NovelToon NovelToon

Pesona Mama Mertua Muda 2 : Isvara & Javas

Chapter 1 | Cerai?

WARNING!!!

Sekuel off 'Pesona Mama Mertua Muda'

Wajib baca season satu duluan ya ≧∇≦

***

Di dalam penjara Ineisha masih menjalani proses hukumnya, sidangnya masih ada beberapa kali. Ineisha dibela oleh pengacara yang memang ditugaskan untuk membela pelaku. Keluarga Heksatama terlebih orang tua Ineisha sudah lepas tangan tidak mau membela Ineisha di pengadilan, mereka mendukung jika Ineisha harus di hukum sesuai dengan kesalahannya yang memang tidak bisa anggap sepele.

Selama di dalam penjara, Ineisha sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman satu selnya. Karena mereka sudah tahu kasus apa yang menjerat wanita itu, ya mereka semua tidak habis pikir kenapa ada orang setega Ineisha.

Wanita itu merasa tidak betah tinggal di penjara, lagian mana ada orang yang betah terkurung di penjara. Apalagi Ineisha yang memang sangat suka kebebasan, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Walau masih ada sidang lagi, tetapi dirinya sudah pasti akan di vonis bersalah apalagi memang sudah banyak sekali bukti kejahatannya.

Makanan pun, menurut Ineisha sangat tidak layak makan. Ia sangat rindu bisa memakan makanan yang enak-enak seperti sebelum masuk penjara.

Ineisha tidak mendapatkan fasilitas apapun di dalam penjara, sekalipun ia menginginkannya. Fasilitas yang ada di penjara berbayar dan keluarganya tidak ada yang mau membayarkan untuk dirinya. Kehidupan Ineisha memang sudah berubah 360 derajat dari sebelumnya, ada sedikit saja penyesalan di hati Ineisha karena ia membunuh sang Kakak ia harus merasakan hukuman seperti ini. Bukan menyesal karena telah membunuh Kakak yang selama ini sangat menyayanginya.

Ineisha tersenyum senang karena mendapatkan kunjungan dari suaminya tercinta setelah sekian lama, ia berusaha merapikan penampilannya karena tidak mau terlihat jelek di depan Chio.

Chio memang tidak mau menjenguk Ineisha selama ini, dirinya merasa sangat malu mempunyai istri yang kriminal. Entah ada angin apa sampai tiba-tiba saja Chio datang ke penjara untuk menemui sang istri.

Melihat Chio setelah sekian lama, tentu saja Ineisha merasa bahagia. Wanita itu langsung memeluk suaminya dengan penuh kerinduan, sedangkan Chio yang tidak suka dipeluk oleh Ineisha walaupun Ineisha adalah istrinya sendiri langsung melepaskan pelukannya dengan sangat kasar.

Ineisha tetap tersenyum pada suaminya, sekalipun ia merasa sedikit kesal karena pelukannya cepat-cepat dilepas oleh sang suami. Padahal Ineisha belum puas memeluk suaminya, tetapi mau protes pun ia tidak akan berani.

"Sayang, aku senang banget kamu ke sini buat nemuin aku. Kenapa kamu baru datang sekarang setelah sekian lama, padahal aku kangen banget sama kamu. Kamu di sini mau bantuin aku biar bisa segera bebas dari penjara 'kan, sayang?" tanya Ineisha dengan bersemangat.

"Aku nggak mau basa-basi lagi sama kamu, aku di sini mau minta kamu segera tanda tangan surat cerai yang ku bawa . Aku sudah mantap untuk menceraikan kamu, aku sudah nggak sudi jadi suami kamu lagi, Ineisha," ujar Chio sambil memberikan surat cerai. Ineisha menggeleng sambil menangis, tentu wanita itu tidak ingin diceraikan oleh suami yang sangat ia cintai.

Tidak mudah bagi Chio memutuskan menceraikan Ineisha, padahal dirinya tidak mencintai sang istri. Karena takut dianggap buruk oleh orang-orang karena menceraikan istrinya yang sedang berada di penjara, padahal Ineisha di penjara juga karena kesalahannya sendiri bukan karena Chio.

Namun, Tiana—Omanya sudah meminta Chio untuk segera menceraikan Ineisha, karena tidak ada lagi yang bisa Chio harapkan dari Ineisha. Ineisha akan lama mendekam di penjara, dari pada harus menunggu orang yang tidak ia cinta. Lebih baik Chio memutuskan untuk menceraikan Ineisha, setelah itu ia bisa mencari istri lain yang jauh lebih baik dari pada Ineisha.

Mungkin berbeda jika Chio sangat mencintai dan kesalahan Ineisha tidak besar, mungkin Chio dengan senang hati menunggu istrinya. Sayangnya semua itu tidak benar, kesalahan Ineisha itu membunuh orang jelas itu adalah suatu kesalahan yang sangat fatal dan tidak termaafkan karena nyawa Isvara tidak akan bisa kembali.

"Chio, tolong jangan ceraikan aku. Aku janji setelah keluar dari sini, aku akan jadi istri yang baik. Aku pasti akan bisa buat kamu jatuh cinta ke aku. Aku nggak mau sampai cerai sama kamu. Aku cinta banget sama kamu, sayang," ujarnya sambil menangis.

Diceraikan oleh Chio adalah ketakutan terbesar di hidup Ineisha, tetapi kini ia malah mengalaminya. Namun, Ineisha jelas tidak akan mau hal itu terjadi. Wanita itu bertekad akan membuat sang suami membatalkan perceraian mereka.

"Keputusanku sudah bulat, aku mau bercerai dari kamu. Aku nggak pernah mencintai kamu, aku sudah berusaha untuk mencintaimu tapi nyatanya nggak bisa. Pernikahan kita nggak bisa dilanjutkan lagi, Ineisha. Apalagi kamu sekarang berada di penjara, aku butuh istri yang selalu ada di sampingku. Sedangkan kamu nggak akan bisa melakukannya, kamu kira aku bisa menunggumu selama bertahun-tahun aku nggak bisa dan aku juga nggak mau melakukannya."

"Aku nggak mau cerai dari kamu, aku masih cinta sama kamu. Dan aku juga sedang hamil anak kamu, Chio. Jadi tolong jangan kamu ceraikan aku nggak mau cerai dari kamu, gimana nasib anak kita nanti."

Chio mencoba mencari kebohongan di mata calon mantan istrinya, tetapi hal itu tidak terlihat sama sekali.

"Kamu hamil?" tanya Chio memastikan. Ineisha langsung mengangguk dengan bersemangat. "Iya, sayang aku hamil. Aku juga baru tahu kemarin, niatnya aku mau kasih kejutan sama kamu. Tapi sebelum akh kasih kejutan, kamu udah kasih kejutan duluan mau menceraikan aku."

Kemarin Ineisha memang tiba-tiba pingsan saat sedang mengikuti kelas kreativitas bersama para tahanan lainnya, setelah diperiksa oleh dokter. Wanita itu baru tahu dirinya tengah hamil 3 minggu. Jelas Ineisha merasa sangat bahagia akhirnya bisa mengandung buah hatinya bersama sang suami yang tidak lain adalah Chio.

Chio tiba-tiba tertawa, jelas saja membuat Ineisha terkejut dengan tawa suaminya. "Kamu kira karena kamu hamil aku bakalan batalin rencanaku buat menceraikan kamu? Enggak! Aku tetap menceraikan kamu, lagi pula aku nggak yakin kamu mengandung anak aku."

Ineisha menatap nyalang suaminya. "Maksud kamu apa, Chio. Jelas aku mengandung anak kamu, memang anak siapa lagi kalau bukan anak kamu. Aku ngelakuin itu juga cuma sama kamu, dua kali saat sebelum menikah dan sesudah menikah waktu kamu mabuk."

"Kamu kira aku bodoh apa gimana, bisa aja itu anak Mr. X. Yang melakukan itu sama kamu 'kan Mr. X juga bukan cuma aku, kamu kira kamu bisa membodohi aku lagi. Enggak Ineisha, aku nggak sebodoh itu percaya sama kamu. Apalagi kamu itu selain pembohong juga penjahat bahkan seorang pembunuh juga!"

"Kamu ngaco banget, Chio. Siapa juga Mr. X? Aku nggak kenal tuh," elaknya, terlihat sekali dari wajahnya wanita itu sedang mencoba mengelak.

"Udahlah nggak usah bohong lagi, Mr. X itu orang yang kasih kamu uang 10M, minjemin kamu rumah yang kamu gunakan buat menyekap mendiang Isvara." Wajah Ineisha langsung memucat, wanita itu bingung kenapa suaminya bisa tahu itu semua.

Chio tentu tahu semua itu dari Tiana, Tiana memasang mata-mata di kantor polisi. Dan Mr. X datang mengunjungi Ineisha untuk protes dan meminta ganti rugi pada Ineisha, karena Ineisha masuk penjara padahal Ineisha harus menjadi budak nafsunya selama-lamanya karena sudah memberikan uang 10 M. Ya, uang yang Ineisha pakai uang membayar peneror itu ada Mr. X.

Saat itu Ineisha sedang pusing dan bingung karena tidak tahu bagaimana mendapatkan uang 10M dalam waktu sepuluh hari, hingga ia menemui dengan Mr. X yang merupakan mantan klien Papanya. Beberapa waktu lalu sebelum Ineisha menikah dengan Chio, Ineisha memang pernah ikut orang tuanya datang ke pesta para pebisnis.

Di sanalah Mr. X pertama kali bertemu dengan Ineisha, Mr. X adalah nama yang di kenal dalam kalangan pembisnis. Itu memang bukan nama asli pria itu, karena ia sengaja menyembunyikannya. Saat itu Mr. X langsung merasa tertarik pada Ineisha dan berusaha mendekati Ineisha, jelas Ineisha menolaknya usia Mr. X sudah sangat tua. Bahkan lebih tua dari Papanya sendiri, tetapi Mr. X emang dasarnya tua-tua keladi. Makin tua-makin jadi, Mr. X juga sudah punya anak Istri bahkan juga cucu. Walaupun ditolak oleh Ineisha dengan keras, Mr. X tetap memberikan pada Ineisha kartu namanya karena yakin suatu saat Ineisha akan menghubunginya. Dan gilanya Ineisha menerima kartu nama itu menyimpannya di dalam tasnya

Merasa tidak ada lagi yang bisa Ineisha lakukan untuk mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat, Ineisha akhirnya menemui Mr. X di apartemen Mr. X. Mr. X kedatangan Ineisha yang tidak lain adalah wanita pujaan hatinya tentu membuat pria itu bahagia, Ineisha langsung memberitahukan maksud kedatangannya ingin meminjam uang 10M pada Mr. X. Mr. X bukan hanya bersedia meminjamkan, bahkan ia bersedia memberikannya tetapi tentu ada syarat dan ketentuan berlaku.

Disaat itulah, Mr. X membuat perjanjian dengan Ineisha akan memberikan uang 10M dan apapun yang Ineisha minta, jika Ineisha mau menjadi budak nafsunya seumur hidup. Perjanjiannya tentu saja tertulis, walau hal itu tetap tidak akan bisa digunakan untuk menuntut Ineisha. Namun, dengan adanya itu bisa membuat Ineisha ketakutan kalau sampai keluarganya tahu tentang hal itu.

Setelah pikir panjang, Ineisha akhirnya setuju. Ya, wanita itu nekad mengambil keputusan gila demi uang 10M itu. Mr. X dengan senang hati memberikan uangnya, setelah wanita memberikan tubuhnya. Perjanjiannya Ineisha harus datang ke apartemennya setiap hari, tetapi waktunya sesuai dengan kesepakan mereka berdua karena baik Ineisha dan Mr. X sendiri memiliki kesibukan sendiri. Sebenarnya Ineisha bisa dikatakan sebagai simpanan Mr. X.

Tentu Mr. X merasa sangat rugi sekali, sudah membuang-buang uang 10M untuk Ineisha dan paling membuat pria tua itu kesal, karena rumahnya dipaksa Ineisha untuk menyekap Isvara tentu rumahnya di periksa polisi. Sedangkan Mr. X sebenarnya tidak mau ada polisi mengusik harta bendanya, karena Ineisha ia jadi ikut keseret. Itu alasan Mr. X tidak membantu Ineisha untuk keluar dari penjara, ia benar-benar tidak mau terseret. Rencana Ineisha memang sama sekali tidak diketahui oleh Mr. X, Ineisha hanya mengatakan meminjam rumah Mr. X yang letaknya jauh dari jalanan untuk melakukan sesuatu tetapi tidak memberitahu hal lain lagi selain itu.

Mr. X sendiri memang bukan seorang pembisnis yang jujur, tetapi ia juga bukan seorang pembunuh juga. Melakukan sesuatu pun paling hanya mengancam atau menyakiti sedikit saja, tidak pernah membunuh karena tidak ingin sampai ketahuan dan masuk penjara seperti Ineisha.

Karena tahu Ineisha akan mendekam lama di penjara, tentu saja selama itu Mr. X tidak bisa menikmati tubuh Ineisha sedangkan ia sudah mengeluarkan banyak uang. Uang 10M memang tidak sebanding dengan beberapa bulan ini Ineisha sudah menjadi budak nafsunya, ia menginginkan Ineisha melayaninya seumur hidupnya. Mr. X ingin sekali uangnya segera kembali, jika tidak ia tinggal diam. Pria tua itu pasti akan membuat Ineisha semakin menderita di dalam penjara, ia memang bisa melakukan apa yang dia mau karena mempunyai banyak uang.

Tiana yang tahu tentang hal itu dari mata-matanya jelas saja merasa selama ini ia telah kecolongan, ternyata selain jahat Ineisha juga termasuk orang yang tidak setia. Makanya ia meminta cucunya segera menceraikan Ineisha, karena ia tidak mau keluarganya ada sangkut pautnya dengan Ineisha lagi.

Tiana juga menyesal, kenapa ia tidak pernah menyuruh orang-orangnya untuk mengikuti Ineisha. Jika ia tahu sejak lama, mungkin sudah sejak dulu Tiana meminta Chio menceraikan Ineisha tanpa ada harus ada korban yaitu Isvara. Saat itu karena ia percaya Ineisha'kan sangat cinta pada Chio, jadi pasti setia. Namun, cinta Ineisha tidak membuat wanita itu bisa setia pada suaminya. Padahal Chio yang tidak mencintai Ineisha saja setia, walau tidak dengan perasaannya karena Chio mencintai perempuan lain yang bukan istrinya.

Chio mengetahui hal itu dari Omanya bukan sedih, patah hati karena dikhianati, tetapi pria itu malah merasa jijik sekali pada Ineisha. Ada orang semenjijikan Ineisha yang tega menjual kehormatannya demi uang, padahal Ineisha juga bukanlah dari keluarga miskin.

Chio memang tidak tahu Ineisha mendapatkan teror dari Isvara, walau Ineisha begitu karena teror Isvara. Tetap hal itu bukan salah Isvara, karena Ineisha dengan sadar mau melakukannya dengan Mr. X tanpa disuruh oleh siapapun termasuk Isvara.

Padahal lebih baik Ineisha mengatakan pada peneror itu, ia benar-benar tidak punya uang sebanyak itu. Paling apa yang Ineisha lakukan pada Isvara yang membuat berita bohong tentang sang Kakak akan terbongkar, atau Ineisha meminta pada peneror itu untuk memberikan opsi lain padanya.

Niat Isvara pun ia akan memberikan opsi lain yaitu meminta Ineisha meminta maaf padanya di depan semua keluarga atas apa yang ia lakukan, tetapi Ineisha malah menyanggupi untuk memberikan uang senilai 10 M.

"Aku yakin ini beneran anak kamu, Chio. Aku sama Mr. X memang melakukan hal itu, tetapi Mr.X menggunakan pengaman jadi aku nggak mungkin aku hamil anak dia," ujar Ineisha tanpa tahu malu, menurutnya Chio sudah tahu untuk apa lagi ia menutupinya.

"Aku nggak peduli, intinya aku akan tetap menceraikan kamu. Untuk masalah anak itu, jika benar anak itu memang anakku. Aku pasti akan bertanggung jawab dan merawatnya, karena kamu 'kan masih harus mendekam lama di dalam penjara. Tetapi itu semua penentuannya dengan melakukan tes DNA setelah kamu melahirkan," tegasnya tanpa perduli sedikit pun pada Ineisha.

"Aku nggak mau bercerai sama kamu, aku pastikan ini anak kamu. Kita sudah melakukannya dua kali, jadi bisa saja aku hamil karena kamu." Ineisha terus menangis karena tidak mau diceraikan Chio, sedangkan keputusan Chio sudah tidak bisa diganggu gugat. Pria itu memaksa istrinya untuk segera menandatangi surat cerai agar proses perceraiannya bisa berjalan dengan cepat. Chio tidak sabar ingin lepas dari Ineisha.

"Kita buktikan nanti saja saat anak kamu lahir. Satu lagi, kamu harus tahu kita melakukan hubungan itu hanya sekali itupun karena aku mabuk disaat kita sudah menikah. Dan terjadi beberapa minggu yang lalu. Karena jika tidak sedang mabuk, jelas aku tidak akan sudi melakukannya denganmu, Ineisha."

Ineisha menatap suaminya bingung, bagaimana bisa sang suami mengatakan hal itu. Padahal sebelum menikah ia pernah melakukannya dengan, ya walaupun hal itu juga karena jebakan Ineisha.

"Kamu pasti bingung' kan? Tenang saja aku akan menjelaskannya semua sama kamu," ujar Chio dengan senyuman mengejek.

"Aku tau kamu dan Leony berusaha menjebakku, aku sendiri yang membuat diriku terjebak agar kamu merasa senang rencanamu berhasil. Padahal sebenarnya tidak seperti itu, aku hanya pura-pura mabuk saat kamu bawa ke kamar, dan kamu diberikan air sama Leony bukan? Air itu yang membuat kamu langsung tidak sadarkan diri. Jadi pada malam itu sebenarnya aku nggak melakukan apapun, aku nggak berniat melakukannya sebelum menikah apalagi sama kamu sekalipun itu terpaksa. Jadi aku sengaja membuat kita seolah benar-benar melakukannya, dan ternyata berhasil kamu percaya aku sudah melakukan sesuatu yang diluar batas sama kamu."

Mendengar ucapan Chio, Ineisha jadi teringat saat pertama kali berhubungan badan dengan Mr. X. Wanita itu merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, ditambah ia juga berdarah setelah melakukannya. Ineisha berpikir itu hal yang biasa, bukan hanya dialami oleh wanita yang baru saja memberikan mahkotanya.

Sadar akan hal itu, Ineisha langsung menutup mulutnya tidak percaya. Ternyata ia malah memberikan kesuciannya pada pria tua itu yang sama sekali tidak Ineisha cintai, Ineisha jelas merasakan penyesalan yang mendalam karena hal itu.

"Kamu bohong' kan?" tanyanya tidak percaya. Chio tersenyum licik, ia langsung memperlihatkan video kejadian saat Ineisha menjebak Chio. Kamarnya memang sengaja dipasang CCTV, yang diperlihatkan Chio pada Ineisha adalah video asli tidak dipotong. Sedangkan yang diperlihatkan Tiana pada Isvara hanya potongan saja, memang Tiana sengaja melakukan hal itu agar rencananya bisa berhasil.

"Gimana menurut kamu? Lagi pula untuk apa aku membohongimu, tidak ada gunanya tau. Kalau masih nggak percaya juga, silakan tanya sama Leony sahabat kamu, ah sahabat ya, padahal Leony menganggap kamu teman saja tidak. Leony hanya orang bayaran yang diutus oleh Oma dan aku untuk membuatmu melakukan apa yang kami mau."

"Terus kenapa kamu mau nikahin aku, padahal kamu tau kita nggak berbuat apapun di malam itu." Ineisha tidak bisa menahan rasa penasarannya, ia langsung bertanya kepada suaminya.

"Kamu bodoh apa gimana? Jelas aku mau menikahi denganmu, karena itu memang bagian dari rencana Oma buat menghancurkan keluarga kamu. Dengan membuat kamu menderita saat menjadi istriku, Ineisha. Oma memang mempunyai dendam pada keluargamu, lalu membalaskan dendamnya padamu. Tetapi semua belum selesai kamu sudah mendekam di penjara, walaupun begitu kami sudah cukup puas. Aku pun terpaksa menikah denganmu karena dipaksa oleh Oma, agar rencana Oma bisa berjalan dengan lancar," jelas Chio panjang lebar.

Apa yang Chio katakan memang seperti itu adanya, Chio sudah tau dari awal mengenai dendam sang Oma. Namun, awalnya ia tidak mau ikut campur masalah dendam Omanya. Apalagi ia harus menikahi wanita yang sama sekali tidak ia cinta, walaupun hanya sementara. Tapi Tiana tidak kehabisan akal, ia mengancam akan menyiksa Kalila tanpa ampun jika Chio tidak mau menurutinya. Jadi mau tidak mau akhirnya Chio menurut.

Masalah pembalasan dendam Tiana pun, Chio pun hanya tau sekadarnya saja. Tidak semua, jadi ia tidak tahu mengenai pernikahan pura-pura Isvara dengan Papanya. Jika tahu Chio tidak akan terima, karena mereka bisa menikah pura-pura sedangkan dirinya dengan Ineisha menikah sungguhan.

"Nggak aku nggak mau percaya, kamu pasti bohong!" teriaknya, karena waktu berkunjung sudah habis Ineisha langsung dibawa lagi oleh polisi dan dimasukan kembali ke sel.

Chio melihat itu semua biasa saja, tanpa ada rasa iba sedikit pun pada Ineisha padahal pernah hidup bersama selama beberapa bulan.

***

Chio baru saja sampai rumah, ternyata bertepatan dengan Javas yang tengah bersiap-siap untuk berangkat ke bandara.

"Papa jadi pergi ke luar negri sekarang?" tanya Chio pada sang Papa yang terlihat tengah duduk di ruang tamu untuk berpamitan pada keluarganya.

"Seperti yang kamu liat," jawab Javas santai, pria itu melihat wajah kusut putranya. Ia tidak tahan untuk tidak bertanya. "Kamu kenapa, Chio? Bukannya kamu habis dari penjara jenguk Ineisha sekalian kasih surat cerainya, kenapa wajah kamu kusut banget kayak ada masalah berat menimpa kamu?"

Chio akhirnya memilih untuk ikut duduk di ruang tamu. "Iya, Pa. Ada masalah berat, Ineisha nggak mau aku ceraikan. Tapi masalahnya bukan itu, karena dari awal aku udah menduganya. Masalahnya itu Ineisha bilang kalau dia hamil anakku, entah beneran hamil atau nggak aku nggak tau, Pa. Selain itu kalau benar Ineisha hamil, aku belum siap jadi seorang Ayah di usia semuda ini, Pa."

Chio memang terlihat sangat frustasi memikirkan masalahnya dengan Ineisha yang tidak juga selesai, malah sekarang bertambah dengan kabar kehamilan Ineisha.

"Kamu percaya jika Ineisha hamil dan itu anak kamu? Kamu nggak lupa'kan sama apa yang udah Oma kasih tau, Ineisha itu perempuan nggak benar. Dia nggak cuma tidur sama kamu doang, bisa aja itu anak hasil hubungan gelapnya sama Mr. X," ujar Tiana menggebu-gebu, ia merasa tidak sudi sekali jika harus memiliki cicit dari rahim Ineisha. Ineisha saja sejahat itu, bagaimana nanti anaknya bisa jadi lebih jahat dan lebih kriminal lagi karena kebanyakan anak juga mengikuti sifat orang tuanya.

"Aku juga nggak percaya, Oma. Aku juga udah bilang gitu ke Ineisha, tetapi aku takut jika benar itu memang anakku lalu aku harus bagaimana."

"Memang kamu pernah berhubungan dengan Ineisha, kalau nggak pernah ngapain kamu takut," ucap Tiana dengan santai. Ya, Tiana tidak tahu bahwa ia pulang dari pesta Darren dalam keadaan mabuk. Dan saat itulah Ineisha menggoda Chio dan membuat pasangan suami istri itu berhubungan badan.

Untuk hal itu, tentu Chio tidak akan cerita-cerita pada sang Oma karena itu hal memalukan dan paling ia sesali karena telah melakukannya pada Ineisha. Sebelum tahu Ineisha suka tidur dengan pria lain saja, Chio sudah sangat menyesal apalagi sekarang. Yang berarti Chio sudah meniduri bekas orang, mending kalau Chio dari awal sudah tahu kalau Ineisha adalah janda. Ini 'kan bukan, jadi mengingat hal itu Chio merasa jijik pada dirinya sendiri.

"Chio, kamu dengerin apa yang Oma kamu bilang 'kan?" tanya Javas dengan tegas.

"Iya, Pa. Aku dengar kok." Chio menatap sang Oma dengan tatapan menyesal yang teramat dalam. "Masalahnya aku udah melakukannya sekali saat aku mabuk beberapa minggu lalu, Oma," akunya.

Javas dan Tiana saling pandang, mereka berdua sangat tidak suka jika Chio yang masih muda sudah suka mabuk-mabukan. Namun, sekarang mereka tidak ingin membalas soal itu. Soal anak yang Ineisha kandung itu jauh lebih penting untuk dibahas.

"Kalau kamu masih bingung, mending kamu tes DNA aja setelah Ineisha melahirkan," saran Visha yang memang ada di ruang tamu sejak tadi, wanita itu juga sudah mendengar semua yang dibicarakan oleh keponakannya, Kakaknya serta sang Mama.

Chapter 2 | Belum Siap

"Rencananya sih gitu, tapi untuk masalah cerai aku tetap mau menceraikan Ineisha. Aku nggak bisa terus-terusan jadi suaminya, sedangkan dia juga ada di penjara nggak bisa melakukan tugasnya sebagai istri."

"Kalau itu keputusan kamu, tentu Oma dan yang lain pasti dukung. Oma sih berharap kamu nggak sampai punya dari Ineisha, tapi kalau takdirnya kayak gitu apa boleh buat."

"Papa tahu menjadi Papa diusia muda nggak mudah bagi kamu, Papa dulu awalnya belum siap karena memang usia Papa dulu jauh lebih muda dari kamu, Chio. Sampai akhirnya Papa gagal jadi Papa terbaik untuk anak-anak Papa, pesan Papa kamu jangan sampai kayak Papa. Jika benar itu anakmu, terimalah dan belajar jadi Papa yang baik untuk anak kamu. Kamu tenang saja, nanti kamu bakal dibantu banyak orang untuk mengurus anak kamu itu karena tidak mungkin mengandalkan Ineisha yang berada di penjara," nasehat Javas pada putranya.

"Iya, Pa. Aku akan coba ikuti semua nasehat Papa.

Waktu semakin berjalan, Javas yang sudah dijemput oleh Ferdi langsung berpamitan kepada keluarganya. Berat bagi Tiana melihat kepergian putranya kali ini, tetapi ia harus ikhlas karena tidak ingin karena ia tidak rela malah membuat putranya mendapatkan musibah.

Tidak ada yang ikut mengantarkan Javas ke bandara selain Ferdi, Ferdi tidak ikut hari ini. Tetapi beberapa hari kemudian akan menyusul, jadi Javas akan pergi ke luar negri sendirian saja.

Sebelum ke bandara, Javas meminta Ferdi mengantarkannya ke makam Isvara sebentar. Pria itu ingin berpamitan pada istri pura-puranya yang telah tiada.

Tidak perlu waktu lama, mereka sampai juga di pemakaman umum tempat mendiang Isvara di makamkan.

"Perlu saya temani, Pak?" Ferdi menawarkan diri untuk menemani Bosnya, karena takut sang Bos tidak berani sendirian di makam.

"Enggak perlu, Fer. Saya sendiri aja yang ke makam, saya mau bicara berdua sama istri saya Isvara," jawab Javas dengan cepat. Karena sudah mendapatkan penolakan, tentu Ferdi tidak memaksa untuk ikut. Ia juga tidak benar-benar ingin ikut ke makam.

"Baik, kalau begitu saya tunggu di mobil. Saya minta Pak Javas jangan lama-lama, soalnya takut Bapak sampai ketinggalan pesawat," ujar Ferdi mengingatkan.

"Kamu tenang aja, Fer. Saya juga tahu itu." Javas mulai keluar dari mobil sendirian, ia berjalan sebentar ke toko bunga yang ada di dekat pemakaman umum. Pria itu memang lupa tidak membawakan bunga untuk Isvara dan baru ingat ketika turun dari mobil, jadi mau tidak mau ia memutuskan beli di toko terdekat saja.

Setelah mendapatkan bunganya, Javas langsung berjalan ke area pemakaman dan mencari makam Isvara. Sebenarnya Javas bukan pertama kalinya ke makam Isvara setelah Isvara di makamkan, pria itu bahkan tiap hari ke makam istri pura-puranya walau hanya sebentar saja.

"Hai Isvara, bagaimana kabar kamu di sana? Kamu pasti bahagia di sana karena di sana kamu tidak akan lagi merasakan sakit baik fisik maupun hati kamu, saya percaya orang sebaik kamu pasti akan masuk surga. Tapi kamu tau Isvara, saya di sini sama sekali nggak merasa baik-baik saja. Saya merasa hidup saya hancur setelah kepergian kamu. Kenapa kamu pergi sendiri ke surga, nggak mengajak saya agar kita bisa bahagia bersama-sama di surga," ujar Javas sambil menangis, setelah mengatakan hal itu pria itu tidak lupa mendo'kan Isvara sebelum pergi dari makam.

Javas sudah pergi ke bandara, tetapi keluarga Bimantara tiba-tiba kedatangan tamu yaitu keluarga Heksatama yaitu Darius, Rieta dan Aina.

Kalila yang membukakan pintu langsung mempersilakan tamunya masuk dan duduk di ruang tamu, setelah itu wanita itu meminta para tamu untuk menunggu karena ia akan memanggil Tiana. Mereka bertiga memang ada perlu dengan Tiana jadi ingin bertemu dengan wanita paruh baya itu.

"Untuk apa kalian datang ke rumah saya? Apa kalian mau membuat kekacauan lagi di rumah saya?" tanya Tiana dengan wajah angkuhnya. Tiana meminta Kalila segera pergi, karena ia hanya ingin sendirian saat berbicara dengan ketiga orang itu.

"Kak Tiana, aku sengaja datang ke rumah Kakak bersama anak dan menantuku untuk meminta maaf sama Kak Tiana. Aku tau kesalahanku dulu sangat fatal sekali sampai udah buat Tito meninggal dunia, aku nggak akan melakukan pembelaan apapun. Tolong maafkan aku," ujar Rieta dengan tulus. Setelah tahu kejadian yang sebenarnya antara ia dan Tito di masa lalu, hidup Rieta jadi tidak tenang. Selama beberapa minggu ini, Rieta merasa tidak bisa tidur karena rasa bersalahnya. Hingga ia memutuskan mengajak anak dan menantunya pergi ke rumah Tiana untuk meminta maaf atas kesalahannya dahulu.

Tiana tersenyum licik sambil menatap mantan sahabat lamanya, wanita itu tidak menganggap Rieta sahabatnya semenjak kejadian naas yang membuat adiknya meninggal dunia. "Kalian datang untuk minta maaf?Rieta, kamu pikir dengan kamu minta maaf bisa membuat adik saya kembali hidup. Walau saya sudah melakukan balas dendam sama keluarga kamu, tetapi tidak membuat saya membuat apa yang kamu perbuat, Rieta."

"Aku tahu, Kak. Permintaan maafku tidak akan merubah apa yang terjadi, apalagi sampai membuat Tito hidup kembali. Aku ini manusia biasa, jelas nggak bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Andaikan aku bisa melakukannya tanpa Kak Tiana minta, aku pasti bersedia melakukannya," balas Rieta dengan lembut, wanita paruh baya itu tahu jika ia ikut bicara keras itu malah membuat semuanya jadi semakin runyam.

"Terus udah tau kayak gini, kamu ngapain datang untuk minta maaf. Kedatangan kamu ke rumah ini sia-sia, karena saya belum bisa memaafkan kesalahan kamu."

"Tidak apa-apa jika kedatanganku ke rumah ini sia-sia, walaupun begitu aku tetap berniat meminta maaf." Rieta bangkit dari kursinya, ia menghampiri Tiana. Diluar dugaan wanita paruh baya itu malah berturut di depan kaki Tiana.

"Aku bahkan siap jika harus mencium kakimu, Kak. Agar Kak Tiana tahu aku sungguh-sungguh meminta maaf sama Kakak, dan tentu aku sangat menyesal dengan apa yang terjadi saat itu. Jika saja waktu bisa diputar kembali, tentu aku ingin kembali ke waktu itu dan tidak akan mengatakan apapun pada warga tentang Tito."

Tiana masih diam ditempatnya, ingin sekali memaafkan Rieta. Namun, ia merasa belum bisa melakukannya. Bayangan sang adik saat akan meninggal dunia setelah dipukuli warga terus membayanginya, Tiana benar-benar tidak bisa melupakan semua itu. Hatinya belum bisa ikhlas, apa yang terjadi pada Tito memang adalah takdir. Tapi tetap saja menyesakkan di hati Tiana karena saat itu hanya Tito yang ia punya.

Darius tampak tidak suka melihat sang Mama sampai berlutut di depan Tiana, walaupun ia tahu kesalahan sang Mama. Darius langsung bangkit dari kursinya, ia menghampirinya Mamanya dan berusaha membangunkan sang Mama. "Mama ngapain sih pake berlutut di depan Tante Tiana segala, kalau Tante Tiana nggak mau maafin Mama ya biarin aja. Yang penting Mama' kan udah minta maaf. Nggak perlulah Mama sampai mengemis maaf sama Tante Tiana, Tante Tiana itu hatinya udah dipenuhi dendam jadi ya gitu deh."

Tiana tampak tersinggung dengan ucapan Darius, walaupun ucapan Darius tidak sepenuhnya salah.

"Lebih baik kamu diam saja, Darius! Kamu nggak merasakan apa yang aku rasakan selama ini, jadi kamu bisa bicara seperti itu. Dari pada kamu bicara tentang saya, mending kamu urus putri kamu Ineisha yang sekarang ada di dalam penjara. Apa kamu tahu berapa murahannya Ineisha, putri kamu? Sekarang Ineisha sedang hamil tetapi tidak jelas siapa ayah dari anak yang dikandung oleh Ineisha, karena Ineisha bukan hanya tidur dengan Chio—suaminya!" ujar Tiana tidak tahan lagi, jadi ia langsung memberitahukan kebenaran Ineisha pada keluarganya.

"Tante Tiana, tolong jangan keterlaluan. Saya tahu bagaimana Ineisha, oke saya terima Ineisha itu bukan anak yang baik, bahkan orang jahat. Tapi Ineisha bukan wanita murahan seperti apa yang Tante tuduhkan," tegas Darius membela Ineisha. Sedangkan Aina memilih untuk diam saja, ia tahu bagaimana Tiana. Wanita paruh baya itu tidak mungkin hanya asal bicara saja, karena Tiana memang bukan type orang yang seperti itu.

Menurut Aina, Ineisha aja bisa berbuat jahat dan kejam pada Kakaknya sendiri. Jadi sangat memungkinkan jika Ineisha menjadi wanita murahan, walaupun Aina tidak tahu apa alasan Ineisha melakukannya.

"Yang saya ucapkan adalah kenyataan, saya nggak mungkin memfitnah putrimu yang kriminal itu. Tidak ada gunanya bagi saya." Tiana menunjukkan bukti-bukti yang ia punya jika Ineisha adalah wanita murahan karena telah menjadi simpanan Mr. X.

"Darius! Darius, kamu tidak terima Javas menikahi Isvara karena Javas terlalu tua. Sekarang lihat putri kesayangan kamu Ineisha, berani menjajakan tubuhnya pada pria yang bahkan lebih tua darimu, Darius." Darius sangat marah, ia tidak tahan lagi jika harus menerima ejekan dari Tiana. Pria itu langsung mengajak Mama serta istrinya pulang ke rumah.

Darius tidak peduli lagi dengan sang Mama yang belum mendapatkan maaf dari Tiana, karena kemarahannya Darius memutuskan mengajak keluarganya memusuhi keluarga Tiana. Tiana tidak peduli hal itu, bahkan ia pun juga tidak masalah jika harus ikut memusuhi keluarga Heksatama. Mulai hari ini kedua keluarga itu bermusuhan satu sama lain.

***

Dua tahun kemudian...

Ineisha divonis 15 tahun di penjara, wanita itu hanya bisa pasrah mendapatkan hukuman itu karena tidak ada yang membelanya selain pengacara umum yang biasa membela pelaku sepertinya. Ineisha jelas tahu pengacara itu sudah mengusahakan yang terbaik untuknya, dan Ineisha sangat berterima kasih padanya.

Ineisha sudah dipindahkan di sebuah lapas yang letaknya jauh dari rumahnya maupun rumah Chio, kini ia berada di dalam selnya sambil memandangi foto kedua anaknya yang masih bayi, Ineisha memang terakhir bertemu anak-anaknya saat ia baru melahirkan anak-anaknya. Setelah wanita itu tidak pernah bertemu lagi dengan anak-anaknya, sekarang harusnya kedua bayi Ineisha berusia 15 bulan. Karena sekarang ia baru menjalani masa hukuman 2 tahun, masih sangat lama lagi ia bisa bebas dan bisa bertemu kedua anaknya. Ineisha memang tidak ingin bertemu dengan kedua anaknya saat dirinya masih di penjara, walaupun kerinduan sangat menyiksanya.

Ineisha memang melahirkan dua bayi sekaligus dengan jenis kelamin yang berbeda, tetapi mereka berdua adalah kembar superfekundasi atau kata lainnya kembar beda Ayah. Kedua anak Ineisha memang memiliki Ayah yang berbeda satunya yang berjenis kelamin perempuan itu adalah anak Chio, sedangkan satunya yang berjenis kelamin laki-laki adalah anak Mr. X.

Awalnya Ineisha pun bingung mengapa semua itu bisa terjadi, saat test DNA memang hanya bayi perempuannya saja kecocokannya 99% dengan Chio karena memang anak Chio. Sebenarnya dari wajahnya pun sudah terlihat bayi perempuan Ineisha itu duplikat Chilla kecil, itu kata Kalila. Chilla dan Chio kan kembar, jadi sangat wajar putrinya duplikat Chilla.

Sedangkan bayi yang satunya, bayi laki-lakinya ternyata 0% kecocokannya dengan Chio. Ineisha langsung teringat sehari setelah berhubungan badan dengan Chio, wanita itu juga berhubungan badan dengan Mr. X.

Ineisha juga tidak menyangka, kedua benih dari dua orang yang berhubungan dengannya bisa langsung menghasilkan bayi. Kembar superfekundasi atau kembar beda ayah ini memang sangat langka dan jarang terjadi di Indonesia bahkan di dunia sekalipun, dan ternyata Ineisha mengalaminya.

Bayi perempuan yang diberikan nama oleh Ineisha, Ivanka Arcesha Bimantara sedangkan saudara kembarnya diberikan nama Vandra Alexando Heksatama. Mengapa kedua anak Ineisha memiliki marga yang berbeda, karena Chio dan keluarga Bimantara yang lain tidak sudi membiarkan anak laki-laki yang bukan anak kandung Chio untuk mendapatkan marga Bimantara.

Karena itulah kedua anak kembar Ineisha terpaksa harus dipaksakan, Ivanka dirawat oleh Ayahnya yaitu Chio. Sedangkan Vandra dirawat oleh orang tua Ineisha, walau tidak sepenuhnya karena memang Vandra lebih banyak dirawat baby sitter.

Ineisha sebenarnya tidak ingin kedua anaknya hidup terpisah, karena Chio tidak mau merawat Vandra. Pria itu hanya mau merawat anak kandungnya sendiri yaitu Ivanka, memaksa Chio pun tidak mungkin. Sedangkan Jika Ivanka dirawat bersama dengan Vandra di rumah kedua orang tua Ineisha. Tentu kedua bayi itu tidak mendapatkan kasih sayang orang tua, demi kebaikan Ivanka ia memilih mengalah membiarkan Ivanka di rawat Chio walaupun Ivanka harus berpisah dengan saudara kembarnya sendiri.

Harapan Ineisha tentu saja, Ivanka dirawat dengan baik dan bisa mendapatkan kasih sayang dari Ayah kandungnya. Agar pengorbanannya memisahkan Ivanka dan Vandra tidak sia-sia.

Masalah Mr.X, Mr. X kabur bersama keluarganya karena terkena kasus penipuan. Ineisha sendiri memang tidak berharap banyak pada pria hidung belang yang telah merusak hidupnya itu.

Setelah melahirkan kedua anaknya, Ineisha banyak tersadar atas semua kesalahannya. Ia baru sadar sudah melakukan kesalahan yang sangat besar hingga membuat Kakaknya terbunuh hanya demi egonya semata, dirinya tidak bisa membayangkan jadi sang Mama yang harus kehilangan salah satu putrinya karena ulah putrinya yang lain. Karena itu, Ineisha akan berusaha untuk menjalani hukumannya dengan sebaik-baiknya. Wanita itu ingin berubah menjadi lebih baik lagi, agar saat dirinya bebas dari penjara ia bisa menjadi orang yang baik tidak seperti Ineisha yang dulu.

Dipisahkan sementara dengan anak-anaknya aja bagi Ineisha begitu menyakitkan, hingga membuatnya menahan rindu yang entah kapan bisa tersampaikan. Bagaimana dengan Mamanya yang tidak bisa lagi memeluk sang Kakak dan menuntaskan rindunya, pasti menjadi Mamanya jauh lebih menyakitkan dari pada dirinya. Mungkin jika ia berada diposisi yang Mamanya, dirinya tidak akan sanggup. Ineisha sadar betul, sang Mama harus merasakan itu semua karena ulah dirinya.

Bagi Ineisha anak-anaknya adalah sumber kebahagiannya, ia pasrah ketika akhirnya harus bercerai dengan Chio. Mungkin jika ia tidak mengandung anak-anaknya, Ineisha bisa depresi karena hidup di penjara dan keluarganya tidak ada satu pun yang peduli padanya jelas saja sangat berat baginya. Namun, demi anak-anaknya Ineisha berjuang berusaha untuk kuat menjalani hukumannya.

Saat mengandung anak kembarnya, Ineisha sering mengalami flek dan kram. Beruntung kedua anaknya tetap bisa diselamatkan, bagaimana tidak Ineisha hidup di dalam penjara jadi ia sering mengalami flek dan kram. Walau begitu bayi Ineisha sangatlah kuat, Ineisha beruntung akan hal itu. Wanita itu tidak mendapatkan vitamin dan makanan khusus ibu hamil, dan yang paling penting support dari orang-orang yang ia sayangi. Tetapi Ineisha tidak mendapatkannya, karena tidak ada yang peduli dengannya dan bayinya. Jadi Ineisha hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri atas keselamatan ia dan bayinya.

Ineisha sangat berusaha memperjuangan kedua bayinya lahir dengan selamat, walau memang bedan badan keduanya sangat kecil tetapi kedua bayi itu sangat sehat. Wanita itu juga berusaha untuk tidak stress saat kehamilan, karena stress bisa membahayakan kehamilannya. Tentu Ineisha tidak menginginkan sesuatu yang buruk pada anaknya, andaikan ada kondisi darurat yang membuatnya memilih jelas Ineisha pasti akan memilih menyelamatkan bayinya.

Jujur Ineisha merasa bahagia saat tau ia melahirkan bayi kembar dengan jenis kelamin berbeda, memang pada awalnya Ineisha tidak mengetahui bahwa ia mengandung bayi kembar karena berada di penjara membuatnya tidak bisa melakukan USG, seperti yang dilakukan oleh Ibu hamil pada umumnya.

"Vanka, Vandra, Mama kangen banget sama kalian. Semoga kalian selalu sehat dan bahagia, Mama akan menunggu waktunya tiba kita bertiga bisa bertemu," lirih Ineisha sambil memeluk erat satu-satunya foto kedua bayinya yang ia punya.

Chapter 3 | Kehidupan Vandra

Di kediaman Heksatama, tidak ada lagi kebahagiaan di rumah itu. Apalagi Rieta sekarang lumpuh, dan Aina juga sering sakit-sakitan karena terlalu merindukan Isvara yang sudah tiada. Sedangkan Darius sendiri semakin membenci Ineisha, karena kabar Ineisha yang masuk penjara tersebar luas. Banyak klien yang membatalkan kerja sama, kini perusahaan yang besar telah diambang kehancuran. Selama dua tahun Darius sudah berusaha keras untuk membuat perusahaannya tetap berjaya, tetapi kerja kerasnya tidak membuahkan hasil karena klien tidak percaya lagi pada Darius.

Mungkin jika korban Ineisha bukan Kakaknya sendiri, kebanyakan klien akan mencoba bersikap biasa. Karena merasa mereka pun pasti punya kesalahan masing-masing, tetapi ada yang memang masih ditutupi agar tidak sampai masuk penjara.

Sedangkan menurut mereka, saat mereka tahu korban dari putri Darius yaitu putrinya yang lain. Jelas membuat mereka bergidik ngeri, Darius bagi mereka sangat gagal dalam mendidik putrinya sampai setega itu pada Kakaknya sendiri.

Putrinya saja bisa bersikap seperti itu, tentu mereka jauh lebih takut jika Darius sampai berbuat yang lebih buruk dari putrinya. Istilahnya, sama yang ada hubungan darah saja mampu berbuat seperti itu. Apalagi dengan mereka yang bukan siapa-siapa, terlebih di dunia bisnis itu perselisihan itu sangat wajar. Mereka takut karena saat berselisih dengan Darius, Darius malah bertindak nekad pada mereka jadi lebih baik tidak berurusan dengan pria itu.

Seorang anak laki-laki berusia 15 bulan menangis, tetapi tidak ada yang memperdulikannya. Babysitternya sedang pulang kampung, jadi tidak ada lagi yang menjaga. Anak laki-laki itu adalah Vandra Alexando Heksatama putra dari Ineisha dengan Mr. X.

Vandra memang tinggal di kediaman Heksatama, tetapi ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Opa dan Omanya. Bahkan Aina dan Darius seakan tidak menganggap kehadiran Vandra sejak anak itu masih bayi, pasangan suami istri itu tidak mau menganggap Vandra cucunya terlebih Darius menganggap Vandra sebagai aib untuk keluarganya.

Jika tidak karena dilarang oleh Rieta— Mamanya, Darius pasti sudah mengantarkan Vandra ke panti asuhan setelah Chio memberikan bayi itu padanya.

Chio memang tidak menemani Ineisha melahirkan, ia datang ketika anaknya sudah lahir. Setelah itu Chio membawa kedua bayi yang Ineisha lahirkan pulang ke rumahnya, tentu Chio tidak lupa melakukan test DNA sebelumnya.

Saat test DNA selesai, dan yang terbukti anak Chio adalah bayi perempuan saja. Chio langsung membawa bayi laki-laki Ineisha ke rumah orang tua Ineisha, karena ia tidak sudi merawat anak yang bukan darah dagingnya sendiri.

Dari pada dipaksa merawat bayi itu malah membuat dirinya menyakiti bayi laki-laki itu, lebih baik Chio menyerahkan bayi itu ke orang yang tepat yaitu orang tua Ineisha. Biar bagaimana pun bayi itu adalah cucu mereka.

Sejak awal Chio tidak yakin bahwa anak yang dikandung Ineisha adalah anaknya, tetapi ia tetap datang ke rumah sakit tempat Ineisha melahirkan untuk memastikannya.

Saat melihat bayi perempuan Ineisha, Chio merawa wajah bayi itu mirip dengannya sedangkan bayi laki-laki itu sangat berbeda bahkan tidak mirip dengan Ineisha juga. Chio masih punya hati, menurutnya kedua bayi itu sehat jadi untuk apa tetap di rumah sakit. Itulah alasan Chio memutuskan untuk membawa kedua bayi itu pulang dari rumah sakit

Memang mau siapa lagi yang akan membawa kedua bayi itu pulang jika bukan Chio, karena kedua orang tua Ineisha juga tidak datang ke rumah sakit padahal pihak kepolisian memberitahukan padanya dan kedua orang tua Ineisha bahwa Ineisha akan melahirkan.

"Berisik! Kamu bisa diam nggak sih, saya ini sedang pusing!" bentak Darius pada cucunya yang masih bayi.

Vandra keluar dari kamarnya sambil menangis, anak laki-laki itu mencari baby sitternya. Namun, anak itu tidak bisa menemukannya hingga membuat tangisannya semakin kencang.

Kebetulan Vandra melewati ruang kerja Darius, tangisan Vandra jelas terdengar di telinga Darius hingga membuat pria itu marah-marah pada cucunya sendiri.

Bentakan Darius saat memarahi Vandra terdengar sampai kamar Rieta, tetapi wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa sekarang karena sudah lumpuh. Sebelum lumpuh, Rieta-lah yang mengurus Vandra dibantu oleh babysitter tetapi sekarang jangankan untuk mengurus Vandra. Mengurus dirinya sendiri saja Rieta tidak bisa, Rieta lumpuh sejak satu tahun terakhir. Jadi wanita paruh baya itu hanya mengurus Vandra selama beberapa bulan, setelah itu Vandra di urus full oleh babysitter–nya.

Karena dibentak oleh Opanya, tangis Vandra malah semakin kencang. Tidak ingin sang putra sampai berbuat kasar dengan cicitnya, Rieta langsung meminta perawatnya untuk mengambil Vandra dan membawa anak itu ke kamarnya.

Rieta memang punya perawat yang ditugaskan untuk merawatnya oleh Darius, karena tidak mungkin Darius menyuruh Aina— istrinya merawat sang Mama karena Aina sendiri sering sakit sakit. Apalagi menawar orang lumpuh itu tidak mudah, jadi lebih baik Rieta dirawat oleh perawat yang ahli di bidangnya.

Perawat Rieta yang bernama Susi itu langsung melaksanakan perintah dari sang Nyonya, tidak butuh waktu lama Susi sudah datang ke kamar Rieta sambil menggendong Vandra yang masih menangis.

"Sini Cicit gantengnya Nenek buyut," ujar Rieta sambil menunjuk kakinya, seolah berkata ingin Vandra duduk di pangkuannya.

"Vandra kenapa nangis, sayang? Ayo cerita sama Nenek buyut," pinta Rieta ketika Vandra sudah duduk di pangkuannya.

"Ana Ncus Idah, Nyenyek yut? Andla cali ndak ada." Vandra memang sudah bisa bicara walaupun belum terlalu jelas, jalan pun sudah bisa sedikit demi sedikit.

Rieta mencoba mengartikan apa yang diucapkan oleh Cicitnya. "Mana sus Indah, Nenek Buyut? Vandra cari nggak ada, itu'kan artinya Suster Susi?" tanya Rieta memastikan. Jika nama perawat Rieta adalah suster susi, sedangkan nama babysitter Vandra adalah suster Indah yang biasa disebut Ncus Idah sama Vandra.

"Iya, benar Nyonya." Suster Susi memang sudah punya suami dan punya anak, jadi ia bisa mengerti dengan bahasa bayi yang memang bicaranya belum lancar dan banyak cadelnya.

Rieta menggerakkan pelan tangannya agar bisa memegang tangan cicitnya, kaki Rieta benar-benar tidak bisa digerakkan jika tangannya masih bisa digerakkan sedikit-sedikit.

"Vandra sayang, Sus Indahnya emang nggak ada karena lagi libur. Besok sus Indahnya bakal ada lagi, sekarang Vandra mainnya sama Nenek buyut dan Suster Susi dulu ya, sayang," jawab Rieta pada pertanyaan cicitnya.

Vandra mengangguk, seolah benar-benar paham dengan apa yang diucapkan oleh sang Nenek buyut.

"Nyenyek yut, adi Opa malah-malah cama Andla, Andla akut, "adunya. Tidak tega pada sang cicit yang masih kecil, tetapi sudah mendapatkan kemarahan putranya. Rieta memutuskan untuk bicara pada putranya nanti mengenai Vandra.

Sedangkan di ruang kerja Darius, tiba-tiba Aina muncul di ruangan sang suami.

"Mas," panggilnya dengan manja.

"Kenapa, Aina?" tanya Darius yang masih terfokus dengan pekerjaan.

"Liat aku dong, Mas. Jangan kerja terus yang dipikirin." Aina merasa diabaikan oleh sang suami, karena kedatangannya ke ruang kerja sang suami malah tidak diperhatikan padahal Aina inginnya bukan seperti ini. Walau mereka bukan pengantin baru, Aina tetap menginginkan romansa dengan suaminya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!