NovelToon NovelToon

TERIKAT PERNIKAHAN YANG SALAH

BAB 1

Bastio Andri Admaja, adalah seorang putra semata wayang dari Budi Miko Admaja dan Riana. seorang pewaris tunggal Admaja Groups di kota Bandung. Bastio kini berusia 22 tahun. di usianya seharusnya ia sudah memiliki kemampuan dalam mengelola perusahaan besar milik keluarga nya.

Namun, karena Bastio yang terlalu di manjakan oleh kedu orang tuanya, kini di usianya Bastio Belum terlalu memahami.

Sebenarnya, Papa Bastio sudah beberapa kali mengenal kan dasar kerja dan bagaimana cara mengelola perusahaan. hanya saja Bastio tidak terlalu tertarik dalam hal bisnis. Bastio berfikir usianya yang terlalu masih muda dan jiwa yang ingin bebas melalang buana di tambah lagi papanya yang masih sehat dan tidak pernah terserang penyakit yang serius sehingga mengakibatkan Bastio tidak tertarik sama sekali. Hingga akhirnya suatu hari terjadilah peristiwa yang tidak pernah terbayangkan oleh siapa pun. dan tidak satu pun dari kita semua mengiingin kannya.

" kring..... kring.... " Terdengar samar-samar bunyi telepon dari kolam ikan tempat favorit ku setiap kali aku bosan keluar rumah yang ada di ruang tengah. "kring.... kring..... kring...".

suara televon itu kembali berbunyi yang ternyata belum terangkat oleh Mbok Minah atau pun Santi bibi sister pribadiku. Hingga akhirnya ku lihat Mbok Minah menghampiri dimana letak telepon tersebut. "halo.... Assalamualaikum" Ia saya keluarganya pak, Terdengar jelas Mbok Minah membuka dan menjawab pembicaraan dari ujung telepon.entah apa yang di bicarakan d ujung seberang telepon tersebut, sehingga membuat Mbok Minah kemudian kaget dan histeris sambil memanggil Namaku. "Apa!!....Den....den Tio...., Den Tio..." iya Mbok ada apa?...kenapa teriak-teriak. Tuan den...Tuan dan nyonya'. Mbok Minah semakin histeris. Iyaa Mbok, kenapa Papa sama Mama, ada apa dengan mereka?... Ayo tenang dulu pelan-pelan ngomong nya, ad apa?... dengan terbata-bata Mbok Minah mencoba menjelaskan informasi apa yang barusan Dia terima. T..u..an dan n..y..onyah. Kalimat nya terhenti sejenak setelah mengambil nafas panjang Mbok Minah berusaha menjelaskan dengan tenang, sementara di dalam hatiku sudah berkecamuk ada rasa gelisah dan tidak tenang dari malam tadi hingga sore ini.

barusan pihak Rumah Sakit yang menghubungi Den,...iya Mbok, ada apa pihak Rumah Sakit menghubungi?

beliau bilang kita diminta untuk datang kerumah sakit Syifa Medika Den!.. karena telah terjadi kecelakaan tunggal di Jurang berkelok dari arah kota dimana Tuan dan nyonya' berkunjung di tempat bisnis nya Den,.. Apa....! tiba-tiba jantung ku seakan berhenti sejenak. tubuhku seketika melemah tak berdaya, hingga buliran bening di ujung mata tak terasa mengalir tanpa terkendali. ya karena ini adalah air mata pertama setelah aku menginjak remaja hingga sekarang. seumur-umur aku tidak pernah menangis apalagi hanya hal sepele apalagi karena wanita, sudah pasti tidak pernah.inikah yang namanya firasat? aku bertanya dalam hati aku sendiri.pantas saja dari semalam aku gelisah dan tidak bisa fokus, seperti ada yang mengganjal.

"Den itu masih praduga Den, karena posisi masih mencari tahu tentang kecelakaan ini. memang ada 2 mayat laki-laki dan perempuan, tapi belum di ketahui identitas nya. mengingat kondisi korban yang tewas terbakar di sekitar TKP. sementara mobil Tuan tidak kenapa-kenapa. untuk itu kita harus kesana di mintai keterangan dan di minta untuk tes DNA apakah itu benar tuan dan nyonya Den". Mari kita berangkat sekarang. biarkan Mbok menemani Aden ya? Mbok Minah menggenggam tanganku. Memang Mbok Minah pembantu di rumah keluarga ku tetapi kami sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Apalagi Mbok Minah sudah bekerja di rumahku sudah sangat lama tepatnya saat Papa dan Mama baru menikah di tambah lagi Mbok Minah yang seorang janda karena suaminya yang meninggal karena serangan jantung kemudian di susul putra semata wayangnya selang beberapa bulan kemudian karena kecelakaan saat bekerja sebagai mandor bangunan. Mungkin itu sebabnya Mbok Minah sangat menyayangi ku seperti layaknya ibu dan anak. sementara aku sendiri tidak pernah keberatan di perlakuan seperti itu. karena memang Dia yang merawat Ku selama aku masih dalam kandungan mamaku sampai sekarang. Meskipun aku punya bibi sister pribadi aku lebih nyaman dengan Mbok Minah. "Baiklah kita berangkat sekarang Mbok".

Beberapa menit kemudian aku sudah sampai di rumah sakit yang kami tuju. aku dan Mbok Minah langsung menuju ke meja resepsionis. baru dua langkah kakiku bergerak dari ujung seberang ada suara memanggil Namaku.

"Tio...!" langkah kakiku terhenti seketika. aku menoleh mencari sumber suara yang ku. terlihat wajah ayu nan rupawan dengan lesung Pipit terukir manis di ujung senyuman nya yang menambah nilai plusnya dan terkesan wanita yang paling sempurna ciptaan Tuhan yang berada di depanku ini. Naila, iya Dia adalah Naila gadis cantik idola sewaktu SMA yang pernah menjalin kasih denganku meski hanya sebentar karena Dia harus pindah sekolah ke luar negeri bersama dengan orang tuanya. "Hai.. apa kabar Tio, Baik. jawaban ku singkat. lama sekali tak bertemu?...". bagaimana keadaan Om dan Tante?... seketika wajahku berubah sendu. Hei ada apa Tio? apa yang terjadi? apakah benar anda Bastio Admaja? suara petugas kepolisian mengagetkan kami. Iya benar pak. saya sendiri. baiklah mari ikuti kami!.

Dengan demikian tergesa-gesa aku dan Mbok Minah mengikuti langkah kaki kedua polisi yang ada di depan sekitar 3 langkah jaraknya antara jarak kami, bukan aku tak bisa mengimbangi langkah kaki polisi tersebut, karena mengingat langkah Mbok Minah yang sudah melemah. Langkah kami terhenti tepat di depan pintu kamar bertuliskan Melati itu. pak polisi membuka pintu kamar mayat tersebut. di dalam tergeletak 2 mayat laki-laki dan perempuan yang berbeda tempat. seketika buliran air bening itu kembali membasahi ujung pipiku.langkah kakiku terhenti 2 langkah, terasa sesak nafasku. ya sekuat-kuatnya lelaki kalau melihat orang yang amat kita cintai terbujur kaku pasti akan melemah juga. Mbok Minah menggenggam lenganku ada rasa getaran dari tangannya. ku balas genggaman tangannya untuk menguatkannya dan menguatkan ku sendiri. Sebelum kubuka kain putih yang menutupi kedua wajah itu aku menoleh kesamping melihat raut wajah Mbok Minah mencari kekuatan darinya. Mbok Minah mengangguk tanda paham tanpa bersuara. kakiku kembali melangkah mendekati kedua mayat tersebut.

perlahan kubuka kedua kain putih tersebut bersamaan kulihat wajah nya satu persatu, Astaga gumamku,... aku sama sekali tidak bisa mengenali kedua wajah tersebut karena luka bakar yang hampir di seluruh kedua wajah tersebut. " apakah ini gelang milik ibu anda?.. dan apakah semua barang ini milik kedua orang tua anda?...

Belum Yakin

"Iya benar pak,"....

"Baiklah, berarti benar mereka adalah kedua orang tua anda. dan kami akan tetap terus menyelidiki kasus ini. mengingat adanya kejanggalan dalam kecelakaan tunggal tersebut".

"Baiklah,,... semua saya serahkan kepada bapak polisi. terimakasih kasih atas bantuannya." kujabat tangan kedua polisi satu persatu untuk mengakhiri pertemuan kami.

Setelah semua administrasi pengurusan kedua jenazah Papa dan Mamanya, akhirnya Bastio dan Mbok Minah pulang kerumah kediaman duka.

Di rumah duka sudah ramai sanak keluarga yaitu Paman dan bibi Bastio yang sempat dikabarinya lewat telepon oleh Bastian.

Sementara persiapan pemakaman sudah di beres kan oleh Santi bibi sister pribadi Bastio dan Diki sahabat sekaligus tangan kanan Papanya Bastio yang selama ini selalu bisa di andalkan oleh Pak Admaja.

 

\ \\ \

Seminggu telah berlalu, Namun Bastioio Belum yakin akan kebenaran yang menimpanya.

Bastio semakin liar dan tak terkendali, bahkan Dia jarang pulang kerumah.

Mbok Minah yang semakin khawatir pun berusaha mencari Tuan Mudanya. menelfon teman-temanya yang biasanya datang menjemput nya. Namun usaha nya kali ini nihil.

Akhirnya Mbok Minah terpaksa meminta bantuan kepada Diki sahabat Bastio.

Tring....tring..,. sejenak Diki berhenti dari aktivitas nya.telepon rumah, siapa ya.

"Hallo..."

"Hallo Assalamualaikum den Diki?..…."

"Waalaikum salam. Iya, Mbok ada apa?..." diki yang mendengar suara dari ujung telepon bisa langsung mengenali pemilik suara tersebut.Karena hanya Mbok Minah yang biasanya memanggil nya dengan sebutan Den.

"Mbok kenapa diam, ada apa Mbok?...."

"Hmmm anu den, maaf....".

"Iya Mbok ada apa, ngomong saja gak usah takut."

"Iya den, maksud saya,....hmmm." dengan rasa takut Mbok Minah berusaha menjelaskan.

"Iya,..... Mbok ada apa Dengan Bastio lagi." Diki yang sudah curiga kalau ini pasti berkaitan dengan si tukang buat ulah yang tidak lain si Bastio, anak almarhum bos sekaligus sahabatnya yang akan menggantikan posisinya almarhum, dan tentunya calon CEO baru di perusahaan besar tempat Diki bekerja.

"Den Tio sudah 3 hari dan 3 malam belum ada pulang Den. apa den Diki bisa mencari nya.maaf kalau saya merepotkan Aden!..."

"Baiklah Mbok sekarang juga saya akan mencari nya."

"Terimakasih kasih den, sekali lagi maaf sudah merepotkan den Diki."

"Gak papa Mbok. lagian ini sudah tanggung jawab dan tugas saya mbok."

"Baiklah den. Assalamualaikum...."

"Waalaikum salam. hmmm bocah tengil ini lagi.selalu saja buat masalah. kapan dewasa nya kamu Tio-tio,.... bagaimana kamu bisa melanjutkan mengelola perusahaan papamu? kalau kamu nya seperti ini. hmmm.....". mengusap wajah dengan kasar.

Diki beranjak dari tempat duduknya, kemudian mengambil jas kerja nya yang di sampirkanya di kursi tempat duduk nya memakai nya.

Diki melangkah keluar dari ruangan kerjanya. setelah sampai di meja sekertaris nya Ia pun berpamitan.

"Zen saya ada urusan penting di luar, nanti kalau ada masalah kantor, tolong hubungi saya!...".

"Siap bos,...., memang nya bos kedua mau kemana?... kalau boleh tau se." sambil nyengir.

"Sejak kapan bawahan harus tahu kegiatan bosnya." Dengan ketus Diki menjawab pertanyaan sekertaris nya itu.

" Maaf pak, barangkali nanti ada yang tanya bapak kemana, jadi saya bisa menjawabnya hehe..hehe...".

"Sudah berapa lama kamu kerja disini?....

biasanya juga saya sering ada urusan, lalu biasanya kamu jawab apa?...". Sambil melotot.

"Sudah jangan bawel kamu ."

Sambil berlalu meninggalkan Zenita dengan tergesa-gesa.

#*#*#*#

Setelah sampai di tempat yang di tuju, Diki mulai mencari sahabat nya tersebut. Matanya berkeliaran kesana kemari. tetapi yang di cari tak ada di ruangngan tersebut.

Saat Diki hendak berbalik badan dan melangkah keluar, tiba-tiba ad yang memanggilnya.

" Diki...!".

Diki pun menoleh kearah sumber suara tersebut.

"Hai Broo apa kabar?... ". Sambil melambaikan tangan nya.

"Baik Broo. Lama tak pernah ngumpul kita ya,.... Sibuk melulu Lo ya?... Sampai-sampai tidak ada waktu?...

"Sorry broo,... maklumlah apalagi sekarang keadaan nya berbeda. Mmmm.... entahlah." sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hmmm... iya aku paham. Apa Lo sedang mencari Nya?....". Dimas tanpa basa-basi langsung mengawali pembicaraan. karena dari raut wajah Diki, Dimas bisa mengetahui kalau Diki pasti sedang mencari keberadaan Bastio.

Secara sudah lama sekali Diki tidak pernah berkunjung ke cafe yang kebetulan milik Dimas. bahkan sudah hampir 2 tahun ini Diki tidak terlihat meluangkan waktu untuk sekedar nongkrong bareng.

Bastio, Dimas dan Diki adalah sahabat sejak SMA. Tetapi semenjak Diki bekerja d perusahaan Admaja Group, tepatnya di perusahaan Papanya Bastio, menjadi jarang terlihat bergabung bersama.

"Ia,... benar. apa Lo tau Tio ada d mana?....". Dengan antusias Diki bertanya.

"Dia ada di apartemen ku, keadaan nya kacau.

semakin tak terkendali. Ayo ikut aku, kita lihat nya sekarang." Dimas mengajak Diki untuk mengikutinya pulang melihat keadaan Bastio.

"Ok." Diki mengikuti Dimas.

_#_#

Setelah sampai di apartemen Dimas, Diki mengikuti langkah Dimas menuju dimana Bastio berada.

"Astaga,......" Sambil memegang kening Diki yang tidak pusing.

Bastio tergeletak dilantai di kamar tamu apartemen Dimas. tanpa menggunakan baju hanya celana bokser lah yang menutupi tubuhnya. Dengan tangan yang masih memegang botol minuman yang sudah kosong.

"Begitulah dia. que sangat khawatir dengan kondisinya sekarang. Sudah que larang, tetap saja tidak mau, malahan semakin mengamuk."

Mau que antar pulang, malah dia mengancam ku. Hmmmm.,.." lanjut Dimas menjelaskan.

"Sepertinya dia sangat terpukul dan belum terima atas kejadian yang menimpanya. Ya.... andai itu terjadi sama kita, mungkin kita akan sama kehilangan nya. tetapi tidak harus seperti ini kan?... lanjut Diki.

"Baiklah kita pindahkan ke atas kasur dulu, kita tunggu sadar. nanti aku akan bicara padanya.!…"

"Ok....." jawab Dimas.

Setelah beberapa jam menunggu sambil mengobrol, Diki dan Dimas di kejutkan dari arah belakang mereka duduk, tepatnya dari pintu keluar kamar tamu apartemen Dimas.

"Sejak kapan kamu disini Dik?...". Siapa yang menyuruh mu kemari...". Sambil meletakkan kedua tangannya d atas perut.

Diki menolehkan kepalanya.

"Sudah bangun bas?.... Baru saja kami mengobrol". Kemarilah sudah lama kita tidak pernah ngobrol bareng. Rku rindu kebersamaan kita, iya ga Dimas?...". Sambil mengedipkan mataku kearah Dimas sebagai kode.

"Ya benar sekali,.... ayo sini kita lagi ngobrol masalah SMA kita ya kan Diki". Timpal Dimas.

Diki dan Dimas sengaja tidak memberi tahukan niat Diki ad di apartemen Dimas.

karena kalau Bastio tahu pasti Bastio akan mengamuk.

"Apa Lo lapar Tio,....." biar que buat kan makan siang buat kita bertiga." Dimas sengaja ingin memberi ruang agar Diki bisa mengobrol dan membujuk Bastio.

bukanya Dimas tidak suka Bastio tinggal di apartemen Dimas bersamanya, tapi karena Dimas khawatir dengan kondisinya sekarang.

🙏🙏🙏 reader salam kenal dari saya, mohon kritik Kanya agar author semakin semangat dalam menulis ya..😍😍😍🙏

 

Menyakinkan

"Cepatlah aku sudah lapar." Jawab Bastio.

"Ok kalian tunggu lah." Dimas beranjak dari tempat duduknya.

Diki mengutarakan niatnya dengan sangat hati-hati dengan perkataan nya. Diki khawatir kalau Bastio murka.

Setelah dapat menyakinkan sahabatnya itu, akhirnya Bastio mau juga pulang kerumah nya.

"Ok nanti malam aku pulang, tidak seharusnya juga aku membuat Mbok Minah kwartir." mengingat hari sudah sore Bastio berjanji akan pulang malam hari.karena biar bagaimanapun sekarang Mbok Minah lah Orang satu-satunya yang menggantikan peran dan kedua orang tuanya. mengingat Bastio yang memang tidak terlalu dekat dengan keluarga almarhum Papa dan Mamanya.

Setelah menyantap makanan yang dihidangkan oleh Dimas, Diki berpamitan pulang kerumah duluan.

Sementara Bastio bersiap siap membersihkan badannya, karena sudah dua hari ini tidak mandi, dia merasa badannya sudah lengket dan bau.

Sebenarnya Bastio bukan tipikal cowok yang jorok, namun entah kenapa kejadian seminggu yang lalu membuat nya benar benar terpukul dan lupa akan segalanya. Di depan cermin dia berfikir.

"Benar juga apa yang dikatakan Diki barusan, aku tidak boleh seperti ini, aku harus bangkit dan harus bisa mengurus perusahaan Papa. kalau bukan aku siapa lagi.... andai Papa punya anak dua, Hmmmmm.....".

"tok....tok...." Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Bastio. Ia pun beranjak dari tempat nya dan berjalan mendekati pintu kamar dan membukanya.

"Sorry bro que mau ke kafe, Lo mau langsung pulang apa gimana?.... kunci rumah que tinggal ya?...". Tanya Dimas Sabil akan berpamitan.

"Jangan que ikut Lo aja ke kafe dulu, soalnya ada barang que yang tertinggal lagian mobil que kan ada di sana juga." jawab Bastio.

"Oooo ok kalau begitu, ayooo....". ajak Dimas.

Mereka berangkat ke kafe Dimas bersama dengan menggunakan mobil Dimas. sesampainya di sana. Bastio mengambil barang yang dimaksudkan nya yang sempat Ia tinggalkan di kamar khusus tempat biasanya mereka istirahat.

Setelah mengambil nya Ia keluar kamar dan menjumpai sahabat nya Dimas. bermaksud ingin berpamitan kepada Dimas.

"Dim, thanks ya... Lo sudah mau memberikan tumpangan dan merawat que selama beberapa hari ini, dan sorry sudah merepotkan Lo". Tangan kanan nya sambil memegang pundak Dimas.

"Apaan sih Lo, fix kayak sama siapa saja Lo.que malah senang Lo repotin bro, daripada Lo ngerepotin orang lain mending sama que kan?...". Sambil tersenyum dan membalas memegang tangan Bastio.

"Kalau butuh sesuatu, hubungi que. que selalu ada buat Lo." lanjut Dimas.

"Ok bro que pamit pulang dulu ya?...,". Pinta Bastio.

"Siiiip, hati-hati." sambil menepuk pundak Bastio pelan.

"Lo yang sabar,.... bangkit....,dan semangat brooo." Dimas menyemangati sahabat nya Sambil memberikan dua jempol.

Sesampainya di rumah Bastio. Ia begitu disambut hangat oleh Mbok Minah. sampai-samai Mbok Minah memeluk dan menciuminya seperti ibu yang sudah lama tidak bertemu dengan anaknya, seakan Ia benar-benar lupa kalau Mbok Minah hanya seorang pembatu di rumah itu.

Sementara Bastio tidak keberatan dengan perlakuan Mbok Minah kepadanya. justru Ia merasa senang karena Ia masih ada yang peduli dan memperhatikannya.

"YA Allah Den, kemana saja kamu itu Den?....

simbok sangat kuatir sama Aden, kenapa tidak pulang kerumah to Den." sambil terus menciumi dan tidak terasa simbok Minah menangis saking terharunya.

"Mbok,....simbok menangis?...".

dengan lembut Bastio bertanya dan menghapus air mata Mbok Minah.

melihat perlakuan Bastian yang sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri, Mbok Minah tersenyum lembut sambil menahan tangisnya dan lagi lagi akan menciuminya lagi.

"Stop... jangan Mbok!...Tio sudah besar. Tio malu kalo Mbok cium terus-terusan." Sambil merapatkan kedua telapak tangannya memasang wajah memelas.

melihat kejadian itu sontak Mbok Minah tak lagi menangis malah Ia tertawa sambil memukul kepala majikan mudanya yang sudah di anggap anak nya sendiri itu.

"Sudah mulai nakal rupanya Aden ya....

Malu sama siapa Den hmm......". tanya Mbok Minah.

"Itu,....".Bastio menukkan jari telunjuk nya ke arah Santi yang baru Keluar dari kamar nya karena mendengar kebisingan dari ruang tamu.

Santi yang baru Keluar dari kamar menjadi salah tingkah, karena tidak biasanya Bastio bersikap baik kepadanya. entah kenapa hari ini majikannya itu menunjukkan wajah yang bersahabat.

"hmmm jangan gr deh Santi,... kamu itu siapa?..."Santi bergumam dalam hati.

"Hahaha....".Mbok Minah dan Bastio tertawa bersamaan. kemudian Bastio merangkul pinggang Mbok Minah mengajak nya berjalan keruangan santai dan mengajak nyaengobrol disana. yang kebetulan memang sudah lama sekali mereka berdua tidak lagi terlihat mengobrol.biasanya Bastio selalu menyempatkan diri datang kekamar Mbok Minah sekedar berbincang-bincang kecil.

Sementara itu Santi masih berdiri d tempat nya sambil mematung. ada rasa senang tuanya pulang, tapi ada rasa takut juga, karena siap-siap saja sepanjang hari akan disibukkan mengurusi banyi besarnya yang menurutnya super bawel itu.

Santi adalah gadis desa polos yang bekerja kurang lebih tiga bulan sebagai bibi sister pribadi Bastio yang menggantikan bibi sister yang lama. karena bibi sister sebelumnya harus pulang kerumah karena mengurus suaminya yang sudah sakit-sakitan dan tidak bisa kembali bekerja lagi di rumah keluarga Admaja.

Itulah sebabnya Santi yang baru Tamatan SMK itu menggantikan posisi bibi sister Bastio yang lama.

Santi berasal dari keluarga yang serba kekurangan, itulah sebabnya Ia tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. boro-boro kuliah untuk makan sehari-hari saja keluarga nya harus bekerja dulu. ditambah lagi dalam keluarga nya ada lima orang. Ayah ibu dan kedua adiknya. sementara itu Santi adalah anak pertama.

Santi adalah gadis yang sangat mandiri, dari SD kelas 3 Santi sudah bisa membianyayai sekolahnya sendiri dengan menjadi pemulung. setiap berangkat dan sepulang sekolah Santi memulung di sepanjang jalan menuju rumah dan sekolahnya. pekerjaan ini Ia jalani sampai Ia tamat SD dan hingga memiliki modal untuk berjualan asongan keliling.

hidup yang benar-benar pahit dari pemulung, pedagang asongan, bahkan tukang parkir pun sudah Ia coba, demi membantu kelangsungan hidup dan membiayai sekolah nya.hingga sampai detik ini Ia menjadi tulang punggung keluarganya karena gaji yang nya lumayan besar, yaitu 5 juta per bulan.

sementara dengan gaji yang lumayan cukup besar baginya itupun Ia lantas tidak pernah melihat ataupun memegang nya. karena setiap bulannya. ayahnya selalu mengambil nya untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari d kampung.

"Ndok cah ayuuu...?kenapa masih di situ, ayooo ambilkan minuman untuk tuanmu!.....".

Mbok Minah membuyarkan lamunan Santi yang sedari tadi masih berada di tempatnya tanpa bergeser sedikitpun.

"Eh maaf Mbok, Iya sebentar saya ambilkan Tuan." Jawab Santi gugub.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!