegur mamanya dan Ayumi hanya menjulurkan lidahnya kepada sahabatnya.

"Eh Ayu, tadi perasaan ada Kenzi juga ya? " tanya bu Emma.

"Iya tan, cuman ngedrop Ayu kesini jemput Hana. Nanti kita pulang naik taxi online. Kenzi ada kerjaan mendadak." jawab Ayumi.

"Masih betah menduda kakakmu? " tanya bu Emma.

"Sepertinya iya tan, masih trauma di tinggal selingkuh kali sama mantan istrinya." jawab Ayumi asal.

"Hmmm...tante kasihan juga sama kedua abangmu. Kok bisa nasib pernikahannya sama, bedanya kakak pertama istrinya meninggal. Kakak kedua ditinggal istri selingkuh." ucap bu Emma prihatin.

"Ya udah takdirnya tan." jawab Ayumi yang masih menikmati makan siangnya.

Mila diam saja tidak menanggapi obrolan mamanya dan Ayumi tentang kedua kakaknya. Dia sibuk menikmati makan siangnya sendiri.

Sore harinya, Tommy bergegas meninggalkan kantornya hendak pergi ke penjual sate ayam langganan dirinya dan mendiang istrinya.

Setelah menempuh perjalanan 45 menit. Tommy sudah sampai diwarung penjual sate yang baru buka. Tommy memarkir motornya tepat didepan warung sate. Lalu dia turun dari mobil dan masuk kedalam untuk pesan sate ayam.

Walaupun baru buka, ada beberapa pembeli sudah antri untuk pesan termasuk Rania. Sambil membawa teh tongji yang dia beli, Rania memesan sate ayam tiga porsi untuk dia bawa pulang.

"Pak, saya seperti biasa pesan tiga porsi sate ayam." ucap Rania.

"Oke mbak." jawab pak Hadi penjual sate ayam.

Rania tersenyum dan hendak membalikkan badan. Dan dia tidak tahu bahwa di belakangnya berdiri Tommy yang juga hendak pesan sate ayam buat anggota keluarganya.

Rania menabrak Tommy dan beberapa tetesan tongjinya mengenai kemejanya.

"Ups." ucap Rania lalu mendongakkan kepalanya melihat wajah Tommy.

Bab 2 Pertemuan Tak Disengaja

"Maaf kak eh pak."

Tommy melihat kemeja putihnya agak basah dan berwarna coklat terkena percikan es teh milik Rania.

Rania pun spontan mengusap kemeja Tommy yang kena percikan es tehnya.

"Sudah gak pa pa. Nanti dicuci juga hilang kok." ucap Tommy pelan dan tersenyum.

Rania mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Tommy.

"Cakep beud nih orang."

"Ehm mbak, saya mau pesan sate ayam. Bisa tidak minggir sebentar." pinta Tommy yang sekali lagi melengkungkan bibirnya kepada Rania.

"Astaghfirulloh...bisa mas, eh pak..." Rania merutuk dirinya yang sempat melamun melihat ketampanan cowok dihadapannya.

Rania menyingkir dari hadapan Tommy dan karena malu dia akhirnya memilih menunggu pesanannya duduk di kursi agak pojok dekat meja kasir.

"Pak saya pesan sate ayamnya 3 porsi ya." ucap Tommy kepada bapak penjual sate.

"Iya mas." jawab pak penjual sate.

Lalu Tommy membalikkan badannya dan mencari duduk sambil menunggu pesanannya dibuat.

Rania yang melihat Tommy berjalan mendekatinya, Pura-pura mengusap layar ponselnya sibuk didunia maya.

Tommy melihat Rania yang sibuk dengan ponselnya lalu duduk di kursi sebrang meja dimana Rania duduk.

"Duh kenapa duduk disitu sih ini mas ganteng." gumam Rania yang jadi salah tingkah.

Tommy melakukan hal yang sama dengan Rania, membuka layar ponselnya dan sibuk berselancar didunia maya.

Setelah 15 menit menunggu satenya siap. Akhirnya mereka berdua dipanggil bersamaan untuk mengambil pesanan mereka.

"Mbak, mas ini pesanannya sudah jadi." ucap penjual sate yang memasukkan sate yang sudah dibungkus kertas coklat kedalam dua kantong plastik.

Rania dan Tommy sama-sama beranjak dan berjalan menuju penjual sate dan bersenggolan.

"Maaf." ucap Rania pelan.

"Gak pa pa." jawab Tommy tersenyum.

Mereka menerima pesanan sate ayam masing-masing dan berjalan bersamaan menuju meja kasir.

"Berapa porsi satenya? " tanya ibu kasir istri dari penjual sate

"Tiga." jawab mereka berdua.

Rania dan Tommy saling berpandangan lalu kembali melihat ke arah bu kasir.

"45 ribu." ucapnya.

Lalu mereka sama-sama mengeluarkan uang 100 ribu.

"Ehm ada uang kecil gak. 50 ribu gitu, kita baru buka mas, mbak." ucap bu kasir yang mencari uang kembalian di laci dan membuka dompet mencari uang kembalian.

"Gak ada buk." jawab Rania yang juga berusaha mencari uang pas di dompetnya barangkali ada uang kecil nyelip. "

"Gini aja, ini saya bayar sekalian sate mbaknya. Ibu ada kan kembaliannya? " ucap Tommy yang mengagetkan Rania.

"Ada mas." lalu ibu itu menerima uang Tommy dan mengembalikan uang sepuluh ribu kepada Tommy.

"Terima kasih mas."

Tommy menganggukan kepalanya dan meninggalkan meja kasir dan Rania yang masih bengong.

"Eh tunggu dulu." ucap Rania yang baru loading gak ngeh maksud dari Tommy tadi.

Tommy tetap berjalan keluar menuju parkiran mobil. Rania tetap mengikuti Tommy.

"Mas, eh pak...tunggu ! " panggilnya.

Tommy pun berhenti dan membalikkan badannya ke arah Rania.

"Mas saya transfer ya? Pake rekening apa? Bank asia, bank mandiri atau dana, Shopee pay, gopay atau apa? " ucap Rania yang bersiap-siap transfer uang ke Tommy melalui mbanking.

Tommy tersenyum kepada Rania.

"Gak usah diganti, lain kali kalo saya beli, kamu yang bayarin ya." ucapnya lalu membuka pintu mobilnya.

"Hah?! Eh kapan ketemunya mas. Saya belum tentu juga beli lagi sate ayam dalam waktu dekat." ucapnya bingung.

"Gak harus waktu beli sate ayam. Mungkin kita akan ketemu ditempat lain." jawab Tommy yang asal dan menjadi sebuah doa bahwa mereka akan bertemu lagi.

"Hah?!" Rania bingung dengan jawaban ambigu Tommy.

Tommy masuk kedalam mobilnya dan menghidupkan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan Rania yang masih bengong melihat kepergian Tommy.

"Gimana sih? Aku jadinya punya hutang dong sama kamu." gumam Rania kesal.

Rania lalu berjalan menuju motornya dan hendak pergi kerumah pamannya yaitu pak Burhan, adik dari bundanya.

Sepanjang perjalanan Rania kepikiran dengan kata-kata Tommy. "Au ah gelap, dia sendiri yang gak mau dibayar. Masa iya aku masuk kategori ngutang sama dia. Bijimana bikin orang bingung aja." Rania ngomel-ngomel sendiri dijalan raya.

Sementara itu Tommy yang sedang menyetir mobil menuju rumahnya tersenyum membayangkan wajah cantik Rania yang terlihat imut ketika dia sedang panik.

"Lucu juga gadis itu. " ucap Tommy sambil geleng-geleng kepalanya.

Tak berapa lama Tommy sudah sampai dirumah orang tuanya, rumah berasitektur modern berlantai dua terlihat terang. Ayumi sudah menyalakan semua lampu karena hari sudah menjelang petang.

Tommy memasukkan mobilnya di carport. Rumah dikawasan perumahan cluster tanpa pagar rata-rata tidak berpagar. Dan akan karena 24 jam dijaga oleh security di pintu masuk perumahan.

Hana yang mendengar suara mobil papanya lalu berlari keluar rumah dan menyapa papanya.

"Papah...! " teriaknya diteras rumah.

Tommy yang baru turun dari mobil sambil membawa bungkusan sate ayam berjalan mendekati putrinya yang wajahnya mirip sekali dengan dirinya.

"Assalamu'alaikum cantik."

"Waalaikumsalam."

"Ini papa bawa sate ayam pesananmu."

Tommy memberikan kresek putih berisi sate ayam kepada putrinya.

"Wow banyaknya papa beli." ucapnya dengan polos.

"Kan yang makan bukan Hana saja, om Kenzi dan tante Ayu juga ikut makan." jawab Tommy tertawa sambil mengusap rambut hitam putrinya yang dikuncir ekor kuda oleh Ayumi.

"Oiya lupa." jawab Hana lalu tertawa.

"Ayo masuk sayang, sudah mau adzan magrib." ajak Tommy.

Mereka berdua masuk kedalam rumah dan Tommy melihat adiknya sedang membereskan mainan Hana.

"Hana kok tidak dibereskan mainannya? " tegur Tommy.

"Kan aku berlari nemuin papa." jawabnya polos lalu berjalan mendekati Ayumi untuk memberikan sate ayam kepadanya.

"Sekarang Hana yang beresin mainannya dan disimpan didalam kamar." titah Tommy yang duduk disofa sambil melepas kaos kakinya.

Hana menganggukkan kepalanya dan memasukkan mainannya kedalam keranjang dan Ayumi menaruh sate ayam diatas piring yang sudah dia siapkan. Lalu dia mengambilkan minum segelas air putih untuk kakaknya. Berasa dia yang jadi bini nya.

"Ini minumnya bang." ucap Ayumi menaruh segelas air putih di atas meja tamu.

"Terima kasih Ayumi." balas Tommy lalu mengambil gelas tersebut dan meminumnya.

Ayumi memperhatikan kemeja abangnya yang ada beberapa noda coklat menempel di bagian dadanya.

"Kenapa itu kemeja? " tanya Ayumi.

"Oh ini, tadi kena tumpahan teh. Bukan tumpahan, hanya terpercik aja." jawab Tommy sambil melihat ke arah kemejanya.

"Cepat dilepas bang, aku langsung rendam diair sabun biar hilang nodanya " titah Ayumi.

Tommy menurut, dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya hendak melepas kemejanya sekaligus kaos dalamnya yang berwarna putih polos. Terlihat perutnya yang sixpack, dijamin membuat para wanita tergila-gila melihat perut Tommy.

Tommy mengambil pakaian ganti dan memakainya. Lalu kemeja dan kaosnya yang kotor dia berikan kepada Ayumi.

"Ayu ini. " ucap Tommy yang menghampiri adiknya diruang laundry yang sibuk menyiapkan air sabun didalam ember ukuran sedang.

Ayumi menyahut kemeja dan kaos kakaknya dan langsung dimasukkan kedalam air yang penuh busa rinso.

Setelah itu Tommy pergi mandi, sebelumnya dia mengintip putrinya yang tidak bersuara didalam kamarnya. Ternyata dia lanjut bermain dengan bonekanya.

Lalu Tommy meninggalkan Hana dan masuk kedalam kamarnya yang terdapat kamar mandi didalamnya.

Tak berapa lama, terdengar suara mobil SUV warna hitam masuk ke carport yang muat dua mobil.

"Om Kenzi datang! " sorak Hana yang hapal dengan suara mobil pamannya dan berlari menyambut Kenzi diteras.

"Halo om. " sapanya.

"Halo sayang assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Ini om bawa cake tiramisu kesukaan kamu." ucap Kenzi memberikan bungkusan cake tiramisu kepada keponakannya lalu menggendong Hana dan membawanya masuk kedalam rumah.

"Terima kasih om." jawab Hana senang.

"Berbagi dengan tante Ayu ya." ucap Kenzi sambil mengecup pipi keponakannya.

"Oke." jawabnya.

Lalu dia turun dari gendongan Kenzi.

Kenzi melempar pantatnya diatas sofa dan menaruh tas ranselnya. Kali ini Ayumi tidak melayani abangnya nomor dua, Kenzi berjalan sendiri menuju ruang makan untuk mengambil minum.

"Baru pulang kamu? " sapa Tommy yang baru selesai mandi keluar kamar.

"Iya." jawabnya singkat.

"Papa, om belikan aku cake tiramisu." lapor Hana yang sedang membuka box berisi cake tiramisu dibantu oleh Ayumi.

"Iyap, kerjaan numpuk gara-gara ijin sejam keluar nemuin cewek rekomendasi Ayumi." sindir Kenzi kepada adiknya.

"Kan situ yang ngatur jadwal. Kok aku yang disalahin." gerutu Ayumi dengan memasang wajah cemberut.

"Hahaha..." Kenzi tertawa, suka sekali dia menggoda adiknya.

"Masih juga kamu jodohin dia? " tanya Tommy yang mencomot satu tusuk sate ayam dimeja makan.

"Iya kalo bisa carikan jodoh buat kalian berdua. Biar ada yang ngurus, siapin baju kerja, siapin sarapan, makan siang, makan malam, cuci baju dan lain-lain." ucap Ayumi.

Tommy dan Kenzi tertawa mendengar ucapan adik bungsunya.

"Mereka sebetulnya kasihan dengan Ayumi yang terpaksa harus menjadi ibu rumah tangga mengurus mereka bertiga. Sejak orang tua mereka meninggal. Dan Tommy kehilangan istrinya, memutuskan pindah kerumah orang tuanya kembali. Sedangkan rumahnya sendiri dia kontrakan.

Sedangkan Kenzi yang bercerai dengan istrinya mulai dari nol, alias rumah dan seisinya dia beri ke mantan istrinya, juga memilih kembali ke rumah orang tuanya.

Mereka berdua punya tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan Ayumi yang waktu kedua orang tuanya meninggal masih kelas dua SMP.

Karena sudah terbiasa dididik mandiri oleh orang tuanya, Ayumi justru merawat kedua kakak dan keponakannya dari memasak, mencuci dan menjaga Hana keponakannya.

Tak berapa lama adzan magrib berkumandang. Kenzi pamit untuk mandi sebentar. Setelah itu Tommy mengajak kedua adiknya dan putrinya untuk sholat berjamaah. Kebiasaan yang diterapkan oleh mendiang papanya yang walaupun mualaf waktu menikahi bundanya tapi sangat disiplin menerapkan kewajiban agama islam.

Setelah sholat magrib, mereka kemudian makan malam bersama menikmati sate ayam yang dibeli oleh Tommy.

Sementara itu dikediaman pak Burhan, juga sedang menikmati makan malam bersama. Mereka menikmati sate ayam yang dibelikan oleh Rania.

Rania dan bu Vika tinggal bersama dengan keluarga pamannya karena rumahnya sangat besar sekali. Sedangkan pak Burhan hanya tinggal berdua dengan istrinya. Kedua anaknya laki-laki sudah berumah tangga dan tinggal dirumah masing-masing.

Sebetulnya Rania dan bundanya memiliki rumah sendiri walaupun tak semewah rumah pamannya. Tapi karena istrinya meminta Rania tinggal dirumahnya karena beliau sering kesepian. Mau gak mau Rania dan bundanya ikut tinggal bersama mereka.

Sedangkan rumah mereka sendiri dikontrakan. Paman dan bibinya memberikan tempat tinggal di paviliun belakang rumah mewah mereka agar Rania dan bundanya bebas dan tidak sungkan melakukan apa saja.

"Rania, kamu mau apa tidak paman jodohkan dengan anak sahabat paman? " tanya pak Burhan yang memecah keheningan diruang makan.

"Ish paman, seperti jaman siti Nurbaya aja pake dijodohkan." jawab Rania sambil mengunyah sate ayamnya.

"Gak pa pa Rania coba aja. Sapa tahu jodoh." sahut bu Risa istri pak Burhan.

"Gak pa pa kan kenalan dulu. Kalo jodoh alhamdulillah kalo belum jodoh ya cari lagi." jawab pak Burhan enteng aja.

"Gimana mbak yu, boleh tidak Rania dijodohkan sama anak sahabatnya mas Burhan. Tapi duda anak satu." ucap bu Risa kepada bundanya Rania.

"Aduh enggak deh. Gak mau Rania sama duda mati anak satu." sahut Rania takut anaknya gak bisa terima Rania.

"Memang anaknya umur berapa Risa? " tanya bu Vika.

"Umur 4 tahun ya pah? " tanya bu Risa kepada suaminya.

"Iya." jawab pak Burhan.

"Ehm aku terserah Rania aja lah. Dia juga susah amat buka hati sama orang sejak batal nikah sama Nico." ucap bu Vika melirik putrinya.

Rania diam aja tidak menjawab ucapan bundanya. Dia memilih menikmati makan malamnya.

"Ya sudah, sabtu besok om akan mengundang Tommy makan siang disini sekaligus ngobrol soal proyek pembangunan gedung." ucap pak Burhan mengambil keputusan tanpa persetujuan Rania.

"Tommy? " sebut Rania

"Iya namanya Tommy, kenapa? " tanya pak Burhan

"Gak pa pa." jawab Rania lalu lanjut menggigit sate ayamnya.

Pak Burhan tersenyum saja melihat keponakannya. Beliau berharap Tommy berjodoh dengan Rania. Walaupun perjodohan yang pernah dia lontarkan dengan sahabatnya tidak pernah terjadi karena keduanya dikaruniai anak laki-laki dan Ayumi lahir ketika kedua anaknya sudah menikah. Tapi ada Rania keponakan perempuan satu-satunya yang siapa tahu berjodoh dengan salah satu anak mendiang sahabatnya Satori.

Bab 3 Rania Harus Move On Dari Masa Lalu

Rania melempar tubuhnya diatas tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamarnya sambil menghela nafas panjang.

TING

Sebuah pesan singkat masuk kedalam gawainya. Rania mengambil gawainya yang dia taruh disebelah kepalanya dan membuka pesan singkat tersebut.

"Woi Nia, kamu pasti lagi nglamun? " tebak Andien sahabat karibnya.

"Udah tau tanya." tulis Nia menambah emot sewot

"Hahaha...awas ketempelan jin nyasar kamu." gurau Andien.

"Kalo ganteng sih gak pa pa." jawab Rania random dan menambah emot smile yang menjulurkan lidah.

Tak berapa lama, Andien menelpon Rania. Karena malas ngetik panjang.

"Eh ngomong-ngomong soal ganteng, mau gak aku kenalin sama bos aku. Dia blesteran Jepang-Indonesia." lanjut Andien dari balik telpon.

"Enggak ah, nanti kayak kemarin, kamu kenalin cowok geje ternyata maniak sex, baru kenalan langsung ajak check in, emangnya aku kupu-kupu malam." gerutu Rania kesal kepada Andien yang gak pake kira-kira ngenalin temannya yang udah sepuluh tahun gak pernah ketemu. Mana Andien tahu kalo temannya yang katanya cupu ternyata sudah suhu.

"Hahaha...sori...sori...kesalahan teknis itu. Udah lupain aja, ini beneran bos ku lagi cari istri. Adiknya sih yang lagi nyarikan istri buat abangnya." sahut Andien yang muka badak gak ada rasa menyesalnya ngenalin cowok gak jelas ke dirinya.

"Kenapa adiknya yang nyarikan, emang abangnya gak bisa cari istri sendiri. Kan katanya cakep, pasti banyak lah cewek yang antri minta dilamar." jawab Rania heran.

"Jadi begini, adiknya ini pingin abangnya segera menikah lagi. Kasihan tau, punya dua abang, dua-duanya duda semua." ucap Andien.

"Serius?! "

"Dua rius Nia. Abang pertama duda mati, istrinya seorang pramugari mengalami kecelakaan pesawat. Trus abang yang kedua duda cerai, mantan istrinya ketahuan selingkuh sama mantan pacarnya." kata Andien

"Lah orang cakep bisa diselingkuhin juga ya? " balas Rania.

"Kurang bersyukur dia."

"Hmmmm...?! "

"Aku lanjutin ceritanya, abang yang pertama kan duda mati anak satu, dia gak mau dijodohin sama siapapun. Masih belum move on, cincin nikah aja belum dilepas." cerita Andien.

"Hmmm interesting...lanjut?! "

"Kalo abang yang kedua, masih abu-abu sih, sepertinya masih kelihatan trauma tapi kalo adiknya ngenalin sama cewek A cewek B dan seterusnya masih mau nemuin walaupun selalu gagal."

Rania membulatkan mulutnya membentuk huruf O

"Seperti kata kamu tadi, gantengnya seperti itu masih juga diselingkuhin. Mana selingkuhannya kagak ada ganteng-gantengnya. Apa karena urusan ranjang kurang hot ya jadi cari pelampiasan? " ucap Andien yang ngomong sendiri dijawab sendiri.

"Au ah gelap."

"Mau ya aku kenalin, dia sih gak pure punya darah Indonesia. Emak nya masih ada blasteran swiss-indonesia gitu. Jadi hasil cetakannya setengah bule, setengah jepang, seperempat indonesia." ucap Andien yang serasa sales lagi promosikan barang dagangannya.

"Hah?!

"Udah deh, pokoknya cakep macam oppa-oppa korea dan mirip sedikit seperti pemeran Superman Henry Cavill." ucap Andien dengan nada memaksa.

"Gimana ya? Paman Burhan juga mau ngenalin anak dari sahabatnya, duda mati juga anak satu." kata Rania.

"Trus? Kamu mau? " tanya Andien kepo.

"Mau nolak sungkan ndien, bisa gak sih dicarikan yang sama-sama masih single. Apa stock cowok single didunia ini udah out of boxing semua? "protes Rania.

"Ehm no comment deh." jawab Andien.

"Temen suamimu juga usia diatas 30 tahun udah pada laku. Pake jampi apa sih para cowok nih bisa udah pada nikah. Tersisa yang udah duda-duda." terdengar suara protes Rania merasa Tuhan gak adil menciptakan kaum adam yang masih single masuk kategori limited edition.

"Ehmmm...trus gimana nih, mau ya aku kenalin. Adiknya bilang ketemu aja dulu. Siapa tahu cocok, kalo sama kamu gak berhasil dia bakal berhenti usaha mencarikan jodoh buat abangnya. " tukas Andien gak gubris keluhan Rania.

"Kenapa sih adiknya ngebet banget mau cari jodoh buat abangnya?" tanya Rania curiga.

"Adiknya sejak SMP udah menjalankan kehidupan ibu rumah tangga untuk kedua abangnya dan keponakannya."

"Maksudnya?"

"Ya ngurus rumah, masak, jaga keponakannya. Dia pingin menikmati dunianya sendiri. Pingin nongkrong sama temannya tanpa diganggu oleh kedua abangnya dan keponakannya. Dunia remaja dia hilang sejak kedua orang tuanya meninggal dan kedua abangnya yang duda ini kembali tinggal bersamanya."

"Ooo...kasihan juga ya."

Rania prihatin mendengar cerita Andien tentang adik bosnya.

"Jadi gimana mau ya? " tanya Andien lagi.

"Ya udah lah, kapan? " jawab Rania.

Andien melonjak kegirangan membuat suaminya ikut kaget dan spontan melempar ponselnya.

"Apaan sih bunda bikin kaget aja." terdengar suara protes suami Andien dari balik telpon.

"Hehehe...maap maap..." jawab Andien nyengir ke suaminya dan tentu saja Rania tidak kelihatan seberapa lebar cengiran kuda si Andien.

"Besok sabtu dicafe blue sky." ucap Andien.

"Pagi, siang, sore, malam, tengah malam? " tanya Rania terkekeh.

"Mau jaga cafe nya sekalian ketemuan tengah malam? " sahut Andien.

Gantian Rania yang nyengir kuda.

"Sore lah jam 3 gitu. Kamu tahu kan cafe bule sky? " tanya Andien.

"Bijimana aku gak tau, secara kita sudah lima kali kesana Andien..." jawab Rania kesal.

"Oya ya barangkali kamu amnesia kelamaan jomblo hehe..." sindir Andien sambil terkekeh.

"Bangke lu!" umpat Rania misuh-misuh.

"Hahahaha...ya udah, aku info ke adiknya. Bye bestie met malam met bobok cantik assalamu'alikum." ucap Andien yang ngomong gak ada titik komanya.

Langsung sambungan telpon dimatikan oleh Andien.

Rania menghela nafas panjang lagi. Sejak putus tunangan dengan Ricky yang menghamili anak bu RW yang juga teman kuliah Andien, Rania belum menjalin hubungan serius lagi dengan lelaki manapun.

Bukan karena trauma berat tapi karena masih terlalu sakit hati sama laki-laki. Ah sebetulnya beda tipis trauma dengan sakit hati. Pokoknya Rania masih belum ada greget menjalin hubungan serius.

*****

Keesokan harinya, kesibukan dirumah keluarga Yoshikuzi seperti biasanya, Ayumi subuh-subuh sudah bangun. Setelah sholat subuh dia menyiapkan sarapan untuk mereka berempat dan bekal keponakannya yang masuk playgroup bersama keponakan Mila sahabatnya.

Setelah selesai membuat sarapan, Ayumi segera mandi, karena dia akan berangkat kuliah pagi. Setelah dirinya mandi, giliran menemani Hana mandi.

"Hana udah bisa mandi sendiri tante." ucapnya kepada Ayumi yang membungkus tubuh Hana dengan handuk.

"Iya tapi kadang masih ada sabun yang lengket di bagian tubuh Hana." jawab Ayumi.

Hana hanya terkekeh saja dan keluar dari kamar mandi bersama Ayumi menuju kamarnya.

Ayumi sudah menyiapkan seragam playgroup keponakannya diatas kasur. Dan dengan sigap dia mengeringkan tubuh Hana dan memakaikan pakaiannya.

Setelah itu Ayumi menyisir rambut Hana dan mengkepangnya jadi dua.

"Sudah sana sarapan. Tante mau dandan dulu." ucap Ayumi beranjak dari tepi kasur keponakannya dan pergi menuju kamarnya.

Hana lalu berlari keluar kamar dan menuju meja makan. Disana papa dan pamannya sudah duduk manis untuk mulai sarapan.

Ayumi segera berdandan tipis dan berganti pakaian. Dia masuk kuliah jam 8 pagi, telat dua menit aja udah gak boleh masuk sama dosennya.

"Menyebalkan memang."

Ayumi bercermin kembali merapikan kemeja polos berwarna fanta lalu merapikan rambutnya yang dia kuncir ekor kuda. Lalu dia segera keluar kamar membawa totebagnya yang selalu setia menemaninya kuliah.

Ayumi bergegas berjalan menuju ruang makan untuk sarapan bersama keluarganya minus orang tuanya yang sudah tiada.

"Ayu?! " ucap Tommy ketika Ayumi sudah duduk di kursinya.

"Apa? " tanya Ayumi.

"Aku sama Kenzi sepakat mau memperkerjakan bi Susi jadi asisten rumah tangga full time di rumah sini." ucap Tommy.

"Serius?! " tanya Ayumi agak heran tiba-tiba abangnya mau memperkerjakan asisten rumah tangga yang menginap dirumah.

"Iya serius lah. Kan abang udah lihat kerjanya dia selama dua tahun ini jadi asisten rumah tangga setengah hari. Jadi abang pikir kita pekerjakan dia full time. Tinggal juga dirumah sini." jawabnya.

"Alhamdulillah. Terima kasih bang." ucap Ayumi sumringah.

Ayumi akui sejak memperkerjakan bi Susi, anak mantan asisten rumah tangga orang tuanya dulu, pekerjaan rumah tangga serasa ringan. Ayumi hanya memasak, membersihkan kamar pribadi mereka karena sejak dulu orang tuanya melarang asisten rumah tangganya membersihkan area kamar mereka bertiga. Dan tentunya mengurus keponakannya Hana.

Jika bi Susi kerja full time maka Ayumi tidak perlu repot bangun pagi buru-buru bikin sarapan, lalu sore harus segera pulang masak untuk makan malam. Jadi dia ada waktu untuk me time walaupun harus masih mengurus Hana.

"Eh iya bang Kenzi, sabtu ke cafe blue Sky ya, mau Ayu kenalkan seorang perempuan masih single perawan ting ting. Siapa tahu jodohnya abang." ujar Ayumi baru keinget rencananya dengan Andien sekretaris pribadinya Kenzi tadi malam untuk menjodohkan temannya dengan abangnya.

"Lagi?! Gak kapok yu ngenalin dia ke cewek? " sahut Tommy terkekeh.

"Ini usaha Ayu yang terakhir. Kalo gak lolos ya udah biar Allah carikan buat abang melalui jalur lain. Entah lewat jalur darat, laut, udara." jawab Ayumi dengan nada agak sedikit pesimis.

"Iya adikku sayang." jawab Kenzi yang selalu menuruti kemauan Ayumi.

"Ingat ya hari sabtu jam 3 sore di cafe blue sky. Nanti aku kirim fotonya. Eh gak usah ding, aku ikut aja." tukas Ayumi dengan nada tegas.

"Baik nona, ada lagi? " gurau Kenzi pura-pura serius.

Ayumi tidak menjawab hanya mengerucutkan bibirnya.

"Sudah ah aku mau berangkat. Abang segera antar Hana kerumah Mila." titahnya kepada Tommy.

"Baik nona." jawabnya.

Lalu Tommy dan Kenzi tertawa bersama. Membuat Ayumi jadi kesal.

Tak berapa lama, bi Susi datang masuk dari garasi yang langsung tembus dapur untuk memulai bekerja seperti biasanya.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

"Bi Susi, sini sebentar." panggil Tommy yang masih duduk di meja makan. Sedangkan Ayumi sudah membereskan piring kotornya.

"Iya mas Tommy." jawabnya dengan sopan.

"Bibi, mulai besok pindah ke sini ya, bibi jadi asisten rumah tangga full disini." ucap Tommy.

"Alhamdulillah, jadi bibi gak usah kost lagi." jawabnya senang.

"Iya bi." jawab Tommy sambil tersenyum.

"Terima kasih mas. Nanti sore saya beresin barang saya." jawabnya senang.

Bi Susi janda anak satu, ikut bekerja dengan keluarga Ayumi setelah suaminya meninggal juga kena covid. Kebetulan ibunya dulu mantan asisten rumah tangganya orang tua Ayumi. Setelah masuk usia senja, ibunya memutuskan untuk pensiun menjadi asisten rumah tangga dan pulang kampung di Pandaan.

Oleh mendiang papa Ayumi beliau dibelikan tanah dan dibangunkan rumah serta usaha ternak ayam dan bebek. Lalu Susi datang ke Surabaya bekerja di pabrik rokok didaerah sier. Setelah covid dia kena phk dan datang kerumah Ayumi minta pekerjaan.

Akhirnya Tommy menerimanya tapi hanya setengah hari. Dan bi Susi menambah penghasilan dengan bekerja sebagai tukang cuci setrika orang-orang di perumahan sini.

"Kalo begitu saya berhenti dari tukang cuci setrika mas kalo full time bekerja disini." ucapnya.

"Ehm kalo bibi mau terus juga gak pa pa sih. Buat nambah penghasilan. Asal bibi udah beres kerjaan dirumah sini." sahut Kenzi.

"Kita woles aja bi, kita paham bibi juga butuh banyak biaya buat Rasya di pondok." timpal Tommy.

"Iya mas, sebetulnya ya cukup sih bantuan dari mas Tommy dan mas Kenzi, tapi bibi kan juga pingin jenguk dia di pondok bawa oleh-oleh." jawabnya pelan.

"Iya bibi, santai aja. Silahkan kalo masih mau cari cepetan diluar. Asal diukur kemampuannya. Jangan sampai diforsir trus ganggu kerjaan disini dan ganggu kesehatan juga." ucap Kenzi.

"Iya mas terima kasih banyak." jawabnya senang.

"Udah ah aku berangkat dulu." pamit Ayumi dengan langkah tergesa-gesa, dia berlari ke carport dimana motor maticnya sudah dikeluarkan oleh kakaknya dari garasi dan diparkir bersebelahan dengan motor sport milik Kenzi. Sedangkan salah satu mobil diparkir didepan rumah.

"Aku juga mau berangkat." ucap Kenzi.

"Ayo Hana kita berangkat juga." kata Tommy.

Akhirnya mereka semua satu-persatu berangkat ketempat aktivitas mereka masing-masing. Tinggalah bi Susi sendirian dirumah mulai bekerja membersihkan rumah.

Sementara itu, Rania yang berada di tepi jalan bingung melihat ban motornya bocor.

"Aduh gimana ini, telat ngajar dong. Mana gak ada tukang tambal ban dekat sini lagi." keluhnya sambil menoleh kekanan dan kekiri berharap keajaiban ada tukang tambal ban nongol.

Setelah 10 menit semedi di samping motornya, akhirnya mau tidak mau Rania menuntun motornya mencari tukang tambal ban yang buka.

"Hhh...mana jalan becek lagi." omel Rania berjalan menuntun sepeda motornya sambil berusaha menghindari genangan air bekas hujan tadi malam.

Tiba-tiba sebuah cipratan dari genangan air hujan mengenai motor Rania dan beberapa percikannya mengenai cardigannya.

"Woi pelan-pelan dong! " hardik Rania dengan suara lantang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!