"Pokoknya papa hanya setuju kau menikah dengannya ! "
" Terserah papa saja "
Reihan membanting pintu kamarnya saat papanya bersikeras menjodohkan ia dengan anak temannya di kampung
" Reihan buka pintunya kau harus mendengarkan papa dulu "
Suara papanya tampak begitu keras memanggil Reihan
Reihan sama sekali tak bergeming, ia lebih memilih melawan papanya dengan cara seperti itu ketimbang harus beradu mulut
" Lakukanlah Pa ,sesuka papa "
Reihan duduk di kursi kerjanya
Lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya
" Apa mereka sudah gila menjodohkan aku dengan perempuan jadi - jadian itu
aku tak bisa membayangkan jika harus hidup bersamanya"
Berdiri di depan kaca lalu berteriak
" Bunuh saja aku pa, aku tak sanggup jika harus menikah dengan diaaaa, bagaimana dengan semua perempuan cantik yang masih ada di dalam hatiku, mantanku claudia yang masih sangat aku harapkan,
dan pacarku Maria yang berbodi sungguh bahenol itu, Aihhhhh , apa aku di haruskan meninggalkan mereka hanya demi seoarang gadis kampung yang sama sekali tak masuk dalam kriteriaku "
Lalu Reihan merebahkan tubuhnya di atas kasur ia pun meletakkan bantal diatas kepalanya lalu teringat kejadian 18 tahun yang lalu saat ia di ajak oleh papa dan mamanya untuk berlibur kekampung halaman teman papa dan mamanya itu,
Flash back
Perjalanan terasa indah kala itu,
di tambah lagi suasana pedesaan yang sangat asri Reihan bersama kakak perempuannya sangat betah berada disana
Didalam perjalanan mereka berdua melihat kekiri dan kekanan ,membuka kaca mobil lalu mengeluarkan kepala mereka untuk melihat pemandangan alam yang benar - benar indah di apit oleh pegunungan, air sunga yang sangat jernih yang tidak akan di temui di perkotaan
" Mamaa Reihan buka kaca ya, matikan AC nya "
" Iya sayang " Mama nya tersenyum melihat kelakuan dua bocah itu, wajar saja ini adalah pertama kalinya mereka mengajak Reihan dan Jihan untuk berlibur ke desa
"Pa, matikan AC nya " Mama Reihan menyuruh papa Reihan mematikan AC mobil, karena ia sibuk mengamati kertas yang berisikan alamat rumah teman lamanya itu
Reihan kecil pun berteriak
"Kak lihat banyak sekali burung diatas sana"
Reihan menunjuk kearah pepohonan di atas sana
" Ah cuma burung saja kau sudah heboh, bukankah kau juga punya burung, itu .. tu "
Jihan menggoda adiknya, membuat Reihan kecil menangis kembali
karena kakaknya Jihan memang sangat iseng
" Mama lihat kakak, ia menganggu ku lagi "
"Jihann... sudah jangan kau ganggu lagi adikmu itu "
" Uweekk dasar cengeng , itu saja menangis "
Jihan menjulurkan lidahnya
" Ma, ini jalannya kemana lagi "
Papanya tampak bingung, karena mereka sudah lama sekali tak kemari, ternyata di desa ini sudah banyak di bangun rumah - rumah semi permanen
" Tunggu Pa, ini sepertinya kita belok kanan aja Pa, nanti di sana kalau nggak salah rumah mereka "
Sambil mengamati kertas yang di pegang di tangannya
Tak butuh waktu lama
Mobil mereka pun berhenti di sebuah rumah sederhana yang beratapkan daun nipah rumah tersebut, sangat asri sekali di sekitarnya di kelilingi bunga - bunga dan di belakang rumah tampak hamparan padi membentang, benar - benar menenangkan sekali
"Ayo cepat kita turun , Jihan cepat bantu Reihan untuk turun dari mobil "
" Baik Ma "
"Mama aja, Reihan nggak mau di pegang sama kak Jihan "
Reihan masih terlihat kesal pada kakaknya
Tetapi bukan Jihan namanya jika ia tak iseng padan Reihan dengan cepat ia memegang tangan Reihan
" Ayo anak baik cepat turun sama kakak Jihan yang cantik ini"
Jihan kembali menggoda adik semata wayangnya itu ,awalnya Reihan menolak tetapi karena pemandangan di luar sana menarik hatinya ia memilih untuk mengikuti perkataan kakaknya itu
Dari dalam rumah tersebut
keluarlah sepasang suami istri
Dua orang suami istri tersebut menyambut mereka di depan pintu dengan sambutan yang begitu ramah sekali , tampak seorang anak kecil lelaki kira - kira berusia 2 tahun bertubuh kurus digendong oleh perempuan itu
" Akhirnya kalian sampai juga kemari, aku pikir kalian tak jadi mampir kemari "
"Aku sudah sangat rindu padamu Andi"
Memeluk sahabatnya dengan erat
" Ya ampun ini Jihan dia cantik sekali persis sepertimu Laila
Perempuan bertubuh kurus itu memeluk tubuh Jihan, Jihan yang sangat ramah pun
membalas pelukan tubuh perempuan itu, mereka memang selalu di ajarkan sopan santun, dan atitude dari kecil
Ya karena Adab itu memang sangat harus di tanamkan sejak kecil, seperti pepatah yang mengatakan Ilmu tanpa adab sia - sia,
orang yang berilmu belum tentu beradab, tetapi orang beradab sudah tentu berilmu
" Tante juga cantik, apa kabar tante "
Jihan menyapa dan mencium tangan perempuan itu
" Ah kau bisa saja sayang, kau benar - benar manis sekali nak ,kau seperti ibumu sangat mempesona sekali "
"Terimakasih tante "
Jihan tersenyum kembali
Laila bertanya kembali " Mana putri kalian "
Belum sempat perempuan itu menjawab
Dari kejauhan tampak seorang anak perempuan bertubuh hitam legam, ia berumur 4 tahun tetapi postur tubuhnya yang tinggi membuat ia seperti anak kelas dua sekolah dasar, tetapi wajar saja kedua orang tuanya memang tinggi besar, cuma kedua orang tuanya berkulit putih bersih, dulu sewaktu lahir ia putih sekali, mungkin karena terlalu banyak main makanya kulitnya menjadi hitam legam, hehe
Rambutnya terlihat acak - acakan sekali, ia pulang dengan sepeda nya ciri khas anak kampung pada umumnya
"Hah , itu dia Ramos , dia ini sudah seperti anak lelaki saja bermain tanpa memakai sendal , ayo cepat masuk !"
" Ramos cepat salam dulu om dan tante, ini ada kakak jihan dan mas Reihan datang jauh - jauh dari kota"
" Iya Bu, " Ramos langsung menghampiri kedua orang tua Reihan, mencium tangan keduanya
" Ini Ramos kan " Orang tua Reihan terkejut sekali melihat Ramos yang dulu putih sekali sekarang menghitam
" Iya dia itu kebanyakan main di sawah sama kerbau dan sapi jadi begitu lah "Ayah Ramos tertawa begitu juga kedua orang tua Reihan
" Iya nanti kalau sudah besar nanti dia tak akan mau lagi bermain di sawah hahahahaa "
Kedua keluarga itu tertawa renyah
Lalu Dengan isengnya Ramos mengelap tangannya yang kotor di baju Reihan sehingga membuat Reihan kecil menangis
" Mamaaa lihatlah dia mengelap tangannya di bajuku"
Reihan tampak ketakutan sekali, tetapi berbeda dengan Ramos ia malah tertawa cekikian ia terlihat begitu puas sekali
mengerjai Reihan
Jihan pun tertawa geli melihat tingkah Ramos yang jahil sekali terhadap Reihan
" Aku mau pulang saja" bersembunyi dibelakang ibunya.
" Eh nggak boleh begitu ,kita kan baru sampai "
Ibu Ramos langsung terpancing emosinya melihat kelakuan Ramos yang jahil itu
" Lihatlah ayah, kelakuan Ramos ini nakal sekali ia membuat Reihan menangis"
" Ramoss ayo cepat minta maaf sama
Mas Reihan! "
Ramos pun langsung berlari masuk dengan menjulurkan lidahnya kearah Reihan yang menangis tentu saja membuat Reihan bersembunyi dibelakang papanya karena ketakutan sekali melihat Ramos
" Sudah nggak apa - apa Ramos itu hanya bercanda saja "
Mama Reihan memeluk erat Reihan yang ketakutan itu
"Ayo masuklah kedalam, duduk dulu , bawa masuk pakaian kalian aku sudah menyiapkan kamar untuk kalian"
Mereka pun masuk kedalam rumah kayu tersebut
" Ayo duduk lah, biar Ratna membuatkan kalian minuman dulu "
"Aduh Joko, Ratna kalian nggak usah terlalu repot - repot begitu "
" Tidak apa - apa, tamu itu adalah Raja yang harus dijamu sebaik mungkin, duduklah sebentar aku akan membuatkan minuman dulu "
Ayah Ramos pun membuka obrolan
" Hmm inilah kehidupan kami sekarang,
kalian taulah semenjak kami memutuskan untuk menikah aku dan Ratna memutuskan untuk kembali kedesa karena rumah orang tua Ratna tidak ada yang mengurusnya sedangkan semua saudaranya pergi merantau , mereka semua menyerahkan hasil pertanian kepada Ratna "
Orang tua Ramos mulai bercerita
" Ah kau ini selalu merendah terus justru aku sangat senang jika kau tinggal di desa jadi jika kami ingin berlibur bisa bermain ketempatmu bukan begitu mas ,lagian kalian saja yang selalu bersikap rendah hati, kalian juragan tanah yang tidak sombong,
padahal jika kalian mau menjual tanag gampang saja kan"
Papa Reihan menggoda kedua orang tua Ramos
"Tentu saja , tapi itu tidak akan aku lakukan, Ramos dan Dion harus berusaha mencari uang sendiri, agar tak bergantung dengan warisan orang tua saja "
Ayahnya tampak berbicara serius sekali
Tak berapa lama mereka mengobrol, terdengar lagi teriakan dari Reihan , semua keluarga berlari keluar rumah melihat Reihan yang memang tak mau masuk iya memilih bermain di depan pintu,
ternyata Ramos kembali membuat ulah kali ini ia menaruh cacing di kepala Reihan
"Ramos apa yang kau lakukan , kau tau Reihan ini jauh - jauh datang dari kota untuk berlibur kesini "
Ibu Ramos berlari mengejar Ramos dengan sapu ijuk
"Sudahlah Ratna , Ramos itu masih kecil dia tidak mengerti apa - apa"
" Aku heran dia ini tidak bisa sama sekali bersikap manis sedikit saja , padahal dia anak perempuan"
menghela nafas panjang
"Kau lupa buah itu jatuh tak jauh dari pohonnya bukan begitu yudi"
Menyenggol siku ayah Ramos ,lalu tertawa geli.
"Ayahnya dulu salah satu cover boy di kampus nya, hehehe "
Ratna masih mengejar Ramos yang berkeliling mengayuh sepeda kecilnya dengan cepat , dengan memakai topi berwarna coklat lalu memakainya terbalik nafas Ratna tampak terengah - engah mengejar Ramos
" Ratna sudahlah hentikan "
ayah Ramos mendekatinya
Ratna memiliki sakit jantung turunan dari ayahnya sejak gadis ia sering pingsan dan kambuh kembali saat ia melahirkan Dion adik Ratna
tetapi Yudi ayah Ramos sangat mencintai Ratna ibunya cinta mereka tak usah di ragukan lagi
Yudi ayah Ramos langsung mendekati Ratna dan memapahnya agar kembali masuk kedalam Rumah
" Aku heran sekali melihatnya ia anak perempuan tapi kelakuannya seperti anak lelaki lihatlah dia sudah seperti tarzan saja rambut nya keras sekali untuk keramas saja dia tidak mau, aku sungguh pusing meliha kelakuannya, bagaimana jika nanti aku sudah tidak ada di dunia ini "
Ratna tampak sedih
" Apa yang kau katakan sayang, kau akan terus hidup dan kita akan menua bersama "
Ayah Ramos menenangkan ibunya
Jihan kakak Reihan yang duduk di bangku kelas 6 SD tertawa geli melihat kelakuan Ramos menurutnya Ramos itu unik dan membuatnya ingin tertawa terus, berbeda dengan Reihan yang dari tadi sembunyi di belakang ibunya
Mereka semua pun kembali masuk kedalam Rumah dan bercerita kembali tentang masa muda mereka " Reihan maafkan anak tante ya Ramos memang seperti itu"
mengusap kepala Reihan dengan lembut
" Iya tante aku takut sekali di mirip tarzan"
Semua yang berada di ruangan tersebut tertawa mendengar kata - kata yang terucap dari mulut Reihan termasuk papa dan mamanya
" Kau sekarang takut nanti kalau kalian sudah besar Ramos yang akan takut padamu"
Ayah Reihan menggodanya
Reihan tentu saja tidak mengerti, berbeda dengan Jihan ia justru ikut - ikutan menggoda Reihan
Mereka senyum - senyum sendiri, tak lama Ramos kembali lagi masuk dengan membawa sekeranjang jambu air berwarna merah yang manis sekali
" aku membawakan ini untuk kalian"
Ramos tersenyum manis sekali, meski ia sekarang menghitam dulu waktu masih berusia satu tahum Ramos sempat di kira anak orang bule, karena kulitnya yang putih dan rambutnya yang pirang
Itulah kelebihan Ramos masih kecil saja ia selalu perduli dengan keluarganya ia selalu membawa pulang apapun yang ia temui di jalanan
"Siapa yang memberinya nak?"
" Tadi Ramos membantu bude panen jambu jadi bude memberikan ini untukku"
Ayahnya sangat menyayangi Ramos berbeda sekali dengan ibunya ia selalu menjadi musuh ibunya di rumah , karena mungkin pengaruh letihnya ibu Ramos melahirkan Dion hanya berjarak satu tahun saja sehingga perhatian ibunya lebih kepada Dion yang juga sakit - sakitan hingga Ramos terabaikan
"Ramos cepatlah kau kebelakang cuci dulu piring di belakang"
Dengan cekatan bocah empat tahun itu berlari kebelakang ia langsung mecuci banyak piring yang berserakan
"Ratna kau yakin menyuruhnya dia itu masih sangat kecil"
" Sudahlah Laila itu hal yang biasa di desa anak - anak seumuran Ramos harus di tuntut mahir di dapur apalagi dia anak perempuan pertama bagaimana nanti jika aku harus di panggil tuhan terlebih dahulu , aku harap ia bisa hidup mandiri tampa aku nantinya "
Air mata Ratna bercucuran memikirkan nasib Ramos dan Dion adiknya karena sampai saat ini belum ada obat untuk penyakit jantung dari lahir yang ia derita kala itu
" Sudahlah aku tak mau melihat kau menangis ", Ayah Ramos tampak memaksakan senyumannya ia terlihat begitu tabah jika sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya
"Ayo kalian beristirahatlah dulu dikamar pasti Jihan dan Reihan letih sekali dalam perjalanan kemari"
" Reihan capek ma"
" Ayo sayang kita istirahat di kamar tante Ratna"
Reihan masih takut dengan Ramos ia berjalan di belakang ibunya tampak poto - poto orang tua Ramos masih muda menempel di dinding Ratna ibu Ramos tampak begitu cantik sekali berbeda sekali dengan bentuknya sekarang yang kurus dan hanya tinggal tulang belulang
" Ma itu poto siapa ?" Jihan menunjuk poto yang menempel di dinding
" Itu poto tante Ratna nak"
"Cantik sekali ya ma , tante Ratna masih muda"
"Tante mu sekarang juga masih muda nak , cuma karena penyakit yang menggerogoti tubuhnya membuat ia tampak seperti orang tua"
" Tante mu sangat cantik, bahkan ia dulu adalah primadona di kampus, siapapuh akan jatuh hati padanya, termasuk papamu itu "
Mama Reihan bercerita
" Kasihan tante Ratna ya ma, berarti papa juga fans tante Ratna ya, Ma heheh "
Jihan tersenyum geli gadis yang beranjak remaja itu seolah paham mengenai kehidupan percintaan orang tuanya itu
" Iya itu kan dulu sayang, waktu papa mu, belum ketemu mama "
mengusap kepala Jihan agar tak terlalu banyak bertanya lagi
" Apa keistemawaan tante Ratna Ma, sampai banyak orang yang menyukainya, bukankah kalau sekedar cantik saja, itu tidak menjamin disukai banyak orang Ma, "
" Iya sayang ,oh anak perempuan mamam ini benar - benar ingin tau sekali rupanya, baiklah mama jelaskan sedikit ya sayang, Jija seorang gadis itu baik ditambah lagi ia memiliki paras yang cantik tentu saja itu akan selalu banyak disukai oleh setiap orang, Kakak Jihan besok harus seperti itu ya, Coba saja Jihan lihat Ramos anak tante Ratna, bagaimana ia begitu rajinnya ,mama yakin ia nanti akan tumbuh menjadi gadis yang hebat "
Jihan yang sudah menjelma sebagai anak remaja ,atau lebih tepatnya anak baru gede,
ia duduk di kelas enam sekolah dasar tahun depan ia sudah duduk di sekolah menengah pertama, tentu saja ia sedikit paham jika di ajak bercerita .
" Ramos... Ramos "
Terdengar ibunya memanggil Ramos
" Iya Bu, "
Suara langkah kaki berbunyi dengan cepat dari arah dapur
Kelebihan Ramos yang benar - benar patut di tiru, jika orang tuanya memanggilnya dengan sangat cepat ia akan datang menghampirinya
" Pergilah ketoko dulu belikan ibu lilin dulu nak , biasanya malam ini giliran mati lampu di desa kita"
Dengan cekatan Ramos mengeluarkan sepedanya lalu berlalu dengan cepat meninggalkan ibunya
Kahidupan di desa berbeda dengan kota, apa lagi pendudukdesa sangat ramah tamah, dan sangat perduli dengan satu sama lain, jadi tak perlu khawatir jika anak sekecil Ramos berkeliaran di kampung pada malam hari pun, karena mereka punya kebiasaan mengaji kesurau
Mama Reihan keluar kamar melihat Ramos yang berlalu dengan sepedanya, papa nya menggendong Reihan yang sama sekali tidak mau turun
" Anak perempuan mu cekatan sekali jika di suruh - suruh ya "
Ayah Reihan berdecak kagum melihat Ramos
lalu kedua orang tua Reihan saling berpandangan, dan kembali melihat Reihan
lalu tersenyum penuh arti
" Iya memang begitu , selalu berani tetapi ya itu dia malas mandi dan tak mau keramas"
Tersenyum kearah Ramos yang menghilang di tengah gelapnya malam
Sebenarnya ibu Ramos sangat menyayangi Ramos, hanya saja karena jarak Ramos dan adiknya begitu dekat membuat ibunya lebih memberi perhatian pada adiknya, dan jadilah Ramos kecil tumbuh dewasa sebelum waktunya
" Wajar saja dia itu masih bocah , kalau sudah tumbuh remaja dia nanti akan lebih cantik dari mu Ratna "
Laila memegang pundak Ratna
.....
"Aaawww !"
Reihan terkejut saat seseorang menepuk pundak nya
" Ah kakak, bisa tidak kalau mau masuk ketuk pintu dulu"
" Bagaimana kakak mau mengetuk , pintu kamarmu saja terbuka lebar seperti itu.
kenapa muka mu masam sekali seperti ada masalah berat saja,"
Menatap heran kearah Reihan dengan penasaran padahal sebenarnya ia sudah mendengar dari dalam kamar, saat Papanya menyuruh Reihan membuka pintu kamarnya yang sengaja ia tutup kuat sekali
" Padahal aku tadi sudah menutupnya waktu papa di depan kamar, aku takut saja nanti di kira anak durhaka karena membiarkan papa berdiri di depan pintu, ternyata setelah di buka papa malah tidak ada ..hmmm "
Reihan membela diri, ia takut jika kakaknya itu akan marah, karena di rumah ini memegang prinsip harus patuh kepada kedua orang tua apapun kondisinya
"Ya.. ya.. baguslah, awas saja jika kau berani membuat hati papa terluka, aku akan sangat marah besar "
" Kau sudah dengarkan permintaan
papa tadi?"
" Permintaan apa ? yang mana ?" Jihan mengernyitkan alisnya
Reihan berdiri dengan berkacak pinggang
" Masa kau tidak dengar Kak, ah kau pasti berbohong kan "
" Memang iya, aku tak dengar sama sekali, cepat katakan ada apa sih "
Jihan merasa kesal karena Reihan masih juga bertele - tele menyampaikan perihal apa yang membuat ia kesal dengan papanya itu
"Papa akan segera membunuh masa depanku kak"
Menunduk sedih sambil menggelengkan kepalanya
" Membunuh bagaimana sih, kau ini coba lah Reihan berbicara yang jelas, kakak semakin tidak paham maksudnya bagaimana "
Jihan menggaruk kepalanya
"Ah sudahlah, nanti saja aku jelaskan "
Reihan mengambil kunci mobil lalu pergi meninggalkan Jihan sendirian dikamarnya
" Reihan .. Reihan, kau mau kemana, ceritakan dulu "
" Aku mau mencari angin dulu kak , kepalaku pusing berada di rumah"
Jihan terheran - heran mendengar ucapan yang keluar dari mulut Reihan
" Maksudnya bagaimana aku tak mengerti papa ingin membunuhnya, apa sih Reihan mana mungkin papa akan membunuhnya, aku rasa ia mulai tidak waras "
Jihan menghela nafas panjang
Karena rasa penasarannya yang besar ia pun berjalan menuju ruang kerja papanya
ya semenjak papanya sakit - sakitan Reihan dan Jihan lah yang mengurus semua urusan perusahaan ,terkadang suami Jihan lah yang lebih sering mengurus perusahaan Reihan sesekali saja menengok keperusahaan, karena sesuai janji papanya ia di perbolehkan mengurus semuanya jika menikah dengan perempuan pilihan papanya
Jihan yang penasaran langsung masuk kedalam ruang kerja papanya
" Pa , papa ?"
Jihan mengintip papa nya dari jendela
" Ngapain kamu di situ Nak, ayo masuklah"
papanya sangat menyayangi Jihan, terlebih
ia juga iba karena melihat Jihan yang belum juga di karuniai seorang anak
Jihan pun membuka pintu kamar papanya lalu ia terkejut karena ternyata mamanya juga berada di dalam sana
" Eh ada mama juga rupanya di sini"
" Kenapa sayang ?" Mama Jihan mengelus rambut Jihan , Jihan masih saja di perlakukan seperti anak gadis yang belum menikah, begitulah kasih sayang orang tua kepada anaknya, meski anak sudah menikah pun kasih sayang mereka tidak pernah pudar berbeda sekali dengan sang anak terkadang mereka yang sudah menikah jarang sekali yang bisa menyayangi orang tua sama seperti mereka menyayangi kita sewaktu kecil
" suamimu belum pulang nak ?"
Jihan menggelengkan kepalanya " Mas Ardi banyak kerjaan Ma, tadi dia nelpon juga kalau pulangnya agak malam "
" Terkadang papa kasihan melihat suamimu, yang bekerja terlalu keras ,cuma mau bagaimana lagi, papa belum berani memberi tanggung jawab lebih kepada adikmu itu, apa lagi dia selalu saja bersama perempuan - perempuan tidak jelas itu "
Papanya tampak emosi
" Sudah Pa, nanti juga berubah " Jihan membela adiknya, di keluarga ini rasa sayang antara satu sama lain benar - benar terasa, sekali didalam rumah .
tampak kehidupan keluarga yang begitu adem dan harmonis,
karena suasana kekeluargaan, kasih sayang, semua nilai - nilai keimaanan begitu tertanam di keluarga ini
" Oh ya Pa, Reihan kenapa dari tadi
marah - marah terus?"
Mama dan papanya saling berpandangan seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya
Dengan lembut Mamanya langsung mengalihkan pembicaraan
" Kau kapan akan berangkat ke singapore sayang "
" Besok ma, tunggu mas Ardi pulang dari luar kota"
Jihan sudah lama menikah jarak usianya dan Reihan terpaut lima tahun usianya sekarang sudah menginjak 28 tahun tetapi ia belum juga diberi keturunan ntah apa penyebabnya padahal mereka berdua sama - sama sehat dan tidak ada masalah
" Semoga program bayi tabung kali ini berhasil ya sayang "
mengelus kepala Jihan
"Semoga saja Ma, ini menjadi ikhtiar Jihan yang terakhir "
Jihan memeluk mamanya
" Terimakasih mama sayang doakan aku"
" Apa kau tak perlu doa dari papa "Papa nya tampak membuang muka, Papa Jihan memang begitu ia suka sekali bercanda pada anak - anaknya
" Tentu saja papa aku sangat butuh doa papa juga "
Memeluk papa dan Mamanya secara bersamaan
" Pa kalian menyembunyikan sesuatu dariku kan , ayo cepat katakan !"
Jihan sangat penasaran dengan kedua orang tuanya yang seperti sedang menyembunyikan sesuatu
" Sudah tidak ada apa - apa cepatlah keluar dari sini mama sudah tidak tahan bau rokok papa mu ini sangat menganggu"
.......
Reihan yang memutuskan pergi mencari udara segarpun langsung melajukan mobilnya dengan kencang dia membawa mobil secara ugal - ugalan
" Mereka sama saja ingin membunuhku jika aku harus menikah dengan tarzan itu tak bisa aku bayangkan harus menghabiskan hidupku dengannya,
jangankan untuk menikah dengannya membayangkannya saja aku sudah tak ingin hidup lagi"
Kring
Kring
Suara ponselnya berbunyi
" Siapa lagi sih yang menelpon" , Reihan melihat sebuah nomor baru menelponnya
lalu mengangkatnya
" Halo , Reihan"
" Iya , siapa" Dengan muka sangat jutek ia mengangkat telpon dengan sangat marah .
" Apa kau sudah benar - benar tak mengenal suara ku " Terdengar suara tertawa yang khas yang sudah tidak asing di telinganya
" Bryan ? Apa itu kau !"
" Aku kira kau sudah melupakan ku" , tertawa dengan keras
"Kau sudah pulang ? ", kenapa tak memberi tahuku"
" Aku sudah lama datang kembali kemari, aku di terima di sebuah kampus untuk mengajar program strata dua"
" Hebat sekali kau ternyata , kau di mana sekarang aku akan menyusulmu"
" Aku akan mengirimkan alamatku tunggulah di situ"
Seorang gadis yang berpenampilan biasa saja duduk termenung menunggu dosen masuk ia harus menunggu waktu satu tahun setengah lagi untuk menyelesaikan study S2 nya
" Lama sekali dosen baru ini datang , aku sudah sangat bosan menunggunya"
Seorang lelaki tampan berusia muda
kira - kira berusia 25 tahun masuk kedalam ruangan dia duduk dan memperkenalkan dirinya tetapi sudut matanya terus mengarah kesudut tertentu
" Baiklah semuanya maaf saya agak telat , perkenalkan nama saya Bryan atmaja , saya mengajar mata kuliah sosiologi hukum
saya ingin mengabsen dulu untuk kenal kalian lebih dekat"
- Arisandi
- Ferdian saputra
- Afina aghniya saputri
-Muhammad adelard jibril
Adreena salasatunisa
- Ramosa
Giliran nama Ramos di panggil
" kau seorang perempuan ternyata " , Bryan tersenyum kearah Ramos
" Iya pak memang begitu semua orang mengira saya laki - laki"
Menggaruk kepalanya
"Siapa panggilan mu ?"
" Semua orang memanggil saya Ramos pak"
" Kenapa tidak di panggil Ara saja, aku lebih menyukai memanggilmu dengan panggilan Ara bagaimana "
Ramos tersenyum " Ya terserah bapak saja lah "
" Bisa kau buka topi mu jika pelajaran saya"
memandang tajam kearah Ramos
Ramos membuka topinya dengan terpana Bryan melihat kearah gadis yang
benar - benar cantik secara alami itu membuat Bryan terkejut di balik topi itu ternyata ada sosok bidadari berambut pirang, dan tampak dari lehernya gadis itu berkulit amat putih bening, sangat jelas sekali wajah cantiknya saat di buka topinya
"Pak , haloo ? " Ramos melambaikan tangannya sebenarnya ia sudah biasa mengalami itu, makanya ia malas sekali membuka topinya
" Oh iya , jika didalam pelajaran saya mulai kedepannya jangan menggunakan topi di dalam ruangan ya "
" Baik pak" , ucap Ramos
Pelajaran dengan dosen baru telah selesai selanjutnya Ramos kembali kekontrakan yang tak jauh dari kampusnya untuk bekerja di toko roti
Semenjak kepergian ibunya kehidupan keluarga Ramos berubah, seluruh keluarga ibunya mengambil hasil perkebunan, hanya meninggalkan rumah papan tua, itu dan sepetak sawah saja selebihnya, mereka tak punya apa - apa lagi,
Itulah sebabnya Ramos bertekad untuk merubah nasib keluarganya ,Ramos bekerja keras untuk memperbaiki hidup keluarga nya ia bekerja siang dan malam terkadang ia menjadi badut penghibur ,cleaning service semua pekerjaan halal sudah semua ia coba ,pernah suatu hari ia ditawar oleh seseorang untuk menjadi wanita penghibur tetapi dengan sopan ia menolak secara halus
" Sayang kan wajah cantikmu , kulitmu sangat halus dan putih sebaiknya akan lebih bagus jika kau tak usah bekerja terlalu keras"
Itulah kata - kata yang masih selalu terngiang oleh Ramos, lelaki yang masih muda berusia kira - kira 32 tahun , wajahnya pun masih begitu jelas saat dia menawarkan Ramos untuk menjadi simpanannya
" Aku jadi sangat takut jika menikah dan memiliki suami seperti itu ",
Ramos menghela nafas panjang
Reihan sampai di kampus yang di sebut oleh Bryan " Sepertinya memang ini ",
melihat catatan di ponselnya
Bryan buru - buru berjalan dengan cepat , Ramos pun berlari untuk menunggu angkutan umum karena ia harus segera pergi ketempat kerja
" Halo Bryan aku sudah di kampus ini kau di mana ? "
Sambil mengamati ruangan sekeliling
" Tunggu saja di sana aku sebentar lagi menyusulmu"
" Baiklah"
Reihan mematikan telpon melihat sekeliling kampus
Kurang lebih 15 menit seseoran menepuk pundaknya dari belakang
" Bryan? "
Reihan dan Bryan saling berpelukan karena rindu sekali tak bertemu sahabatnya itu,
Beberapa mahasiswa menatap curiga kearah mereka yang berpelukan dan saling bergandengan
" Rei , cepat kau lepaskan tanganmu kau lihat mereka menatap kita"
Buru - buru Reihan melepas tangannya
"Sial apa mereka mengira kita ini homo"
memandang orang - orang sekeliling
" Ya , tentu saja dunia sekarang semakin gila apalagi kita memiliki wajah yang tampan"
Bryan merapikan kerah bajunya
" Kau tidak berubah ,selalu saja begitu"
hahaha aku pikir kau sudah melupakanku
apa yang kau lakukan di luar negeri sana ,
apa kau pulang membawa gadis bermata biru ha , ayo cepat katakan padaku "
Reihan menggoda Bryan
" Aku tidak suka produk impor menurutku produk lokal lebih menarik dan berkualitas"
Menyenggol Reihan dan tertawa cekikikan
" Bagaimana dengan mu apa Claudia dan Maria masih sangat suka kau goda, ha "
"Aku sudah di putuskan oleh Claudia, meski aku masih sangat berharap padanya ,
Kalau Maria kau tentu saja tau, dengan melihatnya saja lelaki mana yang tak berselera, apa lagi ia sungguh seksi sekali "
Reihan tertawa
" Itu bukan cinta Reihan, Cinta itu tak memandang fisik "
" Ooww oow, baiklah aku rasa ada yang sudah tobat sepertinya, its okay men, tetapi tetap saja aku tak yakin padamu, jika kau sudah tobat "
"Ya aku ingin fokus mencari calon istri "
Bryan tersenyum pada Reihan
Ramos pun sampai ketempat kerjanya
ia buru - buru mengganti pakaiannya di toilet belakang ,mengganti dengan pakaian kerja yang menggunakan rok mini, ia terlihat sangat cantik sekali
" Apa kau sudah datang dari tadi ? " Ramos langsung menuju ke meja kasir , ia mengajak mengobrol teman satu shifnya itu
" Tenang saja aku sudah mengaturnya jangan khawatir ,boss tidak akan marah padamu pirang "
Menenangkan Ramos yang tampak sangat tergesa - gesa
Dia teman yang sangat baik, sama - sama berasal dari gadis kelah bawah, ya berjuang dari hari kehari hanya untuk mencari sesuap nasi, cuma bedanya Alexa ia harus menghidupi kucing - kucing nya saja, karena ia juga yatim piatu, ia lah satu - satunya sahabat yang tulus kepada Ramos selama ini,
" Baiklah biarkan aku yang melayani pembeli disana "
Ramos berlari kearah pengunjung yang sedang memilih roti
Di tempat lain
Bryan dan Reihan berbincang - bincang di tempat duduk dekat kampus, yang ada seperti taman bunga mini di sana memang asyik untuk mengobrol berdua,
lagi - lagi orang melihat mereka seperti sepasang penyuka sesama jenis , maklumlah di jaman sekarang sangat sulit membedakan mana lelaki normal dan mana lelaki yang beaseksual apa lagi mereka berdua adalah dua orang pemuda yang tampan yang mana, biasanya cowok tampan itu di zaman sekarang bisa di kaitkan dengan hal - hal begitu
" Kau sendiri sudah menikah? "
Melirik kejari tangan Reihan melihat jika ada cincin yang melingkar
" Apa yang kau lihat ? "
Mengangkat tangannya lalu menaruhnya di wajah Bryan
Lagi - lagi para mahasiswa di kampus tersebut memandang mereka curiga
" Ah Rei bisakah kau tidak usah memperlakukanku seperti itu , lengkaplah sudah orang akan mengatakan aku dosen gay dari amerika "
Bryan memukul wajahnya
" Hahaha sudahlah sebaiknya kita mencari makan saja di luar, hari ini aku juga libur bekerja "
Berdiri dengan menarik tangan Bryan
" Rei cepat lepaskan tanganku , kau tak bisa lagi menyamakan zaman kita dengan zaman sekarang, apa lagi sekarang mereka punya tempat di negara kita ini, huh sudah hampir seperti amerika saja, aku rindu negara kita yang dulu "
Wajah Bryan tampak begitu masam karena beberapa orang tampak berbisik - bisik termasuk salah satu dosen senior di kampus itu
" Pak Atmaja " Bryan menegur salah satu dosen dikampusnya ia berusaha bersikap seperti biasanya ia lupa ini indonesia tentu saja hal - hal yang mencurigakan masih di anggap tabu berbeda dengan amerika yang menganut sistem liberal kebebasan di muka umum lelaki atau perempuan melakukan hubungan seksual di tempat umum merupakan hal yang biasa saja
" Ah kau ini " , Bryan masih sangat kesal dengan kelakuan Reihan padanya ini adalah hari pertama yang buruk untuknya sebagai dosen di kampus ini, hmm ntah apa yang akan di pikirkan orang - orang tentangnya
" Hahaha sudahlah biarkan saja mereka berpikir buruk tentang mu, kawan bukan kah itu bukan masalah besar "
Reihan kembali menggoda Bryan
" Ya, bukan masalah besar gundul mu "
" Wah.. Pak Bryan itu yang aku tunggu, ucapan itu ternyata kau masih sama ya "
Reihan tertawa dengan keras
" Kau kembali memancing ku, padahal aku sudah susah payah mengendalikannya "
Bryan merapikan kerah bajunya
" Hah, sudah lah ayo kita pergi ,
mau makan di mana kita? "
" Apa di otakmu hanya makanan saja Rei apa kau tak punya pacar? "
merebahkan badannya di kursi mobil dan membiarkan Reihan mencari tempat untuk berhenti duduk mencari restoran terdekat
Reihan pun mulai bercerita dengan serius
" Aku baru putus dari claudia "
" Syukurlah, itu keputusan yang bagus aku memang tidak suka kau berhubungan dengannya "
" Ah kau ini, bukannya mendukung ku "
Reihan tampak kesal
" Kau tau sendiri mama dan papaku selalu ikut campur jika sudah menyangkut masalah percintaanku Bryan , dan ini akan sangat sulit untuk aku mencari pasangan jika mereka terlalu mengatur kehidupanku "
" Tapi Brow , jika aku jadi kau, aku akan sangat setuju dengan pikiran mereka ,kau itu anak lelaki mereka satu - satunya, wajar saja mereka seperti itu, karena keturunan mereka akan lahir dari mu, tentu saja mereka akan memilih menantu seorang perempuan yang jelas, kali ini aku sangat setuju dengan mereka, kau kan memang tak pernah bisa memilih perempuan " menggeleng - gelengkan kepalanya
" Apa tak bisa memilih perempuan ?!
kau lihat lah semua mantan - mantan ku
dan perempuan yang bersamaku, adalah orang - orang terkenal dan terpandang, cantik, seksi dan wahh bodynya bikin meleleh "
Reihan mengedipkan matanya
" Ya.. ya tapi setiap orang tuakan ingin yang terbaik untuk anak - anaknya, kau beruntung masih di perhatikan orang tua sedangkan aku sampai detik ini aku tak tau bagaimana wajah kedua orang tuaku, apalagi mereka meninggal saat kapal tenggelam "
Bryan menghela nafas panjang
"Sabar browh kita punya ujian masing - masing tapi setidaknya kau bisa memilih siapa yang akan menjadi pendamping mu nanti " Reihan menyandarkan tubuhnya di kursi mobil
" Ya tapi Aku sudah menemukannya Rei"
Wajah Bryan tampak tersenyum bahagia"
" Wahh siapakah wanita sial itu "
Reihan tertawa mengejek
" Dia benar - benar istimewa sesuatu yang menarik hatiku di kampus tadi, ia berbeda tak sama dengan semua gadis - gadis yang pernah aku temui, dan ia sangat unik"
Tersenyum manis dengan wajah yang sangat cerah seolah punya power untuk bercerita ibarat baterai ponsel yang sudah terisi penuh
" Cepat kau katakan , mana dia aku ingin mengenalnya, aku yakin ia akan tertarik padaku nanti "
Reihan penasaran sekali sepertinya
" Sudah berhentilah dahulu , nanti akan aku ceritakan "
Mereka pun berhenti di sebuah restoran yang bersebelahan dengan toko kue tempat Ramos bekerja
Reihan memanggil pelayan
" Iya tuan ini menunya "
Menyerahkan buku menu kepada Reihan dan Bryan
" Kau mau makan apa cepatlah pesan "
Membolak - balik buku menu
" Terserah kau saja "
"Kalau aku nanti kau tau lah seleraku makanan jepang "
" Emm baiklah, tunggu dulu aku sudah rindu masakan khas nusantara "
Membuka menu masakan
" Nah ini dia favoritku Masakan padang ,masakan khas minang "
" Tolong rendangnya ya "
Bryan lagi - lagi mengedipkan matanya kepada pelayan laki - laki tersebut
Reihan melirik kearah sahabat laki - lakinya itu
" Hei kau jangan - jangan ! kenapa aku tiba - tiba menaruh curiga padamu semenjak kau di amerika ya, ? "
Mendekatkan wajahnya kepada Bryan seperti sedang menyelidik sesuatu
" Apa? aku masih sangat normal kawan , bahkan aku hanya akan menunjukkan kenormalanku pada gadis itu "
menghembuskan asap rokok kewajah Reihan
" Ah lama sekali, kau tunjukkan saja kenormalanmu, aku tau di mana banyak tempat gadis - gadis cantik, bagaimana ha "
Reihan berbisik ketelingan Bryan
" Aku sudah muak, dan aku rasa sudah saatnya aku berhenti bermain - main ,ayo lah brow kita hentikan kelakuan tak berguna mu itu, kau tak ingin hidup serius apa '
Aku bahkan sedang mengincar produk lokal yang tak kalah cantiknya "
" Perempuan yang kau ceritakan di kampusmu itu,
Ayo cepat tunjukkan padaku biar aku bisa menyalipnya , ha"
Reihan tersenyum kecil
" Tidak bisa gadis satu ini akan aku jadikan pelabuhan terakhirku kau jangan coba - coba menggodanya
"termenung dengan tatapan penuh cinta
" Nah bagaimana kalau dia yang ternyata menggodaku, aku harus bagaimana
apa kau yakin dia gadis baik - baik, biar aku dulu mengetesnya "
Reihan kembali menggoda Bryan, ternyata jika lelaki bertemu satu sama lainnya mereka juga sama seperti para perempuan ngerumpi masalah percintaan juga ternyata ckckck
" Aku semakin penasaran ingin menculik gadis itu ,aku ingin melihat bagaimana seleramu itu jika ia tak berbusana, aku akan memotretnya untukmu "
" Sudahlah Reihan kau ini tak pernah berubah kita ini sudah seperempat abad , kau ini selalu saja tak perapa kau tak ingin serius dengan seorang perempuan "
Bryan menatap kearah Reihan
" Ahhhh, aku ini sedang pusing sekali aku tak punya pilihan lain kau tau kan papa dan mama, semua keinginannya tak bisa aku bantah "
Meneguk gelas yang berisi minuman di hadapannya terlihat air putih melewati kerongkongannya, bukan hantu ya.. he
tapi kulit Reihan memang sangat putih
" Makanan sudah datang ayo kita santap dulu nanti kita lanjutkan obrolan kita "
Bryan tau jika Reihan punya banyak masalah ia akan bersikap seperti itu
" Makanlah aku tak selera makan "
Reihan menyenderkan tubuhnya dan membentangkan tangannya di kursi milik Reihan
" Kau ini bagaimana, itu saja kau pikirkan
sudah jalani saja, bagaimana jika pilihan orang tuamu itu tak kalah cantik dengan Claudia da Maria"
" Ah mana mungkin , membayangkannya saja aku sudah jijik "
Bryan melahap makananya dengan santai
Baru saja beberapa suap makanan masuk kedalam mulut Bryan
Beberapa orang mahasiwa di kampusnya juga ada di restoran tersebut mereka teryata mau makan di tempat itu juga,
" Eh lihat ada pak Dosen kita "
Bryan berpura - pura tak mendengar
Lalu mereke pun menegur Bryan yang sedang makan
" Pak Amerika , juga makan disini "
Bryan menghentikan suapan yang masuk kemulutnya
" Hei, iya kalian di sini juga "
Tersenyum pada mereka semua, layaknya Dosen dan mahasiswa yang sedang berjumpa
Menaruh sendok dan garpu dan menyapa sekelompok mahasiswa tersebut
Karena mereka semua masih berdiri di hadapan Bryan dan Reihan
mau tidak mau Bryan bertanya nama mereka
"Saya lupa, siapa nama kalian "
Reihan menutup mulutnya menahan tawa, karena geli melihat penampilan mahasiswa Bryan tersebut
" Aku tak habis pikir, penampilan mahasiswamu nyentrik sekali "
Berbisik ketelinga Bryan
" Sudah diamlah "Bryan berbicara dengan menggigigit giginya
" Rama pak , saya Rama " tersenyum -senyum
" Oh, iya Rama mari bergabung "
Bryan hanya sekedar basa - basi saja tetapi sepertinya iya salah menawarkan makan kepada para mahasiswa akhir bulan ini karena mereka ternyata memang benar - benar tidak melewati yang namanya penawaran makanan gratis
" Wah Anda baik sekali pak ,kami tidak mungkin bisa menolak permintaan dosen kami, ya karena anda memaksa tentu saja kami semua akan menemani bapak untuk makan di sini "
Mahasiswa yang terdiri dari tiga orang tersebut langsung duduk bersama Reihan dan Bryan mereka berpenampilan sangat nyentrik Rama sang protokol berambut panjang sebahu dengan model keriting iya seorang lelaki dan mengaku seorang seniman jalanan
yang kedua bernama Bimo, dia sangat pendiam model rambutnya terbelah tengah dengan kulit yang agak hitam, yang ketiga Rambo, dia lumayan ganteng dari ketiganya bermata sipit tapi sayang dia punya kebiasaan buruk yang tidak baik jika di ceritakan nanti saja lah ya,..
Reihan tersenyum sambil berbisik kepada Bryan " Hebat sekali kau memilih kampus
semua mahasiswa mu ini persis sekali dengan sikap kita waktu sekolah dulu "
Bryan nampak pasrah " Padahal tadi aku hanya basa - basi saja"
" Iya aku tau " Reihan menutup mulutnya menahan tawa
Ponsel Reihan pun kembali berbunyi
Kring
Kring
"Aduh siapa lagi yang menelponku "
" Cepat angkat telponmu ,mana tau penting "
menunjuk kesaku baju Reihan
" Siapa lagi yang mengangguku ,Maria tak mungkin menelponku jam segini ia masih bekerja ,apa lagi butiknya selalu ramai jam segini "
Dengan sangat berat nampaknya ia memasukkan tangannya kedalam saku bajunya Reihan pun akhirnya mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu melihat layarnya
" Papa? , aduh! "
Reihan dan Bryan saling berpandangan
" Cepatlah angkat ,Rei "
" Halo pa? iya pa, iya "
Reihan mematikan ponsel miliknya
" Kenapa? "
" Papa menyuruhku pulang, aduh kau bisa pulang sendiri kan, "
Salah satu dari mahasiswa yang sedang makan di hadapan Bryan langsung menyeletuk " Bapak pulang sama saya saja kebetulan saya hari ini bawa kendaraan "
Rama yang berambut panjang tersebut menawarkan tumpangan tentu saja Bryan merasa sangat senang
Tidak sia - sia juga aku memberikan mereka makan gratis
Tersenyum lebar " Baiklah Rei tidak masalah, next time kita bisa atur jadwal lagi, jika kau belum menikah tapi, "Bryan tertawa geli
"Sialan " Reihan pun berdiri dan berpamitan juga dengan anak - anak mahasiswa Bryan
" Yok duluan " Mengangkat kedua tangannya
" Ya hati - hati di jalan salam sama papa dan mama mu kawan "
Bryan tersenyum
Reihan buru - buru pulang meninggalkan Bryan yang tampak begitu senang karena mahasiswanya ternyata dapat diandalkan juga
" Kalian makanlah yang kenyang ya "
Bryan tersenyum
"Anggap saja ini makan - makan perkenalan kita "
" Siap pak "
Beberapa butir nasi menyembur kewajah Bryan
Dengan sangat lahap mereka memakan semua makanan di atas meja tanpa tersisa
Banyak juga makan mereka sampai tulang - tulang di meja lenyap seketika
Bryan menelan ludahnya, bukan karena kelaparan tapi siapapun yang melihat cara mereka makan mendadak akan menjadi kenyang
"Pak..
menegur Bryan sambil menunduk
" Bapak tidak habis pak? "
" Melihat kalian makan saja membuat selera makan saya jadi hilang "
Kata - kata Bryan itu nyelekit tapi sepertinya mereka bertiga tidak ambil pusing sama sekali
" Permisi pak "
Menarik piring Bryan yang masih tersisa makanan di atas piringnya
" Bukan main yang ganteng ini ternyata hobi juga makan ya "
Bryan tersenyum dengan ramah tetapi di dalam hatinya ia sedang menghitung - hitung jumlah uang yang akan ia keluarkan, maklumlah ia bukan orang kayak seperti Reihan, ia juga harus berjuang untuk hidupnya
Mereka semua melahap semua makanan di atas meja, sehingga membuat piring - piring di atas meja terlihat mengkilap karena kikisan tangan mereka tak meninggalkan noda setitikpun
Bryan tampak menggeleng - gelengkan kepala sambil mengelap keringat di dahinya dengan sapu tangan miliknya
Habis gaji pertamaku untuk membayar makanan mereka uh.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!