NovelToon NovelToon

Aku Anakmu

Ada Apa?

Diandra menatap pintu ruangan yang bertuliskan 'DIREKTUR' itu, ada sedikit ragu menggayut di hatinya.

Tok

Tok

Tangan Diandra mengetuk pintu.

"Silahkan masuk. " terdengar suara dari dalam ruangan.

Diandra membuka pintu.

"Selamat pagi pak. "

"selamat pagi, ada apa? " tanya Yudistira dingin.

Kepala pria tampan separuh baya itu mendongak, menatap Diandra. Wajahnya berubah jadi ramah.

"Kamu staff accounting baru itu ya? Silahkan duduk. " kata Yudistira. Diandra mengangguk. Menahan rasa haru di dadanya. Ditundukkannya kepala sedikit.

"Nama kamu Yudisti Diandra Putri, lulusan terbaik kampus B, peraih banyak penghargaan, asal kota J. " Yudistira membaca layar laptopnya, membacakan cv dari Diandra.

"Iya pak. " jawab Diandra sopan.

"Okey, saya menyukai prestasi kamu, untuk itu kamu saya terima kerja disini, kamu bisa memulai besok saja, Dide akan menyiapkan ruangan untuk kamu, selamat ya Diandra. " kata Yudistira, lalu mengulurkan tangan. Spontan Diandra mencium punggung tangan itu. Kebiasaan yang diajarkan oleh sang ibu, dari kecil sampai usia 21 tahun ini selalu terbawa ke kehidupan sehari hari.

"Eh ma-maaf pak, eh terimakasih banyak, saya permisi dulu. " pamit Diandra.

Yudistira terpaku sebentar.

"Baiklah, besok datang jam 8 pagi, temui pak Dide ya. Silahkan. " Diandra mengangguk, lalu segera keluar ruangan.

Sepanjang perjalanan menuju tempat kost, Diandra berusaha menahan airmatanya. Perjalanan dari kantor itu ke tempat kost hanya 15 menit jalan kaki, entah keberuntungan yang bagaimana, hingga Diandra dapat saja kost yang dekat tempat kerjanya.

"Dia ayahku ya Allah, nggak salah lagi, dia adalah pria yang menikahi ibuku 22 tahun lalu, dan meninggalkannya tanpa tahu kalau ibuku sedang mengandung. " gumam Diandra dalam hati, airmata menghambat pandangan matanya ke depan.

Ciiiiiiittttt!!! Sebuah mobil tiba tiba berhenti mendadak tepat di depan Diandra. Diandra memekik sambil menutup kedua telinga dan matanya. Terdengar pintu mobil dihempaskan.

"Maafkan saya, maaf, saya sedikit lengah, mbak gak apa apa? " tanya seseorang. Perlahan Diandra membuka mata, dan..

Taraaaa!! Seorang laki laki, berusia sekitar 25 tahun, berdiri di depan Diandra, pakaiannya sangat necis, rapi, pakai jas lengkap, sepatu mengkilat, terlihat jam tangan mahal di pergelangan tangan kirinya.

"mbak, mbak! Hellow. " cowok itu melambaikan tangan ke wajah Diandra.

"eh ya mas, maafkan saya, juga salah mas, saya tak apa apa, saya yang jalannnya melamun. " jawab Diandra tergeragap.

"mbak tak apa apa, kalau ada luka kita kerumah sakit? " tanya cowok itu lagi. Diandra terkekeh lirih.

"tak apa apa mas, maaf saya permisi dulu. " pamit Diandra.

"rumahnya dimana mbak, biar saya antar. "

Diandra menggeleng.

"nggak usah mas, sudah dekat kok. " tunjuk Diandra pada sebuah gang. Cowok itu mengangguk. Diandra tersenyum, lalu melangkah pergi. Cowok itu masuk ke mobilnya, untung jalanan sepi.

"manis sekali senyum cewek itu. Seperti familiar sekali dengan senyum itu. " gumam Yudika, nama cowok itu. Dan segera berlalu menuju kekantornya.

Yudika memasuki kantor sang ayah nan megah itu, menuju keruangannya, beberapa orang menundukan kepala ketika berselisih jalan dengannya.

"pagi pak . " sapa mereka. Yudika hanya membalas dengan senyum tipis.

Yudika sampai di depan ruangan sang yah.

"pagi yah. " sapa Yudika, begitu memasuki ruangan sang ayah.

"pagi Dika, tumben telat. " jawab Yudistira, sambil melihat jam tangannya, Yudika telat sekitar 10 menit, dan itu bukan kebiasannya.

"ada insiden dijalan yah, Dika hampir menabrak orang tadi. " jawab Yudika.

"haah?? Terus orang itu gimana keadaannya? Kamu baik baik saja kan? " cecar Yudistira.

"aman yah, hampir tertabrak saja kok, ada apa nih yah? " tanya Yudika, mempertanyakan maksud sang ayah memanggilnya.

Yudistira menatap sang anak.

"besok akan masuk seorang staff accounting baru disini, dia akan membantumu nanti, jadi kamu bekerja samalah dengan baik. " jawab Yudistira.

Yudika mengangguk.

"ayah dan mama berapa lama perginya? "

"belum tahu Ka, kan kakakmu minta ditemani sama mama sampai lahiran, tahulah mamamu, setelah cucunya nanti lahir, maunya tak mau pulang saja. "

Yudika hanya tersenyum.

"baiklah yah, besok Yudika akan masuk kerja disini. "

Yudistira mengangguk.

"Dika, kamu kapan mau membawa calon istri kehadapan ayah dan mama? "

Yudika menghela nafas.

"sabar atuh yah, masih muda lo aku ini. " jawab Yudika malas. Selalu itu saja bahasan ayahnya.

Yudika duduk dikursi depan sang ayah.

Terbayang wajah ayu cewek yang tadi hampir ditabraknya, cewek berhijab itu, dengan pakaian seperti orang mau melamar kerja, rok span panjang, kemeja putih dan jilbab putih juga, terlihat begitu manis dan ayu. Entah kenapa, dada Yudika berdebar kencang. Tak sadar dia mengulas senyum di wajah tampannya.

"kenapa Ka? Senyum senyum sendiri? "

Yudika menggeleng.

"nggak apa apa yah, " jawab Yudika pelan.

"ayah hanya berharap kamu jangan seperti ayah nantinya, meninggalkan istri ayah yang lain jauh disana, sampai saat ini ayah tidak tahu bagaimana kehidupannya dengan anak papa, entah perempuan atau laki laki. " kata Yudistira, matanya menerawang jauh.

Yudistira tak hendak menyembunyikan apapun dari keluarganya, termasuk dengan sang istri, dan meski awal awalnya terasa berat, akhirnya keluarga menerima dengan lapang dada. Bahkan kedua anaknya ikut mencari dimana keberadaan istri dan anaknya itu, sampai sekarang mereka menghilang entah kemana. Rumah mereka yang dulu berdekatan dengan proyek Yudistira pun sudah menjadi komplek perumahan mewah, tak ada yang tahu siapa dan kemana pindahnya orang orang yang sebelumnya tinggal disana.

"atau mungkin mereka pindah ke daerah lain yah? keluar pulau misalnya. "

Yudistira menggeleng.

"ayah sudah mengutus orang mencari dari ujung pulau sumatera, sampai ke Kalimantan sana, tak ketemu juga Ka, tak mungkinlah orang orang ayah itu bohong. " jawab Yudistira. Mempunyai proyek dimana mana, tentu membuat Yudistira punya koneksi dimana mana, akan sangat gampang sekali menyebar orang untuk mencari orang. Hanya sayangnya Yudistira melakukan pencarian itu sekitar 10 tahun setelah dia meninggalkan mereka, tentu saja banyak kemungkinan yang terjadi.

Yudika tercenung.

"semoga suatu saat nanti, ayah bisa bertemu ibu dan adek aku itu, bagaimana pun juga, mereka berhak menikmati kesuksesan ayah ini, aku dan kakak akan sangat senang sekali mengetahui punya adek. " ucap Yudika.

Yudistira hanya tersenyum.

Tiba tiba wajah Diandra.

"Yudisti Diandra Putri. " gumam Yudistira.

"hehh?? Apa yah?? " tanya Yudika, mendengar gumaman sang ayah.

"nggak apa apa Ka, emang ayah bilang apa? " tanya Yudistira balik.

"mmm seperti sebuah nama gitu, ayah gak menduakan mama lagi kan yah? " tanya Yudika, menatap wajah sang ayah.

"big no!! Ayah tidak akan pernah menduakan mamamu lagi nak, dengan masa lalu ayah itu? Kamu dan keluarga tahu kenapa bisa terjadi pernikahan, sudah ya Ka, jangan kita bahas itu lagi, kalau emang ada takdir, kita pasti akan dipertemukan lagi dengan mereka. " jawab Yudistira cepat.

Yudika mengangguk paham.

"semoga kita masih bisa dipertemukan ya yah. "

Yudistira mengganguk.

Doa Diandra.

Diandra sampai di kost, bergegas dia masuk, dan langsung mengunci pintu kamar. Diandra menelungkup di kasurnya.

"ibuu Andra ketemu sama ayah bu, huuuu, ayah ganteng dan berwibawa sekali bu. Apa yang harus Dian lakukan bu? " tangis Diandra pecah. Membayangkan wajah sang pimpinan perusahaan tadi, Yudistira.

"pantesan ibu jatuh hati pada ayah, selain ayah tampan, tutur kata beliau sangat lembut bu, dan beliau terlihat sangat baik sekali, betul kata ibu, ayah adalah orang baik, tapi kenapa beliau meninggalkan kita ya bu? Terutama meninggalkan Dian yang tak pernah beliau ketahui ada dalam rahim ibu? "

Berbagai tanya berkelebat dalam benak Diandra, mengurai kisah sedih sang ibu.

Sementara itu, Yudistira sampai dirumah, segera mencari sang istri.

"ma, mama dimana? " seru Yudistira. Sesosok perempuan anggun nan masih cantik di usia diatas 40 tahun keluar dari kamar.

"kenapa yah? "

"ayah sudah menemukan karyawan baru, sebagai accounting dan besok Yudika sudah mulai berkantor di perusahaan papa, kapan kita ke Belanda? Kapan Yucia akan melahirkan? " tanya Yudistira.

Melati menatap suaminya sendu.

"ayah belum menemukan titik terang dimana anak ayah yang di lokasi proyek dulu? " tanya Melati, tak menjawab tanya sang suami.

"belum ma, waktu ayah pergi, ayah tak tahu kalau Diana hamil, jadi semua serba kabur ma, meski puluhan tahun berlalu, Diana punya anak pun kebetulan ayah bertemu dengan nek Ijah, nenek tempat Diana menumpang, sekarang beliau sudah meninggal, bingung ayah ma. " jawab Yudistira. Melati hanya menghela nafas. Dia merasa sangat bersalah. Meski suaminya melakukan sebuah pernikahan karena terpaksa, tapi Melati tidak marah juga.

"mama jangan terus kepikiran soal itu, kalau emang ada takdir ayah bertemu sama anak ayah itu, pasti kami akan bertemu, bersiaplah ma, 3 hari lagi kita pergi. " kata Yudistira. Melati mengangguk pasrah. Sang anak pertama ingin lahiran ditemeni sama mama dan ayahnya, padahal sudah anak kedua ini.

Pagi pagi Subuh..

Diandra segera bangun ketika adzan bergema, bergegas masuk kamar mandi.

Melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, melaksanakan 2 rakaat wajibnya dengan khusuk, Diandra berdoa, semoga hari pertama kerja ini, lancar.

Selesai salat, Diandra memasak nasi, dia mau bawa bekal makan siang saja. Selagi menunggu nasi matang, Diandra mengeluarkan 2 butir telur dan sepotong ayam yang sudah diungkap dari kulkas kecil. Untuk sarapan pagi Diandra akan membuat nasi goreng telur orak arik, dan untuk makan siang, ayam balado dan ketimun sebagai lalapan, tak lupa mengisi tumbler, dia belum tahu situasi di kantor, apakah dapat makan siang atau tidak, jadi Diandra perlu siap siaga dengan makanan.

Setelah perbekalan dan sarapan selesai, Diandra langsung mandi, sambil bersiap, Diandra menyuap nasi gorengnya. Lalu berkumur kumur dan baru memakai lipstiknya. Memastikan semua aman, Diandra beranjak.

"bissmillah." gumam Diandra, mengunci pintu dan segera keluar gang, berjalan santai menuju ke kantor megah itu.

Diandra melangkah santai sambil melihat hpnya, menuju lift. Heran melihat para karyawan antri di lift yang satu, sementara lift disebelahnya terlihat kosong. Terdengar derap langkah kaki dibelakangnya, Diandra cuek saja.

Ting!

Lift terbuka, dengan santai Diandra masuk, dan orang dibelakang Diandra juga masuk, hanya ada 3 orang saja. Diandra cukup heran sebenarnya, kenapa gak ada yang masuk?

Dan tiga orang itu adalah cowok cowok tampan yang seumuran, pakai pakaian rapi, lengkap dengan jas dan dasinya.

"mau ke lantai berapa mbak? " tanya cowok tinggi yang pakai kacamata.

"lantai 17 mas. "

"oh sama kita kalau begitu. "

Cowok yang dari tadi sibuk dengan hpnya itu menoleh pada Diandra. Mereka saling tatap sejenak.

"kamu??! " tunjuk cowok itu.

Diandra pun kaget.

"eh, mas, ketemu lagi kita. " jawab Diandra. Yudika tersenyum ramah.

"kalian saling kenal? "

"mbak ini hampir ketabrak aku kemaren, kerja disini mbak? " tanya Yudika lagi, hatinya diam diam membuncah bertemu dengan cewek manis itu lagi.

"iya mas, baru masuk hari ini. "

Yudika tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"saya Putra mbak dan ini Yogi, dan pak boss kita namanya Yudika. " kata cowok berkacamata itu. Diandra mengangguk sopan.

Ting!

Lift pun terbuka.

"ini ruangan kamu mbak Diandra. " kata Putra, ternyata selama dalam lift, Putra sudah menerima kabar kalau ada karyawan baru, bagian accounting.

Diandra sedikit kaget melihat Yudika masuk kedalam ruangan direktur itu. Putra memperhatikan hal itu. Yogi sudah menuju ke ruangannya di ujung.

"pak Yudistira tidak masuk mas? " tanya Diandra.

"mulai hari ini, beliau cuti, anak perempuanya mau melahirkan di Belanda. Dan Yudika anaknya, yang akan menggantikan pak Yudistira selamanya. " jawab Putra.

Diandra tertegun.

Yudika anak sang papa?

Berarti itu abangnyakah?

Diandra menggelengkan kepalanya, menepis perasaan yang tiba tiba muncul.

"mbak mari saya antar berkenalan dengan staff lainnya mbak, saya panggil Diandra saja ya, disini saya yang jadi atasan kamu, semua pekerjaan kamu dibawah tanggung jawab saya, santai saja ya Dian, perusahaan ini penuh kekeluargaan kok, mari ikuti saya. " ajak Putra. Diandra meletakan tas di atas meja.

Hampir 30 menit Diandra diajak berkeliling ruangan dan berkenalan dengan staff yang lain. Benat kata Putra, semua staff yang rata rata berusia jauh diatas Diandra itu, sangat ramah.

Diandra duduk dikursinya kembali.

"ibu, semoga Diandra betah ya ibu. "

Doa Diandra.

Mata Itu.

Ketika jam makan siang tiba. Diandra baru akan mengeluarkan bekalnya.

Tok

Tok

"Diandra, kalau makan siang, diruangan pantry saja, disana disediakan makan siang gratis buat semua staff divisi kamu. " kata Putra.

"setiap hari pak? "

"iya, segeralah kesana. "

Diandra diam diam mengucap syukur dalam hati. Berarti Diandra tak perlu mengeluarkan uang untuk makan siang.

"itu apa? " tanya Putra, menunjuk ke kotak nasi di mejanya.

"mm makan siang saya pak. " jawab Diandra santai. Putra mendekat, melihat makan siang yang sangat sederhana itu.

"ini buat saya saja ya, saya sangat menyukai ayam goreng, sementara menu di pantry ada ikan kayaknya, saya kurang suka. " Putra menyambar kotak lunch sederhana itu, tanpa basa basi dia berjalan keluar dari ruangan Diandra.

"iya pak. " jawab Diandra yang melongo melihat kelakuan atasan langsungnya itu.

Perlahan Diandra keluar ruangan. Dikantor ini nampaknya setiap karyawan mempunyai ruangan sendiri sendiri, khusus divisi Diandra, mungkin divisi lain hanya dibatasi dengan kubikel saja. Sedikit bingung Diandra celingak celinguk mencari tulisan pantry.

"belok kanan, terus kanan sedikit, nah disitu pantry. " kata Yudika, Diandra sedikit kaget, Yudika terpana melihat mata Diandra, seperti sangat familiar dengan mata besar dengan bulu mata lentik alami itu.

"eh, iya pak, terimakasih. " sambil menunduk Diandra berjalan menuju pantry, dadanya berdebar tak karuan.

"apakah dia anak pak Yudistira? berarti dia saudaraku? " berbagai tanya itu kembali hadir di benaknya. Tak sadar kalau langkah sudah membawanya ke pantry.

"hai Dian, sini! " seru seorang wanita berusia sekitar 35 tahunan.

"ya mbak. " Diandra mendekat.

"saya Jelita, kamu jadi anak bawang disini ya, paling kecil, hehe, berarti kamu pintar, karena direkrut di perusahaan ini di usia muda, sangat jarang lo pak boss merekrut karyawan berusia muda. " celoteh Jelita. Diandra tersenyum.

"jangan sungkan sungkan ya Dian, kita semua sama kok disini, jadi jangan merasa rendah diri kita gak akan bulli kamu kok, hehe. "

Terdengar riuh tawa.

Diandra merasa senang hatinya, dan bersyukur dalam hati, mendapatkan rekan kerja yang sangat humble begini.

Ternyata Yudika, Yogi dan Putra juga memasuki pantry, di tangan Putra terdapat sebuah kotak makan bening sederhana.

"makan paaak. " kata beberapa orang.

"iya sama sama kita. "

Diandra yang sedang mengambil makanan, tak begitu memperhatikan siapa yang datang, diambilnya dua sendok nasi, sayur dan sepotong ikan goreng, seperti kata Putra, emang menu ikan goreng sekarang.

"pak Putra mau saya buatkan telur dadar? Soalnya hari ini menunya ikan goreng, bapak tak suka. " tanya petugas pantry.

Putra menggeleng.

"nggak usah bu, saya sudah merampok bekal Diandra tadi. " pamer Putra sambil mengangkat kotak bekal itu.

"loh kamu bawa bekal Dian? " tanya Jelita.

"iya bu, saya gak tahu kalau makan siang di tanggung kantor. " jawab Diandra.

"saya lupa kasih tahu kemaren. " jawab Putra. Yudika hanya diam saja, dengan santainya dia mengambil piring dan menu yang sama dengan para staff itu. Tak ada perbedaan menu.

"bagi ayam gorengnya sedikit Put. " kata Yudika, tanpa menunggu jawaban Putra, Yudika sudah mencomot secui daging ayam itu. Putra hanya bisa pasrah. Mau marah, sama bos sendiri, meski mereka adalah teman akrab dari zaman smp.

"mmmm enak, gurih, buu tolong buatkan telur dadar buat Putra ya, ayamnya saya ambil. " seru Yudika, ayam goreng itu langsung nangkring di piring Yudika. Putra mendelik kesal. Dia baru memakan segigit, dan emang gurih.

Pemandangan seperti itu ternyata sudah biasa di pantry ini, kelakuan tiga pemuda tampan dan petinggi kantor ini emang kadang absurd kalau sudah bersama. Beda lagi kalau sudah kerja, seriusnya bukan main.

Diandra celingukan mencari mushalla, tak mungkin juga kan kantor semegah ini tak mempunyai ruang salat?

"diujung ruangan pantry ada tempat salat. " tunjuk Yudika. Lagi lagi.

Diandra mengangguk dan segera menuju ruangan yang ditunjuk Yudika. Sebuah ruangan yang lumayan luas, dengan karpet memenuhi lantainya, mukena mukena tergantung rapi di lemarinya.

Dengan cepat Diandra mengambil wudhu, tak peduli keadaan sekitar, Diandra melaksanakan salat dengan khusuk, tak lupa berdoa.

Selesai salat, Diandra melipat kembali mukenanya, dia membawa mukena sendiri. Baru Diandra mengedar pandangan, nampak 5 orang laki laki sedang salat di bagian depan, ternyata ada Yudika, Putra dan Yogi juga. Entah kenapa, hati Diandra berasa adem sekali melihat itu. sangat jarang di era sekarang ini, ada anak muda yang tak meninggalkan salat.

"heh ayo kembali keruangan. " ajak Jelita. Diandra terkekeh. Divisi ini sepertinya ada 3 orang perempuan saja, 4 dengan ibu pantry, Jelita, Diandra dan Kinan, mungkin Kinan sedang halangan, hingga tak ikut salat.

Diandra kembali keruangannya. Melanjutkan pekerjaannya. Begitu serius sampai tak terasa sudah hampir jam pulang, karena di ruangannya ini ada kamar mandi, Diandra melaksanakan salat Asar di dalam ruangannya, setelah itu Diandra beberes untuk pulang, laporan kan diserahkan besok pagi, Putra mengatakan jam setengah lima semua sudah pulang.

"Dian, ini kotak makan kamu, besok kalau bawa ayam goreng lagi, buatkan saya juga ya. " kata Putra. Diandra mengangguk saja.

Setelah merapikan meja dan menyimpan berkas berkas dengan rapi, Diandra mematikan ac, lalu mengunci ruangan dan berjalan menuju lift.

" Dian, lift kita disini lo say. "kata Kinan, yang juga baru keluar ruanganya, berbarengan dengan Jeliata.

Diandra sedikit kaget.

"ini?? " tunjuk Diandra.

Jelita dan Kinan tertawa, bahkan karyawan cowok juga terlihat mengulum senyum.

"itu lift khusus pak Yudika, Yogi dan Putra, juga pak Yudistira. " jawab Jelita.

Diandra kaget.

"haaahhh?? Jadi tadi pagi aku salah naik lift ya mbak? " tanya Diandra polos.

"hehehe, biasa itu Dian, jangan takut gitu, kamu gak akan dimarahin, yang akan dimarahin itu Yogi atau Putra sama pak Yudika. " jawab Kinan.

Astagaaa.. Diandra menggeleng kepala.

Bodoh ih! Diandra menoyor kepalanya sendiri. Kinan dan Jelita terkekeh melihat itu.

"ayolah kita masuk dan pulang. " ajak Kinan, begitu lift terbuka.

Mereka berbincang ringan selama di dalam lift. Diandra merasa beruntung bisa kerja di lingkungan yang penuh kehangatan itu.

Melangkah perlahan di trotoar, Diandra melihat kemacetan yang terjadi di sisi kanan dan kirinya, Diandra tersenyum sendiri. Dan bersiap menyeberang ketika memastikan kiri kanan aman.

Tiba tiba

Tiiiinnnn!!!!

Diandra kaget, padahal tadi rasanya tidak ada mobil, lagian lampu juga merah. Dan orang yang menyebrang bareng dia pun terlonjak kaget.

"woyyy gembel! Kalau mau menyebrang lihat lihat kenapa? Mau mati? Mau menerima asuransi ya keluarga lo!!! " teriak seorang gadis cantik yang hanya mengeluarkan kepalanya dari mobil.

"heiii mbak yang ngebut bawa mobilnya, emang ini waktunya mbak jalan ya? Itu lampu masih merah. " balas seorang pejalan kaki, berteriak tak kalah kerasnya.

"apa lo!! " seru gadis itu lagi.

"lo pergi atau gue lempar batu nih. " kata cowok itu lagi, dan berlari ke pinggir, mau mengambil batu.

Dengan mengomel panjang lebar, gadis itu menutup kaca mobilnya dan mengklakson panjang, pergi dari hadapan mereka.

"mbak gak apa apa? " tanya cowok itu.

Diandra menggeleng.

"aman mas. " jawabnya.

Cowok itu mengangguk. Dan melanjutkan menyebrang.

Diandra pun menuju ke kos.

Langit senja terlihat memerah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!