...----------------...
Jian Lushi tiba-tiba terbangun, dan mendapati dirinya berada di hutan belantara, seorang diri.
Panik, itulah yang pertama kali di rasakan. Dia mencoba duduk dari posisi berbaringnya, namun kembali jatuh lagi. Karena tubuhnya yang ternyata sangat lemah.
"Kenapa aku tiba-tiba ada di hutan?" tanyanya bingung, entah pada siapa.
Seingatnya, ketika pulang kerja dia naik bus antar-jemput karyawan seperti biasanya. Tapi hari itu, ketika sampai di persimpangan jalan, ada mobil container yang kehilangan kendali. Hingga mengakibatkan tabrakan beruntun. Banyak kendaraan hancur karena kejadian itu. Dan sudah bisa di pastikan menelan banyak korban jiwa. Entah itu meninggal ataupun luka-luka.
Bus yang di tumpanginya juga tak luput dari kecelakaan tersebut. Tapi kenapa dia tiba-tiba terlempar ke hutan belantara. Aneh, bukankah harusnya dia di rawat di rumah sakit.
"Ohhh,,,, mulut dan tenggorokanku kering, sakit sekali. Hauuusss... Aaaiiirrr... Aku ingin minummm airrrr..." Lushi meraung lemah. Berharap ada air yang tiba-tiba jatuh dari langit, untuk membasahi tenggorokannya yang kering kerontang.
"Wtf," dengan mata terbelalak Lushi langsung mengeluarkan kata-kata mutiaranya. Terkejut sudah pasti, bahkan jantungnya hampir terlepas dari tempatnya.
Karena saat ini Lushi tiba-tiba berpindah tempat, tidak lagi di hutan belantara. Melainkan duduk di hamparan tanah hitam, yang luasnya setara dengan lapangan sepak bola. Dan tidak ada satu pun tumbuhan yang tumbuh di atasnya.
"Gawat, di mana lagi ini, Tuhan..." gumam Lushi yang masih terpaku dengan hamparan tanah hitam di hadapannya.
"Bukankah tadi aku minta air untuk minum. Kenapa yang muncul malah tanah? Apakah tanah hitam ini bisa di makan? Mungkinkah ini hamparan kue blackforest atau kue brownies." gumam Lushi, sambil tangannya memainkan tanah di sekitarnya.
Bahkan dengan konyolnya dia membawa segenggam tanah hitam ke dekat mulutnya.
Astaga, apakah Lushi benar-benar berniat memakan benda hitam itu?
Apakah dia begitu gila, hingga tanah pun di anggap kue coklat.
Oh syukurlah, ternyata Lushi hanya mengendus aroma tanah di genggamannya. Mungkin untuk memastikan kalau itu tanah asli, bukan kue yang bisa di makan. Hehe~
"Atau aku coba minta makan saja, supaya yang muncul air." pikir Lushi yang mengira sesuatu akan muncul, kebalikan dari yang di mintanya.
"Eh tapi, bagaimana kalau semuanya menjadi lautan air. Bukankan perutku akan meledak karena kembung, bahkan tenggelam ke dasar. Yang bahkan tidak tau kemana dasarnya." Lushi segera menggelengkan kepalanya, mengurungkan niatnya untuk berteriak minta makan.
Lushi yang di liputi keputusasaan dan ketidak berdayaan, ingin kembali membaringkan tubuh lemannya. Tiba-tiba tanah di bawahnya bergetar, di ikuti guncangan hebat, yang mengombang ambingkan tubuh kurusnya hingga tersungkur tengkurap di tanah. Ingin rasanya dia pingsan saja.
"Tidak Tuhan... Ampuni aku.. Aku tidak akan meminta yang aneh-aneh lagi... Janji.." Lushi berteriak sekuat tenaga, dengan kedua mata terpejam. Takut jika tiba-tiba ada monster pelahap berwarna hitam, yang muncul dari bawah tanah.
Setelah tidak lagi merasakan guncangan, Lushi berani membuka matanya sedikit. Mengintip, kira-kira jenis makhluk apa yang kini berada di hadapannya.
"Apa yang terjadi?" mata Lushi yang tadinya menyipit, kini langsung terbuka lebar.
Apa yang kini ada di hadapannya, ternyata tidak sesuai dengan apa yang di bayangkan. Tidak ada monster pelahap mengerikan, atau makhluk jadi-jadian aneh jenis apapun.
"Woaaahh.." Tepat di depan Lushi saat ini, ada sebuah rumah yang semua dindingnya terbuat dari kayu. Terlihat sangat klasik dan elegant. Di samping rumah kayu itu bahkan ada sumur yang tingginya kurang lebih satu meter.
Lagi-lagi Lushi di buat panik dan kebingungan. Sebab air dari dalam sumur mulai meluap, hingga tumpah-tumpah. "Eh eh bagaimana ini... Baskom mana baskom.. Ember ember..."
Lushi kembali di buat ternganga dengan fenomena aneh, yang sayangnya benar-benar di saksikan oleh mata telan jangnya.
Di samping sumur setinggi satu meteran itu, muncul lagi sumur setinggi setengah meter. Jadi air yang meluap dari sumur pertama, di alirkan ke sumur atau sumur ke dua, lanjut di alirkan ke sumur ke tiga yang paling rendah. Anehnya setelah ketiganya penuh, airnya tidak lagi meluap.
"Hahaha air.. Aiiirrr.. Aiiirrr..." seperti setan kehausan, Lushi menyeret tubuh lemahnya dengan cara merangkak. Menuju genangan air yang tampak jernih dan menyegarkan.
Dengan susah payah, akhirnya Lushi sampai di sumur ke tiga, yang paling rendah.
Tanpa pikir panjang dan tanpa mencari wadah ataupun gelas, Lushi langsung minum dari tepian kolam.
'glu glu glu glu'
Seperti halnya kerbau yang minum di pinggir sungai.
"Ew ewww~ aahhh.." setelah di rasa cukup, barulah Lushi mengangkat kepalanya dengan puas.
"Akhirnya setelah sekian lama menahan haus dan lapar, ada air yang bisa di minum... Terimakasih Tuhan.." ucap Lushi penuh rasa syukur.
"Aaahh. Kenapa ada monster jelek di dalam kolam?" Lushi metakutan melihat penampakan wajah penuh jerawat kemerahan, di dalam kolam.
Namun anehnya, monster itu selalu melakukan gerakan yang sama dengan yang dia lakukan. Yang berarti, monster jelek yang di lihat adalah pantulan dari wajahnya sendiri.
"Apa lagi ini, Tuhaaan..."
Dulu, walaupun wajahnya tergolong biasa-biasa saja, tapi tetap bersih, mulus, dan terawat dengan baik. Tapi kenapa sekarang di penuhi jerawat besar seperti ini.
"Aishhh" tiba-tiba kepala Lushi berdengung. Di ikuti banyaknya potongan-potongan memori ingatan asing yang membanjiri kepalanya.
Beberapa menit berlalu. Setelah rasa sakit di kepalanya mereda, Lushi akhirnya menyadari. Akibat kecelakaan di kehidupan sebelumnya, dia juga menjadi salah satu korban yang tewas. Kemudian jiwanya mengalami perjalanan melintas dimensi. Bertransmigrasi ke tubuh gadis petani malang, yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.
Menurut informasi yang baru saja di terima. Tubuh yang kini di tempati, merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Memiliki tiga kakak laki-laki dan satu adik perempuan, tidak membuat pemilik asli merasakan bagaimana rasanya di lindungi, di sayangi, atau pun di perhatikan.
Pemilik sebelumnya selalu mendapat perlakukan tidak adil dari orang tua dan saudara-saudaranya. Bahkan kejadian terakhir kali, sampai mengakibatkan pemilik sebelumnya kehilangan nyawa. Hingga akhirnya di gantikan dengan jiwa Lushi dari dunia modern.
"Sungguh sial sekali gadis ini. Punya orang tua durhaka, dan saudara-saudaranya luck nut semua." Lushi geram dengan anggota keluarga pemilik tubuh sebelumnya.
...----------------...
Hai reader, yuk dukung karya baru othor indah_sakabian.
Semoga tulisan receh ini bisa menjadi salah satu karya yang selalu memenuhi retensi baca, dan lulus penilaian editor.
Supaya othor dapet uang jajan, buat beli cilok. 😇🤲🙏
...----------------...
Setelah puas mengumpat dan mengutuk seluruh keluarga pemilik asli, Lushi mulai berdiri dan mengamati sekelilingnya.
Pertama-tama dia memeriksa sumur. Tinggi sumur yang muncul pertama kali, kurang lebih satu meter dan lebarnya berdiameter setengah meter. Sama seperti sumur-sumur galian pada umumnya, kedalamannya sekitar tiga meter. Airnya jernih seperti kaca transparan, sangat mudah menyendoknya menggunakan gayung.
Sumur kedua, lebih mirip tempat berendam. Karena kedalamannya hanya setengah meter lebih sedikit. Bentuknya lebih ke oval, dengan panjang hampir dua meter.
Dan yang ketiga, lebih dangkal lagi. Mungkin cocok untuk memelihara ikan hias.
"Oh tidak. Kalau yang ke dua ini, mirip tempat untuk berendam, dan mandi. Sedangkan yang ke tiga, seperti kolam ikan. Berarti aku tadi... minum di... kolam ikan. Heiii... Untung belum ada ikannya." Lushi di buat cengo, dengan pemikirannya sendiri.
Tapi mau bagaimana lagi, namanya juga nggak tau. Tadi Lushi memang benar-benar lemah, tidak memiliki tenaga untuk berdiri. Makanya tadi merangkak, untuk sampai ke tempat yang paling rendah. Toh belum ada ikannya. Kalaupun ada, malah bisa langsung membuatnya kenyang. Jika ikannya ikut tertelan. Bayangkan saja ada ikan yang berenang di lambungnya. Wkwk
"Mungkinkah, sumur utama ini menghasilkan air spiritual?"
Di kehidupan sebelumnya, sewaktu masih sekolah, Lushi sering membaca novel. Pernah beberapa kali dia membaca novel yang isinya tentang transmigrasi dan time traveler. Dulu dia tidak pernah menganggapnya serius. Mengira itu hanya bacaan untuk hiburan di waktu senggangnya.
Tapi sekarang dia mengalami sendiri, yang namanya transmigrasi. Dia harus berterimakasih pada penulis novel, yang telah memberikan informasi penting seperti ini.
"Jika air spiritual benar-benar mampu mengobati, dan menyembuhkan segala macam penyakit. Maka jerawat dan luka-luka di tubuh ini, bisa langsung hilang dan sembuh." mata Lushi berbinar penuh kegembiraan.
Tapi Lushi tidak ingin atau belum berniat menghilangkan jerawat di wajahnya. Dia masih memiliki rencana, yang akan berhasil jika penampilannya masih jelek seperti monster begini.
Setelah puas mengamati sumur air spiritual, Lushi berjalan menuju rumah kayu. Dia ingin memeriksa apa saja yang ada di dalam rumah tersebut.
'Klek'
"Permisiii...." ucap Lushi sembari membuka pintu. Meskipun dia sudah tau, pasti tidak ada yang akan menjawab salamnya.
"Waoooww.." Memasuki pintu, Lushi langsung di suguhi dengan ruangan yang memberikan kesan klasik, bersih dan hangat. Mulai dari kursi, meja, dan lemari bufetnya terbuat dari kayu, semuanya berwarna coklat mengkilap.
"Ini bisa di jadikan ruang keluarga atau ruang tamu. Tapi siapa yang akan bertamu ke sini. Jawabannya, tidak ada. Karena hanya aku yang bisa masuk ke rumah dan ruang angkasa ini." kata Lushi dengan bangga.
"Begitulah penjelasan, menurut novel yang pernah saya baca." lanjutnya sok bijak.
Kemudian ada kamar tidur beserta kamar mandi di dalamnya. Isinya lengkap mulai dari lemari baju, meja kursi belajar, meja rias, dan ranjang kayu beserta kasur dan bantal gulingnya. Untuk kasur dan bantal guling tidak terbuat dari kayu, melainkan dari kapas ya.
Iya kali kasur dan bantal guling dari kayu. Ndah atoseee...
"Bisa nih guling-guling di sini," ucap Lushi sambil membelai tempat tidurnya. Tapi dia tidak langsung merealisasikan keinginannya. Karena dia masih harus memeriksa ruangan lain.
Keluar dari kamar tidur, Lushi kembali membuka pintu lain. Kali ini dua ruangan itu kosong. Mungkin nanti bisa di jadikan ruang kerja, satunya untuk gudang penyimpanan.
Lanjut ke bagian dapur, ada meja makan, kitchen set kayu lengkap dengan alat-alat per dapuran. Melihat perabotan dan pernak pernik di sini, tidak terlihat modern, tapi juga tidak jadul-jadul amat. Entah ini mirip rea tahun berapa, Lushi tidak begitu paham.
Lushi sendiri merupakan generasi Z, yang tidak begitu mengenal sejarah masa lalu negaranya sendiri. Tapi sekarang dia terlempar entah di negara mana, yang membuat Lushi semakin menyesal, kenapa dia dulu tidak mempelajari pelajaran sejarah dengan benar.
Andai Lushi tau, kalau suatu hari akan mengalami perjalanan melintas waktu dan dimensi seperti yang di alami sekarang. Pasti dia akan membuat persiapan, dengan cara mempelajari semua sejarah dari setiap negara, di dunianya dulu.
Penyesalan memang selalu datang di akhir. Kalau di awal, itu namanya pendaftaran.
Untungnya ada ingatan pemilik asli, yang menjadi ensiklopedia jilid pertama bagi Lushi, untuk menjalani kehidupan di dunia asing ini. Meskipun pemilik asli jarang bepergian, tapi ada lah sedikit gambaran tentang daerah, kota dan kabupaten tempat tinggalnya sekarang.
Ada juga ruang utilitas yang berisi alat-alat pertanian, dan segala macam benda tajam.
"Ini merupakan sebuah keberuntungan ganda," kata Lushi sambil mengayun-ayunkan kapak di tangan kanannya.
Setelah puas memeriksa peralatan, Lushi keluar dari rumah untuk kembali memeriksa tanah hitam. Siapa tau, mungkin akan ada banyak tanaman yang tumbuh, seperti sumur dan rumah yang tadi tiba-tiba muncul.
Sayangnya, realita tak seindah ekspektasinya. Hamparan tanah hitam itu masih sama seperti sebelumnya. Satupun tidak ada tumbuhan yang muncul.
"Mungkin aku harus menanaminya sendiri." ujar Lushi penuh tekad. Dia tidak ingin menyia-nyiakan sumber daya melimpah di ruang ajaibnya.
Lushi memikirkan hutan, tempat pertama kali dia mendarat di dunia ini. Dengan sekali kedipan mata, Lushi langsung berpindah tempat.
"Jadi begitu caranya," gumam ketika tau cara untuk keluar dan masuk dari ruang angkasanya.
"Ini benar-benar menyelesaikan semua masalah. Aku suka..." Ujar Lushi kemudian tersenyum lebar.
Tanpa penundaan Lushi mulai berjalan menyusuri pegunungan. Berburu harta Karun, sambil menikmati pemandangan sekitar yang masih asri dan alami. Jika ada pohon buah-buahan liar, sayuran liar, rumput ataupun tanaman obat yang di kenal, dia akan menggali beberapa.
Setelah seharian berkeliling, Lushi berhasil mengumpulkan beberapa anakan pohon buah liar dan lain sebagainya. Jika ada buah yang matang, Lushi akan memakannya, mengumpulkan dan menyimpannya di ruangan.
"Aku akan membudidayakan ginseng-ginseng ini, kemudian menjualnya setelah berumur seratus tahun. Woah... kaya... Aku kaya..." gumam Lushi dengan mata berubah menjadi hijau. Matanya seakan melihat tumpukan uang yang terus terbang ke arahnya.
Entah keberuntungan atau apa, selain berhasil menggali beberapa ginseng berumur 10 tahun dan 20 tahun, serta tanaman obat lain. Lushi juga berhasil menangkap burung pegar, ayam hutan beserta telurnya dan beberapa kelinci.
Bukannya tidak bertemu dengan hewan buas atau hewan liar berbahaya. Tapi Lushi sengaja menghindar jika ada bahaya. Dia akan memilih jalan memutar, atau langsung bersembunyi di ruang angkasa. Itulah kenapa dia bisa selamat, meskipun seharian berkeliaran di pegunungan.
Lushi juga menebang beberapa jenis pohon kayu dan bambu. Supaya memudahkan dirinya, ketika ingin membuat kandang ternak untuk hewan-hewan yang di tangkap.
Selain itu, bambu bisa di tanam kembali, supaya menghasilkan rebung. Agar ketika ingin makan rebung, dia tinggal memetik dari ruangannya. Tidak perlu bersusah payah pergi ke hutan, atau berebut dengan penduduk desa lainnya.
...----------------...
...----------------...
Setelah mengatur dan memindahkan, semua batang pohon dan tanaman yang perlu di tanam ke tanah hitam. Lushi merasa kelelahan, dan akhirnya tidur lelap.
Entah berapa lama dia tertidur. Ketika bangun, tubuhnya terasa kembali segar, nyaman dan ringan.
"Hoaaam... Rasanya sudah lama sekali aku tidak tidur senyenyak ini." gumam Lushi merasa puas dengan kualitas tidurnya.
'Kru~ck~ kru~ck~'
"Perut ini sudah berteriak, minta di isi," gumam Lushi sambil mengelus perutnya yang keroncongan.
Karena sebelumnya Lushi hanya bisa makan beberapa buah-buahan liar. Kali ini dia berpikir untuk memasak seekor ayam hutan.
Karena belum ada garam dan minyak di ruangannya. Lushi akhirnya hanya merebus ayam tersebut menggunakan air sumur dan rempah-rempah, yang kemaren sudah berhasil di kumpulkan.
Setelah supnya matang, Lushi langsung menuangkan setengahnya kedalam mangkok. Kemudian bersiap menikmati sup ayam hutan pertamanya.
Kenapa pertama kalinya, karena di kehidupan sebelumnya jangankan menyantap ayam hutan, memeliharanya saja harus mendapatkan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Bukan hanya ayam hutan, tapi beberapa spesies burung liar, merupakan satwa yang di lindungi.
Jadi, mumpung di kehidupannya yang sekarang belum ada undang-undang yang melarang menangkap burung dan ayam hutan. Lushi akan menggunakan kesempatan ini dengan sebaik mungkin.
Tapi Lushi juga tidak serakus itu, untuk memakan burung setiap hari. Nanti jika sudah memiliki uang, dia pasti akan membeli ayam dan beberapa hewan yang umum di pelihara.
~slurrrp~
"Em, enak. Mungkin karena di masak menggunakan air ajaib, kali ya." ujar Lushi sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Awalnya Lushi mengira, supnya akan sedikit hambar karena tidak ada garam dan micin. Tapi ternyata rasanya tetap enak. Bahkan mungkin lebih sehat, bergizi, dan yang pasti mengenyangkan.
Ya, kenyang adalah modal utama yang harus di miliki Lushi. Karena setelah itu, dia harus siap bertempur, menghadapi kenyataan yang ada.
Setelah kenyang dan membersihkan mangkok, Lushi memeriksa keadaan di dunia luar menggunakan kesadarannya. Yang ternyata masih gelap.
Padahal Lushi merasa sudah cukup lama berada di dalam ruangannya. Semua pohon dan tanaman yang di tanam, sudah tumbuh lebih tinggi. Bahkan ada beberapa pohon buah yang sudah berbunga, dan mulai muncul buah kecil. Tapi di dunia luar tak kunjung siang.
Karena di dalam ruang angkasanya tidak ada perubahan siang dan malam. Lushi berasumsi, kalau ruangannya memiliki putaran waktu yang lebih cepat dari dunia luar. Maka Lushi hanya bisa sabar menunggu, sampai di dunia luar lewat menjelang pagi, baru keluar dari ruangannya.
Sambil menunggu, Lushi menyiapkan dan membungkus beberapa barang yang nantinya akan di bawa keluar.
Setelah di rasa waktunya tepat, Lushi keluar dari ruangannya dan langsung berjalan menuruni gunung. Sambil berjalan, dia sengaja mengumpulkan beberapa tumbuhan lengket.
"Saatnya pulang, dan bertemu keluarga tercintaaa..." kata Lushi dengan seringai aneh di bibirnya.
Masih menggunakan pakaian kotor, penuh tambalan, dan compang camping. Juga dengan wajah penuh jerawat, dan bekas luka di beberapa bagian tubuhnya.
Di tambah rambut kusut tak beraturan, penuh dengan ranting, dedaunan dan tumbuhan lengket lainnya. Lushi berjalan cepat, sambil bersenandung ringan. Sangat pas jika di sebut pengemis gila. Wk wk
"Coba ada motor off road, pasti nggak sampe 30 menit udah sampai." gumam Lushi. Karena sudah berjalan hampir dua jam, tapi belum juga sampai desa.
Dua jam lebih kemudian, akhirnya Lushi sampai di pinggiran hutan, yang berbatasan langsung dengan desa tempat tinggalnya. Dia bisa melihat banyaknya asap mengepul dari setiap rumah. Menandakan sedang ada aktivitas memasak di dapur mereka.
Tanpa sadar tatapan mata Lushi tertuju pada sebuah rumah yang dulu menjadi tempat tinggal pemilik sebelumnya. Tak beda jauh dari keadaan rumah penduduk desa lainnya.
Dulu pemilik asli yang harus bangun pagi, dan membuat sarapan untuk seluruh anggota keluarganya. Tentu saja kakak perempuan, sang tuan putri tidak akan mau menyentuh peralatan dapur. Jadi Lushi si Upik abu yang harus melakukan semua pekerjaan itu.
"Andai ada bensin," gumam Lushi pelan.
Mengingat semua kenangan buruk pemilik sebelumnya tentang rumah itu, membuat jiwa kriminal Lushi meronta ronta. Ingin sekali dia membakar rumah itu, beserta seluruh isi dan penghuninya.
Tapi pemilik sebelumnya tidak ingin Lushi membalas dendam kepada keluarganya. Jadi sekarang Lushi sedikit dilanda dilema, antara membalas dendam atau tidak.
"Huhhh.. Sebaiknya pikirkan nanti saja..." desah Lushi pelan. Kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Memanfaatkan waktu ketika penduduk desa belum banyak yang keluar rumah. Lushi terus berjalan, menyelinap, melewati beberapa rumah, menuju sebuah rumah yang menurutnya paling wajib harus di datangi.
Setelah dekat dengan rumah yang di maksud, Lushi tidak langsung mengetuk pintu. Melainkan memilih bersembunyi di ruangannya terlebih dahulu, menunggu sampai pemilik rumah menyelesaikan sarapan.
Memasuki ruangannya, mata Lushi langsung membola tatkala melihat pohon buah-buahan yang tadinya masih berbunga. Kini sudah menghasilkan buah-buahan, yang semuanya sudah matang.
Apel, persik, jeruk, ceri, mangga, raspberry, dan masih banyak lagi, semuanya terlihat sangat segar dan menggiurkan.
"Woah, kenapa rasanya aku jadi ingin cepat-cepat keluar dari desa ini ya..." ujar Lushi. Yang sudah membayangkan semua buah-buahan itu berubah jadi uang.
Lushi langsung menuju pohon ceri, kemudian memetik buah ceri merah yang sejak tadi melambai-lambai ingin di petik.
"Hmmm... Manis sekali..." mata Lushi berbinar, kemudian memetik satu lagi dan langsung memakannya.
"Padahal ceri yang di hutan buahnya kecil, rasanya agak asam, dagingnya tipis, dan bijinya besar. Kenapa ini jadi se-wow ini. Apa jangan-jangan..." ujar Lushi sambil menatap setiap pohon buahnya dan hamparan tanah hitam.
Untuk mengobati rasa penasarannya, Lushi langsung memetik dan mencicipi setiap jenis buah yang ada di sana, hasil tanamannya sendiri. Puas dengan tindakannya, Lushi langsung mengangguk-anggukan kepalanya sambil berucap, "Semua pohon buah yang di tanam disini, menghasilkan buah yang lebih manis dan lebih besar dari pada buah liar di luaran sana."
"Tsk tsk tsk... Sungguh keajaiban yang luar biasa. Kalau buah-buahan ini dijual di luaran sana, pasti laku keras. Dan pastinya menghasilkan banyak uang.. Uang.. Uang.. Uang...." lanjutnya sambil melompat-lompat kegirangan.
Setelah di rasa waktunya tepat, yaitu pemilik rumah sudah menyelesaikan sarapannya. Lushi keluar dari ruangannya, dan langsung berjalan menuju pintu utama sebuah rumah tersebut.
Belum sempat Lushi mengetuk, pintu sudah terlebih dahulu terbuka dari dalam.
Klek
"Paman...."
"Akhhh... Hantuuu..."
Pria itu langsung berteriak ketakutan, saat melihat sosok mengerikan berdiri di depan pintu rumahnya.
Dengan panik, dia langsung mengayun-ayunkan cangkul ditangannya.
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!