NovelToon NovelToon

Cinta Yang Dirindukan!

CYD - Awal Berjumpa!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Story ini sequel dari Assalamu'alaikum Imamku 2, dan pastinya tahu Kakak Ridwan di kecil ganteng overdose!

Maaf banyak typo bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini.

....***....

Casting : Cinta yang Dirindukan!

Muhammad Alfiyan Nur Ridwan (25) height 183 cm. Pria genius yang mampu menghafal Al-Qur'an 30 Juz di umur 10 tahun. Karena kegeniussan itu Ridwan mampu menamatkan pendidikan S3 di umur 24.

Annisa Hana Zahratul Khusna (16) Height 158 cm. Siswi Madrasah Aliyah tingkat akhir yang sangat hiperaktif.

***///***///***///***

Ridwan membawa tumpukan buku dari para Mahasiswa. Dia adalah Ustadz di sini khusus mengajari para murid. Untuk di formal dia seorang Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Di dalam asrama khusus pengurus Ridwan meletakan tumpukan buku.

"Aduh, Kang Fiyan rajin bener," goda Hamdan.

"kamu bisa saja, Kang Hamdan. Aku ada tugas mengoreksi ini semua. Mau membantu?" sahut Ridwan.

(Pict Hamdan)

Mohammed Hamdan At-Thoreq (27) asal Dubai Height 175 cm. Ustadz di Madrasah Aliyah dan baru lulus Master.

Hamdan tersenyum menanggapi perkataan Ridwan. Di sini dia ketua pengurus di asrama inti, sedangkan Ridwan menjadi wakil. Padahal Ridwan yang di tunjuk sebagai ketua, tetapi pria itu menolak halus.

"Boleh saja, tetapi ada bayaran untukku?" Kekeh Hamdan.

"Gampang itu, mau aku belikan cilok?" Balas Ridwan seraya terkekeh.

"Boleh saja hahaha, oh iya Kang Fiyan katanya diminta ke Ndalem oleh, Abah Zailani," pungkas Hamdan sembari mengoreksi tugas Muridnya.

Ridwan berpikir sebentar untuk mengiyakan. Sebenarnya ada apa Kiai asal Indonesia memanggilnya? Lupakan itu sekarang Ridwan memilih mandi terlebih dahulu sebelum ke Ndalem.

Hamdan serta teman lainnya tersenyum melihat pengurus termuda sekaligus paling genius bersikap demikian. Mereka begitu kagum pada Ridwan serba bisa. Di unsur agama no 1 apa lagi di umum juga tidak kalah mengagumkan.

Beberapa bulan lalu ada Adik Ridwan yaitu Mumtaaz boyong dari Al-Azhar. Pria dingin penuh talenta memilih ke Oxford dari pada Al-Azhar. Mereka merasa aneh pada Mumtaaz yang gila. Gila dalam artian begitu narsis, penuh percaya diri, supel dan multitalenta jika sudah kenal. Jika belum maka Mumtaaz begitu arogan dan sangat dingin.

Beda dengan Ridwan terkesan kalem, ramah, penyayang dan sangat tenang. Namun, jika sudah kumat maka sikap itu hilang diganti ingin geplak. Pria itu tidak ada bedanya dengan Mumtaaz. Intinya kesamaan Ridwan dan Mumtaaz sama-sama gila, narsis dan aneh.

Lain sisi terlihat gadis memakai seragam baru pulang. Dia sangat manis nan cantik menggemaskan. Lihat gadis berperawakan mungil itu berlarian seraya menyanyi. Bahkan tidak jarang gadis cilik ini berteriak-teriak kesenangan.

"Nduk," panggil Abah Zailani.

"Iya ada apa, Abah?" tanya Annisa sembari duduk di sofa.

"Kami dapat surat panggilan dari Madrasah. Katanya Nduk berulah dan bolos, benar?"

Annisa hanya nyengir polos lalu melangkah santai meninggalkan Abahnya. Sikap seenaknya sendiri bahkan terkesan nakal tidak suka kekangan membuat kedua orang tuanya pusing. Tepat di depan ia melihat Uminya sontak tersenyum cerah. Annisa mencium pipi Umminya kemudian berbisik minta pembelaan.

Abah Zailani memijat pangkal hidung terasa berkedut. kenapa bisa memilik Putri sangat nakal? Ingin rasanya dia mengirim Annisa ke tempat terpencil, tetapi tidak tega. Hingga Abah Zailani tersenyum saat Ummi Fatimah membawa minum untuknya.

"Sabar ya, Bah. Yakinlah Nduk Nisa bisa menjadi gadis yang taat. Putri kita masih kecil belum bisa berpikir dewasa," hibur Ummi Fatimah.

"Sampai kapan, Ummi? Abah akan menikahkan Nduk Nisa pada pria pilihan, Abah."

Ummi Fatimah tercengang mendengar perkataan Abah Zailani. Apa Suaminya benar-benar ingin membuat Annisa menderita? Mana bisa Annisa menikah jika sikapnya begitu buruk tidak suka di kengkeng? Ummi Fatimah meminta agar Abah Zailani mengurungkan niat, tetapi tidak didengar.

Abah Zailani telah memutuskan meminta bantuan pada pengurus asal Iraq terkenal memiliki budi pekerti yang ramah. Sikap baik serta berbudi luhur tinggi membuat ia yakin bahwa Santri itu mampu merubah Annisa. Di dalam bimbingan pria sholeh itu Abah Zailani yakin Putrinya menjadi gadis shalehah.

****

Ridwan menggunakan celana bahan warna biru navy. Sedangkan atasan menggunakan kemeja warna senada. Dia juga memakai kopiah hitam polos dan lihatlah setiap langkah banyak pasang mata menatapnya. Ridwan cukup risi karena Ndalem dekat di asrama Mahasiswi dan pelajar.

Saat mau masuk seseorang menabrak bahunya. Siapa yang berani membuat celananya nyaris melorot. Bayangkan saja seseorang itu menarik celananya kuat. Ingin sekali Ridwan tegur orang itu secara baik-baik.

Annisa tersungkur dengan tangan masih menggenggam celana bahan korbannya. Dia mendongak menatap siapa korbannya. Mata besar dengan pupil cokelat muda menatap mata hazel pria asing. Kang Mahasiswa ngapain ke ndalem? Annisa melihat dalam pria asing berpaling setelah menatapnya 2 detik.

"Tolong lepaskan genggaman tangan, Mbak."

Annisa langsung melepas pegangannya. Dia berdiri dan membenarkan jilbabnya. Ia meminta maaf pada Ridwan lalu berlalu begitu saja. Annisa ada kelas untuk ikut mengaji di aula. Sekarang giliran Ustadz ganteng impiannya yang mbalah.

Ridwan bingung dengan gadis kecil tadi. Dia beranjak tidak mempedulikan gadis itu. Sebelum masuk Ridwan membenarkan celananya. Sekelebat bayangan saat gadis itu nyengir polos meminta maaf membuat Ridwan yakin itu Mbak pelajar atau Mahasiswi ceroboh.

Lain sisi Annisa menatap tangan kanannya tadi berpegang pada celana Kang asrama. Bagaimana jika celana itu lepas? Argh, ia merasa bersalah telah jatuh dalam situasi tidak tepat. Buru-buru Annisa duduk manis di samping temannya. Matanya berbinar terang melihat Hamdan memberi salam pada mereka.

"Kumat gilanya, jangan jadi budak cinta, Ning Nisa," tegur Sahara.

"Apa sih, dia tampan, sholeh dan pastinya Imam masa depan, Nisa!" semangat Annisa.

Mereka para Mbak Mahasiswi dan pelajar khusus teman-teman seangkatan sangat tahu Annisa begitu mengidolakan Ustadz asal Dubai. Mereka sangat tahu seberapa besar rasa suka Annisa untuk Hamdan.

"Hai, tahu tidak itu loh Kang Alfiyan tadi aku melihatnya. Masya Allah ganteng banget. Ingin rasanya punya Imam seperti kang Fiyan," riang Zulfa.

"Benarkah? Ah, sayang sekali aku ngga lihat Kang pengurus ganteng," lesu Amelie.

"Serius ganteng parah, apa lagi dia berpostur tinggi tegap. Wajahnya maskulin pokoknya Masya Allah banget," heboh Sahara.

"Sshh, ngga boleh berisik Ustadz lagi mbalah," tegur Anata.

Annisa penasaran dengan pria bernama Alfiyan. Seberapa ganteng pria itu sampai teman-temannya jadi budak cinta? Baginya hanya Hamdan pria paling tampan. Pokoknya di setiap doa Annisa berdoa meminta Hamdan jadi Imamnya.

Selagi Hamdan membalah Annisa tidak henti-hentinya menatap kagum. Dia begitu kagum pada wajah rupawan Ustadz sekaligus sikap terpujinya. Kalau begini setiap waktu Annisa jadi budak cinta Hamdan garis keras.

*****

Ini Story revisi dan sudah aku rombak sedikit.

Salam cinta dari

Rose_Crystal 030199!

26*08*20

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

CYD - Khitbah untuk Ridwan!

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini!

********❤❤❤❤*********

Ridwan mengetuk pintu Ndalem dengan sopan. Setelah mengucap salam 2 kali akhirnya ada sahutan dari dalam. Dengan senyum ramah dia menyapa Garwo (sigaraning nyowo dalam arti bahasa Indonesia pasangan sejati, jodoh dan sebagainya) Abah Zailani. Ridwan menyatukan kedua tangan mengganti salaman.

Ummi Fatimah tersenyum melihat Ridwan yang sangat sopan. Dia mempersilakan masuk ke dalam. Setitik memori membuat ia ingat Suaminya pernah bilang mau menjodohkan putri keempat mereka dengan kang asrama inti. Apa jangan-jangan pria tadi yang hendak jadi mantu?

Abah Zailani datang menemui Ridwan sembari tersenyum tipis. Dia sangat senang melihat pria asal Irak datang tepat waktu. Ia duduk di sofa dan saat Ridwan mau duduk di lantai tentu menghalangi. Abah Zailani menyalami Ridwan kemudian menepuk puncak kepala sebelum anak Sholeh beranjak.

Ridwan menyalami Abah Zailani dengan mencium punggung tangan lalu merasa senang mendapat tepukan pelan dipuncak kepalanya. Dia kembali ke tempat duduk sembari menunduk sebagai rasa sopanya. Ia tidak akan menanyakan perihal kenapa di panggil kemari. Bu Nyai Garwo dari Abah Zailani datang membawakan segelas kopi dan camilan. Sungguh Ridwan sangat malu merasa tidak sopan.

"Seharusnya tidak perlu repot, Bu Nyai."

"Apa yang repot, Nak. Lagian Ummi dan Abah tidak merasa direpotkan. Namanya siapa, Nak?"

"Syukron kasir, Bu Nyai. Nama saya Muhammad Alfiyan Nur Ridwan."

Ummi Fatimah tersenyum melihat Ridwan begitu terdidik atas sikap sopan santunnya. Dari gerak-gerik serta raut wajah ia paham seberapa baik pria di depannya. Pantas saja Suaminya memilih pria ini jadi pendamping Annisa.

"Afwan. Ayo di minum, pasti haus," ujar Abah Zailani sembari tersenyum.

Ridwan dengan sopan mengaguk menuruti perkataan Abah Zailani. Sebelum minum ia mengucap Bismillah lalu menyeruput pelan. Sebenarnya ini manis dan Ridwan tidak suka manis. Sedikit susah payah ia teguk wedang kopi agar mereka senang.

Abah Zailani dan Ummi Fatimah tersenyum melihat Ridwan. Wajah rupawan di padu sikap baiknya membuat mereka suka. Tidak salah memilih menantu bukan? Semoga saja pria ini mau menjadi menantu mereka.

Cukup lama mereka diam tanpa ada suara. Ridwan masih betah menunduk sopan. Dia masih penasaran kenapa di panggil ke Ndalem? Rasanya detak jantung Ridwan berdegup kencang.

"Kang Alfiyan di asrama sudah berapa tahun?" tanya Ummi Fatimah mengawali.

"Saya baru sebentar di sini, Bu Nyai," sahut Ridwan.

"Sebentar asal niat insya Allah ilmu bermanfaat. Apa sudah lulus Diniyah? Apa masih menjadi Mahasiswa?"

Antahlah Ummi Fatimah terasa ingin mengorek kepribadian pria di depannya. Sebenarnya dia sangat tahu tentang pria ini dari Suaminya. Sebagai Ummi sudah sepantasnya ia mengetahui langsung seluk beluk calon menantunya. Lagian Annisa adalah putri kesayangan Ummi Fatimah walau nakal bin bandel.

Ridwan menunduk merasa kurang pantas berada di antara mereka. Dia tidak mungkin menyombongkan diri. Karena semua prestasi hanya anugerah serta titipin Allah. Sebagai hamba hanya perlu bersyukur atas kelebihan atau kekurangan. Ridwan juga enggan mengatakan segala kelebihan semata titipan Allah.

"Alhamdulillah saya sudah lulus dan sudah menjadi penghuni asrama pengurus. Saya baru lulus tahun lalu Bu Nyai, Alhamdulillah."

"Alhamdulillah."

Abah Zailani menepuk tangan Istrinya agar berhenti bertanya macam-macam pada Ridwan. Dia akan mulai serius setelah basa-basi sebentar. Ia berdehem sebentar supaya situasi menjadi lebih ringan. Tidak lama Abah Zailani tersenyum sewaktu Istrinya mengukir senyum teduh.

"Kang Alfiyan, maksud Abah memanggil ada sesuatu yang menjangal di hati kami. Kami berniat meminta bantuan, apa bisa?"

Ridwan menyengit mendengar perkataan Abah Zailani. Ada gerangan apa seorang Kiai besar asal Indonesia meminta bantuan terhadap dirinya? Kalau begini ia merasa segan tidak mampu berkutik. Ridwan jadi salah tingkah sehingga memilih menunggu seraya menunduk.

"Insya Allah, saya akan membantu sekiranya saya mampu. Memang Abah dan Bu Nyai meminta bantuan apa?"

"Begini, Abah punya Putri yang terkesan sangat nakal. Nakal dalam artian tidak suka di kengkang, suka seenaknya sendiri, tidak mau mendengar kami dan suka bermain bersama teman-temannya. Putri Abah belum lulus masih kurang 1 tahun wisuda. Menurut Kang Alfiyan jodoh Putri Abah harus pria seperti apa?"

Abah Zailani dan Ummi Fatimah harap cemas mendengar jawaban Ridwan. Semoga saja sesuai ekspetasi mereka yang sangat ingin pria ini. Mereka tersenyum saat Ridwan mendongak menatap mereka. Bisa di lihat betapa rupawan pria di depannya. Mata besar dengan manik hazel terasa memikat untuk di pandang.

Ridwan menatap Abah dan Bu Nyai penuh arti. Mata teduhnya perlahan menyipit karena tersenyum. Lesung pipi di warisi Uminya terasa menggemaskan. Dia berharap jawaban ini tidak membuat mereka salah mengartikan. Ridwan harap semoga Bu Nyai dan Abah memaklumi apa yang menjadi jawaban.

"Saya beri saran untuk sedikit membimbing Ning yang terkesan nakal. Abah dan Bu Nyai harus lebih perhatian pada, Ning. Sejatinya Ning hanya membutuhkan perhatian lebih serta kasih sayang. Jangan terlalu keras karena Ning tipe gadis yang lembut. Jika keras maka semakin menjadi, coba halusi dan luangkan waktu lebih lama. Ning juga harus ada pembimbing agar mendapat pengetahuan lebih luas. Soal jodoh saya hanya berpendapat dari sisi pikiran saya. Pria itu harus memiliki sikap : baik, ramah, santun, sabar, penyayang dan tegas. Dengan pria seperti itu maka Ning akan menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap penyayang di balik budi pekerti yang luhur akan menjadi Imam yang baik. Biasanya mereka akan memberikan segala kebahagiaan serta kasih sayang padanya. Ada kalanya mereka tegas secara bersamaan jika Istrinya di luar kendali. Biasanya setelah itu sang pria akan meminta maaf atas tindakan menghardik Istrinya. Jadi, jodoh yang tepat untuk Ning harus memiliki budi pekerti yang baik, penyayang dan bisa tegas secara bersamaan. Sekali lagi maaf saya terlalu banyak bicara."

Ridwan merasa bersalah telah mencetuskan pendapatnya. Apa yang di pikirkan Abah Zailani tentang dirinya yang sok pintar? Semoga saja Abah dan Bu Nyai mau memaklumi kata-kata kurang sopan. Kalau begini Ridwan merasa berdosa akan kelancangan sewaktu bicara.

Abah Zailani dan Ummi Fatimah tersenyum mendengar jawaban Ridwan. Tidak salah mereka memilih calon menantu. Bahkan tanpa sengaja Ridwan menyebutkan diri sendiri untuk jadi kandidat secara tidak langsung. Mereka tersenyum bangga pada pria berprestasi ini.

Mereka akan menjawab tanpa membahas rasa tidak enak Ridwan. Sejatinya semua jawaban pria itu benar adanya. Mungkin karena terlalu sibuk membuat. Abah Zailani dan Ummi Fatimah kurang perhatian pada Annisa.

"Itu pria yang paling tepat untuk Putri kami. Lalu bagaimana jika Ning menikah dengan pria itu? Apa pria itu bisa memaklumi pernikahan secara private? Soalnya putri Abah belum lulus dan baru lulus 1 tahun kemudian. Setelah lulus maka resepsi pernikahan akan di langsungkan di sini. Abah ingin membuat Nduk menjadi pribadi yang lembut. Abah ingin pria itu nanti menjadi penuntun Ning menuju jalan-Nya Allah."

"Soal itu sepertinya bisa di bicarakan, Abah. Kalau demi kepentingan Insya Allah bisa di private rumah tangga mereka. Sekalian menjadi guru dan saling mengenal lebih dalam. Aamiin, semoga saja pria itu mampu menjadi imam serta ladang amal Ning menuju Syurga-Nya Allah, Aamiin."

"Aamiin ya Allah, bagaimana Tole Alfiyan mau menjadi pendamping Putri, Abah?"

Ridwan tersentak mendengar perkataan Abah Zailani. Dia mengerjap beberapa kali untuk menetralkan pikiran. Apa ia salah dengar sehingga terasa ambigu? Karena gugup Ridwan berdehem pelan untuk menetralkan semua.

"Maksud Abah bagaimana? Maaf saya kurang fokus akan tadi. Sekali lagi maaf atas tindakan kurang sopan saya."

"Jangan terlalu meminta maaf,  Le. Jadi begini apa Nak Alfiyan bersedia menjadi Imam untuk Putri saya? Apa Nak Alfiyan bersedia menuntun Nduk Annisa menuju jalan yang benar? Abah berharap Nak Alfiyan mau menjadi Imam untuk Nduk Anisa. Abah berharap Nak Alfiyan mampu menuntun Nduk Annisa menjadi wanita shalehah penghuni Surga-Nya."

Ridwan terdiam seribu bahasa tanpa kata. Dia menunduk dalam menyembunyikan rasa terkejut. Sungguh bukan mau menolak ini begitu sulit. Dirinya baru memasuki 25 tahun dan belum bisa mencari uang secara benar dan kini harus menanggung anak orang. Walau Ridwan paham pekerjaan selalu ada, tetapi belum bisa melangkah lebih jauh. Lagian belum mengenal gadis itu, lalu apa yang harus Ridwan lakukan?

Dengan tersenyum manis Ridwan akan bertanya kenapa bisa Abah menginginkan ia sebagai menantu, "buka  lancang atau bagaimana apa pantas saya menjadi menantu, Abah dan Bu Nyai? Saya banyak kekurangan dan bukan pria baik-baik. Saya hanya hamba Allah penuh dosa tidak memiliki keahlian menonjol. Apa yang Abah lihat dari pria penuh kekurangan seperti saya?"

Abah Zainal tersenyum mendengar pertanyaan Ridwan. Dia menatap Istrinya Fatimah sembari tersenyum teduh. Ia tidak punya banyak kata untuk menjawab pertanyaan itu. Sejatinya Ridwan sangat tahu apa jawaban yang akurat pada diri sendiri.

Ummi Fatimah hanya bisa berharap cemas soal calon menantunya. Dia yakin pria ini bisa menjadi Imam untuk Annisa terkesan bandel. Semoga saja Ridwan mau menerima perjodohan ini.

"Sangat pantas karena Abah sendiri yang memilih Nak Alfiyan menjadi menantu kami. Jangan merendahkan diri karena kami tahu tentang, Nak Alfiyan. Abah salut pada akhlak dan budi pekerti Nak Alfiyan yang baik. Nak Alfiyan begitu sopan santun menjaga etika yang patut di jaga. Sikap dan semua tentang Nak Alfiyan membuat Abah yakin bahwa pria di depan kami adalah jodoh yang dikirim Allah untuk Nduk Anisa. Apa sekarang Nak Alfiyan bersedia menerima khitbah kami?"

Ridwan terdiam tanpa mampu menjawab perkataan Abah Zailani. Dia menunduk sebentar lalu tersenyum ramah pada mereka. Dengan sopan ia meminta waktu agar membicarakan pada kedua orang tuanya. Ridwan berharap setelah shalat Istikharah serta meminta pendapat pada Umi, Ayah dan Abinya maka semua permasalahan terjawab.

****

Annisa baru pulang dari aula tampak berbinar terang. Dia begitu senang Hamdan ceramah begitu bijak penuh makna. Suami idaman di kirim Allah untuknya. Hingga sebuah kecelakaan terjadi ketika Annisa tanpa sengaja menginjak roknya sendiri.

Sejatinya Annisa adalah gadis ceroboh yang sangat nakal. Dia mengaduh kesakitan ketika tersungkur di tanak. Cukup bersyukur karena ini bukan di lantai. Annisa jengkel kenapa roknya nakal sekali membuatnya jatuh?

Ridwan menyengit melihat Mbak nyunsep di tanah. Tunggu sepertinya ia kenal dengan Mbak ini. Oh dia ingat ini Mbak asrama jatuh sembari menarik celananya. Ceroboh sekali gadis kecil ini sampai pusing.

Annisa meringis ngilu saat telapak tangannya berdarah. Hingga sebuah sapu tangan warna putih terulur di depannya. Dia mendongak menatap siapa yang memberi sapu tangan. Bukanya ini Kang tadi yang tidak sengaja menjadi korban kecerobohan?

"Mbak tenang sapu tangan saya higenis. Lain kali hati-hati jangan ceroboh. Gunakan itu untuk membalut luka, Mbak."

Ridwan tersenyum tipis setelah sapu tangan pindah tangan. Dia berlalu tanpa menengok ke belakang. Pikirannya tertuju pada percakapan bersama Abah dan Bu Nyai. Semoga saja semua terjawab melalui shalat Istikharah. Besok Insya Allah akan meminta saran Kedua orang tuanya.

Annisa masih menggenggam sapu tangan Ridwan. Dia tatap punggung pria tegap itu penuh makna. Antah kenapa jantungnya berdegup kencang. Sudahlah Annisa malas memikirkan itu semua.

******

Maaf absurd wkwkwkkw.

Ikuti kisah mereka ya Say!

Salam cinta

Rose_Crystal 030199

28*08*20

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

CYD - Petunjuk Sang Khaliq!

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maaf banyak typo's bertebaran dan kesalahan dalam penulisan di bawah ini!

(***< Happy Reading Baby >***)

Ridwan bangun di sepertiga malam guna melaksanakan Shalat tahajud, hajat dan Istikharah. Dia ketiduran tanpa ikut Shalat tahajud dan  sahabat-sahabatnya tidak membangunkan dirinya. Memang tadi ia jaga malam jadi tidakq melaksanakan Shalat tahajud. Maka tepat di sepertiga malam Ridwan bangun hendak melaksanakan shalat Sunnah sepertiga malam.

Pemuda tampan ini berjalan ke kamar mandi khusus pengurus untuk membersihkan diri sekalian wudhu. Dia terlihat santai tanpa ekskresi saat sosok lain menyapanya. (ingat waktu kecil Kakak gede punya indra ke 6? Nah kelebihan itu masih ada walau sempat tertutup.) Pada akhirnya Ridwan tersenyum tipis menyapa mereka seolah itu hal biasa.

"Allahu Akbar sabar jangan komat-kamit baca doa. Etdah Mbaknya malah ngajak kenalan. Genit banget minta di rukiyah Mbaknya," batin Ridwan.

Usai wudhu Ridwan nyelonong pergi tanpa meladeni mereka. Sampai di kantor pusat untuk pengurus Putra (pelajar atau Mahasiswa) sontak menutup pintu. Dia masuk kamar tempatnya di lantai atas. Hingga Ridwan tersenyum tipis tatkala Hamdan bangun dengan tampang kusut.

"Kamu ngga bangunin aku, Fiyan. Aku  padahal mau Shalat, kamu nyebelin."

Ridwan mengerjap saat Hamdan kembali tidur. Dia menggaruk pelipis saat tahu sahabat sekaligus orang yang di anggap Kakak hanya mengigau. Dia nengedihkah bahu acuh melihat tingkah Hamdan. Ridwan memakai baju koko dan sarung lalu pakai kopiah.

Dengan khusyuk Ridwan Shalat di sepertiga malam seperti Shalat sunnah tahajud, hajat dan shalat Istikharah. Dia ingin meminta hajat sekaligus petunjuk dari Allah. Ia sangat ingin mendapat jodoh yang di tunjukan oleh sang Khaliq. Usai Shalat Ridwan membaca Al-Qur'an beberapa menit.

"Shadaqallahul-'Adzim, semoga hajat hamba Engkau kabulkan ya Rabb. Hamba ingin petunjuk-Mu menjadi kebahagiaan untuk hamba. Hamba berserah diri ya Allah untuk takdir yang Engkau gariskan."

Ridwan melepas baju koko dan kopiah lalu menaruh di gantungan baju. Usai itu ia memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur dia sempatkan membaca Ayat kursi tiga kali, surat Al-Fatihah, An-nas, Al-Falaq dan Al-ikhlas dan terakhir doa sebelum tidur. Mata teduh Ridwan perlahan menutup menyembunyikan manik indahnya.

Tepat jam setengah empat para Mahasiswa dan pelajar terbangun. Mereka masuk kamar mandi untuk siap-siap wudhu atau mandi. Setelah itu siap-siap menjalankan ibadah sholat subuh. Mereka terlihat tertib ketika sedang mandi atau pun sedang wudhu.

Sekitar jam 04:15 AM Ridwan baru bangun setelah di bangunkan Hamdan. Pria tampan ini membaca doa usai bangun tidur. Terlihat frustrasi itu lah gambarannya sekarang. Terlihat dia mengacak rambut kalut mengingat petunjuk dari sang Khaliq. Rasanya Ridwan ingin menangis saja mendapati petunjuk dari Allah.

"Ada apa, Fiyan? Kamu kusut kayak baju belum di setrika. Gih ini jatah kamu Imami para penghuni asrama putra. Ingat kamu juga ada kelas setelah ini. Dan ingat wajahmu sangat jelek kalau kusut begitu," celetuk Ahmed dari Baghdad Iraq.

"Kang Ahmed asal bicara mana mungkin wajahku jelek. Ingat aku Ridwan si tampan tidak terbantahkan. Aku pria yang sangat tampan dari mana pun di lihat. Dari samping ganteng, dari belakang tampan apa lagi dari depan ganteng overdose. Sudah aku mau mandi dulu!"

Ridwan kumat somplak membuat mereka hanya bisa menggeleng kepala maklum. Jika pria itu sudah kumat narsis berabe. Wajah kalemnya tidak pantas jadi orang tengil. Cocok sekali tengil ya Adik Ridwan si Mumtaaz yang sering mengaku pangeran tertampan di dunia.

Hamdan hanya bisa menepuk bahu lebar Ridwan mengiyakan biar senang. Jika di ladenin yakinlah Ridwan bisa semakin gila tidak terkendali. Mereka penasaran orang tuanya saat mengandung Ridwan makan apa? Apa ada yang mendidik si kalem jadi orang sedeng jika kumat? Memikirkan itu Hamdan memilih menyusul Ridwan ke kamar mandi untuk wudhu.

Ada kelas ba'da shalat subuh makanya Hamdan memilih mandi nanti saja. Sampai depan kamar mandi dia melihat Ridwan masih linglung memikirkan sesuatu. Ia tersenyum saja tatkala Kang pengurus bertanya padanya perihal Ridwan yang aneh dengan pandangan kosong. Pada akhirnya Hamdan mendekat lalu menepuk bahu Ridwan.

"Ada apa?" tanya Hamdan kalem.

"Aku mimpi aneh banget masak jodohku gadis ceroboh. Kemarin gara-gara gadis itu celanaku nyaris lepas. Parahnya saat hendak pulang ke asrama aku melihat gadis itu nyunsep di tanah. Aneh aku tadi shalat Istikharah eh dapat petunjuk berjodoh dengan gadis ceroboh."

Tanpa sadar Ridwan curhat pada Kang pengurus yang lebih tua darinya. Dia yang bosan memilih melepas kaus menyisakan boxer untuk mandi. Pikirannya kalut sampai ingin nangis di pojokan. Ridwan jodohnya dengan Ning Annisa dari Abah bukan gadis itu. Semoga saja Ning Annisa tidak ceroboh seperti gadis itu, Aamiin.

Perlu diingat Ridwan belum menyetujui permintaan Abah Zailani. Nanti setelah mengajar di kampus mau telepon rumah (Iraq) dan menelepon Abinya meminta pendapat. Ridwan tidak tahu kenapa bisa menikah di usia baru memasuki 25? Semoga saja ia bisa menjadi Imam yang baik untuknya, aamiin.

"Wah sudah Shalat Istikharah, mau nikah ya, Kang? Itu bagus jika celana Kang Alfiyan lepas bisa kabur burungnya," celetuk Umar begitu kalem.

"Ngawur, aku pakai boxer mana bisa burung kabur. Sudahlah jangan ganggu orang ganteng mandi. Mau jadi ganteng kayak, Ridwan? Berendam pakai bunga 9 rupa biar langsung ganteng. Jangan ganggu ~ orang tampan tidak terbantahkan males bicara!" tukas Ridwan.

Para pengurus menatap Ridwan aneh. Untung ganteng kalau ngga bisa kena timpuk kepala Ridwan. Jika kumat tidak waras Ridwan menjelma menjadi pria gila dari planet Uranus. Semoga saja calon Istrinya kelak tahan pada sikap narsis di balik sikap kalem, tenang dan lembut.

*****

Ridwan memilih ke pasar terlebih dahulu sebelum mengajar di kelas. Dia melihat seseorang yang familiar. Itu Mbak asrama kemarin sedang kelayapan bersama teman sebaya. Pakaian mereka menggunakan celana dengan hijab segi empat. Kenapa ada Mbak pondok kelakuan begitu?

Annisa merasa di pandang langsung menatap arah belakang. Dia melihat Ridwan menatapnya sekilas. Ia mengerjap melihat pemuda itu menggunakan kemeja warna silver dengan bawahan celana formal warna senada. Annisa akui Ridwan ganteng , tapi baginya orang paling ganteng ya Hamdan.

Ridwan tidak peduli memilih berlalu begitu saja menuju tempat tujuan. Rencana mau membeli bahan masakan untuk 1 minggu ke depan. Dia juga mau menelepon orang tuanya di Iraq dan Indonesia. Rasanya Ridwan ingin marah pada situasi ketika gadis tadi berpenampilan kasual. Entah kenapa jantungnya terasa sesak saat pria menatap kagum gadis itu.

"Astaghfirullahal'adzim, hamba khilaf ya Allah, ampuni segala dosa hamba. Ya Allah, kenapa petunjuk-Mu begitu luar biasa? Gadis tadi bukan takdir hamba itu pasti. Semoga saja Shalat berikutnya aku tidak mendapat petunjuk yang sama. Ya Allah yang maha Agung, jika memang takdirku dirinya semoga saja ada perubahan. Hamba berharap sebuah Gadis baik-baik yang menjadi jodoh kelak, Aamiin."

"Ning Nisa, ada apa?" tanya Sivia.

"Tidak aku tadi melihat Kang pondok ke pasar."

"Oo, wajahnya ganteng atau jelek?"

"Lumayan, tetapi ganteng Pak Hamdan."

"Dasar budak cinta, ayo cepat kita pulang nanti gawat kalau kepergok kita ke pasar pakai pakaian begini!" seru Anandita.

"Iya, ayo!" kor mereka.

Annisa menengok ke belakang lagi untuk menatap pria itu sedang membeli sesuatu. Dia ingat tujuan di sini rencananya mau kabur dari rumah beberapa hari agar Abah dan Ummi tidak menikahkan di usia dini. Dia juga sudah membawa ransel serta uang tabungan untuk melarikan diri. Annisa tidak tahu mau ke mana yang terpenting kabur sampai perjodohan berakhir.

Antah kenapa Annisa malah perlahan jalan mundur lalu berlalu meninggalkan mereka selagi teman-temannya sibuk menggosip. Dia sekarang berada di tengah pasar dengan tampang lugu. Sebenarnya ia belum pernah ke pasar seorang diri. Annisa merasa tersesat ketika terus berjalan tetap di pasar.

"Aku seperti di labirin," gerutu Annisa.

Ridwan melihat gadis itu lagi sedang duduk sembari mendekap ransel. Apa gadis itu sedang melarikan diri dari asrama? Ia memutuskan untuk menemui gadis itu sembari membawa belanjaannya. Ridwan memejamkan mata sebentar untuk menghalau petunjuk-Nya. Gadis di depannya bukan takdir yang di tulis untuknya.

Annisa kaget melihat Ridwan ada di depannya. Dia langsung menunduk dalam menyembunyikan wajahnya serta memeluk tasnya lebih erat. Ia merasa malu menggunakan pakaian seperti ini di depan pria ini. Air mata Annisa luruh deras merasa takut jika pria ini menganggapnya gadis nakal.

"Apa Anda sedang kabur dari asrama? Tidak baik melarikan diri dari masalah. Jika Anda gadis baik-baik pulang jangan jadi gadis tidak terdidik. Orang tua menyekolahkan Anda agar menjadi gadis baik-baik yang bisa mengharumkan namanya, bukan menjadi gadis tidak berpendidikan. Ganti pakaikan Anda dengan pakaian yang sopan. Benarkan hijab serta ganti rok Anda. Saya antar pulang dan saya tahu Anda sedang bingung. Jika mau kabur pikirkan baik-baik apa Anda sudah bisa jaga diri serta mencari uang tanpa orang tua."

Ridwan menyerahkan tisu untuk yang kedua kalinya pada gadis ini. Dia jadi merasa bersalah telah membuat gadis ini menangis sesenggukan. Gara-gara itu para pengunjung menatap sengit padanya. Sabar pasalnya orang sabar tambah tampan menawan, Aamiin. Ridwan hanya memberikan masukan agar gadis ini sadar atas kesalahan. Semoga saja gadis ini mau ikut ke asrama putri dan memperbaiki diri.

Annisa tambah tergugu mendengar perkataan Ridwan. Ya Allah ia merasa salah telah membuat malu kedua orangtuanya. Dia akan pulang lagian kata-kata pria ini benar adanya. Dirinya hanya bisa menyesal sembari menangis sesenggukan. Hingga akhirnya Annisa meminta Ridwan menemaninya mencari kamar mandi untuk ganti.

Ridwan tersenyum saat gadis kecil ini mau menurut. Dia membawa Annisa ke tempat WC umun. Ia akan menunggu sampai gadis itu selesai berganti pakaian. Setelah menunggu beberapa menit Annisa keluar menggunakan pakaian sopan. Ridwan tersenyum tipis lalu meminta Annisa ikut ke tempat telepon umum. Dirinya mau menelepon dulu baru pulang sekalian mengantar gadis ini.

"Kang, terima kasih. Itu Namanya siapa?"

Suara lembut itu membuat Ridwan terdiam. Dia dari tadi memang belum menatap gadis ini. Ia menjaga pandangan agar tidak menjerumus ke zina mata. Bahkan sedari awal Ridwan menjaga jarak pada Annisa.

Annisa jadi penasaran dengan nama pria ini. Siapa gerangan orang yang di temuinya tiga kali? Setiap pertemuan pasti memalukan. Sungguh dia sangat malu pada Kang kalem yang ada di depanya. Annisa harap pria ini mau memperkenalkan diri.

"Alfiyan," sahut Ridwan sebelum masuk ke dalam tempat telepon umum.

Alfiyan, tunggu jangan bilang ini pria yang paling di idam-idamkan para teman dan Mbak pondok? Pria tampan yang baik ingin di raih jadi Imam. Kalau di perhatikan memang ganteng, alim, baik dan sopan. Menarik juga pria ini pantas banyak yang suka.

*****

Hayo, pasti ngga sabar Kakak Ridwan dan Ning Annisa nikah.

Salam hangat dari

Rose_Crystal_030199

30_08_20

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!