NovelToon NovelToon

Perjodohan Rahasia Siswi SMA

Pergi Ke Kota

Di sebuah desa yang masih terlihat asri nan indah itu, falisya berdiri tepat di jembatan dan menghadap ke arah sungai, dia melemparkan batu besar ke sungai karena merasa kesal.

"Arrgghhh"

setelah puas melampiaskan kekesalannya. Dia langsung menuju kerumah dan tentu saja akan mengemasi semua barangnya. Besok dia akan pindah sekolah ke kota dan ibu bapaknya ikut mengantarkan nya kesana. Falisya merasa sedih karena harus berpisah dengan teman masa kecilnya, dia sudah nyaman di desa ini dan sekarang tiba-tiba bapak nya malah menyuruh pindah sekolah ke kota dan tidak dapat di ganggu gugat lagi keputusannya itu.

"pak..... falisya gamau loh pindah sekolah ke kota, lagian biaya disana pasti mahal. Belum lagi falisya tidak kenal siapapun di sana," ujarnya.

"nak, keputusan bapak sudah bulat. cepat beresin semua barang kamu, besok pagi kita berangkat!"

"hmmm, yaudah falisya mau keluar dulu," ijin falisya dengan wajah lemasnya.

"mau kemana toh, falisya? sudah sore ini," teriak hendri.

"Sudahlah, pak. mungkin dia ingin bertemu temannya dulu untuk perpisahan, jangan terlalu keras loh," ujar vina istri dari hendri, yang tidak lain adalah ibu kandung falisya.

Hendri menghembuskan nafasnya pasrah dan langsung kembali mengemasi barang-barang yang akan di bawa ke kota. Mereka tidak memberitahukan apa alasannya bahwa dia pindah sekolah kesana. Hendri memiliki sahabat seorang pengusaha di kota, dahulunya mereka mengikat perjanjian tentang sebuah pernikahan untuk anak-anak mereka jika salah satunya sudah menginjak umur tujuh belas tahun. Dan saat ini anak lelaki dari sahabatnya sudah genap tujuh belas tahun, yang sudah seharusnya mereka menepati janji tersebut. Hendri juga merasa lega jika nanti falisya di jaga oleh mereka di kota tanpa harus ngekos yang belum tentu akan baik untuk keselamatan falisya.

pagi hari sekali mereka sudah berada di stasiun kereta api, mereka menunggu setelah hampir dua jam di tempat itu dan kini waktunya mereka berangkat. Dengan di siplin mereka menaiki gerbong kereta api, falisya hanya mampu tersenyum dan tidak ingin berbicara apapun. Dia harus ikhlas menjalani semuanya karena ini adalah yang terbaik untuk dirinya yang di berikan orangtua nya.

pemandangan yang indah itu sungguh membuat falisya takjub, manik matanya terus melihat keluar jendela bahkan perasaannya saat ini jauh lebih baik dan dia menatap kedua orang tuanya.

"Pak..... buk, falisya pindah kesekolah apa?" tanyanya.

"Nanti kamu bakal tahu juga, sayang. intinya selama di sana kamu jangan lupa ibadah dan juga jangan berbuat hal yang bisa mengecewakan ibu sama bapak," ujar vina tersenyum menatap putrinya.

Falisya mengangguk kan kepalanya, dia terlihat sangat manis dan anggun. Dan dia membayangkan sekolah yang bagus dan juga teman-teman yang baik, dia berharap jika semuanya berjalan sesuai harapannya saat ini.

Sudah enam jam lamanya mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di kota yang akan di tinggali oleh falisya untuk beberapa tahun kedepan. Tetapi yang membuat falisya aneh adalah bawaan orang tuanya yang begitu banyak, padahal mereka hanya ingin mengantarkan falisya saja. Dia ingin bertanya namun merasa tidak enak, jadi dia pendam saja tanpa berfikir yang aneh-aneh.

"Loh, ini rumah siapa, Buk?" tanya falisya bingung.

Dia memandangi rumah mewah yang di hadapannya, apakah mereka salah alamat atau mereka salah di turunkan oleh taksi tadi? fikir falisya tidak tenang.

"Ini rumah sahabat bapak, ayo masuk" ajak hendri.

Dia lalu menekan bel rumah dan di sambut baik oleh pelayan rumah tersebut, mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu. falisya merasa tidak nyaman dan manik matanya terus menyapu seluruh ruangan itu dan mengamatinya, ada sebuah foto keluarga di ruang tamu. Dia mengamati foto itu dan memperhatikan lelaki yang ada disitu, tanpa di sadari senyumnya mengembang.

"Ganteng banget, apa dia juga sekolah di sekolah baruku nanti ya?" batin falisya.

"Eh, Hendri. Apa kabarnya?" teriak lelaki paruh baya, yang langsung menjabat tangan Hendri dan juga Vina.

Falisya tersenyum manis sambil ikut menjabat tangan lelaki itu, lalu keluarlah seorang wanita yang falisya yakini adalah istri dari om yang berada di hadapannya. Wanita itu sangatlah cantik untuk seusianya, masih terlihat muda dan lalu memeluk ibunya. Memandangi falisya dengan senyum manisnya, falisya ikut menyiumi tangan wanita itu.

"Ini falisya? Masya Allah cantik sekali," Puji wanita itu.

"Iya, Tante! Terimakasih,"

"Bentar ya, Biar Tante panggilin anak tante dulu," Eva langsung pergi ke lantai atas untuk memanggil Mahendra.

"Mahen...... Mahendraaaa" Panggil eva.

Tidak ada jawaban membuat dia langsung masuk saja, saat melihat Mahendra yang masih nyenyak tertidur di atas ranjangnya membuat amarah Eva meluap. Dia langsung menarik selimut dan membuka jendela.

"Mama apaan sih, inikan hari minggu mahen masih ngantuk,"

"Bangun, ada yang mau mama kenalin sama kamu,"

"Arghh, Mahen males mau kenalan sama siapa pun,"

"Bangun, atau semua kartu kredit dan aset mama sita" Ancam Eva.

"Argh, mama gak seru mainnya selalu ngancem melulu! Iya-Iyaa ma ini mahen bangun, mandi dulu," Nyawanya yang belum sepenuhnya terkumpul dia berjalan menuju kamar mandi.

Brughhh, mahen menabrak pintu akibat berjalan sambil tertidur. Membuat eva menggelengkan kepalanya, Mahen langsung membuka matanya dan mengusap kepalanya yang sakit dan berjalan kembali memasuki kamar mandi.

"Cepetan! Mama tunggu di bawah," Teriak Eva.

Satu jam lamanya falisya sudah berada dirumah ini, namun lelaki itu belum juga muncul. Eva kembali gelisah dan izin memanggil Mahendra. Namun, belum sempat dia menaiki tangga sudah terlihat anak kesayangan nya itu berdiri di atas dan menatap mereka semua dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

Manik mata falisya terpesona melihat ketampanan Mahendra, dia tidak menyangka jika anak dari sahabat bapaknya sungguh tampan sekali. Seperti biasa wanita umumnya, jika melihat lelaki tampan pandangan sulit di alihkan dan itu terjadi pada falisya saat ini.

"Ma, mereka siapa?,"

"Mereka calon keluarga kamu,"

"Maksud mama?" Tanya Mahendra sambil menautkan alisnya.

"Sudah salaman dulu sana," Eva mendorong tubuh Mahendra hingga tempat berdiri di depan Hendri.

Mahendra tersenyum kikuk dan langsung mencium tangan Hendri dan juga Vina, namun saat manik matanya menatap ke falisya dia langsung memasang wajah dingin kembali.

falisya langsung menaikkan satu alisnya melihat perilaku lelaki itu, respectnya langsung berkurang karena melihat seperti itu.

"Mahen, itu anaknya Tante vina namanya falisya, kenalan dong!," Ujar Eva.

"Udah tahu," Jawab Mahendra.

"Hah, Kalian sudah saling mengenal?"

Falisya langsung menggeleng kan kepalanya, dia tidak mengenal lelaki itu sama sekali. Saat Mahendra melihat reaksi wanita itu dia langsung tersenyum tipis dan menatap mamanya kembali.

"Kan mama yang ngasih tahu tadi," Jawab mahen dengan santai lalu duduk di samping namanya.

"Hendri, jadi gimana? apa sudah sepakat kita menjalankan perjanjian itu?" Tanya topit.

"Ya, Silahkan. Lebih cepat juga lebih baik, Mereka masih bisa merahasiakannya dan melanjutkan sekolah." Jawab Hendri.

"Ngak sabar aku punya menantu cantik," Sahut topit sambil tertawa renyah.

"Mantu?," Batin falisya terkejut.

"Mahendra kenalan dulu dan berjabat tangan dengan falisya," Perintah topit.

"Untuk apa, pa?,"

"Ya, Biar saling kenal,"

Mendadak Tunangan

"Buat apa, pa?,"

"Ya biar saling kenal,"

Mahendra menghembuskan nafas nya dengan kasar dan mengulurkan tangannya, lelaki itu di kenal sangat dingin dan juga susah di dekati oleh wanita manapun. Sebab, dia malas sekali bersinggungan dengan wanita untuk jarak dekat ini. Karena baginya wanita itu sangat ribet dan membuat hidupnya dengan penuh tekanan, hanya mamanya saja yang boleh melakukan itu padanya dan dia tidak mau mau menambah satu wanita lagi di saat ini, tetapi walaupun dia suka kesal dia tetap sangat menyayangi dan menuruti semua perintah mamanya.

"Mahendra," Ujarnya mengenal diri.

Falisya membalas uluran tangan mahendra, "Falisya".

Mahendra langsung melepaskan jabatan tangan itu dan kembali duduk dengan santai, falisya hanya memutar bola matanya malas. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Eva.

"jadi, karena kalian sudah saling mengenal maka hari ini akan memberitahu kalian berita yang bahagia," Ujar Eva tampak bahagia.

"Nanti malam akan diadakan acara tunangan kalian disini," Ujar Eva.

Mahendra dan juga falisya terkejut dan saling menatap, lalu mereka sama-sama berdiri dan menentang pertunanganan itu.

"Ngakk apa apaan ini, ma? Mahen masih sekolah, dan juga nggak kenal sama cewek itu." Tolak mahendra mentah-mentah.

"Buk.... pak, jelasin sama falisya apa maksud ini semua apa? Kalian ngajak falisya pindah sekolah kekota karena ini, falisya masih kelas dua SMA kenapa harus tunangan sama cowok aneh yang ngakk falisya kenal," Sungutnya dengan wajah kesal.

"Hei, siapa yang aneh?" Teriak mahendra.

"Kamu," Jawab falisya dengan tatapan tajam.

"CK, ma..... pa, batalin ini semua! Kalian bercandakan bilang seperti itu? Ngakk mungkin dong mahen nikah sama dia, Mahen akan menikahi wanita yang mahen cintai bukan yang kalian mau,"

"Ingat, ngak ada tawar menawar kami tidak butuh pendapat kalian, ini keputusan sudah bulat dan kalian harus bertunangan besok lalu falisya akan om daftarkan sekolah yang sama dengan Mahendra, lalu seminggu kemudian baru melaksanakan akad. Untuk resepsinya bisa kita adakan setelah kalian lulus sekolah." Jelas topit.

"Arghhhh!," Mahendra langsung meninggalkan ruangan itu menuju keluar rumah.

"Biarkan saja, nanti juga dia akan kembali pulang."

"Buk, pak. Falisya mau keluar dulu" Pamit falisya.

Kepergian kedua anak mereka, ada rasa bersalah merasuki pikiran mereka masing-masing.

"Apa kita tidak egois seperti ini," Tanya Hendri.

"Aku berharap banyak dari falisya, aku yakin dia bisa merubah Mahendra sedikit demi sedikit! Anak itu tidak pernah akrab dengan wanita manapun, membuat kami khawatir jika mahendra telah menyimpang," Jelas topit jujur.

"Aku berharap mereka akan saling menyayangi, aku ngakk ingin putriku satu-satunya tersakiti karena pernikahan ini," Ujar Vina.

"Ngakk bakalan, kok. Nanti aku yang bakal mengawasi Mahendra," Ujar Eva tersenyum manis.

Di luar falisya melihat Mahendra duduk di sebuah taman dengan mengusap kasar rambutnya, dia melangkahkan kakinya menuju lelaki itu dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.

"Hemmm," Dehem falisya.

Mahendra langsung menatap falisya dengan tatapan yang tidak suka. " Ngapain Lo kesini?,".

"Hm, aku juga ngak tahu kita akan di jodohin seperti ini. Jika kamu ngak mau, kamu minta sama om dan Tante untuk membatalkan semua ini, aku juga ngakk mau nikah sama kamu." Ujar falisya jujur.

Manik mata Mahendra melebar dan merasa tak percaya dengan perkataan wanita yang di hadapannya, baru kali ini dia mendengar seorang wanita menolak dirinya. Dia langsung berdiri dan menatap falisya dengan lekat.

"Lo ngakk mau nikah sama gue? Yakin?," Tanyanya dengan percaya diri.

"Ya iyalah, aku juga mau nikah sama cowok yang aku cintai dan dia juga mencintaiku bukan sama kamu."

"ha-ha-ha," Mahendra terpaksa tertawa, karena harga dirinya sebagai lelaki terpopuler kini merasa tercoreng akibat falisya.

"Gue tahu Lo pasti bohong, ngak mungkin Lo ngakk suka sama gue!"

"Dih, percaya diri bangett!"

"iyaa, dong! Lo bakal gue nikahin saat ini juga." Ujar Mahendra, karena merasa kesal dengan wanita itu.

Mahendra langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan falisya sendiri di taman, membuat wanita itu membulatkan matanya karena perkataannya tadi. Dia langsung mengejar dan berusaha mencegah lelaki itu mengatakan jika ia setuju dengan pernikahan ini.

"Hei, jangan pernah coba-coba kamu setujui ya! aku ngak mau nikah sama cowok sombong kaya kamu," Teriak falisya.

"Cih, enak aja dia menjatuhkan harga diri gue! Seharusnya gue yang menolaknya, tapi kenapa dia yang seakan melihat gue yang menjijikkan. Lihat aja, bakal gue buat Lo tahu siapa Mahendra sebenarnya, biar tahu rasa sekalian," Ujar Mahe kesal.

"Ma..... Pa, aku setuju sama pernikahan ini." Ujar Mahendra, membuat semua menatap kebingungan kepadanya.

"Kenapa natapnya gitu? Ini serius!" Ujar Mahendra.

"Serius, sayang?," Tanya Eva berbinar.

Mahendra tersenyum manis dan langsung menganggukkan kepalanya, falisya menyusul dengan nafas yang tersengal-sengal. Semua orang menatap mereka berdua dengan senyuman yang mengembang, membuat falisya menatap Mahendra dengan tatapan yang tajam sedangkan yang di tatap hanya menyunggingkan senyumnya seperti meledek kekalahan falisya.

"Oke, karena udah pada setuju kita harus segera menyiapkan tempat untuk acara tunangan nanti malam," Ujar Eva.

Eva mengajak Vina untuk mempersiapkan semuanya, sedangkan topit dan juga Hendri mereka berjalan beriringan sambil tertawa bahagia karena mereka akan jadi besanan. Falisya menatap mereka semua dengan cemberut, lalu dia menarik Mahendra agar menghadap ke dirinya.

"Kan aku sudah bilang kalau aku ngak suka sama kamu dan ngak mau juga nikah sama dirimu, mau kamu apasih?,"

"Masa sih ngak suka? Lo aja manggilnya pakai aku kamu terus dari tadi, sudah deh gausah bohongi perasaan lo," Ujar Mahendra tertawa sinis.

"Ada ya orang yang kaya kamu, di desa aku siapapun orangnya manggil pakai kamu bukan berarti orang itu spesial," Sungut falisya.

"CK, siap-siap aja Lo bakal tahu siapa gue sebenarnya! Berani-beraninya Lo nolak gue!" Ujar Mahendra ketus, dan langsung pergi meninggalkan falisya sendirian.

"Aku belum siap bicara sama kamu, mahendraaa." Teriak falisya.

Mahendra menaiki tangga dan memutar matanya malas, tetapi dia sangat merasa senang karena berhasil melawan wanita itu. Mahendra yang selalu menjadi incaran wanita bahkan mereka semua siap memberikan seluruh hidup untuk menjadi pacar dirinya, tetapi sedetik saja harga dirinya di buat hancur oleh wanita itu.

Falisya juga ikut menaiki tangga dan ingin meluruskan semuanya, dia belum siap menikah di usia yang dimana sangatlah muda terlebih lagi dia masih menempuh pendidikan dan baru kelas XI SMA.

"Mahendra, tungguin."

Falisya menarik tangan Mahendra yang tepat berdiri di hadapannya, lelaki itu hanya menatap kesal kearah falisya lalu menautkan alisnya.

"Apaan?,"

"Please, tarik ucapan kamu tadi!" Pinta falisya.

"Setelah gue menang dari Lo baru kita cerai, gue juga ngak mau nikah sama Lo,"

"Pernikahan itu bukan permainan, kamu ngak boleh berfikir sebodoh itu,"

"Shutttt!" Mahendra meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir falisya Agar wanita itu tidak berisik lagi.

"Lo masih kelas dua SMA bukan? Kenalin gue Mahendra kelas tiga SMA," Mahendra mengulurkan tangannya.

Resmi Tunangan

"Lo masih kelas dua SMA bukan? Kenalin gue Mahendra kelas tiga SMA," Mahendra mengulurkan tangannya.

Falisya menepisnya dan langsung turun kebawah karena merasa usahanya sia-sia, dia bingung sekali harus melakukan apa lagi. Jika dia kabur, pasti tetap saja akan bisa di temui oleh bapaknya. Falisya merengut kesal, dia berusaha menahan perasaannya dan berusaha menerima pernikahan ini.

"Kalau teman-teman aku tahu, pasti mereka mengira aku hamil di luar nikah mangkanya di nikahkan secepat ini," Gerutunya.

"Kenapa sih orang tua itu melakukan perjanjian yang tidak masuk akal begini,"

Falisya mengambil ponselnya, perasaannya benar-benar kacau untuk saat ini. Menikah di usia yang masih muda dan juga masih sekolah, falisya tidak akan mungkin menolak jika dia sudah lulus sekolah tapi kenyataannya orang tua itu maunya lebih cepat.

*** ***

Malam yang indah, kegelapan itu terlihat tidak menakutkan karena para penghuni langit itu sedang memperlihatkan cahaya bintang nya nan indah. Tidak ada terdengar suara jangkrik disini, seperti di saat falisya masih di desa. Bahkan, falisya tidak dapat melihat para tetangga yang datang menyapa, disini seolah semua acuh dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Falisya menatap langit, dan hatinya terus berdoa untuk kebaikan dan kelancaran hidupnya setelah ini.

"Tuhan, bisakah takdir ini jangan di berikan padaku? Ini terlalu sulit untuk aku terima," Lirihku.

Tanpa sadar falisya meneteskan air matanya, dia menatap jemarinya yang masih polos dan belum ada cincin yang tersematkan.

"Sebentar lagi kamu di isi sama cincin dari lelaki yang sangat asing bagiku," Ujarnya dengan nada suara yang bergetar.

"Bahkan sifatnya saja kamu tidak tahu, andaikan ini film Disney minta aja bantuan pangeran biar bisa kabur kalau ngak minta bantuan nenek sihir," Gerutunya.

"Aww," Falisya memegang dahinya yang sakit akibat di sentil oleh mahendra.

"Dasar bocah taunya cuma dongeng Mulu, jangan minta gue bacain Lo dongeng sebelum tidur ya! Kalau ngak mau gue bacain cerita hantu!" Ujar mahen sambil menatap lurus kedepan.

"Apasih, kamu ngapain disini?," Tanya falisya kesal.

" Lo di cariin! Acaranya sudah mau mulai jangan buang-buang waktu gue!" Ketus mahen.

"Kak mapen...... Kamu ngak suka kan sama aku? Kita batalin aja ya perjodohan ini, kita bisa sama-sama Cari orang yang kita cintai," Falisya memegang tangan Mahendra dan memohon padanya.

"Mapen siapa? Gue mahendra" Ketusnya.

"Biarin, aku mau nya manggil kak mapen!"

"Dasar Lo ya!,"

"Apa? Mangkanya batalin dulu semua ini baru deh aku manggilnya yang bener," Tawar falisya.

"Argh, sialan! Apa gue sejelek itu sampai Lo minta di batalin?," Tanyanya dengan emosi.

"Kenapa jadi bahas jelek atau ngakk? Aneh banget," Batin falisya.

"Kenapa Lo diam? Sudah cepetan gua tunggu disana, kalau sampai buang waktu gue lagi. Lo tidur diluar," ancam Mahendra.

Lelaki itu membalikkan tumbuhnya dan berjalan meninggalkan falisya, tanpa sadar ternyata seulas senyuman tipis terbit di wajah lelaki itu. Sedangkan falisya hanya mengumpat kesal, dan menghentakkan kakinya lalu berjalan menuju ruangan yang akan menjadi tempat acara itu berlangsung.

Mereka duduk berdampingan dan memasangkan cincin tersebut secara bergantian, raut wajah mereka sama-sama datar dan tidak memberikan ekspresi apa pun. Sedangkan kedua orang tua mereka saling berpelukan bahagia karena anak mereka akan segera menikah.

Acara itu hanya di hadiri oleh kedua orang tua dan pelayan, juga sepupu terdekat Mahendra bernama afdal dan juga mamanya. Falisya terlihat sangat cantik hingga membuat semua orang terus ingin memandangi wajahnya, tetapi si pemilik wajah tersebut sedang merengut dalam hati.

"Ayo falisya fikirkan cara agar kamu bisa kabur dari acara pernikahan ini, masih ada waktu empat hari untuk memikirkan caranya," Batinnya terus menjerit.

Acara telah selesai dan falisya duduk di sebuah kursi, tangannya di letakkan di atas meja dan dia terus menatap cincin itu, cincin yang akan merubah dratis hidupnya.

"Mapen, awas ya Lo,"

"Kenapa sih harus aku?"

Dia terus memikirkan nasibnya kedepannya, ingin sekali mengadu kepada kedua orang tuanya kembali berfikir jernih dan membatalkan pernikahan ini. Tetapi, ternyata mereka terlihat sangat bahagia saat dirinya bertukar cincin dengan Mahendra.

"Gagal sudah, planning gue di masa depan,"

Falisya langsung bangkit dan berjalan menuju kasur, dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur dan berusaha memejamkan matanya. Karena besok adalah hari pertamanya masuk ke sekolah baru yang juga berisi orang baru yang tidak dia kenal sama sekali. Falisya menghembuskan nafasnya pasrah dan mulai tertidur.

Di kamar sebelah adalah kamar milik mahendra, lelaki itu juga sama gelisahnya seperti falisya. Dia menyesali perbuatan bodohnya karena menerima pernikahan itu, dia melepaskan cincin itu dan ingin membuangnya keluar. Tetapi, dia urungkan saat wajah mamanya terlintas di pikirannya.

"Arghh, Kenapa gue harus nikah sama wanita kampung itu,"

"Gimana kalau satu sekolah tahu? Bisa hancur masa depan gue!"

"Mahendra Lo bodoh banget sih,"

"Ayo berfikir........ berfikir,"

Karena merasa lelah memikirkan sesuatu yang tidak dia temukan ujungnya, kini dia berbaring di atas kasur dan memejamkan matanya.

Pagi hari, semua sudah berkumpul di ruang makan. Falisya duduk di sebelah mamanya dengan wajah yang tampak lesu, lalu topit menatap falisya dengan tersenyum.

"Falisya, nanti kamu pergi sama om ya, biar semuanya om yang urus," Ujar topit.

Falisya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Terimakasih, om,"

Eva langsung menyuruh semua untuk makan, mereka makan dengan nikmat tanpa ada suara tercipta di atas meja. Mahendra melamun karena memikirkan nasipnya di sekolah lalu dia menatap falisya dengan tajam, dia harus membicarakannya kepada wanita itu.

Setelah selesai makan, Falisya berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga Eva. Begitu pun dengan Mahendra, setelah itu lelaki itu memasuki mobilnya dan meninggalkan perkarangan rumahnya.

Falisya juga ikut masuk ke mobil topit dan mobil juga langsung melaju pergi.

"Falisya, jika mahendra menyusahkanmu bilang sama om ya."

"Iya, om," Falisya tersenyum kikuk, hanya kata itu saja yang bisa terucap dari mulutnya padahal ingin sekali dia berkata jika mahendra terus saja mengganggu dirinya.

Tiga puluh menit lamanya, akhirnya mereka sampai di sekolah SMA Global Jaya, sekolah yang paling terkenal di kota ini. Falisya keluar dari dalam mobil dan mengikuti langkah topit menuju kantor kepala sekolah.

Banyak tatapan yang mengarah ke arah dirinya membuatnya menunduk karena merasa malu di situasi seperti ini.

Topit mengurus semuanya, falisya hanya duduk tenang di samping mertuanya itu.

"Pak topit gak perlu repot-repot datang kesini, tinggal telefon saya saja pasti semua beres," Ujar kepala sekolah.

"Kalau begitu saya pamit pergi dulu," Topit berdiri lalu menjabat tangan lelaki itu.

"Falisya, kamu nanti di antarkan ke kelas sama seorang guru, kamu tunggu disini dulu ya. Om pergi dulu, ingat jika Mahendra menyusahkanmu maka segera hubungi om, oke?" Ujar topit.

"Makasih, om," Falisya tersenyum lalu melambaikan tangannya kepada topit.

"Bu wirna, kita kedatangan siswi baru jadi tolang antarkan ke kelas XI IPS1," Pinta kepala sekolah.

"Baik, pak,"

"Namanya siapa?" Tanya bu wirna.

"Falisya, buk,"

"Falisya, ayo ikut ibu ke kelas ya nanti ibu kenalkan sama teman-teman baru kamu," Ujar Bu wirna.

Falisya berjalan mengikuti langkah Bu wirna, tapi tanpa dia sadari karena terlalu gugup hampir saja menabrak tembok dan di hadang oleh lelaki dengan menempelkan tangannya di dahi falisya agar tidak menabrak. Falisya terkejut dan langsung menatap laki-laki itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!