Ahtar memutar bola matanya saat tatapannya mendapati seorang santri yang akhir-akhir ini seringkali ia temui. Bukan untuk ia ajar, tatapi untuk diberikan hukuman. Entah itu sudah berapakali Ahtar melihat Mala dalam posisi seperti saat ini. Siap menerima hukuman, entah itu darinya atau ustadzah Ratih. Dan sepertinya, hari ini nasib gadis itu berutung karena yang dia hadapi adalah Ustadzah Ratih bukanlah dirinya.
“Buat masalah apa lagi dia hari ini ustadzah ?” tanya Ahtar sembari memasuki kantor pengurus pesantren putri. Ia bertanya sambil terus berjalan menuju meja salah satu ustadzah dan memberikan map yang dibawanya kepada ustadzah tersebut.
Ustadzah Ratih menghentikan kegiatannya memberi wejangan kepada Mala dan menjawab pertanyaan yang diberian gus-nya. “Ini gus, tadi ketahuan tidur saat jam pelajaran, Dia bahkan sampai membawa bantal kecil ke kelasnya untuk dipakai tidur di kusir belakang pojok”
Ahtar menghela napas pelan. Tidak kaget lagi, kenakalan seperti itu, bagi seorang santri apalagi santri seperti Mala ini adalah sesuatu yang sudah sangat biasa. Tapi mengetahui kalau gadis itu sampai membawa bantal membuatnya tercengang, itu artinya Mala memang berniat tidur sajak awal.
Ahtar menyedekapkan tangan di depan dada lalu berjalan lebih dekat menuju meja ustadzah Ratih, “Kalau sejak awal kamu memang berniat tidur, lebih baik tidak usah masuk kelas sekalian. Bukannya memilih tidur di dalam kelas. Kelas itu tempat untuk menuntut ilmu, bukan tempat untuk tidur. Pesantren sudah menyiapkan kalian asrama sebagai tempat untuk beristirahat dan kamu malah memilih tidur di tempat dan waktu yang harusnya kamu gunakan untuk menuntut ilmu.”
Mala yang sejak tadi menunduk kini mengangkat wajahnya. “Bagaimana saya bisa beristrirahat dengan tenang kalau saya harus menyelesaikan tugas dan hafalan hingga subuh. Kalau memang pesantren menyediakan asrama sebagai tempat untuk beristirahat para santri, seharusnya santri dibiarkan beristrirahat ketika sudah waktunya. Jangan malah membebani santri membiarkan beristrirahat dengan tenang tanpa harus kepikiran dengan semua tugas dan hapalan yang dibebankan” Ucap Mala
“Pesantren tidak pernah melarang kalian beristrirahat. Kalau waktunya beristrirahat, kalian bisa beristirahat dengan tenang. Pesantren sudah memikirkan system pembelajaran dengan baik dan efisien. Justru kalau kamu tidak bisa menerapkan jadwal yang sudah ditentukan dengan baik, bukannya masalahnya ada pada kamu ? Bukan sistemnya yang salah Nirmala. Tapi cara kamu menyikapinya yang perlu diubah” Jawab Ahtar
Ya, santri tersebut bernama lengkap Nirmala Syaqila Ramadhani atau kerap disebut Mala. Dia di masukkan oleh ibunya ke pesanten, karena dia susah diatur. Dia bersikap seperti itu karena kekurangan kasih sayang, kedua orang tuanya berpisah karena dari keluarga ibunya yang kurang setuju yang menikah dengan ayahnya. Ibunya dari keluarga yang kaya raya sedangkan ayahnya dari keluarga yang sangat sederhana.
Ahtar memandang tajam gadis tersebut. Dan berkata “kamu terlalu banyak menghabiskan waktu berbuat onar hingga membuat waktu istrirahatmu dihabiskan dengan menerima hukuman. Bayangkan, waktu satu jam yang kamu gunakan untuk menerima hukuman, digunakan santri lain untuk menghafal dan mengerjakan tugas mereka. Stelah selesai dihukum, kamu sudah terlalu Lelah untuk mengerjakan tugasmu dan memilih tidur, dan hasilnya apa ? kamu malah kelabakan Ketika tugas dan hafalanmu sudah hampir deadline dan akhirnya kamu memilih mengerjakan dengan system kebut semalam untuk meyelesaikannya. Jadi yang salah disini siapa ?, kamu atau system yang dibuat oleh pesanteren ?”
Mala tidak bisa menjawab.
“Mala, jadwal yang sudah dibuat disini punya tujuan. Dan tujuannya adalah mendisiplikan, jadi jangan salahkan systemnya kalau kamu kerepotan menjalaninya. Karena system disini mengenali orang-orang yang disiplin dengan yang tidak. Dan tentunya kamu belum termasuk kedalam orang-orang itu. Jadi saran saya, berhenti berbuat onar dan mulai bersikap taat mulai sekarang.” Ucap Ahtar selanjutnya
Mala mengangguk pelan.
“Jadi, saya harap setelah ini kamu bisa berubah sikap kamu itu. Dan juga, perbanyak menggunakan otakmu untuk belajar dam bukannya memikirkan cara untuk kabur. Paham Mala ?” Tanya Gus Ahtar
Mala tidak menjawab
“Paham Mala ?” Tanya Gus Ahtar kembali mengulang ucapannya. Sementara Ustadzah Ratih menepuk pelan lengansantrinya yang sibuk melamun itu.
“Iya paham gus” Jawab Mala
Ahtar memandang tidak percaya kepada santrinya itu. Tidak serta merta percaya dengan anggukan Mala.
“Ya sudah, saya pamit dulu ustadzah. Dan untuk kamu, jangan pulang ke asrama sebelum menamatkan Al-Baqarah, Yasin, Al-A’rof,, Ali-Imron, dan Al-An’am” Ucap Gus Ahtar
Mala membelalak matanya. “Tapi Gus …” Ia hendak protes, pasalnya saurat yang disebut gusnya itu adalah tida surat paling Panjang dalam Al-Qur’an. Kapan dia bisa kembali untuk makan siang kalau begini ceritanya ?
Ahtar tidak menggubris prote Mala. “Tolong diawasi ya ustadzah” ucapnya. “Saya pergi dulu. Assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam warahmatullah”Jawab Ustadzah Ratid dan Mala yang terlihat ogah-ogahan menjawab salam dari orang yang sudah memberikannya hukuman itu.
*****
Kalau kalian mengira wejangan Panjang lebar itu yang diberikan oleh Gus Ahtar kepada Mala siang tadi sudah membuat gadis itu jera, kalian salah besar. Gadis itu bahkan sudah lupa apa saja nasihat yang diberikan gus-nya itu pagi tadi. Otaknya terlalu sibuk memikirkan cara untuk kabur dari pesantren tanpa ketahuan para pengurus. Jadi, kata-kata Gus Ahtar hanya dianggap angin lalu. Ia hanya mengangguk tanpa berniat menerapkan apa yang gusnya itu katakana.
“Mala, kamuy akin kita tidak akan ketahuan ? aku takut kalau kita akan ketahuan. Apalagi kalau Gus Ahtar yang dapat. Bisa disembelih kita Mala. Poinku sudah minus, apa lagi kamu” Gadis berhijab biru tua yang sedang mengikuti sorang gadis dengan pakaian serba hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki itu berbisik denga nagak keras.
“Ssssst bisa diam tidak Luthfi ? kalau kamu ngomornya keras-keras kayak gitu, kita benar-benar bisa ketahuan. Kamu diam dan ikuti aku saja, jangan banyak omong.” Ucap Mala dengan suara serak dan hampir habis berkat hukuman yang diberiakn gusnya. Ia baru berhenti Ketika adzan sholat ashar berkumandang, itupun tidak selesai. Tapi berbeda dengan gus Ahtar yang tidak ada ampun dalam memberikan hukuman, ustadzah Ratih cukup kooperatif dan membebaskan Mala untuk segera pergi dan tidak memintanya kembali lagi untuk melaksanakan hukuman setelah sholat.
Karena itu, disinilah dia sekarang sedang mengendap-ngendap hendak keluar lewat pintu belakang pesantren yang biasa dilalui oleh para pekerja di dapur pesantren untuk membawa bahan makanan yang mempunyei akses langsung menuju dapur. Diwaktu magrib seperti ini, pintu itu biasanya di buka lebar untuk memudahkan para pekerja untuk menganggkut bahan makanan memang sering kali datang di waktu-waktu usai sholat magrib seperti ini. Dan momen itulah yang akan dimanfaatkan oleh Mala dan Luthfi untuk kabur. Mereka bahkan melewatkan sholat magrib demi bisa menjalankan rencana ini.
“Kita beneran akan pulang sebelum subuh besok kan, Mala ?” Tidak beberapa lama kemudian Luthfi berbicara
“Iya, Luthfi. Kita hanya nonton konser terus pulang.” Mala menjawab dengan tatapan mengawasi sekitarnya. Mereka sudah hampir sampai di gerbang yang mereka tuju, Mala dan Luthfi hanya perlu melewati Gedung dapur lalu keluar lewat pintu gerbang yang kini sudah terbuka lebar untuk mereka itu.
Dari balik jendela dapur, Mala memperhatikan para mbak-mbak yang di dapur sedang sibuk memasak dan pada mas-mas pengangkut bahan-bahan makanan sedang menata menata bahan makanan di dalam dapur. Tidak ada orang di luar Gedung yang akan memperhatikan mereka. Mala segera mengkode temannya untuk menunduk agar tubuh mereka tidak bisa dilihat dari jendela dapur dan mengendap-ngendap dengan sedikit berjongkok menuju kea rah gerbang belakang.
Mala nyaris bersorak saat tubuh mereka benar-benar sudah melewati gerbang dan hawa kebebasan dapat ia cium sepuasnya. Begitupun dengan Luthfi yang mana langsung bersorakuntuk merayakan keberhasilan mereka.
“Sssst jangan berisik Luthfi. Duh kamu ini ya gak bisa dibilangin” Ucap Mala kesal
“Iya maaf.” Luthfi menyengir penuh rasa bersalah
“Ya sudah. Ayo, kita masih harus jalan sampai di depan lapangan buat nyari mobil ke kota” Ajak Mala
Mala langsung menarik temannya itu untuk segera bergegas. Tapi yang menjadi masalah adalah mereka harus melewati gerbang utama pesantren agar bisa mencapai lapangan yang sedang mereka tuju. Dan disitulah petaka sebenarnya sedang menunggu Mala dan Luthfi.
Aksi kabur yang direncanakan Mala dan Luthfi, GATOT alias (Gagal Total), karena ketahuan oleh orang yang mereka hindari. Meskipun wajah orang yang di depannya ini setenang permukaan air danau, tapi Mala tahu kalau hati laki-laki itu tidak setenang yang ditunjukkannya. Berbagai jenis ta’zir atau hukuman untuk membuatnya jera pasti sudah tersusun di kepala laki-laki yang masih menatapnya tajam itu dan siap untuk ia realisasikan kepadanya.
“Gus kenapa ada disini ? Bukannya harusnya sedang di pesantren putra ya ?” Mala memandang gugup laki-laki yang menempati daftar teratas orang yang paling tidak ingin ditemuinya ini
“Wah, saya cukup takjub, kamu spertinya hafal sekali kegiatan saya ?” Tanya Gus Ahtar
Bagaimana tidak hafal, ia sudah merencanakan kabur dijam ini karena sudah mencari tahu kapan laki-laki ini tidak berada di sekitar kampus putri agar rencana kaburnya berjalan dengan lancar jaya. Eh sialnya malah bertemu diluar gerbang.
Benar-benar sial.
“Tidak gus. Saya tahunya juga gak sengaja. Kalau begitu silahkan duluan gus. Maaf kami sudah mengganggu perjalanan gus. Sepertinya gus Ahtar sedang buru-buru.” Mala seolah mempersiapkan gus-nya itu untuk pergi lebih dulu.
Ahtar mengangkat alisnya. “Kalian saja yang dukuan masuk”
Mala menggelengkan kepala. “Mana bisa seperti itu. Kami mana berani jalan lebih dulu di banding anda gus. Nanti kami masuk setelah gus masuk.”
“Saya tidak masalah. Silahkan jalan lebih dulu” Jawab Gus Ahtar
Mala menatap jengah laki-laki yang sepertinya tidak mudah untuk dikibuli ini. Ia sudah bisa melihat rencana yang seminggu ini ia susun dengan baik-baik menjadi berantakan tatkala melihat siluet gusnya ini.
“Berani kamu menatap saya seperti itu ?” Tanya Ahtar
Seketika Mala menundukkan pandangannya. Ia memang berani tapi tidak mungin mengakui itu secara terang-terangan, meskipun orang yang di depannya adalah orang yang paling mengesalkan yang pernai ia temui, ia masih menghormati orang tua gusnya karena teman dari sang ibu.
“Maaf gus. Saya tidak berani” Ucap Mala menunduk
Gus Ahtar menatap lekat Mala yang kini menunduk dihadapannya. “Sekarang katakana, kalian kenapa bisa berada diluar gerbang ?”
“Saya sakit Gus” Jawab Mala
Ahtar memicingkan matanya mendengar penjelasan singkat Mala. Gadis bermasalah ini benar-benar membuatnya sakit kepala.
“Orang yang sakit seharusnya pergi ke poskestren, bukan berada di luar pagar pesantren. Kalau mau cari alas an setidaknya yang masuk akal Nirmala” Ucap Gus Ahtar
Nirmala menghembuskan nafas pelan. “Saya tadi dari apotek ujung sana gus. Buat beli obat, soalnya obat sesak saya tidak disediakan sama pesantren. Nah, Luthfi saja ajak untuk ikut, siapa tahu saya pingsan di jalan. Kan repot kalau saya pergi sendiri.” Jawab Mala
“Kenapa bukan Luthfi saja yang pergi. Kamu cukup kasih tahu dia nama obat kamu dan jenisnya, kenapa kamu malah ikut pergi ?” Tanya Gus Ahtar
Nirmala melarikan pandangannya kesana kemari. Berusaha mencari jawaban yang masuk akal. Ia sangat tahu gus-nya ini tidak mudah menerima alas an konyolnya begitu saja.
“I-itu karena …..” Ucap Mala mencari alasan
“Karena apa Mala ?” Desak Ahtar
“Karena saya juga lupa nama obatnya gus,” Ujar Mala kemudian sambil menjentikkan jarinya
“Saya hanya ingat bentuk bungkusnya saja” Alasan konyol Mala membuat Ahtar geleng-geleng kepala. Semua orang juga tahu kalau perempuan ini sangat payah dalam hal berbohong, satu-satunya yang pandai ia lakukan hanyalah membuat masalah
“Begitu ?” Ucap Gus Ahtar
“Iya, gus” Anggukan Mala mantap
“Lalu dimana obatnya ?” Tanya Gus Ahtar
“I-itu obatnya habis gus” Jawab Mala
“Habis ya ?” Tanya Gus Ahtar
“Iya gus obatnya habis” Jawab Mala
Ahtar manggut-manggut lalu menoleh kea rah teman Nirmala yang sejak tadi bersembunyi di belakang tubuh Mala, berusaha untuk tidak bersuara dan menarik perhatian sama sekali
“Perasaan, yang sesak nafas itu kamu, kan ?” Tanya Ahtar sekali lagi
“Iya gus, saya” Mala menjawab dengan anggukan mantap sekali
“Lalu, kenapa malah temanmu yang sepertinya akan pingsan ?” Ahtar memandang tajam Luthfi yang memnang sudah sangat ketakutan di samping Mala.
Tubuh gadis itu semakin ketakutan di samping Mala. Ia tertunduk tidak berani menatap gusnya, dia bukan gadis kelewat pemberani seperti Mala yang sudah di tatap masih berani berbohong. Luthfi terlampau penakut, gadis itu tipe gadis yang tidak neko-neko. Ia tidak pernah berniat membuat masalah seperti yang sering dilakukan oleh Mala.
Satu-satunya alasan kenapa ia mau-maunya diajak oleh Mala adalah karena diiming-imingi nonton konser yang mana itu adalah konser penyanyi kesukaannya. Sebagai santri yang jarang sekali mengetahui bagaimana asyiknya dunia luar tentu saja Luthfi langsung tertarik. Tanpa pikir dua kali, ia menyanggupi menemani Mala untuk kabur.
Mala melirik Luthfi yang menciut di sampingnya. “Luth, kamu sesak nafas juga ?”
Pertanyaan Mala di jawab dengan anggukan, lalu gelengan kepala. Gadis itu terlihat tidak yakin ia ia akan menjawab ya atau tidak. Ia tidak tahu pilihan yang tepat saat ini adalah mendukung kebohongan temannya atau jujur dengan gus Ahtar. Situasinya saat ia benar-benar menyudutkannya.
“Ngangguk dan geleng-geleng kepala itu apa ?, kamu sesak napas atau gimana ?” Tanya Gus Ahtar
“Iya gus sepertinya Luthfii juga sesak nafas. Ya kan Luthfi ?” Mala memplototinya, berusaha menatap dalam-dalam temannya itu agar mengerti kode yang ia beri.
“Ya sudah, nanti minta tolong dokter Clara bawa tabung oksigen sekalian buat kalian berdua” Jawab Gus Ahtar
Mendengar dokter Clara dibawa-bawa, seketika Luthfi menemukan pita suaranya yang hilang dan berujar agak keras. “Saya gak kenapa-napa kok Gus. Saya nggak sesak nafas. Saya Cuma takut karena ketahuan gus”
Mala sudah ditahap pasrah dengan semua ucapan yang keluar dari mulut Luthfi. Angan-angannya untuk pergi ke konser dan bertemu dengan idulanya.
Ahtar menatap kedua santrinya dengan raut wajah datar, tapi Mala bisa melihat sudut bibir gusnya tertarik naik, menyeringai. Seolah senang dengan fakta baru saja ia dapatkan.
“Oh jadi kalian mau kabur ?” Tanya Ahtar menyakinkan
Mala diam saja, ia tidak berniat menjawab pertanyaan yang ia tahu hanya basa-basi-busuk itu. Ia tahu Ahtar pasti senang karena sudah mendapatkan alasan sebenarnya kenapa mereka berdua bisa berada disini.
“Maaf gus, kami benar-benar minta maaf. Kami janji gak akan begini lagi. Tolong jangan laporin ke bagian kedisiplinan. Kami benar-benar khilaf” Jawab Luthfi memohon
Mala tidak mengerti kenapa Luthfi malah memohon kepada gus Ahtar untuk tidak melaporkan mereka kebagian kedisiplinan, sementara orang yang semestinya harus mereka takuti itu sudah berada di hadapan mereka saat ini.
“Oke, tapi saya boleh tahu kalian mau kabur kemana ?, dan kalian kaburnya lewat mana ?. Biar saya bisa tahu gerbang mana saja yang harus di awasi ketat mulai saat ini” Tanya Gus Ahtar
Luthfi lalu menjawab dengan lugas, “kami mau pergi nonton konser gus. Malam ini ada konser di kota gus. Kami pengen ke sana, Nirmala punya kenalan yang katanya bisa kami nonton tanpa perlu tiket. Kami rencananya kabursemalam saja gus. Besok pagi sebelum subuh kami sudah di pesantren. Begitu rencananya kan, Mala ?” Luthfi menyenggol bahu Nirmala yang sejak tadi diam.
Perasaan Nirmala terlampau kacau untuk sekedar menanggapi ucapan Luthfi.
“Kenapa kamu diam saja tadi ?” Gus Ahtar menatap santrinya yang paing bandel itu dengan kening merengut. Lalu mengeluarkan tawa kecil yang terdengar mengejek ditelinga Mala “Ah iya, saya lupa. Kamu kan lagi sesak nafas ya”
Dan bertambah kacau Ketika melihat seringai penuh ejekan yang dilayangkan gus Ahtar kepadanya.
“Terus kalian kaburnya lewat mana ?” Tidak berhenti disitu, sepertinya Ahtar masih melanjutkan proses introgasinya itu. Laki-laku itu sepertinya tidak berniat menyelesaikan ini sebelum mengetahui semua detail rencana kabur Nirmala dan Luthfi ini.
“Rencananya akan kabur lewat gerbang belakang gus. Disana gerbangnya dibuka buat jalan mausk bahan-bahan makanan” Jawan Luthfi
“Jadi setelah sholat magrib, kalian langsung kabur keluar dari masjid ? Bagaimana bisa kalian kabur dari pengawasan pengurus.” Ahtar memandang takjub kedua santrinya ini.
Luthfi lalu menjawab dengan suara kecil. “Kami gak sholat magrib gus. Sengaja biar bisa bebas kabur” Ucap Luthfi dengan polosnya. Semesntera itu, Mala hanya memijit keningnya dengan frustasi. Ia menyesal sudah mengajak Luhtfi. Andai saja ia kabur sendiri tadi. Situasinya pasti tidak seperti sekarang.
Ahtar memandang tidak percaya pengakuan santrinya. “Jadi, selain berniat kabur. Kalian juga sudah berani melalaikan sholat ?”
“Maaf gus kami khilaf” Luthfi berucap. Wajahnya sudah memelas meminta ampun. Sementara Mala, dibandingkan memelas, gadis itu lebih kea rah kesal. Mungkin kesal karena rencananya gagal total.
“Itu bukan khilaf Namanya. Karena kalian memang sudah berencana kabur” Ucap Gus Ahtar
“Ya sudah gus. Kami minta maaf. Sekarang kami pasrah mau dihukum apa aja. Terserah gus” Jawab Mala, ia sudah di tahap pasrah. Percuma memohon-mohon untuk diampuni oleh laki-laki dingin dan galak ini. Ia sudah paham tabiat gus Ahtar. Tidak ada ampun bagi orang-orang yang melanggar. Apalagi sudah menyangkut dirinya.
“Sekarang kalian harus sholat taubat di masjid dan menamatkan surat An-nisa, At-Taubah, dan surat Yusuf” Ucap Ahtar pada kedua santrinya itu
“Astagfirulloh gus, banyak banget” protes Mala
“Oke protes ditambah dengan surat Al-Hijr” Jawab Gus Ahtar
“Yah, ya sudah saya kerjakan” Ucap Mala pasrah
“Sekarang kalian ke masjid lakukan sekarang” Jawab Gus Ahtar
“Gus mau tanya ?” Tanya Mala
“Tanya apa lagi Mala ?” Tanya Gus Ahtar kesal
“Apa persamaan Gus Ahtar dan Chef Juna ?” Tanya Mala asal
“Sama-sama ganteng kan, itu sudah jelas” Jawab Gus Ahtar percaya diri
“Salah gus” Jawab Mala
“Terus apa ?” Tanya Gus Ahtar penasaran
“Sama-sama galak dan nyeremin. Assalamu’alaikum gus” Jawab Mala dan langsung ngacir takut dimarahi lagi oleh gusnya
“ASTAGFURULLOH, SINI KAMU MALA. KAMU BERANI MENGATAIN SAYA” Teriak Gus Ahtar sambil memegang kepalanya yang berdenyut
“Saya permisi gus, mau menyusul Mala. Assalamu’alaikum” Ucap Luthfi lansung mengejar Mala
“Wa’alaikumsalam” Jawab Gus Ahtar
“NIRMALA SYAQILA RAMADHANI !!!” Teriak Gus Ahtar menggelegar itu memenuhi seluruh penjuru ruang kelas
Wanita yang di panggil namanya itu hanya sedikit terganggu selebihnya kembali mencari posisi ternyaman saat tidur. Di kelas !
“Bangun atau saya siram !!” Ancam Gus Ahtar dengan nada penuh penekanan dan mengancam
Namun yang diancam malah seolah-olah tidak peduli dan tidak mendengarkan ucapannya, membuatnya menarik nafas dengan kasar. Seluruh santriwati lainnya pun manatap kearah Mala dan Gus Ahtar yang sedang memarahinya. Namun Mala terlihat santai dan melanjutkan tidurnya, dia masih mengantuk karena semalaman dia menjalani hukuman yang diberikan gus Ahtar kepadanya.
“Nirmala ! Bangun, atau saya nikahin kamu !!!” Ucap Gus Ahtar yang kembali melayangkan sebuah ancaman. Namun tentu saja itu hanya sebuah ancaman mana mungkin dirinya mau menikahi sosok gadis yang selalu membuatnya naik darah jika sudah mengajar di kelas itu.
Sepertinya ancaman gus Ahtar kali ini bekerja, terbukti dengan bangunnya santriwati yang di teriakinya itu, santriwati itu mendongkak untuk menatap gus Ahtar dengan tajamnya tanpa rasa takut.
“Gak mau, gak sudi aku menikah dengan gus” Sanggah Mala cepat mendengar perkataan Gus Ahtar yang terdengar mengancam di telinganya.
Gus Ahtar tersenyum semringai melihat santriwati itu yang menolak dirinya untuk menikahi gadis belia itu. Padahal tidak ada niatan sedikitpun pemikiran Ahtar untuk menikahi gadis badung di hadapannya.
“Sekarang jelaskan materi yang sudah saya terangkan tadi !” gus Ahtar menatapnya dengan tajam
Dengan wajah sok polosnya Nirmala celingak celinguk bermaksud meminta teman-teman di sekitarnya agar mau membantunya namun santriwati lain malah menundukkan kepala saat Gus Ahtar mengikuti arah tatapan Mala.
“Cepat jelaskan !!!” Desak Gus Ahtar lagi
“Sabar si gus ! Marah marah mulu ntar tambah tua baru tahu !”Ujar Mala dengan ketus
Gus Ahtar semakin menatap Mala dengan tajam Ketika mendengar perkataan Mala yang tidak ada takutnya sama sekali.
“Cepat Mala ! Jangan bikin saya marah atau saya beneran mau nikahin kamu” Kesal Gus Ahtar yang kembali mendaratkan ancaman
“Tidak ! Mala tidak mau nikah sama gus” Bantah Mala dengan cepat kemudian menatap pada papan tulis
Nirmala yang sama sekali tidak pernah mengerti pelajaran bahasa arab sendiri menginjakkan kaki di pesantren At-Ta’aun itu pun menggaruk-garuk tangannya karena kebingungan.
“Itu apa bjir ! Gimana mau mengerti kalau gak ada bahasa indonesianya” batinnya, kemudian Mala kembali menatap kearah gus Ahtar dengan memasang cengiran khasnya
“Apa ?” Gus Ahtar menatapnya dengan mata yang mendelik tajam membuat nyali Mala langsung terdiam
“Saya gak paham gus, memangnya itu apa ?” Ujar Mala dengan santai, jari telunjuknya mengarah pada bahasa arab yang ditulis oleh gus Ahtar di papan tulis.
“Kamu pikir saya mau menjelaskan dua kali haaa !” Murka Gus Ahtar yang sudah benar-benar emosi.
Santriwati lain yang melihat gusnya itu sudah murka langsung ketakutan namun berbeda pada Nirmala yang malah nematap gus Ahtar datar.
“Makanya kalau saya jelasin kamu itu dengerin ! bukannya malah tidur !” Sentar Gus Ahtar yang benar-benar sudah emosi
“Gimana saya bisa dengerin kalau artinya saja saya gak tahu gus” Jawab Mala dengan berani
Gus Ahtar yang sudah benar-benar emosi lantar menarik nafasnya dengan kasar kemudian berusaha mengatur helaan nafas agar emosinya bisa mereda, kesal juga sebenarnya namun mau bagaimana lagi. Nirmala selalu berani menjawabnya dan herannya wanita itu tidak pernah kehabisan kosa kata untuk melawan ucapannya.
“Makanya kamu jangan tidur saat pembelajaran sedang berlangsung” Ucap Gus Ahtar
“Ini juga gara-gara gus” Jawab Mala kesal mengingat hukuman yang diberikan Ahtar kepadanya
“Kok kamu jadi nyalahin saya ?” Tanya Ahtar kesal
“Gimana saya gak tidur, disini semalaman saya kan dihukum saya gus di masjid untuk mengaji, apalagi surahnya Panjang-panjang lagi” Jawab Mala dengan berani
“Itu juga karena salahmu. Kenapa kamu ingin kabur dan meninggalkan sholah wajib” Ucap Gus Ahtar
“Terus yang kamu tahu apa hmm ? Gini aja deh, coba sebutin kosa kata paling gampang yang kamu tahu ?” Tanya lagi Gus Ahtar
“Yang saya tahu gus ?” Tanya Mala dan diangguki oleh Gus Ahtar
Semua santri merasa begitu penasaran terhadap kosa kata yang Mala tahu. Secara beberapa dari mereka cukup mengenal Mala dari kelas sepuluh dan Mala tidak pernah ada di kelas saat pelajaran bahasa arab.
“Coba sebutin, saya mau dengar sampai mana kamu tahu kosa kata bahasa arab !” Ujar Gus Ahtar dengan kesal
Nirmala menganggukan kepalanya kemudian mulai menyebutkan kosa kata bahasa arab yang di ketahuinya dan jarinya pun ikut menghitung.
“Ya zauji” Ujar Mala dengan tersenyum bangga karena setidaknya masih ada kosa kata bahasa arab yang dia ketahuinya walaupun aslinya Mala tidak tahu arti dari kata yang dia sebutkan itu. Dirinya bisa tahu kosa kata itu karena seing seliweran di fyp tiktoknya.
Sri, Luthfi, Cika, dan Ririn sebagai teman dekat Mala hanya bisa menepuk jidatnya sedangkan teman-teman yan lainnya berusaha untuk tidak tertawa, ada juga yang mennggu reaksi yang akan diberikan oleh gus Ahtar nantinya dengan wajah ketajutan takut jika gusnya semakin murka.
“Gus kanapa ? kok pipi gus merah ? gus sakit ya ?” Tanya Mala dengan polosnya melayangkan banyak pertanyaan dengan suara yang sedikit kuat.
Gus Ahtar langsung memegang pipinya yang terasa memanas entah karena apa. “Istigfar Tar, masa gitu aja baper ! inget Mala itu santriwati badung”batinnya menyadarkan dirinya sendiri.
Terdengar deheman yang dikeluarkan Gus Ahtar untuk mengusir rasa salah tingkahnya, lalu dengan wajah galaknya kembali melayangkan pertanyaan, “Itu saja ? atau masih ada lagi ?” Tanya Gus Ahtar
Nirmala mengangguk kepalanya dengan semangat saat tidak melihat gus Ahtar yang kembali melayangkan ancaman ataupun memarahinya.
“Em na’am, la, ana, ukhty, akhwat, Akhi, abi, umi, wahidun, syukuran” Jawab Mala dengan jari yang terus menghitung setiap kosa kata bahasa arab yang diucapkannya.
Gus Ahtar menautkan alisnya bingung mendengar kosa kata yang Mala ucapkan sedikit aneh, “Hahh syukuran ?” Ulang Gus Ahtar terlihat bingung
Teman-teman Mala kembali menutup mulut agar meredam tawa mereka, takut dimarahi oleh Gus Ahtar juga.
Tampak ragu Mala menganggukan kepalanya “Bahasa arabnya terima kasih adalah syukuran kan gus ?” Tanya Mala lagi
Gus Ahtar menepuk jidatnya tidak habis fikir, bagaimana kata terima kasih dalam Bahasa arab diubah oleh Mala sesukanya.
“Lebih tepatnya sukron” Koreksi gus Ahtar yang tidak ingin memarahi Mala lagi, moodnya sudah benar-benar hancur dibuat wanita yang berstatus santriwati di pondok pesantren milik abahnya.
“Oh syukron” Celetuk Mala yang diangguki oleh gus Ahtar
“Lanjut !” Titah Gus Ahtar setelah itu
“Fii Aamanillah, sama ana uhibbuka fillah gus” lanjutnya dengan semangat tanpa merasa ada yang salah, senyumnya mengembang dengan sempurna di wajahnya padahal tidak tahu arti kata yang dia ucapkan itu.
“Kamu seriusan mengatakan hal itu pada saya ?” Tanya Gus Ahtar yang sepertinya salah mengartikan maksud Mala mengucapkan hal itu
“Seriuslah !” Jawab Mala dengan bangga
“Kamu cinta dengan saya ?” Tanya Gus Ahtar
Mata Nirmala membulat dengan sempurna mendengar perkataan Gus Ahtar yang menurutnya terdengar menyeleneh.
“Ya enggak lah !!! Iiih ogah banget suka sama gus” Ujar Mala merinding
Mendengar penolakan Mala yang terdengar merendahkan dirinya apalagi dihadapan santriwati lainnya membuat gus Ahtar kembali emosi padahal dirinya yang mengartikan ucapan Mala.
“Kamu tahu kan arti dari Bahasa Arab yang kamu ucapkan tadi !!!” Tekan Gus Ahtar
Dengan polosnya Nirmala menggelengkan kepalanya membuat gus Ahtar menarik nafas panjang. “Kalau gak tahu kenapa harus di sebutin Nirmala” Geram Gus Ahtar namun berusaha untuk tetap sabar
Nirmala kali ini terdiam, bingung mau menjawab apa namun sedetik kemudian terlintas kata yang bisa digunakan untuk menjawab ucapan gus Ahtar di pikirkannya.
“Memangnya apa itu artinya gus ?” Tanya Nirmala dengan tampang polosnya
“Aku mencintaimu karena Allah” Jawab Gus Ahtar dengan cepat
“Gus cinta sama saya ?” Tanya Nirmala lagi dengan tampang terkejut yang sepertinya kali ini dirinyalah yang salah mengartikan. Dia bertanya dan gus Ahtar menjawab namun kenapa malah sama-sama terjebak dalam kalimat itu.
“Ya enggak lah ! ogah banget saya cinta sama santriwati yang selalu memancing darah tinggi say ajika mengajar di kelas ini” Jawab gus Ahtar menatap tajam pada Mala yang sudah terlihat komat-kamit entah mengapa mengatai gus Ahtar apa.
“Gus, hati-hati loh. Biasanya ini jalan cinta, bisa jadi nanti gus cinta sama Mala” Sahut salah satu santriwati membuat gus Ahtar menatapnya dengan tajam. Santriwati itu langsung menunduk kepalanya merasa takut karena salah bicara.
“Fiks jodoh” gumam Cika pelan dan tidak ada yang mendengar ucapannya sama sekali
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!