NovelToon NovelToon

Patah Tumbuh

EPISODE 1

Di salah satu sudut kota di antara gedung- gedung besar, Elena berlari menyusuri lorong gelap sambil sesekali menoleh ke belakang.

Hujan yang turun tidak menjadi halangan untuk dia berlari sekencang mungkin.

Gaun yang dipakainya tetap tidak menjadi satu hambatan berarti untuknya.

Napasnya tersengal- sengal karena letihnya berlari. Dipegangnya perutnya yang sudah terlihat membesar sambil terus berlari dengan penuh ketakutan. Dan tiba-tiba .......

"Arggggghhhhhhhh." Elena berteriak dan bangun dari tempat tidurnya.

Rupanya dia baru saja bermimpi tentang masa lalunya. Trauma tentang kejadian 15 tahun lalu masih membekas dengan sangat jelas, dan tak jarang sering dimimpikan olehnya.

"Mama.. Are you ok? " Sebuah suara menyapanya dari balik pintu dengan penuh rasa khawatir.

"Hazel. Good morning sayang. Kamu sudah bangun? " Ucap Helena sedikit terkejut sambil mengulurkan tangan ke arah anak laki-laki remaja di balik pintu.

Hazel segera berlari memeluk Elena yang masih sedikit berkeringat karena mimpi buruknya.

"Mama mimpi buruk lagi ya?"

"Maaf ya kamu pasti kaget lagi karena suara Mama." Ucap Elena sembari memeluk tubuh anaknya.

"Ngga apa-apa ko Ma, Hazel hanya khawatir sama Mama." Jawab Hazel dengan wajah penuh kekhawatiran.

Elena memang sering bermimpi dan selalu terbangun dalam keadaan yang menyedihkan. Trauma itu benar-benar hebat dan membuatnya selalu terganggu.

"Ayo, Mama buatin kamu sarapan, kamu harus ke sekolah. Hari ini kamu masuk ke Sekolah Tingkat Atas." Elena berusaha mengalihkan pembicaraan agar anaknya tidak terlalu khawatir.

"Oke Ma, kalo gitu Hazel siap-siap dulu." Hazel beranjak dari pelukan Mamanya sembari mengecup kening Elena.

Elena melepas kepergian putranya dengan sedikit kekhawatiran.

"Ini sudah hampir 14 tahun dan aku masih saja belum bisa melupakan kejadian itu. Bagaimanapun aku sudah berjanji pada Hazel untuk menceritakan semua padanya. Arrgh... Rasanya terlalu nyata" Gumam Elena sembari mengusap wajahnya kasar.

Elena dan Hazel hanya tinggal berdua di salah satu pusat kota A. 2 tahun lagi, tepat Hazel berusia yang ke 17, Elena sudah harus mempersiapkan dirinya untuk menceritakan semua masa lalunya pada anak semata wayangnya itu, karena dia telah berjanji.

Elena kemudian beranjak dari tempat tidurnya, mengecek semua email di ponselnya dan membalas beberapa pesan dan email penting.

Elena berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Negaranya dengan bisnis dalam segala aspek yang dimilikinya. Kepopulerannya sangat terkenal di wilayahnya bahkan di beberapa wilayah terdekat.

"Ma, Hazel berangkat dulu ya." Ucap Hazel setelah selesai sarapan.

"Hari ini Mama mungkin akan ke sekolah kamu. Ada beberapa hal yang harus Mama diskusikan dengan Kepala Sekolah terkait pembangunan gedung baru." Jelas Elena sembari mencium pipi anak tampannya itu.

"Oke Mama." Jawab Hazel.

"Oh ya Ma, .... " Lanjut Hazel memanggil mamanya.

"Ya? "

"Hazel khawatir karena Mama terus-terusan mimpi buruk. Itu buat Hazel khawatir dengan kesehatan Mama. Apa mimpi itu adalah mimpi yang sama ? Sebenarnya, Hazel sudah tidak sabar ingin mengetahui semuanya tentang masa lalu Mama yang belum pernah Mama ceritakan." Hazel menarik napas.

"Hazel pengen cepat-cepat berumur ke 17 biar bisa dengar semuanya dari Mama. Mama ngga lupa kan? "Lanjut Hazel.

"Iya sayang. Mama ngga lupa kok. Mama akan ceritakan semuanya saat hari itu tiba." Jawab Elena sembari tersenyum.

"Mama tau kan, Hazel sangat menanti hari itu. Hazel harap kali ini Mama menepati janji Mama." Jawab Hazel serius.

Deg....

Jantung Elena berdegup cepat. Dia tahu jelas maksud dari ucapan anaknya itu. Dan pagi tadi baru saja dia memikirkan hal tersebut. Tapi bagaimanapun, dia telah berjanji dan Hazel berhak mengetahui semuanya.

"Iya sayang. Mama tahu kok. Sampai hari itu tiba, Mama akan menepati janji Mama." Ucap Elena.

"Thankyou, Ma. Hazel berangkat ya."

"Bye handsome."

.

.

BERSAMBUNG..

EPISODE 2

Hazel baru saja tiba di sekolahnya. Ini adalah hari pertama dia bersekolah di salah satu sekolah elit dan mewah nomor satu di mana Mama Elena adalah donatur terbesar di sekolah itu.

Dia baru saja memarkirkan mobilnya di tempat parkir dan buru-buru turun dari mobil, karena sedikit lagi bel sekolah akan berbunyi. Namun karena terburu-buru, tiba- tiba...

Bughhh...

Dia menabrak seseorang.

"Awww" suara jerit kesakitan dari seseorang yang bertabrakan dengan Hazel.

"Ahhh maaf maaf. Aku ngga sengaja. Kamu ngga apa-apa?" Tanya Hazel sembari menyodorkan tangan untuk membangunkan orang yang ditabraknya.

Sejenak mata mereka bertemu dan saling menatap.

"A.. Aku ngga apa-apa kok" Ucapa anak perempuan itu segera berdiri dan bergegas pergi sambil berlari.

Hazel hanya melihatnya sejenak, namun tiba-tiba dia melihat bahwa anak perempuan itu menjatuhkan sebuah sapu tangan miliknya. Hazel segera memungutnya dan menyimpannya di saku celanyanya.

"Mana aku ngga kenal lagi dia siapa. Nanti kalo ketemu lagi baru aku kembalikan" Gumamnya pelan kemudian bergegas memasuki sekolah.

Hazel bertemu dengan beberapa temannya yang sejak SMP. Ada Boby, Dimas dan seorang teman perempuannya, yaitu Virgin yang merupakan teman kecilnya.

Mereka merupakan kumpulan anak-anak yang sudah diperhitungkan kepopulerannya dan sangat disegani oleh semua murid di Sekolah tersebut.

Nama King Hazel Wiliam Galasky sudah sangat menjelaskan betapa berpengaruhnya dia di negara mereka bahkan daerah sekitar.

Sebagai pemegang ekonomi terbesar di negara tersebut, Elena Ratu Galasky dan perusahaan yang dipimpinnya yakni Galasky Corp., membuat mereka dikenal oleh siapapun.

"Selamat pagi anak-anak.. " Sapa Kepala Sekolah di ruang aula Sekolah tersebut.

"Selamat Pagi.. " jawab para murid serempak.

"Selamat datang di Galasky International High School...." Beberapa penyampaian dan sambutan dari Kepala Sekolah cukup lama dan akhirnya mereka semua diarahkan menuju ke kelas mereka masing-masing.

"Hai Hazel. Kamu tadi duduk di depan ya? Aku telat jadi ngga bisa deh ikut sambutan" Sapa Virgin ketika mereka baru saja tiba di kelas.

"Hai. Ngga apa- apa kok"

"Wah wah wah wah Ratu dan Raja populer akhirnya bersatu dalam kelas ini. Sungguh kelas yang sangat istimewa nih" Ucap Boby sembari menggoda Hazel dan Virgin.

Seketika seisi kelas yang mendengar itu menjadi takjub. Bagaimana tidak, kini mereka akan satu kelas dengan pasangan seorang anak yang sudah menjadi berita umum bahwa mereka telah dijodohkan oleh keluarga mereka karena hubungan pekerjaan yang baik.

"Apaan sih Boby" Hazel menunjukan raut wajah tidak suka.

"Ia nih Boby. Apaan sih. " Sambung Virgin dengan malu-malu.

"Selamat Pagi anak-anak" Suara guru tiba-tiba menyapa dari depan kelas.

"Pagii" Jawab anak serentak.

"Untuk diketahui bahwa kelas ini adalah kelas khusus yang berisikan anak-anak hebat dan luar biasa. Nama saya Dion. Selama 3 tahun ke depan, saya akan menjadi Wali Kelas kalian. Saya juga akan memperkenalkan salah seorang murid yang berhasil masuk ke Sekolah ini melalui jalur beasiswa. Dia akan bergabung bersama dengan kelas ini sesuai kesepakatan dari para donatur dan Sekolah" Jelas Pak Dion.

"Wah sejak kapan beasiswa itu diadakan? Merusak citra sekolah ini saja ya?" Ucap Virgin tidak suka.

"Iya ya betul. Ini kan sekolah elit. Kenapa harus ada beasiswa?" Lanjut salah seorang siswa lain.

Pak Dion hanya bisa menarik napas panjang. Memang sulit jika berhadapan dengan anak-anak kaya raya yang selalu sesuka hati dan tidak pernah merasakan kesulitan hidup.

"Tenang anak-anak. Ini semua sudah diputuskan dan saya hanya bertugas menyampaikan" Pak Dion menyela keributan dalam kelas yang terjadi.

"Senja.. Mari" Panggil Dion pada seorang anak perempuan yang masih berdiri di luar kelas.

Senja memasuki kelas dengan perasaan sedikit takut.

"Ehhh itu dia... " Hazel tersentak. Ternyata anak perempuan yang tadi pagi ditemuinya adalah Senja. Seorang anak beasiswa.

"Hai semua. Perkenalkan. Nama saya Suci Senja Rayhan" Sapa Senja dengan sedikit nada yang ketakutan.

Tidak ada jawaban dari murid lain. Yang dia dapati adalah pandangan menghina, terintimidasi dan tersisihkan.

"Ahhhh ... Bagaimana ini? Ini baru hari pertama sekolah dan rasanya sangat canggung. Apa aku akan bertahan?" Gumam Senja dalam hati.

"Ya.. Senja, kamu duduk di kursi itu ya. Selamat belajar. Ini adalah kesempatan kamu, jadi gunakan sebaik mungkin beasiswa yang kamu miliki" Kata Pak Dion.

"Baik Pak. Terimakasih" Suci segera menujuke kursi kosong yang letaknya dua bangku dari bangku Hazel.

"Eh.. Anak itu kan yang tadi pagi aku temui. Rupanya kami sekelas" Ucap Senja dalam hati saat melihat Hazel.

"Nah anak-anak, mulai besok, proses belajar mengajar akan dimulai dan Bapak harap kalian semua dapat mempersiapkan diri dengan baik. Mungkin sampai di sini saja dan sampai berjumpa di hari esok." Salam Pak Dion kemudian berlalu pergi.

"Heeeh anak beasiswa" Panggil Leona, salah seorang teman Virgin.

"Sa.. Saya..? " Senja berbalik dan menjawab.

"Ya eloooo.... Kenapa harus beasiswa sih? Lo ngga mampu ya? " Tanya Leona menghina

"Ia nih. Mencoreng nama kelas ini aja. Ngga sudi ya sekelas sama anak-anak kayak lo. Hamaaa" Susan menimpali.

Tanpa mendengarkan lagi, Senja segera bergegas pergi dari kelas itu.

"Huuuuuuuuuuuu" Suara riuh meneriaki Senja yang lari keluar kelas.

"Yaaaa. Kabur dia. Ngga asik. Ngga seruu" Ucap Dimas menimpali.

Virgin yang sedaritadi diam hanya bisa menunjukan wajah tidak suka dan ilfeel.

Berbeda dengan Hazel dengan mimik wajah yang tidak bisa dutebak. Entah apa yang dipikirkannya, tapi satu hal, dia tidak ingin ikut campur.

.

Senja berlari keluar sekolah dengan perasaan berkecamuk. Bagaimanapun, dia telah berusaha mati-matian untuk mendapatkan beasiswa ini. Resiko yang harus dia terima adalah hal-hal seperti tadi.

Dia terus berjalan dengan banyak pikiran di kepalanya. Tiba-tiba...

Buggghhh.

"Aduhhh. Maaf. Maaf. Saya tidak sengaja. Maaf" Ucap Senja segera sembari menunduk meminta maaf.

"Heii. Ngga apa-apa. Kamu ngga apa-apa? " Tanya Elena, yang merupakan orang yang ditabrak Senja tepat di koridor sekolah.

"Kamu baik-baik aja? Kenapa mukamu pucat begitu?" Tanya Elena lagi sembari memperhatikan wajah Senja.

"Eehh. Saya ngga kenapa-kenapa ko Bu."

"Ya sudah. Kamu sudah mau pulang? Hati-hati ya" Ucap Elena sembari berlalu dari hadapan Senja.

"wahhh. Cantik banget. Wangi lagi. Apa dia guru juga di sekolah ini?" Gumam Senja sembari melangkahkan kaki keluar gerbang sekolah.

Sedangkan di dalam kelas, Hazel masih memegang saputangan milik Senja yang tadi pagi dipungutnya.

..

.

BERSAMBUNG

EPISODE 3

Senja baru saja tiba di rumahnya di sebuah gang sempit pertokoan menggunakan sepeda bututnya.

"Senja.. Kamu sudah pulang? " Sapa Ayahnya.

"Halo Ayah." Sahut Senja sembari menghampiri ayahnya dan mencium tangan ayahnya.

"Gimana sekolah hari pertamanya? "

"Baik Ayah. Senja bahagia. Teman-teman Senja juga baik-baik" Jawab Senja berbohong.

"Syukurlah. Ayah khawatir kamu akan kesulitan karena harus berinteraksi dengan anak- anak di sana. Tapi karena kamu bilang mereka baik, Ayah jadi tenang"

"Maaf Ayah. Senja terpaksa berbohong. Senja ngga mau Ayah kepikiran. Senja janji, Senja akan selesaikan sekolah Senja sampai selesai" Sesal Senja dalam hati.

"Ibu di mana Ayah?"

"Ibu kamu lagi pergi ke rumahnya Pak RT. Lagi ada hajatan di rumahnya jadi ibu diminta buat bantu-bantu di sana."

"Oh. Ya sudah. Biar Senja susul Ibu ke sana"

"Ngga usah Senja. Kamu kan baru pulang sekolah. Apa kamu ngga capek? "

"Enggak kok Ayah, hari ini juga belum benar-benar mulai sekolah."

"Ya sudah. Kamu ganti baju, makan baru kamu susul Ibu ke sana"

"Oke Ayah"

.

.

Senja baru saja tiba di rumah Pak RT yang terlihat cukup ramai. Senja langsung beranjak menunu ke dapur, karena tahu Ibunya pasti ada di sana.

"Ibu.. "

"Eh Senja. Kamu di sini? Kok udah pulang? "

"Iya Bu. Senja bantu ya" Ujar Senja yang melihat Ibunya cukup sibuk dengan masakan yang belum diolah.

"Ya sudah. Kamu bantu bersihkan wortelnya ya"

Senja segera mengambil nampan dan membantu Ibunya yang bekerja sendirian di dapur.

"Hei Senja. Kamu di sini ya?" Sapa Ibu RT yang tiba-tiba ke dapur.

"Halo bu. Iya. Saya bantu Ibu biar masak-masaknya cepat selesai"

"Katanya hari ini kamu udah masuk sekolah ya? Di Galasky ? Wah keren kamu Senja bisa masuk ke sekolah itu" Puji Ibu RT.

"Iya bu. Makasih ya."

"Jangan malas-malas kamu sekolah. Kasian Ayah dan Ibumu. Kamu harus giat belajarnya biar bisa membanggakan orangtua kamu."

"Baik, Bu. Akan saya ingat pesan Ibu. Makasih ya. "

.

.

Esok harinya Senja kembali bergegas ke sekolah. Hari ini dia memutuskan untuk berjalan kaki. Rupanya ban sepedanya kempes, sehingga dia tidak bisa menggunakannya. Dia akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki.

"Senja.. " Panggil seseorang yang sedang mengendarai motor.

"Hai Kak Jansen. " Jawab Senja. Rupanya dia adalah Jansen. Anak laki-laki pak RT.

"Kamu mau ke sekolah ya? Mana sepedamu?" Tanya Jansen.

"Eh itu. Ban sepedaku kempes. Jadi tidak aku pakai."

"Ya sudah, mari aku antarkan. Kan Sekolah kita searah. Aku akan mengantarmu baru aku lanjut ke sekolahku."

"Ng.. Ngga usah Kak. Ini masih pagi, aku masih sempat kalau harus berjalan kaki"

"Ayoo. Ngga apa-apa." Jansen mengajak.

"Ya. Baiklah." Senja menurut.

Dari kejauhan Hazel ternyata tidak sengaja melihat mereka.

"Dia tinggal di sini ternyata. Siapa laki-laki itu? Pacarnya kah? " Tanya Hazel dalam hati.

.

.

Hazel baru saja tiba di Sekolah. Rupanya kedua kawannya juga sudah sampai. Begitupun dengan Senja yang baru saja turun dari motor Jansen.

Dia berjalan melewati Hazel dan kawan-kawannya.

"Eh anak beasiswa" Panggil Boby.

Senja berhenti saat dipanggil.

"Kamu mau ke kelas kan? Nih bawa tas aku" Sambil menyodorkan tasnya.

Senja terdiam membisu dan kemudian perlahan mengambil tas milik Boby. Hanzel dan Dimas memperhatikan tanpa berkata apapun. Bahkan karena itu, orang-orang di sekitar mereka ikut memperhatikan mereka.

"Kenapa diam aja? Cepat bawa ke kelas. " Ucap Boby sedikit memaksa.

Tanpa mengucapkan sepatahkatapun, Senja segera pergi ke kelas sembari membawa tas milik Boby.

"Keterlaluan kamu Bob" Ucap Dimas.

"Ada apasih rame-rame di sini bukannya masuk ke kelas" Tanya Virgin tiba-tiba muncul di antara mereka.

"Wah kamu telat. Tadi ada pertunjukan seru. Hahahahha" Jawab Dimas.

"Apa? " Tanya Virgin penasaran.

"Ada deehhhhh" Ejek Boby.

Mereka kemudian masuk ke dalam kelas.

.

.

Selama pelajaran pertama, Senja terus fokus mengikuti pelajaran dengan baik. Ada beberapa gangguan dari teman-teman sekelasnya. Tapi dia tidak memperdulikannya.

Seperti saat ini. Saat dia sedang mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas, tiba-tiba dia merasa ada yang melemparnya berulang-ulang kali menggunakan kertas kecil yang digulung.

Karena sudah beberapa kali, dia akhirnya berbalik ke arah orang yang melempar. Dan benar saja, Boby sedang tersenyum iseng karena berhasil membuat Senja kesal.

Hampir sepanjang pelajaran, Hanzel terus melemparinya dengan kertas kecil yang digulung. Hingga jam istirahat tiba. Boby tiba-tiba menghampiri Senja.

"Eh anak beasiswa, belikan jajan dong di kantin. Lapar nih" Ujar Boby sembari melempar uang senilai seratus ribu.

Senja tidak menggubris. Dia berbalik ke arah Dimas, Hanzel dan Virgin yang juga sedang menatapnya. Dengan kesal, Senja segera mengambil uang tersebut dan keluar ke arah kantin.

"Huhhhh. Kenapa sih dia gangguin aku terus" Umpat Senja dalam hati.

.

.

Hari berlalu dan berganti minggu ke bulan. Senja masih terus dirundung dengan sikap Hanzel dan teman-temannya yang selalu seenaknya. Hanzel yang awalnya tidak mau ikut campur, akhirnya ikut-ikutan mengerjai Senja. Sampai pada kejadian di hari ini. Kejadian besar yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka.

Senja baru saja hendak memasuki kelas dan hendak duduk, tiba-tiba Boby menarik kursinya sehingga Senja terjatuh. Semua anak termasuk Hanzel yang melihat itu tertawa mempermalukan Senja.

Senja yang sudah tidak lagi tahan bangun dan langsung menghampiri Boby dan menamparnya.

Plakkk....

Seisi kelas tiba-tiba terdiam melihat hal itu. Virgin yang tidak terima Boby ditampar lalu bangun dan ikut menampar Senja dengan keras.

"Gila lo ya. Dasar anak miskin. Eh lo itu harusnya tau diri ya . Lo disekolahin gratis di sini. Ake uang yang kita semua punya di sini. Jadi ngga usah kurang ajar lo ya" Tunjuk Virgin.

Senja diam tidak bisa menjawab. Semua mata melihat ke arahnya dengan penuh kebencian.

Hanzel yang melihat itu hanya bisa terdiam. Dia tidak pernah membayangkan Senja akan melakukan itu.

Boby yang ditampar sudah sangat marah dan ingin memukul Senja, namun tiba-tiba guru mereka masuk ke kelas.

"Awas lo ya " Ancam Boby.

Senja hanya bisa menahan napas dan air mata. Rasanya sesak di dada. Dia benar-benar capek diperlakukan seperti sampah setiap hari oleh anak-anak orang kaya itu.

Namun, dia benar-benar tidak lagi bisa menahan rasa sakit itu dan berani untuk melawan mereka.

Dia sendiri sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Dia ketakutan dan khawatir. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Boby dan kawan-kawannya padanya.

.

.

.

BERSAMBUNG...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!