Sebuah kediaman yang begitu megah sedang dihias dengan ribuan pita berwarna merah untuk menunjukkan bahwa kediaman tersebut sedang bersuka cita.
Seorang gadis dengan gaun merah muda dan tubuh yang ramping sedang bermain di ayunan dengan riang sementara di hadapannya ada sepasang suami istri yang sedang menikmati pemandangan kolam.
"Ya'er, kamu akan segera mencapai usia dewasa besok." Ucap wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik dan anggun itu.
(Penggunaan kata 'er untuk menunjukkan kedekatan antara pemanggil dengan yang dipanggil. )
"Apakah itu berarti aku akan segera dinikahkan ? Kalau begitu maka aku tidak ingin dewasa. " Balas gadis yang berada di ayunan itu dengan wajah cemberut.
Sepasang matanya yang bulat , tulang hidung yang ramping dan tinggi serta bibir tipis yang kecil benar benar merupakan standar kecantikan pada saat ini.
"Tentu saja tidak, asalkan kamu tidak ingin menikah tahun ini maka kita bisa menundanya. " Ucap Pria paruh baya itu.
Dia adalah Marquis Xu, Menteri Keuangan pada saat ini dan yang di sebelahnya adalah Istrinya, Putri Hongling, adik kandung dari Kaisar saat ini.
Sementara gadis muda yang sedang duduk di ayunan itu adalah putri mereka, Xu Ya. Besok, dia akan berulang tahun ke 15 tahun yang berarti akan mencapai usia dewasa dan bisa menikah.
Marquis Xu telah menjodohkan Xu Ya dengan putra sahabatnya, Marquis Zhang yang telah pergi lebih dahulu meninggalkan putranya yang pada saat ini menjadi Sarjana terbaik di seluruh Kekaisaran.
Itu adalah pasangan yang serasi bagi Xu Ya, namun Xu Ya merasa enggan dengan pernikahan yang telah ditetapkan ini.
"Bagaimana mungkin bisa seperti itu ? Pernikahan yang telah ditetapkan tidak boleh ditunda tunda agar tidak menyebabkan bencana. " Ucap Putri Hongling dengan bijak.
"Ibu tidak menyayangiku lagi ! Buktinya Ibu ingin segera mengirimku pergi !" Seru Xu Ya mengerucutkan bibirnya.
"Bagaimana mungkin Ibu tidak menyayangimu lagi ? Kamu adalah satu satunya putri Ibu. Hanya saja sebagai seorang wanita, bagaimana mungkin bisa menemani orang tuanya selamanya ? Cepat atau lambat kamu harus menikah. " Ucap Putri Hongling berjalan dan memeluk putrinya dengan lembut.
"Kenapa wanita harus menikah di usia yang sangat muda ? Aku ingin seperti Ayah yang menuliskan artikel, menilai dan menganalisis kondisi dunia lalu memasuki pengadilan Istana. " Ucap Xu Ya merasa tidak adil.
"Tidak ada wanita yang diperbolehkan untuk memasuki pengadilan Istana. Wanita hanya diperbolehkan mempelajari enam kesenian dengan baik, baru bisa mendapatkan jodoh yang baik. Semakin menua wanita maka semakin menurun orang orang yang menyukainya, dengan begitu maka akan semakin sulit untuk mendapatkan pasangan yang setara. " Ucap Putri Hongling.
"Kalau begitu maka aku tidak akan menikah ! Jadi aku bisa menemani Ayah dan Ibu lalu aku juga bisa menjadi sarjana seperti Ayah. " Balas Xu Ya.
"Tampaknya kamu masih kurang belajar mengenai etika wanita, pergi ke kamarmu dan salin tiga kali ! Ibu akan menilainya untukmu malam ini. " Perintah Putri Hongling.
Xu Ya menghentakkan kakinya sembari cemberut dan menatap kedua orang tuanya dengan tatapan tidak senang.
"Aku benci terlahir sebagai seorang wanita !" Seru Xu Ya dengan kesal lalu berlari ke halamannya.
Pelayan kepercayaannya langsung berlari mengikuti Xu Ya ke halamannya, kedua orang tuanya memandang putri mereka sembari menghela nafas.
"Seandainya , Ya'er bisa tumbuh dewasa lebih cepat maka aku juga tidak akan merasakan kekhawatiran. " Gumam Putri Hongling dengan cemas dan khawatir.
Putri Hongling bersandar kepada suaminya dan suaminya memeluknya dari belakang sembari memilin rambut Putri Hongling.
"Biarkan Ya'er tumbuh secara perlahan. Lagipula waktu kita bersamanya juga masih panjang, jika dia masih menjadi anak anak sepanjang waktu maka kita bisa membiayainya seumur hidupnya. Tidak perlu bergantung pada suami untuk bertahan hidup. " Ucap Marquis Xu.
"Benar juga, hanya saja dia mungkin akan menerima kritikan dari mana saja jika dia melakukan hal tersebut. Terlebih lagi di situasi yang kacau pada saat ini, jika dia bisa melindungi dirinya sendiri saja maka aku akan merasa sangat puas. Paling tidak, jika dia menikah dengan keluarga yang baik maka di masa depan dia akan memiliki sandaran. " Balas Putri Hongling menghela nafas sekali lagi.
Marquis Xu tidak menjawab dan hanya mendengarkan keluhan keluhan dari Istrinya, keluarga mereka harmonis dan tidak memiliki selir. Mereka juga hanya memiliki satu Putri yaitu Xu Ya.
Sayang sekali bahwa situasi pada saat ini kacau karena situasi perebutan tahkta dan kondisi Kaisar yang sudah mulai menurun sehingga tidak ada rasa aman lagi di Ibukota ini.
Sementara di sisi lain, Xu Ya mengeluh dan mengambil kitab yang berisikan etika wanita bangsawan. Lalu mulai menyalinnya sembari bertopang dagu.
"Kenapa para wanita hanya boleh membaca buku ini sementara jika pria bisa membaca buku yang tak terbatas jumlahnya ? Mereka bahkan bisa pergi ke Akademi untuk belajar dan bersaing, bukankah aku juga bisa melakukan hal yang sama ?" Tanya Xu Ya masih tidak mengerti dengan pola pikir masyarakat pada saat ini.
"Nona jangan mengatakan hal ini lagi di masa depan, dengan begitu Nyonya tidak akan menghukum Nona lagi. Terutama besok adalah upacara kedewasaan Nona. " Ucap pelayan kepercayaannya, Qingchen.
Qingchen telah menemaninya dari ketika dia berusia 6 tahun dan Qingchen baru saja berusia 10 tahun, keduanya tumbuh bersama dan tidak berbeda dari saudari pada umumnya.
"Kamu benar, hanya saja aku merasa penasaran kenapa dunia ini sangat tidak adil pada wanita ?" Tanya Xu Ya sembari termenung.
Ketika malam tiba, Putri Hongling benar benar datang untuk melihat pekerjaan Xu Ya sekaligus membawakan sup ginseng untuk menghangatkan diri.
Ketika tiba, Putri Hongling bisa melihat Qingchen yang sedang berdiri di depan kamar Xu Ya dengan wajah yang gelisah.
"Nyonya, mohon berbelas kasih kepada Nona. Nona merasa kelelahan belakangan ini sehingga tertidur lelap, Qingchen tidak berani untuk membangunkan Nona. Mohon Nyonya menghukum Qingchen saja. " Ucap Qingchen segera berlutut.
Putri Hongling menghela nafas dan memberikan sup ginseng kepada pelayan kepercayaannya lalu membantu Qingchen untuk berdiri.
"Lupakan saja, aku juga tidak benar benar ingin menghukumnya. Hanya berharap bahwa dia bisa lebih bijaksana dalam berucap. " Ucap Putri Hongling.
"Terima kasih Nyonya !" Seru Qingchen dengan suara tertahan agar tidak mengganggu Xu Ya.
Putri Hongling masuk ke dalam kamar putrinya dan melihat putrinya yang sedang tertidur sembari memegang kuas.
Kedua pelayan langsung mengangkat Xu Ya untuk berbaring di atas ranjang, lalu Putri Hongling menarik selimut untuk menutupi tubuh putrinya.
Entah mengapa, dia merasa cemas dan gelisah berlebihan sejak tadi. Putri Hongling duduk di tepi ranjang putrinya lalu melepaskan gelang giok yang selalu dia gunakan lalu memasangnya di tangan Xu Ya.
...----------------...
Terima kasih untuk teman teman yang sudah membaca karya author yang baru ini, mohon dukungannya ya teman teman sekalian !!!
Keesokan harinya, Xu Ya terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang bugar lalu menyadari bahwa dia telah berpindah tempat dan juga mengenakan gelang yang tidak asing.
"Qingchen, apakah Ibu datang kemari semalam ?" Tanya Xu Ya.
"Ya, Nyonya memang datang. Namun Nona tenang saja karena Nyonya tidak marah sama sekali, Nona harus segera pergi untuk berterima kasih kepada Nyonya. " Jawab Qingchen.
"Benarkah ? Aneh sekali kalau begitu. Biasanya Ibu sangat tegas mengenai hal ini namun tidak biasanya dia bertindak begitu santai. " Balas Xu Ya menaikkan salah satu alisnya.
"Memang Nyonya bertindak agak aneh, tampak seperti memiliki sebuah beban hati. Namun , Nona lupakan saja ! Karena hari ini adalah ulang tahunmu, kamu harus segera pergi untuk menyapa kedua orang tuamu dan memberikan doa. " Ucap Qingchen dengan semangat.
"Kamu benar ! Aku hampir melupakan hal ini ! Kamu cepat siapkan air untukku , aku akan mandi dengan secepat kilat !" Seru Xu Ya dengan panik.
Dengan begitulah seluruh halamannya berubah menjadi penuh kekacauan. Pelayan pelayan lain juga ikut sibuk mempersiapkan Xu Ya.
Dalam waktu setengah jam, dia sudah berganti pakaian menjadi pakaian berwarna kuning cerah dengan rambut yang disanggul dengan sederhana.
Xu Ya sudah siap untuk menjalankan tradisi ketika seorang anak gadis berulang tahun maka harus pergi untuk menyapa dan memberikan salam kepada kedua orang tua mereka.
Xu Ya berlari untuk mencari Ayah dan Ibunya sampai akhirnya dia bisa melihat mereka berdua, namun Xu Ya mengurungkan niatnya kala melihat Ayah dan Ibunya sedang berbincang dengan pengurus rumah mereka, Pengurus Zuo.
"Pengurus Zuo, coba kamu lihat orang mana yang datang begitu pagi mengetuk pintu rumah kita. " Ucap Marquis Xu tampak mengerutkan dahinya.
Xu Ya juga bisa mendengarkan ada seseorang yang sedang mengetuk pintu kediaman mereka dengan tidak sabar, sementara dia sendiri bersembunyi di balik pilar dan menonton semua ini bersama dengan Qingchen.
"Siapa orang yang bisa begitu berani membuat keributan di kediaman Marquis ?" Tanya Qingchen dengan bingung.
"Entahlah, tetapi yang pasti bukanlah orang yang baik." Jawab Xu Ya agak cemas juga.
Pengurus Zuo berjalan ke pintu, baru saja pintu terbuka dan hal yang mengejutkan terjadi. Pengurus Zuo jatuh ke tanah dengan sebuah pedang yang menusuk ke dalam jantungnya.
Wajah Marquis Xu langsung berubah, puluhan orang dengan pakaian serba hitam dan penutup wajah masuk ke dalam kediaman mereka. Ada yang menggunakan pedang dan ada yang menggunakan panah.
"Penjaga !" Teriak Marquis Xu.
Sekitar beberapa belas penjaga keluar dari persembunyian mereka, Xu Ya mengepalkan tangannya dan ingin keluar dari persembunyian mereka namun Qingchen menahannya.
"Untuk apa kalian datang kemari ? Apakah tidak takut untuk menghadapi amarah Kaisar ?" Tanya Marquis Xu dengan dingin.
"Ha ha ha, amarah Kaisar ? Bukankah seharusnya kamu yang menerima hal tersebut, kamu memiliki kekuatan besar di pengadilan Istana namun tidak mampu menganalisis yang mana baik dan buruk. Karena itulah membawa bencana bagi diri sendiri dan keluarga. " Ejek salah satu pembunuh itu.
"Sebutkan kalian dari fraksi yang mana !" Seru Putri Hongling.
Tidak ada yang menjawab, pertarungan menjadi pecah dan serangan demi serangan mendarat di tubuh Putri Hongling dan Xu Zhong.
Sebuah anak panah menembus tubuh Xu Zhong yang membuatnya terlempar mundur ke belakang, barulah Xu Zhong mengetahui bahwa Putrinya selalu menonton dari tadi di balik pilar.
"Cepat pergi ! Pergi sekarang !"Teriak Xu Zhong dengan mulut penuh darah.
"Ayo Nona !" Teriak Qingchen menarik tangan Xu Ya.
Xu Ya merasa bahwa seluruh tubuhnya membeku dan kejadian yang begitu cepat ini membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan baik.
"Kejar dia !" Perintah pemimpin pembunub bayaran itu.
"Jangan harap ! Langkahi dulu mayat ku !" Teriak Xu Zhong dan menerjang ke arah musuh.
"Cepat pergi !" Teriak Putri Hongling sebelum akhirnya ditebas oleh pedang musuh dan jatuh ke tanah.
"Ibu !" Teriak Xu Ya menoleh ke belakang namun tubuhnya tetap ditarik oleh Qingchen.
"Nona, kamu harus selamat hari ini. " Ucap Qingchen.
Xu Ya menganggukkan kepalanya dan menahan air matanya mati matian, mereka berlari bersama melalui pintu belakang kediaman.
Pintu belakang kediaman yang sudah lama tidak digunakan dipenuhi dengan tanaman kering, Xu Ya mengambil korek api tabung bambu miliknya lalu menjatuhkan ke tanah.
Membiarkan seluruh tanah terbakar oleh api, lalu mereka berlari bersama. Hal ini untuk menunda pengejaran musuh sehingga mereka tidak bisa keluar dari pintu halaman belakang.
"Ayo lari !" Ajak Xu Ya mulai menemukan akal sehatnya lagi.
Xu Ya mengepalkan tangannya sampai seluruh buku buku jarinya memutih dan kukunya menembus kulitnya, seluruh keagungan dirinya yang akan berulang tahun juga sudah sepenuhnya hilang.
Bayangan tentang Ayahnya yang ditusuk oleh puluhan pedang dan anak panah dan Ibunya yang ditebas oleh pedang musuh membuatnya tidak berhenti merasa gelisah.
Rasa sakit di seluruh tubuhnya dan jiwanya muncul dan menimbulkan perasaan frustrasi yang sangat buruk. Dia merasa seolah olah semua ini adalah mimpi buruk, dimana kehidupannya berubah dengan begitu cepat.
Keduanya berlari tanpa arah dan tidak ada yang tahu sudah seberapa lama mereka lari. Tidak ada di antara mereka yang berani untuk menoleh ke belakang, namun mereka juga tahu bahwa ada yang mengejar mereka di dengar dari langkah kaki mereka.
Mereka tidak tahu harus berlari ke mana, sepanjang mereka menatap jalan yang terlihat hanyalah hutan hutan yang rimbun.
Berulang kali mereka terjatuh namun segera bangkit lagi karena rasa takut mereka, tidak pernah ada di bayangan Xu Ya bahwa suatu saat dia akan mengalami situasi seburuk ini, terutama di hari ulang tahunnya.
Sebuah anak panah melesat dari belakang dan menggores bahu Xu Ya yang membuat Xu Ya hampir tersungkur.
"Tidak apa apa, jangan berhenti !" Teriak Xu Ya.
Qingchen menganggukkan kepalanya dan seluruh tubuh mereka telah dipenuhi dengan keringat sebesar butiran jagung.
Sampai akhirnya mereka bisa melihat sebuah jalur kecil untuk perdagangan dan sebuah kereta kuda yang memiliki banyak pengawalan di ujung sana.
"Nona, kita ada harapan !" Seru Qingchen.
"Ya, kita berdua pasti selamat !" Balas Xu Ya dengan bahagia.
Namun, tanpa diduga duga pengejar menjadi jauh lebih dekat dengan mereka dan sebuah anak panah ditembakkan ke arah kaki Xu Ya sehingga Xu Ya terjatuh.
Pelarian mereka terhenti dan Qingchen berdiri di depan Nonanya untuk melindunginya dari para pengejar.
"Nona cepat pergi !" Teriak Qingchen.
Pengejar menjadi semakin dekat, Xu Ya berusaha berdiri dan ingin mengajak Qingchen tetapi terlambat karena sebuah anak panah menembus jantung Qingchen.
"Cepat pergi Nona !" Seru Qingchen sekali lagi sebelum akhirnya puluhan panah lain menancap di tubuhnya.
Xu Ya tidak bisa menahan air matanya lagi kali ini tetapi takdir memaksanya untuk tetap berlari bahkan jika dia buta.
...----------------...
Jangan lupa like, komen dan vote ya 😁
Xu Ya berlari menuju ke kereta kuda itu dengan sisa sisa kekuatan terakhirnya dan kakinya mengalirkan darah tanpa henti membuat seluruh tubuhnya berubah menjadi gemetar tanpa henti.
"Tolong aku ! Xu Ya dari kediaman Marquis Xu memohon bantuan !" Teriak Xu Ya tersungkur di hadapan kereta itu.
Seorang pelayan di samping kereta itu membuka jendela dan berbicara dengan orang yang duduk di atas kereta.
"Apakah perlu membantu ?" Tanya pelayan itu.
"Kediaman Marquis Xu ? Bantu saja, pastikan jangan ada yang lepas. Biarkan satu untuk hidup. " Jawab orang yang ada di atas kereta.
Dari suaranya, terdengar jelas bahwa itu adalah suara seorang pria. Tirai terbuka dan menunjukkan seorang pria muda dengan baju zirah yang luar biasa gagah.
Pembunuh yang mengejar Xu Ya sudah tiba di depan kereta kuda pemuda itu dan pada saat ini sedang saling memandang.
Xu Ya membelalakkan matanya ketika melihat pemuda yang turun dari kereta, dia bukannya tidak mengenal pemuda ini hanya saja mereka tidak dekat.
Pemuda ini adalah Jenderal Guangxi yang terkenal hebat, Ayahnya adalah Jenderal Huo yang hebat. Keluarganya sudah menjadi Jenderal selama tiga generasi dan pada saat ini Jenderal Guangxi kehilangan orang tua di usia yang muda jadi berubah menjadi Putra Angkat Kaisar, Pangeran Keempat.
"Jenderal, tolong aku. " Ucap Xu Ya dengan tegas memohon.
Jenderal Guangxi, Huo Xincheng hanya menatap Xu Ya dengan tatapan dingin lalu mengarah kembali ke arah pasukan pengejar Xu Ya.
"Mengutus begitu banyak orang untuk membunuh gadis kecil, benar benar tidak berguna. " Ejek Huo Xincheng tersenyum dingin.
"Mundur !" Perintah pasukan pembunuh ketika mengetahui ada yang salah dengan situasi pada saat ini.
"Sudah datang kemari dan ingin pergi ? Kamu harus bertanya padaku apakah aku membiarkanmu pergi atau tidak. " Balas Huo Xincheng lalu melambaikan tangannya.
Puluhan prajurit yang dia bawa langsung menerjang ke depan dan membunuh pasukan pembunuh itu tanpa ampun, masing masing dari mereka adalah pahlawan Kekaisaran yang telah berjuang selama bertahun-tahun panjang di perbatasan.
Tentu saja mereka tidak akan mudah untuk dihadapi, para pembunuh itu juga tidak ada yang lolos satupun, bahkan yang terakhir juga memilih untuk bunuh diri dengan menggigit racun yang disimpan di giginya.
"Jenderal, mereka bunuh diri. " Ucap pelayan di samping Huo Xincheng.
"Biarkan saja, mereka adalah sekelompok pembunuh. Tidak heran juga. " Balas Huo Xincheng dengan acuh tak acuh.
"Xu Ya berterima kasih kepada Jenderal karena telah berbaik hati untuk membantuku. " Ucap Xu Ya.
"Apa yang terjadi pada Nona Xu sehingga bisa berada disini ?" Tanya Pelayan di samping Huo Xincheng.
Xu Ya baru saja akan menjawab sebelum akhirnya dia merasa bahwa kepalanya sangat sakit dan pandangannya tiba tiba berubah menjadi gelap.
Huo Xincheng menangkap tubuh mungil Xu Ya tepat waktu sebelum akhirnya mengangkatnya dengan satu tangan seperti membawa karung beras.
"Selidiki apa yang terjadi pada Keluarga Xu, juga panggil Tabib Kekaisaran untuk memeriksanya. " Ucap Huo Xincheng lalu naik ke atas kereta kudanya.
"Baik, Jenderal. " Balas pelayan Huo Xincheng.
Huo Xincheng menempatkan Xu Ya di sampingnya lalu memandang dengan penuh kerutan dahi, tubuh menderita dua luka panah.
Namun yang di kakinya terlihat normal sehingga Huo Xincheng mengambil sebuah botol giok dari sakunya lalu menaburkan bubuk putih di dalam botol itu ke atas luka Xu Ya.
Dahi Xu Ya tiba tiba berubah menjadi mengerut dan tampak sedang menahan rasa sakit yang menggerogotinya. Huo Xincheng memastikan seluruhnya terlapisi oleh bubuk obat sebelum akhirnya mengambil sapu tangan miliknya dan mengikatnya di kaki Xu Ya.
Anak panah yang diberikan benar benar menembus kaki Xu Ya, tidak aneh jika Xu Ya tidak bisa menahan rasa sakit sampai akhirnya pingsan.
Kereta kuda mereka berjalan masuk ke dalam Ibukota tanpa menarik banyak perhatian, Huo Xincheng kembali ke kediamannya lalu sesampainya di kediamannya.
Dia menggendong Xu Ya dengan cara yang sama dengan sebelumnya lalu melihat Tabib Kekaisaran Yu yang sudah menunggunya.
"Apakah Nona ini yang terluka ?" Tanya Tabib Kekaisaran.
"Kamu periksa dia. " Ucap Huo Xincheng dengan singkat.
Huo Xincheng membaringkan Xu Ya di atas ranjangnya, para pelayannya dan prajurit yang mengikutinya memandang Huo Xincheng dengan tatapan tidak percaya.
Jarang sekali Jenderal mereka mau mendekati seorang wanita bahkan sampai membawanya ke kamar tidurnya, benar benar sebuah keajaiban dunia !
Tabib Kekaisaran Yu memeriksa denyut nadi Xu Ya sebelum akhirnya ekspresinya berubah menjadi serius. Tampaknya situasi Xu Ya pada saat ini sedang tidak terlalu baik.
"Luka di kakinya tidak masalah dan akan baik baik saja setelah perawatan namun luka di bahunya ini tidak baik. Panah yang mengenai bahunya telah terkena racun. " Ucap Tabib Kekaisaran Yu.
"Lalu bagaimana cara untuk menyembuhkannya ?"Tanya Huo Xincheng.
"Aku akan mencoba untuk mengeluarkan racunnya dengan akupuntur, hanya saja selama periode waktu ini tidak ada yang boleh mengganggu. Hidup atau matinya akan bergantung pada proses ini. " Jawab Tabib Kekaisaran Yu serius.
Huo Xincheng menganggukkan kepalanya dan mengusir seluruh pelayannya sementara dia sendiri duduk di sudut ruangan tanpa suara sama sekali dan memandang Tabib Kekaisaran Yu dengan tatapan tajam seperti seekor elang yang sedang mencari mangsa.
Tabib Kekaisaran Yu mulai melakukan teknik akupuntur dengan serius dan seluruh tubuhnya mulai berkeringat banyak karena terlalu tegang. Proses ini memakan waktu empat jam penuh dan Tabib Kekaisaran Yu bahkan hampir tidak bisa menggerakkan tangannya ketika selesai.
"Nona ini seharusnya sudah baik baik saja, racunnya sudah disembuhkan. Hanya saja masih harus beristirahat dengan baik, mungkin juga akan berdampak pada kesehatan jantungnya. Masih harus diselidiki lebih lanjut mengenai kesehatannya. " Ucap Tabib Kekaisaran Yu.
"Baiklah, terima kasih. Gao Yu, antar tamu keluar !" Perintah Huo Xincheng.
"Baik, Jenderal. " Balas pelayan yang selalu di samping Huo Xincheng.
Tidak lama kemudian Gao Yu kembali lagi dan mendekati Huo Xincheng, seharusnya untuk informasi yang dia dapatkan.
"Seluruh Keluarga Marquis Xu telah mati. Sebuah laporan beserta bukti telah muncul di pengadilan Istana yang berisikan bahwa Marquis Xu melakukan penggelapan pajak dan bekerja bersama dengan pemerintah daerah untuk menarik pajak dua kali lipat. Surat pembicaraan dan juga bukti uang juga sudah diserahkan kepada Yang Mulia. Seluruh Keluarga Marquis Xu dikatakan bunuh diri untuk menebus perasaan bersalah. Bagaimana menurut Jenderal ?" Tanya Gao Yu.
Huo Xincheng mengepalkan tangannya erat erat dan memandang Xu Ya dengan tatapan yang rumit.
"Dengan kondisi Nona Xu maka seharusnya semua ini adalah rekayasa seseorang. Keluarga Marquis Xu bukan bunuh diri melainkan dibunuh untuk dibungkam." Jawab Huo Xincheng.
...----------------...
Jangan lupa like, komen dan vote ya 😁
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!