Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati. Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Suaminya membuka mata dan menatap ke arahnya. Bukannya kaget melihat kedatangan Jihan, Sulthan bahkan tersenyum sembari mengecup pucuk kepala wanita yang saat ini terlelap di sampingnya.
Sulthan dengan hati-hati turun dari tempat tidurnya. Menarik selimut untuk menutupi tubuh wanitanya. Sulthan berjalan ke arah Jihan tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya. Sulthan mengambil baju tidur kimononya yang berserakan di lantai kamar. Sulthan menarik tangan Jihan dan secara perlahan menutup pintu kamarnya.
Jihan hanya diam dan mengikuti Sulthan yang membawanya ke kamar tamu. Sulthan berdiri di depan Jihan, dengan lembut Sulthan membelai rambut Jihan. Sulthan juga ingin mencium bibir Jihan, tapi Jihan dengan cepat mundur ke belakang.
"Sayang, aku sudah lelah hidup miskin. Namaku Sulthan, tapi hidupku sangat melarat. Rumah saja kita kontrak. Aku juga ingin hidup terhormat. Aku ingin menjadi Sultan dan punya kerajaan," kata Sulthan dengan suara yang pelan.
"Lalu?" Jihan mengernyitkan keningnya.
"Wanita yang ada di kamar itu seorang janda kaya. Dia menjanjikan kekayaannya, asalkan aku menjadi suaminya," Sulthan duduk di tepi tempat tidur.
"Lantas?" Jihan sudah mencium aroma kelicikan dari suaminya.
"Aku ingin menjadi suaminya," jawab Sulthan enteng.
"Bagaimana dengan aku? Pernikahan kita?" Jihan memegang dadanya yang mulai cepat berpacu.
"Sayang, kamu tetap menjadi istri pertamaku. Dia tidak keberatan," Sulthan tersenyum.
Tubuh Jihan merosot ke lantai kamar yang dingin. Jihan merasakan nyeri teramat sangat di dada. Napasnya tercekik, Jihan tidak bisa bernapas.
"Bagaimana sayang? Aku ingin kamu segera mengambil keputusan. Lebih cepat lebih baik. Ini semua demi kita. Kuberi waktu kamu seminggu untuk berpikir. Sudah dulu ya sayang, wanitaku menunggu," Sulthan mengusap kepala Jihan dan dengan senyuman dia meninggalkan Jihan yang masih terduduk di lantai kamar.
Tubuh Jihan bergetar, dengan gemetar Jihan membuka tasnya mengambil botol obat yang ada di dalamnya. Jihan hampir tidak bisa berdiri karena hilang keseimbangan. Jihan perlahan merangkak ke dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar tamu.
Jihan mengambil air mineral yang ada di meja makan. Jihan segera meminum obatnya. Jihan duduk bersandar di depan lemari es sambil menstabilkan napasnya. Jihan memesan taxi online. Jihan memutuskan pergi dari rumah malam itu juga.
Di dalam taxi Jihan menghubungi Alan. Hanya Alan yang saat ini Jihan butuhkan. Alan adalah kakak laki-lakinya yang menjadi sandaran Jihan.
Tibalah Jihan di rumah Alan. Alan tahu persis saat ini Jihan pasti mempunyai masalah keluarga. Tapi Alan tidak langsung bertanya apa yang terjadi. Alan menyuruh Jihan untuk segera beristirahat di kamarnya.
Jihan masuk ke dalam kamar dan langsung menutupi wajahnya dengan bantal. Jihan menangis sejadi-jadinya. Jihan sama sekali tidak pernah menyangka, Sulthan akan menduakannya.
Demi Sulthan, Jihan rela meninggalkan keluarganya. Jihan menolak pertunangan yang telah direncanakan oleh keluarganya. Jihan memilih Sulthan dengan hidup sederhana. Dan papanya Jihan menyerahkan wali pernikahan kepada Alan. Hanya Alan yang saat ini perduli kepadanya.
Jihan bekerja sebagai karyawan administrasi di kantornya. Jihan merekomendasikan Sulthan sebagai sopir pribadi Direkturnya. Dan tidak ada yang tahu hubungan Jihan dan Sulthan sebagai suami istri karena peraturan perusahaan. Mereka merahasiakannya demi perekonomian mereka yang belum stabil.
Tanpa Jihan ketahui, anak Direktur menaruh hati kepada Sulthan. Mereka sembunyi-sembunyi melakukan hubungan terlarang. Awalnya Sulthan sudah memberitahu bahwa dia sudah punya istri, pernikahan mereka baru satu tahun. Tapi entah mengapa anak Direktur yang sudah menjanda tidak keberatan.
Karena diimingi kedudukan dan kekayaan, akhirnya Sulthan tergoda. Sulthan lebih memilih janda yang menjanjikan daripada bertahan bersama Jihan yang hanya seorang gadis miskin. Sulthan ingin memiliki karir yang cemerlang. Sulthan memerlukan batu loncatan. Dan kesempatan sudah ada di depan mata. Kesempatan hanya datang satu kali.
Dan setelah mendapatkan jawaban 'iya' dari Sulthan, si janda mulai menyelidiki istri Sulthan. Dia sangat terkejut karena Sultan dan Jihan bekerja di perusahaan milik ayahnya. Mereka juga dengan rapi merahasiakan pernikahan mereka. Dia mulai merencanakan sesuatu untuk mempercepat perceraian mereka.
Keesokan paginya, hari sabtu yang cerah tapi tidak secerah hati Jihan. Jihan masih bermalas-malasan di dalam kamar karena hari ini libur bekerja. Alan mengetuk pintu kamar. Alan perlahan membangunkan Jihan.
"Jihan, bangun. Di bawah ada Sulthan," bisik Alan.
Jihan membuka matanya. Jihan dengan malas bangun dari tempat tidurnya. Jihan enggan beranjak tapi Alan terus memaksa karena Alan datang tidak sendirian.
Jihan masuk ke dalam kamar mandi. Jihan bersiap-siap dan menuju ke ruang tamu. Ternyata Sulthan datang bersama dengan Leena yang Jihan kenal sebagai kepala keuangan di kantor mereka.
"Pagi Bu Leena, ada apa ya? Maaf lama menunggu," Jihan mengulurkan tangannya.
"Pagi," Leena membalas uluran tangan Jihan.
Sulthan tersenyum menatap Jihan. Sulthan melihat mata istrinya yang sembab. Sulthan sangat yakin tadi malam Jihan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Leena memberikan sebuah amplop coklat kepada Jihan.
Jihan mengambil amplop yang ada di atas meja dan membukanya. Jihan membaca kata demi kata yang tertulis di lembaran putih itu.
Isinya adalah sebuah pilihan :
Mengizinkan dan menerima pernikahan Sulthan dengan istri keduanya atau bersedia bercerai dengan Sulthan.
"Maaf Bu Leena, ada hubungan apa antara Ibu dengan rumah tangga kami? Apa Bu Leena tahu kami sepasang suami istri?" tanya Jihan.
"Saya sudah tahu hubungan kalian. Saya hanya membantu meringankan beban kalian berdua. Saya tidak mau karena masalah kalian berdua, pekerjaan kalian terganggu. Saya perlu karyawan yang bekerja profesional. Jangan bawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Khusus untuk kalian, saya tidak akan membocorkan pernikahan kalian. Kalo begitu kami permisi," Leena berpamitan.
Sulthan mendekati Jihan, duduk di sampingnya dan memegang jemarinya.
"Sayang, ayolah, ini demi kehidupan kita. Aku akan adil. Wanitaku juga tidak keberatan dijadikan istri kedua. Aku akan menafkahimu lahir batin. Kita juga tinggal di rumah terpisah, aku akan mengatur waktu untuk kalian," dengan entengnya kata-kata itu terlontar dari mulut Sulthan.
PLAK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
PLAK!
Jihan menampar wajah Sulthan. Sulthan meringis mengusap wajahnya. Sulthan menarik tengkuk Jihan dan melahap bibirnya. Sulthan semakin memperdalam ciumannya. Dengan napas yang tersengal Sulthan mengusap lembut bibir Jihan dan mengecup keningnya. Sulthan meninggalkan rumah Alan.
Alan mengintip dari jendela kepergian Sulthan dan wanita itu. Alan melihat kemesraan di antara mereka di dalam mobil. Alan ke ruang tamu duduk di samping Jihan. Alan mengambil kertas yang ada di tangan Jihan dan membacanya. Jihan tersedu mengadu, Jihan malu, karena Sulthan adalah pilihannya.
"Apa hanya karena harta, Sulthan ingin menikahi janda itu?" tanya Alan.
Jihan mengangguk, tak terasa air mata membasahi pipinya.
"Bukankah harta kita banyak," kata Alan.
"Ternyata Sulthan yang kukenal selama ini sifatnya palsu. Aku akan bertahan Kak," isak Jihan.
"Jihan, sekarang Kakak mengerti mengapa kamu tidak pernah menunjukkan kamu anak siapa kepada teman-temanmu. Dan Sulthan salah satu orang yang memilih kekuasaan dibandingkan istrinya."
Jihan meraung sejadi-jadinya. Jihan terlalu cinta. Jihan harus menyelamatkan pernikahannya. Jihan yakin Sultan akan berubah pikiran dan kembali kepadanya.
"Baiklah. Kakak tidak akan diam jika Sulthan terus menyakitimu," Alan mengepalkan kedua tangannya.
...----------------...
Hari terus berlalu, Jihan diantar Alan ke kantornya. Hari ini semua karyawan di bagian administrasi berkumpul. Mereka kedatangan kepala administrasi yang baru. Jihan terperanjat, ternyata Sulthan adalah kepala administrasi yang baru menggantikan Bu Lisda.
Sulthan terlihat berbeda dari pakaian yang dipakainya. Aura pemimpin juga keluar dari wajahnya. Setelah sesi perkenalan berakhir, Sulthan memanggil Jihan agar masuk ke dalam ruangannya.
Jihan masuk ke dalam ruangan Sulthan. Sulthan menarik tubuh Jihan memasukkan ke dalam pelukan dan langsung mencicipi bibir Jihan. Sulthan merindukan Jihan yang masih berstatus istrinya. Jihan memilih tinggal bersama Alan dan tidak pulang ke rumah kontrakan mereka.
"Maaf Pak Sulthan, kita di kantor," Jihan mendorong dada Sulthan.
"Sayang, aku sudah menjadi kepala administrasi. Apapun keinginanmu akan kuberi."
"Aku ingin kamu hanya milikku," tatap Jihan.
"Maaf, aku tidak bisa menjanjikan itu. Aku ingin kekayaan."
"Jika aku mempunyai banyak uang, apakah kamu akan meninggalkan janda itu?" Jihan menanti jawaban Alan.
"Kamu? Bagaimana bisa? Apa dengan menjual tubuhmu?" Sulthan memandang sinis ke arah Jihan.
Jihan melayangkan tangannya ke arah Sulthan tapi Sulthan dengan cepat menangkap lengan Jihan. Sulthan melotot.
"Jangan kira kamu bisa menamparku semaumu!" Sulthan mencengkeram lengan Jihan.
"Seandainya aku menjual diri dan menghasilkan banyak uang, apakah kamu akan kembali padaku?"
"Jika kamu menjual diri pada seorang CEO dan aku akan mendapatkan kedudukan tinggi di kantornya akan aku pertimbangkan," Sulthan melepaskan cengkeramannya dan mengecup punggung tangan Jihan.
Jihan menarik tangannya. Jihan berbalik badan dan menghapus air mata yang tiba-tiba menetes di pipi. Sakit rasanya, ucapan Sulthan bak sebuah pedang yang langsung menancap ke hati.
Sungguh kejam, demi ingin mendapatkan kedudukan Sulthan rela mengorbankan Jihan. Jihan harus kuat, Jihan tidak mau terlihat lemah di hadapan Sulthan.
Sulthan melangkah ke meja kerjanya, mengambil berkas dan melemparkannya kepada Jihan. Sulthan ada pertemuan penting hari ini dengan klien di sebuah restoran. Sulthan meminta Jihan untuk menemaninya.
Mereka pergi ke restoran menggunakan mobil perusahaan. Tibalah mereka di restoran. Sulthan sangat ingin pertemuan kali ini berhasil untuk membuktikan dirinya layak sebagai calon menantu pemilik perusahaan. Apapun akan dia lakukan.
Orang yang ditunggu telah tiba. Dia adalah kepala administrasi dari perusahaan ABC. Sulthan menyambut ramah kedua tamunya. Jihan memberikan berkas pengajuan kerja sama. Setelah membaca berkas tersebut Pak Alex tidak langsung menyetujui. Sulthan terlihat gelisah.
Jihan permisi ke kamar mandi. Pak Alex akan menyetujui kerja sama asalkan Sulthan mau menyerahkan Jihan untuknya. Sulthan diam. Awalnya Sulthan menunggu Jihan keluar dari kamar mandi dan membatalkan kerja sama.
Sulthan mengetuk-ngetukkan telunjuknya ke meja makan sambil berpikir. Tidak berapa lama Sulthan mendapatkan pesan dari Leena. Jika Sulthan berhasil bekerja sama dengan perusahaan ABC, Leena akan langsung memberikan bonus uang cash.
Tanpa pikir panjang, Sulthan langsung menyetujui. Sulthan akan meninggalkan Jihan untuk Pak Alex. Pak Alex menandatangani surat kerja sama antara perusahaan ABC dan perusahaan OK. Mereka berjabat tangan tanda perjanjian kerja sama telah disepakati.
Assisten Pak Alex memasukkan serbuk minuman ke dalam minuman Jihan. Sulthan melihat itu semua. Sulthan tidak perduli apa yang akan terjadi kepada Jihan. Bukannya Jihan ingin menjual diri demi Sulthan, itu yang ada dipikiran Sulthan saat itu. Jihan juga nantinya akan menikmati uang bonus dari Sulthan.
Jihan kembali ke meja makan. Rupanya perjanjian kerja sama telah disepakati. Jihan meminum minumannya. Tiba-tiba Jihan merasakan pusing teramat sangat. Sulthan meninggalkan Jihan bersama Pak Alex dan Assistennya. Jihan tidak mengerti dengan Sulthan yang rela melihat istrinya dipeluk oleh pria lain.
Assisten Pak Alex membawa Jihan masuk ke dalam mobil. Mereka meninggalkan restoran. Pak Alex mulai berani mendekati Jihan. Pak Alex memeluk Jihan dan menciuminya. Jihan berusaha berontak tapi sakit di kepalanya tidak tertahankan.
Tepat di rambu lampu merah, mobil mereka berhenti. Jihan melihat ke samping. Jihan memukul-mukul jendela mobil berharap pria yang ada di dalam mobil samping mobil mereka melihat Jihan. Jihan meminta tolong. Pria itu terus menatap Jihan.
Lampu rambu lalu lintas hijau menyala, mobil yang membawa Jihan kembali melaju di jalan raya. Jihan memegang kepalanya yang semakin sakit. Pak Alex terus menyerang Jihan dengan ciuman. Pak Alex meninggalkan tanda merah di leher putih Jihan.
Jihan terus berontak tapi tubuhnya melemah. Jihan hanya bisa berteriak lesu tanpa kekuatan. Jihan hanya bisa pasrah saat Pak Alex membuka satu persatu kancing kemejanya. Pandangannya mulai berkunang-kunang dan menjadi gelap. Samar-samar Jihan mendengar Assisten Pak Alex yang panik.
"Bos, ada yang mengikuti kita," Assisten Pak Alex menunjuk ke arah kaca spion.
Pak Alex menoleh ke arah belakang mobil. Sebuah sedan hitam berusaha ngebut menyusul mobilnya. Pak Alex menyuruh Assistennya untuk menghindari sedan hitam.
Acara kebut-kebutan di jalan raya terjadi. Mobil sedan biru berkelok-kelok menyalip mobil-mobil yang ada di depannya. Sedan hitam tidak mau kalah juga meliuk-liukkan jalannya menyalip semua kendaraan yang ada.
Jalan raya yang tadinya adem ayem berubah menjadi bising bunyi klakson yang bersahutan, umpatan dan cacian para pengendara jalan yang ditujukan kepada mobil sedan biru dan hitam.
Mobil sedan biru yang membawa Jihan kehilangan kendali. Beberapa kali sopir yang membawa sedan biru hampir menabrak mobil dari arah yang berlawanan. Sedan biru sedikit melambat.
Sedan hitam yang ada di belakang melaju kencang dan tiba-tiba saja sedan hitam membanting setir ke kiri dan berhenti mendadak tepat di depan mobil sedan biru yang membawa Jihan.
CIIITTTTTTT!
BRAAAKKK!
BRAAAKKK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bunyi suara rem yang diinjak mendadak beradu dengan aspal terdengar cukup kencang. Mobil sedan biru yang membawa Jihan mencium bagian samping mobil sedan hitam.
BRAAAK!
BRAAAK!
Mobil yang ada di belakang sedan biru menabrakkan diri begitu juga dengan mobil yang ada di belakangnya. Tabrakan beruntun terjadi. Untungnya tidak ada korban jiwa. Dari kejauhan terdengar suara jeritan sirine mobil polisi.
Seorang pria keluar dari mobil sedan hitam. Dia menghampiri petugas polisi yang baru saja tiba. Pria itu menunjuk ke dalam mobil sedan biru. Petugas polisi meminta yang ada di dalam mobil keluar.
Pak Alex dan Assistennya keluar dari mobil. Petugas polisi membuka pintu belakang dan melihat seorang wanita tidak sadarkan diri dengan kondisi baju kemejanya setengah terbuka dan dari kakinya menetes darah segar.
Pria itu setelah mendapatkan izin dari pihak polisi mengeluarkan Jihan dari mobil sedan biru dan perlahan membaringkan Jihan di kursi belakang mobilnya. Pria itu melepaskan jas yang dipakainya dan menyelimuti Jihan.
Pria itu menyuruh sopirnya menuju rumah sakit. Dia juga terlihat menghubungi seseorang. Sesampainya di rumah sakit, Jihan segera dimasukkan ke ruangan UGD. Setelah beberapa menit kemudian, Dokter menghampiri pria itu dan mengatakan Jihan mengalami keguguran. Mereka harus mengambil tindakan dan meminta persetujuan keluarga.
Tidak berapa lama seorang pria seusia dengan pria yang menolong Jihan tadi tiba dengan napas yang terengah-engah. Disusul Alan yang baru saja tiba. Setelah mendengarkan penjelasan dari Dokter, Alan menghubungi Sulthan.
Alan memberitahu keadaan Jihan yang saat ini sedang mengalami keguguran. Tapi apa yang didengar Alan, Sulthan emosi dan marah-marah. Dia bilang selama ini Jihan selingkuh dan anak yang ada di dalam kandungan Jihan bukan anaknya. Sulthan menutup teleponnya.
Alan menahan emosi dan segera ke ruang administrasi untuk menandatangani surat persetujuan kuret.
"Kak Alan apa yang terjadi," tanya Erwin adiknya Alan.
"Berengsek! Sulthan tidak mengakui anak yang di dalam kandungan Jihan. Dan dia menuduh Jihan selingkuh!" Alan mengepalkan kedua tangannya.
"Kurang ajar! Panggil dia kemari!" Erwin juga emosi.
"Apakah dia pilihan Jihan?" tanya pria yang menolong Jihan.
"Iya, Arsen terima kasih. Hari ini kamu telah menolong Jihan. Ceritakan apa yang terjadi," ucap Alan.
Arsen secara singkat cerita pertemuannya dengan Jihan. Saat di lampu merah, Arsen mendengar seseorang memukul-mukul jendela mobil dan berteriak minta tolong. Saat itu mata Jihan tertutup seperti menahan sakit. Arsen melihat seorang pria tua menutup paksa mulut Jihan.
Arsen segera menghubungi polisi dan melaporkan penculikan dengan menyebutkan pelat nomor mobil. Dan akhirnya Jihan dapat diselamatkan dengan kondisi pakaiannya terbuka, kancing kemejanya hilang. Jihan mengalami pendarahan. Dan terdapat banyak tanda merah di lehernya.
Jihan dimasukkan ke dalam ruangan operasi. Alan, Erwin dan Arsen menunggu di depan ruangan operasi. Ada ketegangan di wajah mereka.
Setelah beberapa waktu, pintu ruang operasi terbuka. Jihan dalam keadaan masih di bawah pengaruh obat bius didorong di atas brankar menuju ruang perawatan. Alan mengirimkan nama rumah sakit dan kamar Jihan dirawat. Alan masih menunggu etikat baik dari Sulthan yang masih berstatus suami Jihan.
Alan mengantar Arsen ke parkiran rumah sakit. Arsen baru tiba dari luar negeri dan masih ada urusan yang harus dia selesaikan. Tepat di belakang mobil Arsen, Sulthan memarkirkan mobilnya. Sultan menuju ruang perawatan Jihan.
Sulthan bertanya kepada perawat yang ada di lobby rumah sakit ruangan tempat Jihan dirawat. Perawat dengan ramah memberitahu Sulthan ruangan itu ada di lantai 3. Sulthan masuk ke dalam lift dan memencet tombol 3. Sulthan tercengang melihat kamar yang ada di lantai 3. Semua ruangan VIP ada di sini. Dari mana Jihan dapat uang untuk membayar biaya rumah sakit.
Sulthan berdiri di depan kamar VIP no 10. Sulthan membuka pintu kamar. Alangkah terkejutnya Sulthan ketika melihat Jihan berpelukan dengan seorang pria di atas hospital bed. Jihan menangis dan pria itu dengan penuh kasih sayang memeluknya.
Dan Sulthan sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya. Pria itu, iya pria itu yang bersama Jihan beberapa hari ini. Karena pria itu, Jihan tidak pulang ke rumah.
Sebelumnya setelah Sulthan meninggalkan restoran, Sulthan mendapatkan kiriman foto dari Leena. Di foto itu terlihat Jihan bersama seorang pria sedang santai di restoran. Mereka duduk bersebelahan sambil tertawa bersama. Tidak hanya itu, mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Dan pria itu juga mengantarkan Jihan pulang ke rumah Alan.
Sedekat apa Jihan dengan pria itu. Sejak kapan mereka selingkuh. Ternyata Jihan juga mencari pria yang kaya. Jihan tidak jauh berbeda dengan dirinya yang lelah hidup miskin. Mungkin saja biaya rumah sakit ditanggung pria itu.
Dari hati yang paling dalam, Sulthan sebenarnya tidak memperdulikan Jihan. Tapi setelah mendengarkan Leena yang menghubunginya lewat telepon, Sulthan akhirnya pergi ke rumah sakit.
Leena meminta Sulthan menjenguk Jihan. Leena mengingatkan Sulthan bahwa Jihan adalah istrinya. Leena tidak mau nantinya Leena akan disalahkan Jihan. Leena bersedia menjadi istri kedua Sulthan. Leena harus mempunyai hubungan yang baik dengan Jihan. Sulthan juga harus adil terhadap mereka kedepannya.
Sulthan saat ini cemburu melihat kedekatan Jihan bersama pria lain. Sulthan masih memiliki Leena yang ternyata lebih baik daripada Jihan.
"Jihan," Sulthan masuk ke dalam kamar.
Jihan sambil sesenggukan melepas pelukan dan membuang pandangannya. Jihan saat ini tidak mau melihat Sulthan setelah apa yang dia lakukan di restoran. Sulthan memberikan dia kepada pria tua.
"Jihan baru saja dilecehkan rekan bisnismu. Dan Jihan mengalami keguguran. Mana tanggung jawabmu sebagai suami? Kamu meninggalkannya dan menuduh dia selingkuh!" Erwin tidak dapat lagi menahan emosi.
"Ternyata kamu orangnya. Kamu yang selama ini jadi selingkuhan Jihan. Anak yang ada di kandungan Jihan pasti anak kamu!"
"Kurang ajar!"
Erwin melayangkan pukulannya ke arah Sulthan. Sulthan membalas dengan menonjok wajah tampan Erwin. Jihan berteriak mencoba menenangkan mereka. Jihan mencoba menggerakkan kakinya tapi nyeri di perutnya masih terasa.
Terjadi baku hantam di dalam ruangan Jihan. Tepat di saat itu Alan masuk dan sekuat tenaga memisahkan Erwin dan Sulthan yang saling adu kekuatan.
"Apa yang kalian lakukan! Jihan kamu tidak apa?" Alan memeriksa keadaan Jihan.
"Alan, rupanya kamu selama ini menyembunyikan perselingkuhan Jihan dengan dia!" Sulthan membersihkan darah yang menetes di sudut bibir dengan ibu jarinya.
"Apa maksudmu?" Alan mengernyitkan keningnya.
"Dia pacar rahasia Jihan!" Sulthan menunjuk ke arah Erwin.
"Kurang ajar!" Erwin kembali menendang perut Sulthan.
Sulthan terduduk sambil memegang perutnya.
"Jihan, ternyata kamu juga selingkuh di belakangku! Mulai detik ini, hubungan kita berakhir. Aku ceraikan kamu! Talak dua!"
"APA???" Jihan, Erwin dan Alan membelalak.
"Karena perbuatan kotor kalian, anak kalian menghilang. Syukurin!" Sulthan bangun sambil memegang perutnya.
Alan yang sedari tadi menahan emosi akhirnya mempunyai kesempatan melampiaskan kemarahannya. Alan dengan cepat mendekat ke arah Sulthan.
BUGH!
BUGH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!