NovelToon NovelToon

PANGERAN MY BAD BOYFRIEND

Chapter 1

BRAK...!

Suara balok kayu yang diadukan dengan kursi itu terdengar dari dalam gudang.

Seorang pemuda dengan penampilan tidak sesuai notabane siswa, rambut acak-acakan, baju tidak dikancing menampilkan kaos hitamnya, slayer hitam ysng terikat dikepalanya dan juga lengan baju yang dilipat. Dia Pangeran Alastar Shankara, kelas 12 SMA Bhantara, ketua dari geng Savero.

Wajahnya persis mewarisi paras ayahnya, Kaizen. Hidup tanpa seorang ibu dari umur 10 tahun, membuat Pangeran menjadi anak yang pembangkang, bukan pembangkang seperti melawan sang ayah, tetapi sudah di atur. Pangeran termasuk anak yang mempunyai tampilan galak, sangar, dan juga membuat orang yang baru melihatnya merinding.

Namun, tanpa disangka. Pemuda itu penakut kucing, tidak suka makan sayur, dan juga kelakuan tengil juga jahil. Apalagi jika sudah mengerjai guru, bisa tertawa puas Pangeran melihatnya. Anaknya tidak bisa sopan, tapi dibalik itu semua Pangeran hanya melampiaskan rasa sedihnya jika mengingat sang mama.

"BANGUN ANJING!"

Tangan Pangeran menarik kerah baju seorang siswa yang tersenyum remeh padanya.

"Lo milih mana? Uks yang deket atau kuburan dibelakang sekolah?"

Pasalnya sekolah ini dekat dengan kuburan, hanya tinggal menyebrang dari arah belakang sekolah.

"Opsi lain dong," tawar siswa itu tidak ada takut-takutnya.

"Anying nih anak nyalinya gede," sahut Jarrel.

Jarrel Zeandra, punya kepribadian humor yang tinggi. Hobinya membawa balok kayu, dan sekarang balok kesayangannya telah patah akibat ketuanya. Status masih jomblo, pernah pacaran tapi ia putuskan. Katanya cewek itu baperan, dirinya meminta nomor cewek lain didepan pacarnya saja marah-marah. Ya jelas, siapa yang tidak marah. Agak lain emang.

"Lepasin aja dia. Buang-buang waktu," timpal Zergan.

Zergan Sakaezar, cowok batu tapi punya hati lembek jika melihat orang yang sudah tua kesusahan. Hobinya menggambar, status single. Tidak ada yang berani mendekatinya, orang lelaki ini memberi jarak ditampangnya.

Pangeran mendengus, kemudian mendorong siswa itu yang tak lain Arjuna.

"Lo khianatin kita karena apa?" Tanya Cakra.

Cakra Anggara Sanjaya, cowok yang paling suka merokok di sekolah, hobinya main basket, status sudah ada yang punya meskipun beda sekolah tapi hatinya setia. Tingkahnya tidak jauh beda dengan Jarrel, tapi tengilnya sama dengan Pangeran.

"Khianatin apa elah! Tiba-tiba gue diseret ke gudang buat digebukin gini," dengus Arjuna menyeka darah dari sudut bibirnya.

Arjuna Bimantara, cowok yang tidak ada takutnya pada Pangeran. Dia menjadi teman sepadan dalam adu jatos dan juga soal akademik serta masalah bolos. Keduanya hampir sama, bahkan banyak yang menyebut mereka kembar beda bapak ibu tentunya.

Arjuna tidak peduli orang lain menganggapnya seperti apa. Oh iya, hobinya suka membuat teman dan orang lainnya salah paham. Lelaki yang cerdik membohongi dan menjalankan sesuatu. Contohnya kejadian ia dituduh sebagai pengkhianat. Dari mananya coba? Perihal lihat fotonya dengan musuh Savero, yaitu Xerox.

"Kalian ini terlalu gegabah. Lo juga," tunjuk Arjuna pada Pangeran. "Gue tahu lo orang kompeten, tapi kalau lagi ada masalah yang lain jangan ditumpahin ke gue dong," ujarnya.

"Sorry," balas Pangeran.

Pangeran ini memang tidak percaya dan tidak yakin bahwa Arjuna akan melakukan hal menjijikkan seperti mengkhianati gengnya sendiri.

"Lo abis dimarahin Syanza, ya?" Tebak Jarrel mendapat bogeman mentah dari Pangeran.

Dug

"Sialan muka gue. Elah bos, gue nebak doang juga," ujar Jarrel meringis merasakan kedutan di rahangnya.

"Nebak nebak, dikira gue gak tahu. Lo nguping, babi!" Sarkas Pangeran mengingat kembali wanita itu meminta putus terus.

"Gimana gak capek si Syanza. Orang lo bikin dia cemburu, terus lu jahilin ditempat umum, terus-"

"DIEM GAK LO!"

"Oke, Cakra yang ganteng siap diam," sahut Cakra mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah.

"Balik kelas, Ran," ucap Zergan.

"Kalian duluan," perintah Pangeran.

Mereka beriringan melewati Pangeran yang ingin menenangkan diri lebih dulu. Orang lain nenangin diri lihat pemandangan, ini lihat meja kursi dan barang bekas sekolah. Agak lain emang ketua Savero ini.

"ARGHHH BANGSAT!"

Di dalam kelas telatnya kelas IPS 2, terlihat seorang gadis yang tengah prengat prengut, cemberut. Tidak lain ialah kekasih Pangeran, Syanza Axella.

Gadis yang banyak digemari dan dikagumi lara kaum adam. Wajah manis, imut, tapi galak itu perpaduan yang menggemaskan untuk menjadi tontonan mereka. Namun sayang seribu sayang, Syanza malah mempunyai hubungan dengan ketua Savero yang dikenal sikapnya tengil tapi tampangnya serem.

Syanza memiliki hobi menyanyi dan menulis jika otaknya tengah memikirkan alur, maka ia tidak akan lupa untuk menulisnya sebagai ide untuk kelanjutan ceritanya.

Alasan dirinya menerima Pangeran yang kerap kali ia panggil Alastar, Altar. Syanza pernah iseng memangil Pangeran dengan sebutan Alas, tapi malah mendapat hukuman yang di ada-ada cowok itu. Kalian tahu apa? Ya, menjadikannya babu selama tiga hari. Apa tidak kesal seorang Syanza disuruh ini itu. Karena kesal, Syanza meminta hal lain selain menjadi babu yang membuat harga dirinya jatuh, Pangeran malah meminta dirinya menjadi pacarnya. Dan itulah alasan Syanza menerima Pangeran sebagai kekasihnya.

"Syanza cantik, kenapa cemberut terus sih."

Pernyatanyaan itu keluar dari pita suara Ghea.

Ghea Shafira. Sahabat Syanza nomor satu dari SD. Bahkan dari orok mereka sudah saling mengenal, hanya saja dipisahkan oleh kepindahan Ghea ke Kalimantan. Untung saja ketika masuk SD mereka bertemu kembali karena Ghea memilih tinggal bersama nenek kakeknya.

Hal yang disukai Ghea yaitu menggambar. Jika disamakan dengan teman Pangeran, yaitu Zergan.

Hanya saja Ghea takut jika berinteraksi dengan lelaki itu, padahal dirinya penasaran sesama pelukis. Dan Zergan juga seperti memberi isyarat untuk tidak mendekatinya. Belum dekat udah ditolak keras, kasihannya Ghea ini.

"Itu si tungik. Udah tahu gue paling gak suka asap rokok, dia malah sengaja ditiupin ke muka gue, emang setan. Lebih dari setan, setan aja minder lihat dia," dumel Syanza menyilangkan kedua tangan didepan dadanya.

"Gue maksud lo, hm?"

Syanza menoleh cepat untuk memastikan cowok itu. Sejak kapan Pangeran sudah berada di sebelahnya. Lalu Syanza menatap Ghea, dan cewek itu tersenyum tersiksa.

"Bisa gak sih jangan uncam ancem sahabat gue. Dia takut," ujar Syanza menoyor kepala Pangeran yang semakin mendekat.

"Garang banget sih," ucap Pangeran.

Setelah menenangkan diri dan menjernihkan pikiran. Pangeran berjalan santai melewati beberapa kelas sampai tepat di kelas sang kekasih yang bertetanggaan dengan kelasnya, IPS 1.

"Ngapain lo ke sini. Bentar lagi bel masuk, sana pergi." Syanza mendorong tubuh Pangeran untuk pergi. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil, lelaki itu diam saja.

"Alastar!"

"Yes, babe."

"Jijik, gak usah panggil gue babe babe kayak babi tahu gak ke dengernya juga."

Ghea sudah sedari tadi mundur, tidak ingin terbawa masalah oleh perdebatan sahabatnya dengan sang kekasih.

"Cuma lo doang gue romantis. Orang lain yang ngarep mah lewat," balas Pangeran bangga.

"Yaudah sana sama orang lain gak usah sama gue, alay."

Pangeran terkekeh melihat muka Syanza yang semakin menekuk.

"Cemburu, hm?"

"Dih amit-amit. Udah sana ih, kelas lo bukan di sini juga."

"Tinggal pindah. Mudah bagi gue," ujar Pangeran malas.

"Iya gue tahu duit lo banyak, mindahin lo ke kelas lain cuma seujung jari, cetek."

"Itu tahu gue kaya raya tujuh turunan."

"Idih." Syanza malah dibuat naik darah jika terus begini. Pangeran jika semakin dipuji malah ngelunjak.

Treng

Treng

"Sana ke kelas Pangeran Alastar! Sahabat gue mau duduk, lo rebut tempatnya," usir Syanza.

Sedangkan Ghea anteng saja di meja belakang yang kosong karena orangnya tidak masuk karena sakit, dan yang satu izin.

"Selamat siang anak-anak!"

"Siang, Bu!" Seru siswa/i kelas IPS 2.

"Selamat siang Ibu Jelita," sapa Pangeran melambaikan tangan pada guru itu.

"Pangeran Alastar Shankara!"

"Yes, I am," ucap angkuh Pangeran.

"Ngapain kamu di kelas ini? Lupa sama kelas sendiri?" Geram Bu Jelita.

Guru ini salah satu korban kejahilan Pangeran. Dengan percaya dirinya lelaki itu bilang jika Bu jelita dipanggil kepala sekolah untuk membicarakan hal penting, tapi ternyata itu cara Pangeran untuk mengusir guru tersebut supaya tidak mengajar. Memang kurang ajar.

"Pintu keluar sebelah sana. Silakan Pangeran," ucap guru itu sedikit menekan setiap kata yang diucapnya.

"Sebentar, Ibu. Saya lagi kangen sama pacar saya yang imut garang ini," ucap Pangeran menoel pipi Syanza.

"PERGI ALASTAR SHANKARA!"

Muak sudah Syanza menghadapi tingkah Pangeran.

Bu Jelita tersenyum bahagia karena anak muridnya bisa mewakili emosi yang siap ia luapkan.

"Kurang lengkap namanya, sayang."

Lihat?! Ada saja jawaban yang buat orang lain darah tinggi.

"AAAAAA STRES GUE LAMA-LAMA. PANGERAN ALASTAR SHANKARA ANAK BANDEL BIN TENGIL BIN KURANG AJAR, PERGI GAK LO?!"

MANTAP!!

Seperti itulah pikiran teman sekelas dan gurunya pada Syanza.

"Salah, bin Kaizen-"

"SATU."

"Astaga-"

"DUA."

"Kayak mau maraton aja harus di itung," dengus Pangeran bangkit dari duduknya.

Cup

"Jangan teriak-teriak kasihan tenggorokannya."

Setelah mencuri satu kecupan di pucuk kepala Syanza, Pangeran berjalan santai melewati semua orang dan tersenyum ramah tapi---pada Bu Jelita yang cengo.

"KURANG AJAR LO ALASTAR!" Teriak Syanza tidak terima mendapat kecupan dari seorang Pangeran.

Chapter 2

"Dari mana kamu, Pangeran?"

Guru itu menatap horor Pangeran yang menyelonong masuk kelas tanpa mengetuk pintu dan mengucapkan permisi.

"Abis apel, Bu," jawabnya santai.

Pangeran menjatuhkan bokongnya dibangku miliknya yang bersebelahan dengan Zergan.

Awalnya, Pangeran sebangku dengan Arjuna. Tetapi malah membuat keributan sepanjang hari, jadi Zergan mengalah untuk sebangku dengan ketua Savero ini.

"Kamu ini, seperti anak yang tidak diajari sopan santun sejak SD," ujar Bu Dewi, guru mata pelajaran Ekonomi.

Pangeran mendengus dan menatap guru yang mudah terukir emosi oleh dirinya.

"Saya tahu, Bu. Tapi saya melakukan jika saya mau," balas Pangeran membuka buku pelajarannya. "Mood saya sedang bagus untuk belajar, jadi Ibu bisa mulai pembelajarannya," imbuh Pangeran.

"Astaga....dosa apa yang saya buat bisa mengajar anak macam ini," keluh Bu Dewi. Ia geleng-geleng dan mengelus dada untuk sabar menghadapi siswa seperti Pangeran.

"Tugas Ibu 'kan itu, jadi risikonyalah," timpal Pangeran.

"Diem, Ran," tegur Zergan malas.

"Ibu, saya tidak mengerti tentang bab 5 halaman 102, boleh Ibu ulang?" seru Cakra bertanya.

Untung saja Cakra bisa meleraikan suasana, jika tidak ... sampai bel pergantian pelajaran pun perdebatan guru dan murid itu tidak akan terselesaikan.

"Ekhem ... baik Ibu ulang, dengarkan dan pahami baik-baik," tutur Bu Dewi menetralkan emosinya.

"Baik, Ibu!" seru mereka semua.

Pangeran mendesah, sedikit tidak suka dengan Cakra yang menggagalkan niatnya mengerjai guru itu. Mata lelahnya tidak sengaja melihat penampakan memalukan dari Arjuna.

"Juna, kalau ngupil jangan ditempelin ke ujung meja upilnya."

Atensi mereka terarah pada Arjuna yang tengah asik ngupil. Dan gelakan tawa mengisi kelas mereka hari ini, gagal sudah Bu Dewi untuk fokus mengajar.

"Sialan. PANGERAN BANGSAT!" teriak Arjuna mengejar Pangeran yang sudah melarikan diri.

"PANGERAN! ARJUNA! MAU KEMANA KALIAN!!!"

•••

Birama dari petikan gitar menghiasi kantin sekolah. Kantin yang khusus anak-anak cowok, entah sejak kapan jadi milik ketua Savero itu. Untung saja kantin disekolah ini tidak hanya satu. Jadi, yang lainnya bisa membeli di tempat lain tanpa harus takut menghadapi snak Savero.

"Menangislah, kan kau juga manusia~"

"Lo ada lagu lain gak, Cak?" Jarrel jenuh mendengar senandung galau dari mulut Cakra.

Sudah tiga lagu lelaki itu menyanyikan berbagai judul lagu yang bertema putus cinta semua. Awalnya Serena, kedua Penyangkalan, sekarang Cakra beralih ke beda artis yang menyanyikannya.

"Cak cak, lo kira gue becak," sergah Cakra tidak adil namanya disamain sama barang. Sudah bagus Cakra malah disebut ujung nama depannya saja. Jarrel menyebutnya becak, Arjuna memanggilnya cicak, Pangeran yang lebih parah. Ketuanya itu memanggil namanya dengan sebutan picak. Bos sengklek emang. Hanya Zergan yang selalu benar dan lebih naik dari para tungik lainnya.

"Nama lo anjing, Cakra yaudah enak di panggil Cak," balas Jarrel melempar gagang permen bekasnya.

Cakra berhasil menepisnya. Enak saja bekas mulut Jarrel mau mengenai wajah tampannya.

"Dilarang singkat singkat nama gue. Cuma sekata doang juga, susah amat." Benar juga setiap orang punya nama depan cuma sekata tapi manggilnya kayak boros dah.

"Yeh becak. Ngatur mulut orang lo," sangkal Jarrel sembari mencomot mulut Cakra, kesal.

Cakra menampar lengan Jarrel. "Serah gue lah, jing."

Arjuna jengah menyaksikan perdebatan dua manusia anomali itu. Ia menkleh pada sang ketua yang asik dengan jarinya yang sibuk berirama.

"Bos," panggil Arjuna.

Pangeran yang sibuk mengetik pun menghentikan jarinya, padahal ia tengah mengirim pesan dengan ingatannya namun dibuyarkan oleh panggilan anak buahnya. Kemudian menyahut tanpa menoleh. "Paan?"

"Malam jadi gak?" tanya Arjuna menghisap nikotinnya.

Pangeran tampak berpikir sejenak. "Jadi, tapi agak maleman. Gue mau ngedate dulu," ujar Pangeran kembali sibuk sendiri.

"Lo yakin cewek lu mau?" tanya Arjuna disertai ketawa renyahnya. Yang benar saja, dibayangkan saja Syanza tidak akan mau ikut tawaran embel-embel ngedate dengan Pangeran.

Pangeran mendesah dan menatap datar Arjuna. "Yang bilang mau ngedate sama cewek gue siapa?"

Pengakuan sang ketua Savero itu menjeda kegiatan masing-masing mereka. Kalau bukan Syanza yang sebagai kekasihnya, lantas siapa lagi?

"Lah terus sama siapa bos?" Jarrel tampak lebih penasaran.

"Ada deh. Baru nih, gampangan juga," ucap Pangeran terkekeh.

Akhirnya, mereka sadar jika Pangeran merupakan cowok yang banyak menyetujui jika wanita mengajaknya kencan. Jika ditanya berapa mantannya, maka Pangeran dengan bangga berkata 'tidak ada'. Pasalnya ia tidak menganggap mereka, tetapi tidak tahu jika menyangkut Syanza. Harapannya semoga Syanza tidak pernah menjadi mantannya.

"Ya gak gampangan gimana. Orang tampang dan dompet lu mendukung," sewot Cakra melanjutkan kembali perbaikan motornya.

Pangeran terkekeh dan sedikit mencondongkan badannya supaya bisa meraih kepala Cakra. Lelaki itu menepuk-nepuk kepala Cakra sembari berkata, "Anjing pintar."

"Sialan lo bos." Cakra menodongkan sebuah alat untuk melepas baut.

Pelaku yang ditodong pun menegapkan kembali tubuhnya. "Yang sopan dong," balas Pangeran mengambil rokoknya dan menyalakan pematik api. Kemudiam mengapit rokok itu oleh bibir atas dan bawahnya.

Arjuna membuang asap rokok yang kekuar dari mulutnya. Kemudian berujar, "Yaudah, kalau gitu biar buat gue aja si Syanza. Lumayan dia, gak cocok sama cowok bajingan kayak lo."

"Sekali lu sentuh sekali pisau menancap di dada lo," ancam Pangeran menatap Arjuna seolah mau membunuhnya.

"Kagak takut gue, lebih sakit cewek lo lah, sakit tidak berdarah. Kalau lo sebagai cowoknya tukang selingkuh, jangan salahin gue dong yang siap jadi selingkuhan Syanza." Pernyataan itu ampuh memicu amarah Pangeran yang setipis tisu dibagi dua dan dicelupkan ke dalam air.

"LO LAMA-LAMA EMANG MAU GUE BUNUH YA!"

Arjuna terlonjak kaget. Dan mengangkat tangannya mengisyaratkan seolah meminta ampun.

"Selow bos. Bercanda elah, tapi serius juga gue mah terima aja," ujarnya berdiri dan malah semakin menambah kekesalan Pangeran.

Sejuta sudah ancang-ancang siap kabur dari amukan yang menggebu-gebu dari ketua Savero itu.

"TUKANG NGUPIL! SINI GAK LO ANJENG!!"

Pangeran berlari mengejar Arjuna. Jika bersama Syanza dirinyalah yang dikejar.

Cakra berjalan ke arah meja, dan mengambil sebotol minuman kaleng "Punya ketua brengseknya minta ampun. Punya wakil cueknya gak main-main," ucapnya membuka segel kaleng itu.

"Kebanyakan nonton drama lo," ujar Jarrel merebut minuman Cakra.

"Woy! Kalau mau ngambil bego. Dari pada lo banyak nonton bokep," paparnya pada Jarrel.

Zergan tidak suka jika pembahasan mereka mengandung hal mesum, lantas tangannya menjewer telinga keduanya.

"Aduduhh! Sakit woy!" jerit Cakra.

"Zer, kuping gue mau lepas, monyet!!" teriak Jarrel memukul tangan yang menarik telinganya.

"Bacot, balik kelas para rendahan," ucapnya membawa keduanya dengan jeweran yang masih setia.

Chapter 3

Di dalam kelas IPS 2, hanya ada satu siswi yang asik membaca sebuah novel. Namun, ketentramannya terganggu oleh biang kerok yang bernama Pangeran.

"Sya."

Pangeran menoel pipi Syanza mencuri perhatian gadis itu, kemudian menarik kursi untuk duduk di sebelah Syanza.

"Syanza," ulangnya tapi tidak mendapat respon.

"Syanza Axella!" sorai Pangeran tersulut emosi.

Gadis itu berdeham biasa saja. "Hm?" Syanza hanya menaikkan alisnya tanpa melihat sang empu. Dirinya masih bisa menahan dengan teriakan Pangeran yang menguji kesabarannya.

Pangeran menatap datar sang kekasih. Ia mendesah tidak suka dan merobek kertas kosong yang ada di hadapannya. "Tch. Lo budek apa gimana sih, gue panggil gak nyahut," jengah Pangeran sembari bersandar di pundak Syanza.

Respons tubuh Syanza menegang sebentar. Namun, tampang gadis itu seolah tidak terjadi apa-apa.

"Gak penting 'kan?" Syanza tidak tertarik dengan apa yang mau dikatakan lelaki itu. Karena semuanya hanya omong kosong yang mengundang emosinya saja.

Sudah biasa, pikirnya. Pangeran hanya merasuk karena tidak mendapat mangsa yang bisa lelaki itu kerjai, berujung pada Syanza yang kena.

Hidung mancung Pangeran menyelinap ke bawah telinga Syanza. "Penting. Banget malah," ucapnya dengan nada berat dan juga meresahkan hati kamu hawa yang mendengarnya, terkecuali Syanza.

Tak

Syanza menutup novelnya dan menaruhnya di atas meja.

"Ck. Yaudah apaan?" sarkas Syanza seraya menyingkirkan kepala Pangeran yang asik mengendus-endus area leher dan bahunya.

Dengan berat hati, Pangeran menjauhkan wajahnya, lalu mendekat pada paras Syanza. Seringai tipis terbit di sudut bibirnya. "Cie kepo," ucap Pangeran. Matanya memerhatikan bibir ranum milik kekasihnya.

Syanza menatap datar cowok itu. Tangannya seperti akan mencolok mata Pangeran. "Pangeran kodok. Mati aja lo."

"Doa lo jelek. Panjang umur gitu, belum juga kita bikin anak," ngawur Pangeran membuat Syanza melototkan matanya.

"Otak sengklek!" seru Syanza menabok lengan Pangeran.

"Bener, sayang.Gue mau punya anak 3 aja, lebih dari cukup, gimana?" tawar Pangeran. Mata lelahnya melihat sebuah permen gagang di saku baju Syanza. Dengan gesit, Pangeran mengambilnya dan tanpa merasa bersalah, ia membuka permen yang nganggur milik Syanza.

Gadis itu terbelalak.

PLAK

"Cabul lo, ya!" jerit Syanza merampok tangan Pangeran.

"Cabul apa sih sayang? Gak gue tekan juga," ucap Pangeran vulgar. "Nanti juga lo bakal kawin sama gue," sambungnya bangga dan penuh percaya diri.

Syanza berdecak. "Yang mau kawin sama lo siapa?"

"Lo."

"Dih, ogah ah," tolak Syanza mengedikkan bahunya.

"Gue paksa," cetus Pangeran.

"Plis deh, jan ngomongin gitu."

"Takut?" Kekeh Pangeran bertanya.

"Enggak, siapa juga." Syanza menegapkan tubunya. "Cuma bukan ranah kita sebagai anak sekolah ngomongin hal kek begitu," jelasnya.

"Halah, persetan anak sekolah. Di luar sana banyak yang melendung pas masih pelajar," sungut Pangeran.

Tidak jarang anak sekolah seperti mereka bahkan di bawah mereka yang sudah terhasut hawa nafsu untuk melakukan hubungan macam suami istri. Ujungnya berakhir menyesal dan merugikan masa depan anak.

"Ya itu 'kan mereka. Kalau gue sih enggak ya," sangkal Syanza. Enak saja, mana mau dirinya seperti itu. Amit-amit, pikir Syanza.

"Tapi gue mau, gimana dong?" Sosor Pangeran melihat dekat Syanza ditambah tatapan penggodanya.

Gadis itu terlonjak dan mendorong paras Pangeran yang tidak sopan itu.

"ALASTAR!"

"Ha ha ha!" Tawa itu terdengar keras. "Bercanda astaga. Tapi, kalau gue khilaf maafin, ya," kekeh Pangeran mengacak-acak rambut Syanza.

"PERGI GAK LO!" Usir Syanza sembari menggeprak meja.

"Teriak mulu, batuk tahu rasa," dumel Pangeran menggigit permennya.

"GUE BILANG PERGI-UHUK...!"

Sepertinya ucapan Pangeran selalu menjadi doa untuk Syanza. Bukan sekali dua kali, tapi sering.

"Gue bilang juga apa, kualat sih."

"Aaaa tenggorokan gue," keluh Syanza memegang tenggorokannya.

Pangeran membuka botol minum milik Syanza dan menyerahkannya pada sang kekasih.

"Makanya bicara santai aja bukan malah tantrum gak jelas," ujar Pangeran menyentuh leher Syanza.

"Diem!" Tepis Syanza pada tangan nakal itu. "Ini semua gara-gara lo yang mancing darah gue naik," lanjutnya menatap nyalang cowok itu.

Pangeran menatap nanar tangannya. "Nyalahin orang lagi. Dasar betina."

•••

Pulang sekolah telah tiba. Di mana para siswa/i berhamburan keluar dari dalam kelas. Sebagian dari mereka menuju parkiran, sebagiannya lagi menunggu jemputan, dan sisanya menunggu angkutan umum atau pun ojek.

Syanza yang biasanya di jemput, kini tengah berkutik dengan ponselnya untuk menghubungi supir yang bekerja di keluarganya.

"Tumben banget Mang Joko telat," gumamnya sembari memerhatikan siswa lain sudah pada dijemput.

Saking bosannya menunggu, Syanza pun larut dalam lamunannya tanpa menyadari seseorang dibelakanhnya yang hendak akan mengejutkannya.

"DOR!"

"ANAK AYAM!" Syanza menoleh pada sang pelaku. "Anak anjing lo," sergahnya setelah mengetahui siapa orang itu.

"Selow bu bos. Nyegak mulu kayak si bos," balas Arjuna terkekeh.

"Ya lu ngagetin, Junaedi!"

"Heh. Penggantian nama ilegal itu. Nama gue Arjuna sang penguasa-"

"Arrgh ssttt shttt! Be quiet. Ngapain lo di sini? Mana motor lo?" cerocos Syanza.

"Ciee nanyain, kiw kiw."

Arjuna ini memang agak aneh orangnya. Benar kata orang lain juga, kalau Arjuna itu sebelas dua belas sama Pangeran. Tapi si inisial A ini lebih meresahkan. Hobinya saja bikin orang salah paham, kalau orang yang berhadapan dengan Arjuna dan memiliki darah rendah bisa tinggi lagi tuh darahnya.

"Gue serius, Arjuna abal-abal," sebal Syanza. Jengah sudah rasanya, bersama Pangeran saja sudah membuatnya mengelus dada, apalagi berhadapan semua anak-anaknya.

"Ada, cuma gue mau ngomong dulu sama lo," ucap Arjuna.

"Apa?"

"Gini, malem ini lo free gak?" Tanya lelaki itu.

"Free aja gue mah. Napa?" Tumben sekali laki satu ini menanyakan waktu senggangnya.

"Ikut gue yuk," ajaknya ambigu.

"Dih ogah. Ngapain juga, mending turu." Ikut kemana dan mau apa? Pikir Syanza.

"Aelah, Sya. Nolep amat hidup lo."

"Seterah gue lah. Males gue keluar malem-malem," jengah Syanza. Salahkah jika hidupnya lebih banyak di rumah? Bukannya bagus, ya.

"Malesnya?"

Syanza memutar bola matanya malas.

"Ya jarang ada yang ngajak juga. Dan buat apa? Malam tuh dipake istirahat tidur, bukan kelayapan kayak burung hantu."

"Duh nih bu bos. Pokoknya gue jemput lo, kita ke suatu tempat di mana si bos mau balapan," kekeh Arjuna tetap memaksa pacar dari ketua Savero itu.

"Gak mau. Suka suka dialah mau balapan versi kayang atau jungkir balik juga."

"Kalau balapannya rebutin cewek?"

Syanza menatap sinis Arjuna. Maksud pertanyaan manusia satu ini apa? Ingin melihat dirinya merasa cemburukah?

"Ya-ya terus? Yaudah, gue harus apa emangnya?" Balas Syanza sedikit jengkel.

Arjuna mengusap dagunya, menatap penuh curiga.

"Hmm mencurigakan," ucapnya.

"Bacot. Dah sana pulang pulang!" Usir Syanza tidak betah diganggu oleh Arjuna.

"Pokoknya gue jemput, harus, wajib ikut. Bye!" Setelah itu, Arjuna beranjak pergi dan melambaikan tangannya.

Syanza dibuat jengkel oleh kawan Pangeran itu. "Juned, kampret emang."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!