NovelToon NovelToon

Love Delayed Mas Santri

CHAPTER 1 : Hancurnya Hati

..."Patah hati itu adalah sebuah rasa yang tak mudah terkendali. Rasa sakit yang sulit untuk ditangani. Dan tidak ada obat untuk seseorang yang disakiti oleh orang yang sangat dicintai. Hanya luka hati dan air mata yang menjadi saksi."...

...~~~...

Seorang laki-laki berparas tampan, dengan kulit putih bersih, hidung mancung, bulu mata lentik, tatapan mata tajam, alis yang sedikit tebal dan tegas, serta senyumannya yang manis dapat menghipnotis semua orang di luar sana. Dan kini, ia tengah berjalan menemui sang kekasih di rumahnya.

Mahendra Dirgantara. Dia adalah anak laki-laki dari pasangan suami istri, Alaska dan Arumi. Putra pertama mereka yang ramah, penuh perhatian, ceria, dan dewasa. Namun hari ini, ia akan melamar seorang gadis di rumahnya.

Dengen keberaniannya, Mahendra mendatangi rumah orang tua sang kekasih yang telah menjalin hubungan, selama lima tahun kebelakang ini dengannya.Tepat di hati jadinya, Mahendra ingin melamar Rima Andita, wanita yang selama ini mengisi hati Mahendra, sewaktu masih duduk di kursi sekolah.

Tepat di umurnya Mahendra yang ke 24 tahun, ia sudah ingin melamar Rima lebih dulu, karena takut jika gadis itu dinikahi laki-laki lain. Terlebih lagi, umur keduanya tidak jauh dan hampir sama.

Di depan rumah Rima, terdengar suara seorang laki-laki dan kelurganya yang tengah berada di ruang tamu rumah Rima. Dan itu, tidak jauh dari pintu yang terbuka.

"Bagaimana, Rima? Kamu mau menikah dengan Reza besok?" tanya orang tua dari Rima yang telihat tersenyum manis, di kala ada seseorang yang ingin melamarnya.

"Iya, Pa. Rima mau menikah sama Mas Reza," jawab Rima dengan malu-malu, karena ditetap oleh calon suaminya di depan sana.

Deg.

Kedua mata Mahendra menatap dengan jelas, wajah wanita yang dicintanya itu nampak bahagia, ingin dinikahi oleh laki-laki lain. Tepat di hadapannya, ia juga mendengar persetujuan dari Rima.

Hatinya seakan hancur. Kedua matanya pun memerah, karena dipenuhi amarah dan sakitnya dikhianati. Rasanya begitu tertusuk duri dari belakang, dengan tiba-tiba Rima melakukan ini terhadap dirinya.

"Rima," panggil Mahendra pelen. Menyebutkan nama wanita yang begitu dicintainya itu.

Sontak saja, Semua orang di sana menatap ke depan pintu yang sudah ada laki-laki tampan yang tengah menatap dalam wajah Rima.

Gadis yang dipanggil itu langsung kalang kabut, manakala sang kekasih yang menjalin hubungan selama lima tahun ini datang ke rumahnya, tepat di hati pertunangannya dengan calon suami pilihan abinya itu.

"Mahendra," ucap Rima terkejut. Hanya itu yang bisa dia ucapkan, sebab saking terkejutnya, ia melihat Mahendra di depan rumahnya.

Mahendra menatap dalam wajah cantik yang berpakaian rapih, dengen tempil cantik, serta rambut yang terurai panjang. Rasanya begitu rindu, tapi sakit yang mendalam dirasakan oleh seorang Mahendra Dirgantara.

"Rima, kenapa kamu tega melakukan ini kepadamu?" tanya Mahendra di depan semua orang di dalam sana.

"Sebentar, aku mau berbicara dulu dengan teman aku," ujar Rima yang tiba-tiba saja membawa keluar Mahendra dari rumahnya itu.

Sakit rasanya, seorang pacar yang mengatakan kepada semua orang, jika dia adalah temannya.

Sampai di teras depan rumah, Rima berhadapan dengan Mahendra yang begitu rapuh dan putus asa.

"Kamu kenapa ke sini, Mahen?" tanya Rima yang berharap, Mahendra tidak akan mengetahui semuanya.

"Apa kamu bilang? Tanya aku kenapa ke sini? Jelas aku ingin melamarmu, Rima! Dan kamu dengan teganya, menerima lamaran laki-laki lain di hadapanku. Aku tidak menyangka, gadis yang aku cintai selama lima tahun ini memilh laki-laki lain," ucap Mahendra dengan melupkan rasa sakit dan kekecewaannya itu.

"Maaf, Mahendra. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Terimakasih atas waktunya selama lima tahun kebelakang ini. Aku akan segera menikah dengan Reza seminggu lagi," ujar Rima yang tanpa rasa bersalah berbicara seperti itu kepada sang kekasih.

"Terimakasih dan maaf? Dengan mudahnya kamu bilang seperti itu, setelah pengkhianatan yang telah kamu lakukan ini, hah? Tidakkah kamu melihat, rasa sakit yang aku alami atas perbuatanmu itu?" Mahendra meluapkan segala kemarahannya kepada Rima---wanita yang dicintainya itu.

"Maaf, Mahendra. Aku tidak bisa bersama denganmu lagi, orangtuaku ingin segera aku menikah dan itu dengan Reza," ucap Rina yang seakan tidak memahami perasaan Mahendra.

Mahendra menatap tidak percaya kepada Rima, karena telah tega melakukan ini semua terhadap dirinya. "Tidakkah, kamu menunggu aku dulu, Rima? Tepat di hari jadi kita yang ke lima tahun ini, aku ingin melamarmu. Akan tetapi, kamu lebih memilih dia daripada aku yang telah membersamaimu selama ini?" tanya Mahendra dengan harapan, Rima akan membatalkan pertunangannya dengan Reza, dan menerima lamarannya.

"Maaf, aku tidak bisa, Mahen! Hubungan kita cukup di sini saja. Tolong tinggalkan aku dan biarkan aku hidup bahagia dengan Reza," ucap Rima yang langsung meninggalkan Mahendra sendirian di teras rumahnya, dengan rasa sakit yang telah ditorehkan olehnya.

Mahendra diam, dia masih diam dengan. meratapi rasa sakit di hatinya itu. Sampai di mana, ia memutuskan untuk pulang ke rumah dengan mengendarai motornya, dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Di perjalanan pulang ke rumah, Mahendra terus memikirkan Rima. Sampai tidak menyadari, jika motor yang dilakukannya itu cukup cepat.

"Tega kamu, Rima! Kamu mengkhianatiku. Janji kamu itu tidak ditepati. Dan apa yang kamu lakukan tadi itu, tidaklah pantas. Kamu buat hati ini hancur dan harus merelakanmu bahagia? Maaf, itu sangat tidak adil bagi seorang Mahendra Dirgantara." Mahen berucap di dalam hatinya, dengan menatap jalan raya di depan sana.

Sampai seketika, sebuah truk bermuatan banyak barang, melintas tiba-tiba di hadapan motor yang dikendarai oleh Mahendra. Dengan kecepatan motor yang tinggi, membuat Mahen tidak bisa menghindar, dan terjadilah sebuah kecelakaan yang tak diinginkan.

Brakk!

Tubuh Mahen terpental sangat jauh dari tempat kecelakaan itu. Pandangan matanya tiba-tiba buram. Derah segar pun bercucuran di kepalanya. Sampai matanya menutup rapat dan tidak sadarkan diri.

"Rima," ucap Mahen sebelum matanya itu menutup, karena sakit yang dirasakan di daerah kepalanya itu, tidak bisa ditahannya lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Satu jam kemudian, Mahendra telah berada di dalam rumah sakit. Dengan berbagai alat medis yang terpasang di dalam tubuhnya.

Detik kemudian, kedua kelopak mata Mahendra terbuka. Dia telah sadar dengan dirinya yeng berada, di dalam sebuah ruangan serba putih. Seketika, bayangan tadi pagi di rumah Rima, kembali berputar di dalam pikiran Mahen.

Dengan gelap mata, Mahendra melepas alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya itu. Dan kondisinya pun semakin kritis. Namun, sebelum tindakannya itu selesai, Arumi---ummanya Mahendra, datang ke dalam ruangan sang anak. Dan menghentikan segera, tindakan konyol dari putranya itu.

"Astaghfirullah! Apa-apaan ini, Mahen? Jangan bertingkah konyol, karena seorang wanita! Cukup sembuhkan diri kamu dulu! Umma tidak ingin kehilangan kamu," ucap Umma Arumi yang memeluk tubuh Mahendra untuk menenangkan sang putra, akibat aksi nekadnya itu.

Mahendra terdiam, dia baru menyadari jika masih memiliki keluarga yang disayanginya. Ia tidak akan mungkin tega, meninggalkan umma dan babanya, juga adiknya itu hanya karena seorang wanita.

.

.

.

Assalamualaikum. Dek Author kembali lagi di tahun baru ini, dengan membawakan novel baru untuk kalian semua. Ini kisah Mahendra ya, anak dari Alaska dan Arumi.

Penasaran, kan? Berikan like sama komentar kaliannya dulu ya tiap per babnya! Masukan ke daftar buku kalian juga ya. Dan jangan lupa, follow akun novel Dek Author juga, biar bisa dapat notif novel-novel terbaru dari Dek Author, oke?

CHAPTER 2 : Lari Dari Pernikahan

..."Memulai lembar baru dengan hati yang telah hancur itu tidaklah mudah. Seberapa kuat untuk melupakannya pun, tidak akan semudah membalikan telapak tangan. Sampai ada orang yang bisa menggantikan hati yang rapuh, dengan menerima kenyataan."...

...~~~...

Seminggu Kemudian

Setalah memikirkan perkataan dari Umma Arumi. Kini Mahendra kembali untuk melanjutkan hidupnya. Membuka lembar baru, setalah kepergian Rima yang menorehkan luka.

Sekarang Mahendra berada di dalam rumah kedua orangtuanya di Jakarta. Kejadian seminggu yang lalu, masih menorehkan luka amat dalam bagi Mahendra.

Krrettt!

Sampai suara pintu terbuka dan munculnya seorang wanita di balik pintu kamar itu, mampu membuat laki-laki berparas tampan itu, menatap kepada Umma Arumi yang amat menyayanginya.

"Mahen, ayo kita berangkat ke Pesantren Darussalam. Kakek mu, sudah menunggu kedatangan cucunya yang ingin mondok di sana," ucap Arumi yang berhasil membujuk Mahendra untuk bisa mondok di pesantren abinya yang berada di Bandung.

"Iya, Umma. Mahen sudah siap, ayo kita berangkat sekarang," sahut Mahendra yang tidak banyak berkata, tapi langsung membuat keputusan.

Arumi tersenyum, lalu menatap wajah putranya itu lekat. "Tenanglah, semua akan baik-baik saja, begitu kamu mengerti makna dari sebuah cinta. Lupakan wanita yang telah menyakitimu itu dan belajar memperbaiki diri, dengan memperdalami ilmu agama. Insya allah, ini yang terbaik untuk kamu. Cobalah membuka lembar baru, karena tidak ada gunanya meratapi masa lalu yang tidak akan pernah bisa untuk kamu miliki kembali. Umma hanya ingin kamu bahagia," katanya dengan memberikan nasehat kepada Mahen.

"Iya, Umma. Mahen akan coba memulai semuanya dari awal. Maafkan Mahen yang sudah membuat Umma cemas selama ini, karena Mahen masih belum bisa melupakan Rima," seru Mahendra dengan seulas senyum manis.

"Tidak Papa, ayo kita berangkat sekarang. Baba sudah menunggu kita di luar," ujar Umma Arumi dengan membawa sang putra keluar dari kamarnya.

Setelah itu, Baba Alaska pun telah menunggu di mobil. Dan segera membantu sang istri juga anak-anaknya masuk ke dalam mobil.

"Gimana, sudah siap?" tanya Baba Alaska yang sudah berada di kursi kemudi dan di sampingnya ada Arumi---sang istri tercinta.

"Siap dong, Baba." Humaira---putri kedua dari Arumi dan Alaska menjawab, karena ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kakek neneknya yang di Bandung itu.

"Oke, les goo!" Baba Alaska pun melanjukan mobil mewahnya dengan hati-hati dan kecepatan sedang, sehingga membuat keluarga kecil itu merasa nyaman.

Mahendra kini hanya diam saja, melihat ke arah luar kaca mobil yang hanya menampakan pemandangan jalanan kota.

Setelah kejadian itu, Rima membuatnya parah hati, dan semakin membuat Mahendra terpuruk. Dan itu mampu menjadikan Mahendra, laki-laki yang dingin, datar, dan cuek. Setelah putus cinta, Mahendra lebih sering menyendiri, dan jarang berbicara hanya seperlunya saja.

Naasnya, pada hari ini pun Rima dan Reza akan melangsungkan pernikahan, sedangkan Mahen memilih untuk mondok di Pesantren Darusallam, milik kakeknya yang berada di Bandung.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Tiga Tahun Kemudian.

Di sebuah rumah besar, seorang wanita cantik tengah berada di dalam kamarnya yang sudah dirias mewah oleh pendekor pernikahan.

Seorang wanita cantik, tengah didandani oleh seorang MUA terbaik di kota itu. Namun, perasaan calon mempelai wanita yang seharusnya bahagia, ini malah sebaliknya.

Dan disepanjang didandani oleh MUA, wanita cantik yang berumur 24 tahun itu merengek, kerena tidak ingin menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh abinya itu.

"Ih, aku gak mau nikah sekarang! Aku masih mau bebas! Jangan didandani begini," rengek Azura yang terus menghentikan pekerjaan MUA itu.

Azura Nahla Maulida merupakan putri dari pasangan suami istri, Safa dan Ibrahim. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan pria pilihan Abi Ibrahim. Dan hari ini, Azura terpaksa harus menikah dengan laki-laki yang tidak disukainya itu, karena tidak kunjung menikah di umurnya yang sudah terbilang cukup untuk menikah. Namun hal itu, malah membuatnya nekad untuk melakukan apa saja, agar bisa menghindari penikahan itu.

"Maaf, Non Azura. Non harus segara didandani, soalnya akad pernikahan akan segara dilangsungkan dalam sepuluh menit lagi," ujar MUA wanita itu yang sudah kewalahan mengatasi calon pengantin itu.

"Enggak, pokoknya Azura enggak mau menikah sama Jibril titik! Azura mau kabur aja," ucap Azura, wanita cantik itu berontak.

"Eh jangan, Non Azura! Nanti Tuan Ibrahim sama Nyonya Safa marah," ujar pengawal wanita yang menjaga Azura di dalam kamarnya itu.

Tanpa menjawab apa-apa, Azura pun melakukan tindakan yang tak terduga sama sekali. Wanita cantik itu, memilih untuk berlari ke arah jendela kamarnya yang untungnya, kamarnya Azura berada di lantai bawah, sehingga memudahkannya untuk kabur.

"Non Azura, jangan kabur! Makeupnya belum selesai," teriak MUA itu dengan segera mencekal tangan Azura, tapi gadis itu bisa lolos.

"Azura kabur, tolong tangkap dia!" pinta MUA itu kepada pengawal wanita yang juga ikut terkejut dan segera berlari mengejar Azura.

Tidak lama dari itu, Ummi Safa membuka pintu kamar Azura untuk memeriksa sang putri yang perkiraannya telah selesai bersiap, karena harus segara dibawa ke pelaminan.

"Azura, sayang. Sudah selesai belum dandannya?" tanya Ummi Safa sembari tersenyum, pada saat membuka pintu kamar putrinya itu.

Namun tiba-tiba saja, keningnya berkerut karena merasa heran dengan apa yang dilihatnya.

"Loh, ada apa ini? Kenapa semuanya berantakan? Dan di mana Azura?" tanya Ummi Safa yang mencari keberadan sang putri.

MUA itu menundukan kepalanya, seakan takut dimarahin oleh Safa, karena Safa terkesan sering memarahi Azura, sebab anak itu sangat bandel. Dan MUA itu adalah teman dekatnya Safa, sehingga ia tahu bagaimana Safa.

"Kenapa ini, Nina? Putri saya ke mana? Aku sedang bertanya kepadamu?" tanya Ummi Safa kembali, karena tidak menemukan jawaban dari pertanyaannya yang sebenarnya itu.

"Maa--f, Safa. Putrimu kabur lewat jendela kamar itu," jawab Nina---seorang MUA ternama di kota itu, seakan tidak berdaya di hadapan Ummi Safa.

"Apa? Yang benar saja? Tidak mungkin Azura kabur!" seru Ummi Safa yang mulai kalang kabut dengan tingkah dari putrinya itu.

"Itu benar, Nyonya. Azura telah kabur lewat jendela itu," ucap pembantu yang sempat melewati kamar Azura dan mendengar obrolan di dalam kamar itu.

Sontak saja, Ummi Safa dan juga Nina menatap kepada pembantu itu. Dengan begitu, Safa mulai percaya akan ucapan pembantunya itu yang memperkuat jawaban dari Nina.

"Astaghfirullah! Azuraaaa!" teriak Ummi Safa yang reflek berteriak, karena tidak kuasa menahan kelakuan dari Azura.

Sampai-sampai, teriakan itu terdengar oleh para tamu dan juga suaminya---Ibrahim di luar. Sontak saja, Abi Ibrahim menghampiri sang istri yang berada di dalam kamar putrinya.

.

.

.

Hayo penasaran kan? Berikan like sana komentar kalian per babnya dulu ya! Jangan sampai kosong, oke!

CHAPTER 3 : Cinta Yang Tertunda

..."Setiap kata memiliki makna. Setiap kisah memiliki cerita. Tanpa disadari, ada sebuah kata yang tak bisa untuk diungkapkan, dan ada rasa yang tak sempat untuk diutarakan."...

...~~~...

Dengan buru-buru, Abi Ibrahim menemui Ummi Safa yang kelihatan begitu cemas akan sebuah hal yang dirinya pun tidak tahu sebabnya. Bahkan, ia sampai meninggalkan calon mempelai pria dari meja akad pernikahan.

"Ada apa ini, Ummi? Sampai teriak-teriak begitu," tanya Abi Ibrahim kepada sang istri dengan begitu khawatir, serta memeluknya karena takut, jika sang istri kembali kambuh trauma masa lalunya.

Ummi Safa langsung menatap wajah Abi Ibrahim yang telihat khawatir akan dirinya. Dengan tatapan mata itu, sang suami sudah bisa merasakan ada hal yang terjadi di kamar putrinya itu.

"Abi, itu Azura. Putri kita Bi, kabur lewat jendela kamar," jawab Ummi Safa yang tidak memikirkan dampak dari perbuatannya itu.

"Apa? Azura kabur? Bagaimana bisa itu, Ummi? Bukannya kita sudah meminta pengawal dan teman kamu itu untuk menjaga putri kita?" tanya Abi Ibrahim langsung terkejut bukan main.

Di belakang keduanya, ada seorang laki-laki yang juga mengikuti langkah Abi Ibrahim, dan juga penasaran akan suara teriakan dari dalam kamar calon mempelai wanita.

"Azura hilang? Bagaimana bisa? Jibril akan segera menikah dengan Azura hari ini, tapi kenapa Azura malah kabur?" seru Jibril---laki-laki yang akan menikahi Azura.

Sontak saja, Abi Ibrahim dan juga Ummi Safa menatap kepada Jibril---sang mempelai pria yang sudah berdiri di ambang pintu kamar putrinya itu.

"Jibril," ucap keduanya secara bersamaan, karena tidak bisa dipungkiri lagi keduanya sangat begitu terkejut, apalagi dengan kenyataan Azura yang kabur di hari pernikahannya itu.

"Kenapa tidak dijawab, pertanyaan aku dan juga Abi Ibrahim oleh Bu Safa?" tanya kembali Jibril, dengan menyelidiki masalah di balik suasana yang tegang itu.

"I--ya, Jibril. Azura kabur lewat jendela, Ummi juga tidak tahu karena apa," ujar Ummi Safa yang sedikit takut, jika calon menantunya itu mulai melakukan tindakan di luar dugaannya.

"Iya, tahu. Akan tetapi, kenapa Azura bisa kabur? Bukannya ini hari pernikahan kita? Sudah pastinya itu akan sangat membuat Azura bahagia," ucap Jibril yang belum menemukan jawabannya.

"Tenang saja Jibril, jangan tanyakan dulu soal itu. Azura tidak akan lari jauh dari sini, karena dia tidak senekat itu sebelumnya. Biarkan kita cari dulu Azura sampai ketemu. Dan pernikahan ini, kita tunda dulu sampai Azura berhasil ditemukan," sahut Abi Ibrahim sebab tidak bisa menunggu lama lagi untuk mencari keberadan sang putri.

"Baik, tidak papa Ustaz. Aku akan ikut mencari Azura, biar Abi dan Ummi ku yang menangani semua ini." Jibril tidak lagi banyak bertanya dan langsung menyetujui perkataan dari Abi Ibrahim.

"Oke, sekarang Ummi tunggu di rumah ya. Tolong buat mengerti para tamu yang datang. Sampai ada kabar dari Abi, Ummi jangan bilang sama siapa-siapa soal Azura ya?" kata Abi Ibrahim kepada sang istri.

"Iya Abi, tapi Abi hati-hati ya? Tolong temukan Azura kembali. Ummi tidak mau, jika Azura sampai nekat," sahut Ummi Safa dengan menatap penuh harap kepada sang suami.

"Tentu saja, Ummi. Jangan khawatir, Abi dan juga Jibril akan membawa Azura kembali ke rumah," ucap Abi Ibrahim sembari meyakinkan sang istri dan berpamitan kepadanya.

Ummi Safa hanya mengangguk saja, sampai sang suami pergi bersama Jibril, serta pengawal lainnya untuk mencari Azura. Sebelum semuanya tahu, soal putrinya yang kabur di hari pernikahannya itu.

...****************...

Di tempat yang berbeda, Azura telah berhasil kabur dari kejaran pengawalnya. Akan tetapi, belum sempat lima menit saja, pengawal yang disuruh oleh Ummi Safa itu kembali mengejarnya.

"Non Azura, jangan lari!" teriak pengawal wanita yang sudah mengejar anak dari majikannya itu cukup jauh.

"Huh, gawat ini. Pengawal itu main kejar-kejar aja terus. Oh ya, ada mobil pick up itu, Azura mau numpang aja deh," gumam Azura yang langsung menghentikan mobil itu dengan melambaikan tangannya.

Sampai di mana, mobil pick up itu berhenti dan melihat kepada Azura yang nampak kecapekan, karena berlari cukup jauh.

"Pak, tolong Azura ya? Azura lagi dikejar orang jahat itu. Tolong ya, izinin numpang dulu?" ucap Azura dengan memohon kepada supir mobil itu.

Bapak supir itu hanya diam saja, sampai suara dari pengawal Azura kembali terdengar oleh keduanya.

"Non Azura, jangan kabur lagi!" teriak pengawal itu dengan begitu kencangnya, sampai sang supir percaya akan perkataan dari Azura.

"Tuh kan, Pak. Orang itu jahat, tolong Azura ya?" pinta Azura dengan memohon kepada supir itu.

"Ya udah masuk saja, tapi di belakang ya? Soalnya di depan udah penuh," ujar bapak supir itu yang akhirnya memberikan tumpangan kepada Azura.

Azura langsung tersenyum senang. "Alhamdulillah, terimakasih, Pak. Enggak papa di belakang juga," katanya yang langsung menaiki mobil itu di belakang. Dan di sana bukan hanya ada Azura saja, tapi lemari dan kasur yang membuat belakang mobil itu cukup penuh.

Tidak lama dari itu, Azura pun dibawa pergi oleh mobil pick up yang entah akan membawanya ke mana.

"Eh, Non Azura. Jangan naik! Non, jangan pergi!" teriak pengawal itu yang hampir sampai mendekati mobil tersebut. Namun, tidak sampai mendapatkan Azura, karena gadis itu berhasil kabur dengen mobil itu.

Azura hanya tersenyum dan melambaikan tanganya kepada pengawal suruhan umminya, sarta tersenyum karena bisa kabur dari pernikahan yang tidak diinginkan olehnya itu.

*****

Dua Jam Kemudian.

Mobil pick up itu berhenti di depan gerbang Pesantren Darusallam yang berada di Bandung. Tidak lama dari itu, Azura terbangun oleh suara supir mobil pick up itu, dengan seorang santri laki-laki yang tidak asing suaranya bagi Azura.

"Ini sudah semua ya, kasur sama lemarinya." Pak supir mobil itu berucap kepada laki-laki di depannya.

"Iya, Pak. Terimakasih banyak ya? Telah mengantarkan sampai ke sini," kata seorang santri yang menjadi ustaz muda di sana.

Tiba-tiba saja, Azura terbangun dan melihat sekelilingnya yang nampak asing. "Azura di mana ini? Suara itu? Kenapa tidak asing di telingaku?" gumam Azura yang tengah mengingat-ingat.

Tidak lama dari itu, Azura memutuskan untuk turun dari mobil pick up itu, dan menghampiri seorang supir mobil yang membawanya sampai sejauh ini.

"Bapak, terimakasih ya? Sudah mau mengantar Azura, tapi sampai di mana ini?" ucap Azura yang belum melihat wajah santri laki-laki itu.

"Oh iya, Neng. Sama-sama, semoga Neng tidak dikejar penjahat lagi. Kita sekarang berada di Bandung Neng, di depan gerbang Pesantren Darusallam," jawab bapak itu dengan tersenyum.

"Oh, makasih ya, Pak." Azura kembali berterimakasih, karena tidak masalah dibawa jauh yang penting lepas dari pernikahannya itu.

Detik kemudian, Azura berbalik ke belakang. Dan tiba-tiba saja, jantungnya berdetak begitu kencang, melihat sosok laki-laki yang selama ini telah mengisi ruang kosong di hatinya.

Deg! Deg! Deg!

"A Mahen?" ucap Azura pelan soraya memastikan, jika yang dilihatnya itu benar-benar laki-laki yang ditunggunya selama ini.

"Azura, kamu di sini?" tanya Mahendra sembari menatap kepada gadis cantik yang memakai baju pengantin itu.

Deg.

.

.

.

Hayo penasaran, kan? Berikan dukungan like sama komentar kalian yang banyak dulu per babnya ya! Bikin Dek Author semakin semangat, oke?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!