NovelToon NovelToon

Against All Odds

Hidup yang berat

Malam itu, bian duduk di teras rumahnya sambil menghisap sebatang rokok yang sudah mulai habis. cowok 30 tahun berambut ikal acak acakan itu melamun memandangi motor matic bekasnya yang sudah mulai rewel. hari ini dia hanya mendapatkan 2 penumpang. pikirannya kembali ke masa beberapa tahun lalu ketik ia masih bekerja sebagai staff administrasi di sebuah perusahaan manufaktur. saat itu hidupnya terasa lebih ringan. gaji setiap bulan tunjangan kesehatan, tabungan dan nafkah yang cukup untuk ibunya. Bian tinggal dengan ibunya Minah, yang bekerja sebagai pedagang makanan seperti gorengan dan nasi uduk. penghasilan minah tidak banyak tapi cukup untuk kebutuhan sehari hari keluarganya. Bapak bian, Warman sudah lama meninggal dunia, bian anak tunggal. Dulu ketika masih bekerja kantoran bian biasa membantu keuangan keluarganya. tapi sekarang semenjak ia bekerja jadi ojek online. Penghasilanya jadi tak menentu.

Di dalam rumah kecilnya, Minah tengah sibuk membuat adonan gorengan yang akan ia jual besok pagi.

“Yan …kamu makan dulu gih, tuh sayurnya udah mateng. Jangan sampai telat makan” suara lembut minah memanggil bian dari dapur.

“iya bu” jawab bian singkat. ia masuk ke dalam rumah dan duduk di meja makan piring berisi nasi dan lauk tempe sayur asem sudah tersedia di sana.

“Ojek sepi ya hari ini?” tanya wanita paruh baya berhijab itu sambil menuangkan teh hangat ke gelas bian.

Bian mengangguk “iya bu…lagi ngga banyak yang pesan”

Minah menatap anak semata wayangnya itu dengan penuh kasih “sabar ya nak, nanti pasti ada rezeki lagi”

Bian tersenyum kecil meski hatinya sesak. Ia selalu berusaha menutupi perasaan kecewanya di depan sang ibu.

 

......................

Seminggu kemudian keluarga besar minah mengadakan acara kumpul-kumpul di rumah salah satu saudara. di antara saudaranya, keluarga minah yang ekonominya paling rendah. biasanya minah yang selalu di tugaskan untuk cuci piring dan masak. Bian datang dengan perasaan malas ia tahu di acara seperti itu ia akan dibanding-bandingkan dengan saudaranya yang lain.

Di sudut ruang tamu, larsih bude bian, kakak kandung minah. Tengah bercerita dengan bangganya tentang anaknya anwar yang baru saja di terima jadi PNS di kementrian. Usia anwar lebih muda dari bian. Wanita bertubuh gempal dengan gelang emas berderet menghiasi pergelangan tangannya itu berbicara dengan keras memastikan semua orang mendengar.

“Anwar itu memang dari kecil sudah rajin belajar. Jadi yo ngga heran kalau sekarang sudah jadi PNS. Gajinya besar masa depannya jelas” kata wati sambil melirik bian yang duduk di pojok ruangan.

Tak lama Larsih melajutkan ucapanya dengan nada mengejek. “bian gimana sekarang minah? Masik ngojek?”

“Masih mba” jawab minah singkat sambil mencuci perabot didapur.selesai mencuci ia duduk disamping bian.

“oalah…coba ngelamar kerja di perusahaan lagi yan. Ngojek paling pendapatanya ga seberapa. Kasian ibumu sudah tua kalau jualan terus. Mana kamu belum nikah…udah umur 30 lho….” Kata larsih.

Bian hanya tersenyum tipis sambil menunduk pura pura bermain HP. Kata-kata budenya itu seperti pisau yang menghujam di hati. Bian mencoba menahan amarah dan rasa malu. minah yang duduk di sebelahnya meremas tangan bian dengan lembut.

Bian ingin melawan, ingin membalas ucapan budenya. Tapi ia tahu, itu akan mempermalukan ibunya lebih jauh. Ia lebih memilih diam dan pura-pura tak peduli. Namun dalam hatinya rasa sakit itu terus menggerogoti.

Sepulangnya dari acara bian duduk sendirian di teras rumahnya. Sambil merokok. ia membuka HPnya dan melihat media sosial. Postingan story dan foto teman-temannya yang sudah sukses, membuat hati bian semakin hancur. ada yang sudah berkeluarga, memiliki bisnis sendiri,, bekerja di perusahaan besar di ibukota bahkan ada yang sudah tinggal di luar negeri.

“kata-kata budemu tadi ngga usah dipikirin yan, budemu memang gitu dari dulu” ucap minah yang tiba-tiba muncul di belakang bian membawa secangkir kopi.

“iya bu, aku ngerti kok. Cuma lagi merenung aja sampai kapan aku kayak gini? Umur udah 30 tahun. Belum punya apa-apa, pasangan juga belum punya. Lagian siapa juga yang mau sama laki laki pengangguran kayak aku bu?” ucap bian dengan nada putus asa.

“yo sabar nak, anggap aja ini ujian dari Tuhan. jalanin sambil terus berusaha dan berdoa. Minta sama gusti Allah.siapa tahu, Tuhan punya rencana yang indah buatmu di masa depan” ucap minah sambil memeluk bian. wejangan dan pelukan hangat dari ibunya membuat hatinya lebih  tenang.

......................

Hari itu hujan gerimis mengguyur kota, bian baru saja mengantar penumpang terakhirnya dan memutuskan untuk berhenti sejenak di pinggir jalan menunggu hujan reda. bian sedang memeriksa aplikasi ojek online di hpnya ketika seseorang memanggil namanya dari belakang

“Bian ? kamu Sabian perkasa alumni SMA Putrajaya kan?’

Bian menoleh dan melihat sosok pria berkacamata tinggi berkulit putih dengan senyum lebar. Meski raut wajahnya sedikit berubah karena waktu dan di tumbuhi kumis dan jenggot tipis yang rapi. Bian segera mengenalinya.

“Fendi? Wah lama ngga ketemu ! apa kabar bro?”

Fendi adalah sahabat bian di SMA dulu. Setelah lulus mereka lost contact karena kesibukan masing-masing.

“baik bro ! kamu gimana? Lagi ngojek ya?” tanya fendi sambi menunjuk helm ditangan bian.

“iya,, yaa gini lah hidup gue sekarang. Ngga semua seberuntung kamu bro”

Fendi tertawa kecil “halah! Ngga usah ngomong gitu. Yuk ngobrol sambil makan. Gue tau warung mie ayam enak dekat sini”

Bian dan fendi duduk di sebuah warung mie ayam sederhana. Semerbak aroma gurih kuah kaldu memenuhi udara. Bian yang awalnya enggan berbicara tentang kehidupannya, akhirnya membuka diri. Ia berbicara tentang PHK, sulitnya mencari kerja dan rasa frustasi yang terus menghantuinya.

“gue capek fen. hidup gue gini-gini aja. mana umur udah 30. kadang ngerasa gue gagal dan ga ada gunanya”

Fendi mendengarkan dengan serius sesekali mengangguk

“gue ngerti yan. Kadang hidup emang ga adil. Tapi lo ngga boleh nyerah, harus selalu cari cara buat bangkit. Dan umur 30 itu masih muda kali. Jangan ngerasa gagal cuma karena lo ngerasa hidup lo sekarang ngga kaya orang lain yang menurut lo sukses. Gue saranin buat sementara lo kurangin scrolling sosial media. Kadang sosmed itu kaya racun bro, kita jadi ngebandingin hidup kita dengan orang lain apalagi kalo posisi kita lagi down. dan lo ngga perlu minder karena lo sekang jadi ojol, yang penting halal bro”

Bian hanya mengangguk sambil mengaduk mie ayam di depannya. saat ia mulai makan, matanya berbinar.

“wah enak banget ini fen !  kuahnya gurih, mie ayamnya kenyal. daging ayamnya juga empuk. bumbunya pas, ngga terlalu asin. Tapi gue rasa kalo di tambah sambel dikit lebih mantap !”

Fendi menatap bian dengan heran sekaligus kagum. “lo serius yan? cara lo ngomongin mie ayam tadi kaya food vlogger lagi review makanan tau ngga haha”

Bian tertawa kecil “masa sih ? ah biasa aja bro, gue Cuma jujur aja sama apa yang gue rasain”

“kalo lo sekarang kerja dimana fen? Udah nikah?” tanya bian.

“gue IT consultant di perusahaan migas. Belum bro, tapi udah tunangan sama pacar gue. namanya Jessica” jawab fendi sambil menikmati mie ayamnya.

“eh tapi serius lu harus coba jadi konten kreator deh, yan. kayaknya lu punya bakat” lanjut fendi.

Bian tertegun. tidak pernah terpikirkan olehnya jadi konten kreator.

“tapi gue ngga punya alatnya fen, kamera aja ngga ada”

“pake hp lo aja dulu. yang penting niat. Kalo lo konsisten pasti ada hasilnya

Bian menghela nafas panjang. Ide itu terdengar menarik, tapi ia masih ragu.

“ngga tau, fen kayaknya susah”

“gue bantu. ntar kita cari waktu buat video pertama lo. Percaya deh lo pasti bisa.”

Meski ragu, bian pulang dengan perasaan ringan. Ia mulai membayangkan kemungkinan baru dalam hidupnya.

Langkah pertama

Malam itu, bian rebahan di atas kasur dalam kamarnya yang sederhana. Ditangan kirinya, ia memegang hp android dengan layar kecil dan resolusi kamera yang pas-pasan. ia membuka aplikasi tiktok dan mengetik kata kunci “food vlogger” dan mulai menonton video review makanan.

salah satu video yang menarik perhatiannya adalah seorang pria muda yang dengan santai mereview martabak manis. penyampaiannya yang ringan tapi detail membuat bian terpukau.

“ini martabak ngga Cuma manis, tapi lembut banget pas digigit. susunya kerasa, kejunya ngga pelit. Tapi kalo makannya kebanyakan, mungkin eneg ya” kata vlogger itu sambil tersenyum.

Bian mulai mencatat poin-poin penting : bagaimana vlogger itu berbicara dengan intonasi ramah, focus pada detail rasa. dan selalu menutup dengan kesimpulan singkat.

“kayaknya gue juga bisa bikin kayak gini”

Malam itu bian terus menonton video demi video, mempelajari gaya bicara, sudut kamera, hingga cara mengedit video sederhana. Ia bahkan mencatat nama aplikasi untuk edit video.

......................

Hari minggu bian bertemu lagi dengan fendi di sebuah kafe kecil tidak jauh dari rumahnya. Fendi sudah menunggu dengan segelas kopi hitam.

“gimana bro, udah siap belajar?” sapa fendi dengan senyum lebar.

Bian mengangguk meski dengan sedikit canggung. “gue udah nonton beberapa video. Kayaknya gue ngerti konsep dasarnya, tapi prakteknya gimana, fen ?”

Fendi mengeluarkan sebuah hp android dari sakunya

“nah, karna kamera HP lu kurang bagus, pake ini aja dulu. Gue pinjamin sampai lo bisa beli sendiri”

Bian terkejut “serius, fen ? tapi ini kan HP lo. ntar kalo gue rusak gimana ? ini tipe yang mahal lagi”

Fendi tertawa kecil “santai aja bro, ini HP cadangan gue. Jarang gue pake. Lagian gue pengen lo serius coba hal baru. Jadi ngga ada alasan lo buat mundur. Udah gue install aplikasi video editor juga”

Bian menerima HP itu dengan perasaan campur aduk “makasih banget bro, gue janji bakal jaga baik-baik”

Di kafe itu, fendi mengajarkan bian cara merekam video.

“Pertama lo harus tau angle yang bagus. biasanya orang liat suka close up makanan. Jadi pastiin cahaya cukup dan fokusnya jelas”

Bian memperhatikan dengan serius. Ia mencoba memegang hp dan mengarahkan ke gelas es kopi susu di meja dan merekam sambil berbicara.

“ini kopi susu dengan campuran gula aren. Warnanya keliatan creamy, dan aromanya harum banget. Sekarang gue cobain rasanya”

Setelah mencicipi, ia melanjutkan “ rasanya manis, tapi ngga berlebihan. kopinya cukup kuat, tapi ngga bikin lidah kaget. Cocok buat yang suka ngopi ringan”

Fendi mengangguk puas "bagus bro…! lu punya bakat. tapi jangan terlalu kaku. santai aja kaya waktu itu lo nge review mie ayam. tinggal edit videonya trus upload ke tiktok. jangan lupa buat caption yang menarik dan hashtag yang relevan. ntar dirumah lo coba bikin video sendiri ”

Bian mengangguk dan  tersenyum. Hari itu ia merasa ada harapan baru di depan matanya.

......................

Di dapur rumah yang kecil tapi rapi, bian menyiapkan perlengkapan untuk konten pertamanya. Ia memilih jajanan buatan ibunya gorengan dan nasi uduk sebagai bahan review. Minah memperhatikan dari jauh sambil tersenyum kecil.

“ini buat konten bu, siapa tau bisa terkenal, jadi banyak yang beli jajanan ibu nanti” kata bian setengah bercanda, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

Minah hanya mengangguk. “coba aja nak, semoga berhasil”

Bian mulai merekam dengan HP pinjaman dari fendi. Ia merekam jajanan dari berbagai sudut. Memastikan tampilannya menggugah selera. Ia mencoba bicara seperti food vlogger yang ia pelajari.

“ini gorengan buatan ibu gue, gorengan paling legend di kampung gue. Liat tuh, renyah banget luarnya. Sekarang kita coba rasanya”

Ia menggigit bakwan, lalu melanjutkan “rasanya gurih, sayurnya segar, dan minyaknya juga ngga berlebihan. Ini cocok banget buat sarapan ditemenin teh hangat” kata bian

Tiba-tiba bude larsih masuk ke dalam dapur “bikin apa kamu yan?”

“oh anu bude, konten buat tiktok” jawab bian gugup karena kaget budenya tiba-tiba muncul.

“halah yan yan…ngapain toh buat-buat kayak gitu. buang-buang waktu aja. Cari kerja sana biar ibumu nda usah jualan lagi, nda ngutang-ngutang lagi”

“minah...nih, Cuma ada 100, utang yang kemarin belum dibayar sudah ngutang lagi!” kata larsih ketus sambil pergi meninggalkan dapur.

“ibu pinjem uang lagi sama bude larsih ?” tanya bian

“ia yan, jualan ibu lagi sepi” jawab larsih

“kok ibu ngga bilang sama bian ? tanya bian lagi.

“ibu nda mau kamu ngerepotin kamu yan, kan ojek juga lagi sepi. Kamu nda usah dengerin omongan budemu ya. Kamu coba aja kerjakan apa yang menurutmu baik” kata minah.

Bian sedih melihat ibunya. dadanya sesak karena merasa tidak bisa membantu ibunya.

Bian masuk ke kamar, rebahan di ranjang sambil ngedit video menggunakan aplikasi sederhana di HP. Video itu ia unggah di tiktok, dengan judul “ Review jajanan sarapan legendaris: gorengan buatan bu minah”

......................

Esok harinya, bian membuka aplikasi tiktok dengan penuh harap. Namun. Hasilnya jauh dari ekspektasi.  Viewernya hanya belasan, dengan satu komentar dari akun anonim “Biasa aja..”

Hatinya langsung terpuruk. ia merasa usahanya sia-sia “ mungkin emang gue ngga berbakat” gumamnya sambil menatap HP.

Bian akhirnya menghubungi fendi lewat telpon. Suaranya terdengar lesu. “fen, kayaknya gue ngga bisa jadi food vlogger. view gue dikit banget. Ngapain gue buang-buang waktu?”

Di ujung telpon fendi tertawa kecil “yaelah bro, lo baru sekali coba. Semua orang yang sukses pasti pernah mulai dari nol. jangan langsung nyerah cuma karena hasilnya belum sesuai harapan”

“tapi gimana gue bisa bikin orang tertarik fen ? konten gue kayaknya ngga menarik?”

“lo harus eksplor lebih banyak, yan. Jangan Cuma fokus ke rasa makanan, ceritain juga apa yang bikin makanan itu special. Misalnya, sejarahnya, cara bikinnya atau siapa yang bikin. Penonton suka sesuatu yang personal”

Bian terdiam, mencerna kata-kata fendi.

Fendi melanjutkan “gue tau lo bisa, yan. Lo Cuma butuh waktu buat belajar dan menemukan gaya lo sendiri. Trus jangan lupa bro, lo punya sesuatu yang unik, masakan ibu lo. itu ngga semua orang punya.”

Meski masih ragu, semangat bian mulai bangkit lagi. “oke, fen. Gue coba lagi. tapi lo jangan bosen gue gangguin ya?”

“tenang, bro. gue bakal selalu disini buat bantu lo”

Malam itu, bian mulai merencanakan ide konten berikutnya dengan harapan yang baru.

......................

Bian duduk di ruang tamu dengan buku catatan kecil ditangannya, ia memikirkan saran fendi bahwa konten harus lebih personal dan menarik. tiba-tiba ia menoleh ke dapur, tempat ibunya sedang menggoreng pisang. Sebuah ide muncul dikepalanya.

“bu, mau nggak ikut video ku? Tapi harus seru ya” kata bian sambil mendekati ibunya.

Minah tertawa kecil. “ah, ibu malu. emang ibu harus ngapain?”

“simpel aja bu. Kita bikin kayak wawancara sambil masak. Ceritain aja sejarah gorengan ibu. Nanti aku tambah lelucon dikit biar seru.”

Minah akhirnya setuju mereka mulai merekam dengam HP.

“ini dia gorengan legend! buatan tangan emas ibuku! Chef minah haha!”

“chef minah, kenapa gorengan ini kok enak banget? Apa ada mantra rahasianya?” tanya bian dengan nada bercanda.

Minah tertawa sambil menjawab, “mantranya cuma kerja keras dan doa, yan”

Bian melanjutkan dengan mencicipi gorengan sambil memberikan review dengan gaya lucu dan lebay.

“gurihnya kayak cinta pertama, renyahnya bikin lupa mantan. kalian wajib coba !”

Setelah mengedit dengan gaya yang lebih santai dan lucu, ia mengunggah video itu ke Tiktok dengan caption: “Rahasia Gorengan Legendaris Bu Minah! Penasaran ?”

 

Kejutan di tiktok

Keesokan harinya, bian membuka aplikasi tiktok dan terkejut melihat notifikasi membanjir. Videonya viral! Viewernya sudah mencapai puluhan ribu, dengan ratusan komen positif.

“lucu banget! Ibu kamu keren bang!”

“gorengannya kayaknya enak banget, jadi laper deh!”

“cinta pertama dan mantan, ngakak reviewnya!”

Minah juga terkejut saat bian memberitahu kabar itu “wah, beneran banyak yang suka video kita, yan?”

Bian mengangguk dengan senyum lebar.

“iya bu, ini artinya gorengan ibu terkenal sekarang. Siap siap aja banyak yang beli!”

Komentar positif dan dukungan dari netizen membuat semangat bian meningkat. Ia mulai merancang ide-ide baru. ia ingin kontennya tidak hanya menghibur, tapi juga memberikan manfaat.

 

.....................

Setelah sukses dengan konten masakan ibunya, bian mulai tertarik untuk mengeksplorasi makanan-makanan lain. Suatu hari,saat ia sedang mencari orderan ojol di jalan, ia melihat seorang pedagang ketoprak tua yang mangkal dekat gang.

“pak, boleh saya buat video tentang ketoprak bapak?” tanya bian.

Pedagang itu terkejut tapi kemudian mengangguk. “boleh mas, tapi ketoprak saya biasa saja”

“justru itu yang istimewa pak. Biar semua orang tahu kalau mau makanan enak nggak harus di restoran mahal”

Dalam videonya, bian berbicara dengan santai dan menyelipkan humor seperti biasa. Ia juga  menampilkan kisah pedagang bernama pak sugeng yang sudah berjualan selama 20 tahun untuk menghidupi keluarganya,

“gaess !  gue lagi makan siang nih pake ketoprak, endul banget rasanya. namanya warung ketoprak pak sugeng. Rasa bumbu kacangnya gurih banget, porsinya banyak bikin kenyang dan harganya ngga bikin kantong menjerit. kalo kalian lagi di sekitaran jalan pemuda, mampir ya!” kata bian di akhir video itu.

 

Videonya kembali viral, dengan banyak komentar yang mendukung pedagang kecil itu.

“bang, makasih udah support UMKM kayak gini

“wah, ketopraknya bikin ngiler. jadi pengen coba!”

“konten kayak gini yang bener-bener menginspirasi.”

Melihat respon positif itu, bian semakin semangat membuat konten serupa. Di sela-sela pekerjaanya sebagai ojek online, ia mulai rajin mencari pedagang kaki lima atau makanan tradisional yang layak diangkat ke media sosial.

 

......................

Nama bian mulai di kenal di tiktok sebagai konten kreator review makanan yang beda dari yang lain. Ciri khasnya yang lucu, sederhana, gaya bicara santai dan fokus pada pedagang kecil membuat banyak orang jatuh hati. Selain itu bian terkadang bikin konten waktu dia kerja jadi ojek online.  Beberapa pedagang kecil bahkan melaporkan kenaikan omset setelah di review oleh bian.

“mas, terima kasih ya. Setelah video ketoprak saya viral, pelanggan saya nambah banyak. Kata pak sugeng pedagang ketoprak sambil tersenyum lebar ketika bertemu bian lagi.

Namun, dengan popularitas datang pula perhatian yang tidak diinginkan.

Suatu pagi, Bian dikejutkan oleh pesan-pesan dari followersnya. Salah satu kreator makanan lain yang cukup terkenal menuduh Bian telah meniru konsep kontennya. Kreator itu, seorang pria bernama Rendi, mengunggah video yang memperlihatkan cuplikan konten Bian disandingkan dengan miliknya.

“Lihat deh, guys. ini jelas banget nyontek konsep gue. gue udah bikin kayak gini duluan, tapi tiba-tiba dia yang viral. nggak adil banget, kan?” ujar Rendi dalam videonya.

Komentar di unggahan itu bercampur antara yang mendukung dan menyerang Bian. beberapa bahkan mengancam akan berhenti mengikuti akun Bian.

Bian yang membaca komentar-komentar itu merasa hancur. Ia duduk termenung di kamar, bingung harus berbuat apa.

“Gue nggak pernah nyontek siapa pun,” gumamnya pelan.

Minah, yang melihat Bian murung, mendekatinya. “kenapa, yan? ada masalah?”

Bian menjelaskan semuanya kepada ibunya. Minah hanya mengelus pundaknya dengan lembut. “Sabar, Nak. Kalau kamu benar, nanti kebenaran akan kelihatan. Jangan menyerah.”

......................

Merasa buntu, Bian menghubungi Fendi. di telepon, Fendi terdengar geram. “Yan, jangan diam aja. Lo harus klarifikasi. Jelasin kalau lo nggak nyontek. lo punya bukti kalau gaya lo tuh unik, beda dari dia.”

Bian ragu. “Tapi gue takut, Fen. kalau gue salah ngomong, masalahnya malah makin besar.”

“Tenang, gue bantu. kita susun klarifikasi lo dengan hati-hati. lo nggak perlu menyerang balik, cukup tunjukin fakta.”

Fendi membantu Bian membuat video klarifikasi. Dalam video itu, Bian menjelaskan bagaimana ia mulai membuat konten, inspirasinya, dan bagaimana ia selalu berusaha mendukung pedagang kecil.

“Gue  nggak pernah punya niat meniru siapa pun. Semua yang gue lakukan datang dari hati dan keinginan untuk membantu sesama. Kalau ada yang merasa gue mengambil ide mereka, gue minta maaf, tapi gue yakin semua orang bisa punya cara unik untuk menyampaikan pesan yang sama,” kata Bian di akhir video.

Tak lama setelah video itu diunggah, dukungan mulai mengalir dari para pengikut setianya.

“Kami tahu bang Bian orang baik. jangan menyerah, bang!”

“Orang yang suka fitnah itu biasanya iri. semangat terus, Bang!”

“Konten bang Bian jauh lebih tulus dan seru daripada dia.”

Bahkan beberapa pedagang kecil yang pernah direview oleh Bian ikut membelanya di media sosial.

Melihat dukungan itu, Bian merasa sedikit lega. Tapi ia tahu masalah ini belum selesai. Ia harus terus membuktikan bahwa kontennya memang murni dari usahanya sendiri.

......................

Popularitas Bian terus meroket meski sempat dilanda fitnah. semangatnya untuk mendukung pedagang kecil tetap konsisten, dan hal itu membuat banyak brand tertarik bekerja sama dengannya. suatu hari, ia mendapat pesan dari sebuah perusahaan makanan terkenal yang ingin menjadikan Bian sebagai brand ambassador produk mereka.

“Bang Bian, kami suka konsep konten anda yang mendukung UMKM. Kami ingin bekerja sama untuk mempromosikan produk kami. Gimana, Bang?” tulis pihak perusahaan dalam emailnya.

Bian hampir tidak percaya. Setelah berdiskusi dengan Fendi dan ibunya, ia menerima tawaran itu. Endorse pertama ini tidak hanya memberi pemasukan besar, tetapi juga membuka peluang baru untuk Bian.

Dengan penghasilan dari endorse, Bian akhirnya bisa melunasi hutang-hutang keluarga yang selama ini menjadi beban ibunya.

“Bu, ini uang untuk bayar hutang. kita nggak perlu lagi khawatir dikejar-kejar penagih,” kata Bian sambil menyerahkan uang tunai kepada Minah.

Ibunya tidak bisa menahan air mata. “Kamu beneran udah jadi anak kebanggaan Ibu, Yan. Terima kasih.”

Tidak berhenti di situ, Bian juga mengalokasikan sebagian uangnya untuk merenovasi rumah mereka yang sudah lama rusak. atap bocor dan dinding yang mengelupas akhirnya diperbaiki. Selain itu, warung kecil Minah juga direnovasi menjadi lebih rapi dan nyaman.

Warung itu kini tidak hanya menjual gorengan, tapi juga berbagai jajanan yang pernah di-review oleh Bian, menarik banyak pelanggan baru.

Setelah keluarganya lebih stabil, Bian mulai berpikir untuk berbagi dengan orang lain. Ia mendatangi beberapa pedagang kecil yang pernah ia review, memberikan bantuan modal untuk mereka mengembangkan usaha.

“Pak, ini sedikit bantuan dari saya. Semoga usahanya makin lancar, ya,” ujar Bian kepada seorang pedagang siomay.

Pedagang itu terharu dan berkata, “mas Bian, terima kasih banyak. Semoga rezeki mas makin lancar.”

Bian merasa bahagia melihat orang-orang di sekitarnya ikut merasakan dampak dari kerja kerasnya. Ia semakin yakin bahwa rezeki yang didapatkan harus dimanfaatkan untuk kebaikan.

Meski kini ia dikenal banyak orang, Bian tetap rendah hati. Ia sadar bahwa perjalanan suksesnya baru dimulai dan masih banyak hal yang ingin ia capai.

 

......................

Bian lalu pergi menuju toko gadget untuk membeli hp baru. Bian membeli sebuah hp Iphone keluaran terbaru. Ketika sedang mencoba hp barunya, bian tersenyum kecil dan bicara dalam hati.

“ngga nyangka gue sekarang bisa beli barang mahal kaya gini”

Setelah membeli hp baru bian menghubungi fendi untuk mengembalikan hp miliknya.

“Fen lo di mana, gue mau balikin hp lo nih”

Ucap bian di telpon

“ Gue masih di kantor ntar aja ketemuan di kafe deket rumah lo” balas fendi

“oke bro!” tutup bian

Malam harinya bian bertemu fendi di kafe

“asek..hp baru nih !” seru fendi. Bian tersenyum malu.

“fen makasih ya...lo udh support gue sampe bisa kaya sekarang. Kalo ngga ada lo mungkin gue masih jadi ojol, maaf gue Cuma bisa ngasih segini” ucap bian sambil menyodorkan hp milik fendi dan uang 100 ribuan segepok.

Fendi terkejut.

“eh eh apaan ni? Alaah bro udah ngga usah! Simpen aja. gue iklas kok nolongin lo. dan lo sukses kaya sekarang bukan karna gue. karna diri lo sendiri yang mau terus berusaha dan mencoba keluar dari zona nyaman. coba kalo lo waktu itu ga mau usaha, trus pasrah sama keadaan lo yang dulu. Ya ga bakalan bisa. Jadi ucapin terima kasih ke diri lo sendiri, bro” ucap fendi. Bian tersenyum mengangguk.

“ eh tapi boleh deh, lo traktir ngopi disini. Lo yang bayar ya haha” seru fendi

“ siaaap gue yang traktir. lo mau pesen yang lain juga boleh haha” balas bian

“Eh yan ini undangan pernikahan gue. lo dateng ya” fendi menyodorkan undangan pernikahan berwarna putih ke bian.

“Widih. congratz bro. Pasti lah gue dateng”

Seru bian. mereka lanjut ngobrol malam itu. Bian bersyukur punya sahabat seperti fendi yang selalu support dia dari awal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!