"Mass Nioooo."
Panggil seorang wanita dengan nada menggemaskan, suaranya yang mengalun manja, memanjang di ujung, terdengar seperti bisikan lembut yang sengaja dibuat menggoda.
Lelaki yang dipanggil dengan panggilan Nio itu masih asyik mengutak-atik senar gitar di tangannya, sepenuhnya tenggelam dalam aktivitasnya. Suara lembut yang memanggilnya barusan seolah hanya menjadi bisikan angin, terlalu kecil untuk benar-benar sampai ke telinganya. Entah bagaimana, suara itu memang sengaja dibuat selembut mungkin, seolah ingin menyelinap masuk ke hatinya lebih dalam daripada hanya sekadar didengar oleh telinganya
"Ihhh Masss Iyooooo...." Kini panggilan itu kembali berubah menjadi sapaan yang lebih terdengar dekat dan jelas, tapi tidak menghilangkan kesan manja didalamnya. Ditambah dengan nada kesal terdengar jelas diakibatkan dirinya diacuhkan sebelumnya.
Lelaki yang semula berfokus kepada gitar kini mengangkat wajahnya, menampilkan senyuman maniss dan lembut seperti permen kapas. Menatap wanita di depannya dengan penuh cinta, tak mengalihkan penglihatannya hingga beberapa menit.
"Iyaaaa.... Yayaaaaaa." Aronio menjawab dengan suara lembut, tangannya mengelus pelan rambut Kazuya yang tergerai di depannya, memberikan sentuhan lembut yang penuh kasih sayang.
"Mass Iyooo, jangan liatin gituu." Kazuya tersenyum malu, wajahnya sedikit memerah, dan ia langsung memukul pelan bahu lebar lelaki itu, mencoba mengalihkan perhatian Aronio yang terlalu intens menatapnya. Namun, di balik gerakan ringan itu, ada kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan di matanya.
"Udah mau 4 tahun lho, Yaaa. Masa masih salah tingkah jugaaa?" Kekehan pelan terdengar dari bibir Aronio, suaranya hangat dan penuh canda, membuat Kazuya semakin salah tingkah. Tanpa basa-basi, Aronio menggeser tubuhnya sedikit lebih mendekat, membuat Kazuya secara otomatis merapat ke sampingnya.
Dengan gerakan lembut, Aronio menuntun Kazuya untuk duduk lebih mundur, menyender nyaman ke arah sofa. Posisi yang pas agar mereka bisa saling berdekatan tanpa rasa canggung. Tangan Aronio kemudian meraih gitar yang sempat ia abaikan, menggenggamnya dengan hati-hati, tapi tak pernah melepaskan pandangannya dari Kazuya.
"Teteppp ajaaa!!! Tatapan mu itu lo mass, berbaaahaaayaa." Ucap Yaya terlihat berpura-pura waspada.
"Kokk gituu??" Nio yang semula akan berfokus kembali kepada gitar kesayangannya itu kembali beralih menatap Yaya dengan heran.
"Yaaa bahaya lhoo, Masss..." Yaya melipat tangannya dengan kesal, tetapi tetap terlihat lucu dengan ekspresinya yang dramatis. "Buat jantung Yaya kayak mau copotttt." Dengan gaya berlebihan, dia memegangi dadanya, berpura-pura kesakitan sambil mengerjapkan mata ke arah Nio.
"Kirain mass kenapa lohh, gemesin banget sihhh Yaya nya mas Aro." Dicubitnya pipi kurus itu dengan gemass.
"Mas Nio, bukan Mas Aroo!!" Koreksi wanita itu tegas.
Lelaki itu kembali terkekeh gemas, "Kenapa si sama panggilan Aro, kok kamu sensitif banget deh setiap mas nyebut nama itu. Padahal kan itu nama mas juga lo, ya. Aronioo." Jelass Aronio dengan tersenyum tipis, matanya yang teduh menatap Kazuya dengan gemas. .
Yaaaa Aronio Bimantara nama panjang dan nama aslinya. Namun, sang kekasih yaitu Kazuya yang biasa ia panggil dengan sebutan Yaya tersebut selalu memanggil penggal nama di akhirnya—Nio, atau jika sedang manja seperti ini ia akan memanggil dengan sebutan lebih menggemaskan yaitu Iyo—Mas Iyooo.
Sedangkan orang-orang disekitarnya selalu memanggilnya dengan panggilan nama awal katanya yaitu Aro.
"Denger ya, Mas Nio," Kazuya berkata sambil tersenyum nakal, suaranya penuh dengan kelakar manis. "Panggilan 'Aro' itu kurang cocok sama Mas Nio. Kesannya terlalu tegas, padahal kan Mas Nio semenggemaskan giniii," tambahnya dengan tawa kecil, sambil tangan halusnya bermain-main dengan rambut Aronio yang tertata rapi, membuat lelaki itu tak bisa menahan senyum.
Nyatanya tampang wajahnya Aronio memang lebih terlihat lembut dan bersahabat tidak setegas dengan panggilan 'Aro' seperti dikatakan Kazuya. Namun, semua rekan-rekannya memanggil dirinya dengan panggilan tegas itu. Aro. Aronio akan menolak keras jika ada yang memanggil dirinya dengan panggilan lembut seperti yang dikatakan wanitanya itu—Nio. padahal benar wajahnya lebih mencerminkan panggilan lembut dibandingkan tegas itu.
Wajahnya tak terlalu bulat, cenderung lonjong. Potongan rambutnya yang sering terlihat berponi acak-acakan justru menambah kesan gemas, membuat siapa saja yang melihatnya tak bisa menahan senyum. Kulitnya bersih, walaupun tidak terlalu putih namun ia tergolong putih untuk kalangan lelaki Indonesia. Poninya jika sedang rapi maka akan di sisirnya rapi belah dua bak lelaki di drama korea, namun, jika sedang seperti ini bodoh amat dirinya dengan rambut, ia akan tampil apa adanya di depan sang kekasih. Tidak mempedulikan penampilan. Lagipula kurang lebih 4 tahun mereka bersama sang kekasih sudah tahu semua kelakuan dirinya, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi.
Berbeda jika sedang keluar atau berpergian, penampilan Aronio akan selalu sempurna. Tata letak sehelai rambut pun akan ia perhatikan. Bisa bolak balik kaca untuk melihat penampilannya sudah sempurna atau belum. Terkadang si wanita yang biasanya akan lebih lama dalam berdandan akan kalah dengan kerapian lelaki itu.
Kazuya—Yaya—yang notabenenya merupakan cewe yang serba kilat tak jarang selalu merasa kesal jika sudah menunggu Aronio bersiap-siap. Pasangan memang terkadang memang saling melengkapi. Bukankah itu gunanya pasangan untuk melengkapi kelakuan yang tergolong tidak baik di diri kita???
Ahhhh ntahhhlahh....
Kini mengenai Yayaa. Bukan! ini bukan Yaya si anak yang suka membuat kue biskuit di serial kartu BoBoiBoy. Ini Kazuya. Nama yang sangat cantik dan manis. Semanis mukanya. Wanita itu meski tidak memiliki warna kulit yang tergolong dalam standar kecantikan warga Indonesia, ntah mengapa tetap terlihat sangat indah di pandang. Siapapun yang melihat wajahnya akan setuju bahwa Kazuya itu perempuan manis yang tidak membosankan. Warna kulitnya itu tidak sama sekali menurunkan kecantikan pada dirinya, malah menambah kesan daya tarik luar biasa. Mungkin inilah alasan kenapa orang-orang bule berjemur ingin menggelapkan kulit.
Jika Aronio senang dipanggil dengan panggilan Aro, maka Kazuya lebih senang dipanggil dengan panggilan Zuya dibandingkan Yaya. Tentu alasannya karena Yaya si kartun Boboiboy dirinya sering menjadi bahan candaan teman-temannya. Namun, tentu itu tak berlaku jika Aronio sang kekasih yang memanggil dengan sebutan itu. Malah ia merasa terdengar menggemaskan dan manis penuh cinta akan panggilan itu.
Mereka menghabiskan waktu dengan tawa dan canda ringan, namun momen itu tiba-tiba terhenti ketika ponsel Aronio bergetar di atas meja. Ia melirik layar sejenak, lalu mengambil ponselnya sambil memberikan isyarat halus kepada Kazuya untuk menunggu.
"Iya, halo?" Aronio menjawab dengan nada hangat, begitu akrab hingga Kazuya tanpa sadar memperhatikan.
"Ah, nggak kok, aku lagi santai aja di rumah." Suara Aronio terdengar begitu cair, sesekali terdengar tawa kecil yang cukup membuat Kazuya penasaran.
Obrolan itu berlangsung sebentar, namun ada sesuatu dalam caranya berbicara—intonasi ramah dan kalimat-kalimat yang begitu nyaman keluar dari mulutnya—yang membuat Kazuya berpikir.
"Siapa, Mas?" tanya Kazuya setelah Aronio menutup teleponnya.
"Ah, itu temen kantor," jawab Aronio ringan, kembali menaruh ponselnya di meja. "Lagi ada yang mau tanya soal dokumen kerja." Jawaban itu meyakinkan Kazuya, karena hal tersebut memang sering terjadi ketika mereka sedang bersama, tidak akan lepas dari kerjaan dan usikan teman kantornya.
•••
"Mas ada lagu buat kamu hari ini," ucap Aronio dengan bangga, sambil memetik senar gitar di tangannya dengan penuh keyakinan. Hal tersebut mampu mengalihkan perhatian Kazuya.
Kazuya menyipitkan mata, menatap Aronio sejenak, lalu tiba-tiba menyeringai. "Tapi aku lagi nggak ada uang receh, Mas," jawabnya sambil menyunggingkan senyum nakal, membuat wajahnya sengaja dibuat pura-pura kesal dan sedih, seperti seorang anak yang kecewa karena tak bisa memberi uang tip..
Aronio yang melihat tingkah kekasihnya itu langsung tersenyum geli, matanya berbinar tapi tetap berusaha terlihat serius. "Kamuuu yaaaa..." Aronio pura-pura hendak menjitak kepala Kazuya dengan gerakan yang terlihat sangat dramatis, namun tentu saja tak sampai mengenai sasaran. Mana mungkin dia tega menjitak wajah manis kekasihnya itu. "Kamu pikir mas ini pengamen jalanan???" ujarnya dengan nada berpura-pura kesal, meski di ujung kalimat, senyum lebar tak bisa ia sembunyikan.
"Kan emangggg," cengir Kazuya kembali tanpa rasa bersalah, dengan wajah yang tampak penuh kemenangan, seolah dia baru saja menang dalam sebuah permainan.. "nggakk nggakkk, ampunnnn." Kazuya langsung mengangkat tangan tanda menyerah ketika melihat gelagat Aronio yang siap menyerang dirinya dengan gelitikan— kelemahan Kayuza.
"Takut, kan???" kekeh Aronio puas melihat sang kekasih menyerah.
"Mass ihhh!! Tau banget kelemahan Yayaaa." Kazuya merajuk.
"Apa coba yang mas nggak tau tentang Yaya?" Aronio kembali menarik kembali Kazuya yang sebelumnya sempat memisahkan diri dari rangkulannya.
"Semua tentang Yaya mas tau..."
Ucapan lembut itu disertai elusan sayang di bahu Kazuya. Lenyap sudah rencana rajuk-merajuknya, tentu Kazuya tidak bisa diginiin. Hatinya terlalu lemah untuk tidak meleleh.
"Yanggg benerrr?" Kazuya berusaha mengelak, mengalihkan senyuman salah tingkahnya. Gengsi dong tadi merajuk tiba-tiba blushing. Dasar cewekkk!!!
"Tau kalo Yaya lagi salah tingkah pipinya merah merona kayak tomat. Gemesinnn bangettt." Aronio mencubit pipi gemas milik Kazuya. Kazuya memang selalu menggemaskan bagaimanapun tingkahnya.
"AAAAAA, MASSS IYOOOOO!!!!!" Kazuya berbalik menyembunyikan mukanya di sofa belakang mereka. Tingkahnya seperti bocah 4 tahun aja. Padahal usia itu sama seperti lama mereka bersama.
4 tahun.
Sudah termasuk lama dalam menjalin hubungan. Berkenalan dari usia Kazuya yang belum memasuki kepala dua, hingga kini sudah mau memasuki seperempat abad. Pertemuan di hari pertama Kazuya memasuki perkuliahan itu masih terekam jelas diingatan Kazuya dan Aronio. Mungkin akan mereka abadi di memori seperti hubungan mereka.
Saat itu Aronio bukan menjadi mahasiswa baru seperti Kazuya, namun sudah mejadi mahasiswa akhir yang sudah siap meninggalkan kampus. Namun semua tak menjadi kendala untuk menjalin hubungan, terbukti hingga kini hubungan mereka masih terjalin erat. Sampai si Kazuya kecil yang dulu baru menginjakkan kaki di perkuliahan kini akan mengikuti jejak Aronio yang dahulu telah siap meninggalkan perkuliahan.
Jika dipikir-pikir masa perkuliahannya penuh diisi oleh lelaki itu. Meski Aronio tidak menjadi bagian cerita kehidupan didalam kampusnya, karena tentu Aronio telah bekerja, namun semua cerita kehidupan kampus Kazuya Aronio ketahui. Seperti hal wajib untuk menceritakan keseharian dan kegiatannya kepada sang lelaki itu, sejak dulu mereka berpacaran.
"Yayaa kecil mas udah jadi mahasiswa akhir ya?" Tiba-tiba sekali Aronio melontarkan perkataan tersebut setelah kegiatan salah tingkah Kazuya. "Bukan Yaya kecil lagi dong." Aronio berkata lembut, menatap dalam kearah wajah Kazuya. Meneliti penuh wajah manis itu.
"Kan emang bukan anak kecil! Dari empat tahun lalu juga dah jadi Yaya besar." Sensi Kazuya, tidakk!!! dirinya merasa sudah dewasa, bukan anak kecil umur 4 tahun lagi.
"Apanya yang besar??" Aronio memancing lagi, nada goda yang khas membuat Kazuya semakin merasa tergelitik. "Tetap kecil aja tuhh," lanjut Aronio dengan senyuman nakal, menggoda Kazuya yang semakin terlihat tidak nyaman namun tetap terlihat lucu.
Kazuya merasa canggung, mencoba menanggapi dengan serius, namun tatapan Aronio yang begitu hangat dan penuh cinta membuat hatinya sulit untuk berdebat. "Mas...!" keluh Kazuya, namun suaranya sudah lebih menyerupai tawa daripada protes.
"Kamu mikir apa sih, Yayaaa. Kan emang bener kamu masih kecil. Liat tuh di kaca," tunjuk Aronio ke arah lemari kaca di belakang Kazuya. "Badan kamu kecil, cimittt." godanya lagi sambil menunjukkan jari telunjuk dan jempol yang menyatu.
"Nggak ya!!! Body Yaya tuh body idol Korea," Bangga Kazuya menunjukkan body nya. Totalitas ia sampai berdiri dari duduknya.
"HAHAHAHAH, Yayaaaa Yayaaaaa.... Ada-ada aja kamu ini." Tawa Aronio menggema, sambil meng geleng-geleng kepala ia melihat tingkah sang kekasih. Sudah ia bilang kan, kekasihnya memang menggemaskan.
•••
"Kau cantik hari ini." Aronio memetik gitar dengan lihai, menyanyikan lagu milik 'lobow' yang berjudul 'kau cantik hari ini' sambil menatap dalam kearah Zuya. Seolah menyiratkan segala makna dari penggal lirik lagu tersebut agar tersampaikan sepenuhnya kepada sang kekasih.
"Dan aku suka." Aronio melanjutkan nyanyiannya. Zuya si perempuan manis itu kini sudah mulai blushing. Ia memang tidak bisa diromantisasi seperti ini. Bawaannya ingin tenggelam ke lautan cinta yang diberikan oleh sang kekasih tersebut.
Lama ia membalas tatapan Aronio sambil tersipu. Senyum mulai merekah lebar. Tubuhnya akan siap terkulai akibat meleleh. Namun tiba-tiba ia kembali menegakkan tubuhnya dengan tegap. Tatapannya berubah tajam kearah sang kekasih. Tunggu!! Tunggu! Otaknya bekerja, sepertinya ini ada yang tidak beres.
"Maksudnya kemarin-kemarin aku nggak cantik, gitu??" Kazuya menodongkan pertanyaan tajam ke arah Aronio, alisnya terangkat tinggi, dan tatapan matanya menghunus kesal. Ia menatap sang kekasih seperti hendak menuntut keadilan. Tak terima dengan penggal lirik yang dinyanyikan Aronio.
"Ehhh!?" Aronio menatap Kazuya dengan alis terangkat, wajahnya penuh kebingungan. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang salah.
Emang ada yang salah dengan lirik tersebut?
"Yaya kan emang cantik hari ini." Aronio kembali mengulangi penggalan lirik tersebut. Belum mempu mencerna kesalahan dari lirik tersebut.
Kazuya menatap Aronio dengan penuh drama, alisnya terangkat tinggi, seolah tidak percaya kekasihnya itu begitu clueless. "KEMARIN-KEMARIN NGGAK CANTIKK!?" Emosi Zuya mulai meluap. Arghh! Dirinya ingin mencakar mas pacarnya tersebut.
Aronio tergelak, tawa kecil menguar dari bibirnya, tapi ia segera menutup mulut dengan tangan, berusaha menahan diri. Kekehan lembut itu tetap lolos, membuat Kazuya mendelik penuh curiga.
"Yayanya memang menggemaskan. Macam bocil kematian," gumam Aronio dalam pikirannya. Ia menahan senyum yang hampir pecah. "Maaf ya, Yaya, mas nyebut kamu bocil kematian. Tapi sumpah, lucu banget."
Untung saja, kalimat itu hanya bersarang di dalam hatinya. Tidak sampai terucap. Kalau tidak, sudah pasti perang dunia ketiga akan pecah di ruang tamu ini. Aronio benar-benar tak ingin mengambil risiko.
"Enggak dong, Yaya kan selalu cantik. Hari ini, kemarin, kemarinnya lagi, besok, besoknya lagi, dan seterusnyaaa," ujar Aronio lembut, menatap Kazuya penuh perhatian. Suaranya menenangkan, tapi di dalam hati, ia justru ingin tertawa kecil melihat Yaya dengan pipi merona dan tatapan menghujam penuh amarah kecil itu.
Aronio tahu, seharusnya ia membantu meredakan emosi sang kekasih. Tapi, bagaimana mungkin? Semakin Kazuya merajuk, semakin menggemaskan dirinya. Apalagi saat mulutnya sedikit cemberut dan matanya mengerjap cepat, berusaha terlihat galak. Menyenangkan sekali melihat Yaya 'mode tantrum begini'. Rasanya ingin dikurungnya saja. Etssss? Belum boleh dong!!!
"Manis banget, sumpah,"
"Tapi maksud lagu tadi itu cuman hari ini cantiknya," ucap Kazuya, masih mempermasalahkan lirik lagu yang baru saja dinyanyikan Aronio. .
"Kan itu cuman lirik lagu, sayangg," kata Aronio dengan suara lembut, matanya memandang penuh perhatian ke arah Kazuya. "Aslinya kan Yaya cantik teruss, nggak cuman cantik, tapi manis bangett juga, kayak gulali amang-amang, imut, gemesin banget setiap hari, setiap menit, setiap detik pokoknya." Aronio kembali memberikan pengertian. Tangannya sudah mengelus rambut Zuya dengan lembut. Setiap elusan yang ia berikan selalu berhasil menenangkan kekasihnya. Kazuya yang sempat terlihat kesal, kini mulai merasa damai. Emosinya mulai mereda begitu saja.
Arghh!! Tau aja kelemahan aku.
Padahal masih pengen acara debatnya.
Huftttt. Gagal dehh. Batinnya dengan kesal, namun senyum kecil tak bisa disembunyikan di wajahnya.
Tiba-tiba, tanpa ragu, Kazuya menoleh ke arah Aronio dan dengan wajah sedikit memerah, ia memberikan pujian, "Mas juga ganteng."
Tak bisa menahan malu, Kazuya segera bersembunyi di pelukan Aronio, tubuhnya mengecil dalam pelukan hangat itu, seakan-akan ingin melarikan diri dari rasa canggung yang tiba-tiba menyerangnya..
Aronio kembali terkekeh gemas. "Eluluu, gemes banget sih. Pacar siapa ini??" Aronio ikut membalas pelukan itu. Mengeratkan mencari kenyamanan.
"Pacar Mass Iyooo, donggg." Teriak Zuya semangat. Meskipun suaranya sedikit teredam akibat wajahnya masih tenggelam di pelukan Aronio.
"Seratus buat Zuya." Ucap Aronio tak kalah semangatnya.
Dirinya ini sebenarnya memacari perempuan 22 tahun atau bocil 2 tahun ya?
Tapi
Nggak papa
Aronio suka
Suka sekali malah
Gemesin banget
•••
Drettt drettt
Suara getaran dari handphone Aronio kembali terdengar. Membuat keduanya sama-sama terdiam menatap handphone yang berkedip diatas meja.
Aronio mengambil handphone tersebut setelah membaca pemilik nama yang menghubunginya ia kembali berpamit kepada Kazuya meminta izin mengangkat telepon untuk kedua kalinya sejak mereka bersama hari ini.
"Teman kantor, lagi?" Tanya Kazuya setelah melihat Aronio selesai menerima telepon berjalan kearah nya.
"Iyaaaa sayang, siapa lagi yang berani ganggu mas kalo bukan temen kantor." Kazuya menatap Aronio sebentar, lalu ia mengganguk, benar permasalahan pekerjaan Aronio memang selalu menemani kencan mereka.
Apakah dunia perkantoran memang serumit itu? Tidak memberi jeda untuk bersantai meskipun hati libur? Melelahkan sekali!!
"Mas mau balik, sekarang??" Tanya Kazuya dengan nada tidak rela, suaranya lembut namun penuh pertanyaan. Setelah melihat Aronio sudah bersiap-siap membereskan perlengkapan yang dibawanya.
Aronio mengalihkan pandangan, yang semula fokus pada kertas-kertas berserakan di meja, kini terfokus pada Kazuya. Mata mereka bertemu, dan meski suara Aronio tetap terdengar tenang, ada sedikit keengganan yang tersirat dalam kata-katanya.
"Kan, besok mas kerja," ujarnya pelan, berusaha menahan perasaan yang mulai tak sabar ingin tetap berada di dekat sang kekasih.
"Yahhhh." Kazuya mengeluh lesu, suaranya hampir terdengar seperti desahan kecewa. "Perasaan hari ini cepet banget deh selesainya," lanjutnya, sambil menatap jam yang berdetak pelan, seolah waktu berlalu begitu cepat tanpa mereka sadari."
Aronio mengangguk menyetujui ucapan sang kekasih. Perasaannya pun sama, baru tadi pagi ia datang ke apartemen sang kekasih. Becanda, bernyanyi bersama sampai sore. Tiba-tiba dirinya malam harus dihadapkan dengan kerjaan, mau tidak mau kencan mereka harus disertai sambil bekerja. Sangat mengganggu, namun tidak jadi masalah selagi mereka dalam tempat yang sama itu sudah berasa kencan meskipun sambil bekerja.
Situasi seperti ini memang tidak bisa dielakkan. Terpautnya perbedaan usia mereka berdua membuat perbedaan dunia kehidupan. Yaya yang masih menjadi anak kuliahan sedangkan dirinya yang sudah sibuk di dunia kerja. Sejak dekat dengan Yaya beberapa tahun lalu, Nio rasa dirinya memang sudah sibuk dengan dunia yang berbeda dengan kekasihnya tersebut. Namun sejauh ini perbedaan tersebut sama sekali tidak menjadi masalah bagi hubungan mereka.
Saling pengertian, memahami kondisi pasangan masing-masing. Saling mengabari, karena komunikasi itu hal terpenting dan kunci utama dalam kondisi ini.
"Kan besok bisa ketemu lagi, sayang." Aronio berusaha memberi pengertian.
"Besok hari Senin, Mas!!" Kazuya mendengus kesal, menggembungkan pipinya.
"Ya lagian, siapa sih yang bilang abis hari Minggu itu langsung Selasa?" Aronio menyeringai nakal, langsung menjawil pelan hidung mancung Kazuya sebelum berjalan menuju meja di depan televisi untuk mengambil charger laptop yang tergeletak.
"Ihhhh mas Iyoo!! Yaya lagi kesell tau!" Kazuya memperjelas perasaannya saat ini. Padahal, tanpa diberi tahu pun sungguh Aronio tau jelas bahwasannya Kazuya sedang kesal. Namun, sudah Aronio bilang Kazuya mode tantrum itu merupakan kebahagiaannya, menggemaskan. Rasanya seperti sedang menjahili adik kecil. Sayangnya dia tidak memiliki adik dan jadilah Kazuya yang dijadikannya sasaran.
"Besok kita ketemu lagi, mas jemput dari kampus ya?" Bujuk Aronio.
"Hilihhh! Kayak bisa aja jemputnya," jawab Kazuya setengah malas, tetapi sudah bisa menebak arah percakapan ini.
"Kalo sore bisa, kok," ujar Aronio, masih mencoba mempengaruhi Kazuya dengan cara manisnya.
"Nahh, kan! Berarti nggak bisa itu mah. Yaya hafal ya, Mas itu kalo hari-hari weekdays cuman bisa luar kantor jam istirahat siang, terus jemput waktu sore Mas pulang. Nggak usah bujuk pake alasan itu deh," Kazuya menyebutkan fakta dengan nada kesal. Ntah lah Kazuya pun heran dirinya senang sekali mencari masalah kepada sang kekasih. Ia merasa lebih legowo dan merasa nyaman saja jika sedang berbuat masalah seperti ini.
Lagipula Aronio pun paham, Kazuya jika mode seperti ini tidaklah kesal secara serius, marah pun bukan marah beneran, hanya ingin di manja dan di bujuk. Ingin diperhatikan lebih dan diberikan kenyamanan seutuhnya.
"Besok pulangnya mas kesini lagi." Final Aronio. Membuat senyum lebar Kazuya merekah. Itu yang dirinya mau. Tetapi tidak seru jika langsung mengutarakan keinginannya harus ada debat-debat terlebih dahulu. hehehe.
"Gitu dong. Siappp!! Mas hati-hati di jalan udah malem banget ini, udah mau jam 12." Kazuya berubah khawatir ketika melihat kearah jam dinding. Benar-benar tidak terasa sudah jam segini. Mereka keasikan bersama, dan tadi pun waktu mereka bermesraan tersita dengan kegiatan Aronio menyelesaikan pekerjaan yang akan disiapkan untuk esok hari. "Kenapa nggak nginep aja sih." Lirih Kazuya sangat pelan. Karena dirinya pun tidak yakin dengan ucapannya sendiri.
"Iya,Yayaa.. Tenang mas bakalan hati-hati kok. ehh tadi Yaya ngomong apa diakhir, mas kurang denger?" Tanya Aronio memastikan ia seperti mendengar kalimat tambahan dari sang kekasih.
"Nggakk nggakkk, nggak ngomong apa-apa kok." Elak Kazuya.
Aronio menatap Kazuya, sambil tersenyum tipis. "Mas iya in, kamu yang panik ntar." Goda Aronio. Iya, dirinya mendengar ucapan akhir dari Kazuya tadi kok. Hanya saja terlalu bahaya jika dituruti.
Tentu hal tersebut membuat Kazuya terdiam beberapa detik.
"Yaudah Ya, mas pamit yaa. Kamu jaga diri baik-baik, kalo perlu apa-apa langsung hubungi mas." Setalah berpamitan Aronio mengambil sepatu di rak, lalu memakainya.
"Eloo sih Kazuya aneh-aneh aja permintaannya. Kacau!! emang lagi kesambet setan ini gue!!" Monolog Kazuya merutuk dirinya, setelah tersadar dengan ucapannya tadi. Gawat jika setan dalam dirinya sudah menguasai tubuhnya.
Lalu ia menutup pintu apartemen minimalisnya setelah melihat Aronio hilang dari pandangan.
Sebenarnya tempat tinggal Kazuya bukanlah sebuah apartemen mewah yang biasa dilihat orang, melainkan sebuah tempat sederhana yang cukup untuknya sendiri. Ukurannya pun tidak terlalu besar, namun pas dan nyaman untuk aktivitas sehari-hari.
Begitu memasuki pintu, di sebelah kanan ada kamar tidur yang merupakan satu-satunya kamar pribadi di ruangan itu. Tak jauh dari situ, sedikit di sisi kiri, terdapat dapur kecil yang sudah cukup untuk memasak kebutuhan sehari-hari. Di sebelah kanan kamar tidur, ada ruang televisi yang biasanya menjadi tempat bersantai. Ruangannya tidak terlalu luas, bahkan cukup terbuka, karena dari ruang santai ini langsung terhubung ke dapur. Jadi, siapa pun yang berada di ruang santai bisa dengan mudah melihat aktivitas yang sedang dilakukan di dapur.
Di sudut pojok ruangan, terdapat balkon kecil yang meskipun tidak terlalu besar, masih cukup untuk menampung sekitar enam hingga tujuh orang. Di situlah biasanya mereka berkumpul saat teman-temannya berkunjung. Meskipun sederhana, suasana tempat itu memberikan kenyamanan yang cukup,
••••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!