“Lima ratus juta di tanganmu jika terbukti wanita yang kamu jual padaku masih tersegel rapi!” Pernyataan Mami Dona membuat kedua bola mata Haikal berbinar. Lima ratus juta? Uang yang tidak sedikit terdengar di telinga Haikal. Jangankan untuk memilikinya, membayangkannya saja Haikal tidak pernah.
Tanpa kata, Haikal meraih tangan Dona dan menghentakkannya dua kali. “Deal. Aku pastikan Mami bakalan puas dengan pelayanan yang diberikan adikku pada pelanggan Mami!”
Mami Dona tersenyum sinis. Dia tak bisa percaya begitu saja sebelum mendengarkan hasilnya secara langsung. Usai membuat kesepakatan, Haikal gegas untuk pulang untuk menjemput Kanaya yang akan ia berikan pada Mami Dona.
“Kanaya!!!” Haikal berteriak. Memanggil Kanaya yang sedang bersiap-siap berangkat bekerja.
Kanaya menoleh ke arah pintu kamar yang sudah dibuka dengan kasar oleh Haikal. “Ada apa, Kak? Kenapa Kakak berteriak memanggilku?”
Haikal tak menjawab. Dia justru menarik tangan Kanaya dan menyeretnya keluar dari dalam kamar. Tubuh Kanaya dibuat tersentak dan akhirnya memberontak.
“Apa yang Kakak lakukan? Kakak mau membawaku kemana?!” Rentetan pertanyaan yang keluar dari mulut Kanya diabaikan begitu saja oleh Haikal. “Kak!!!” Kanaya akhirnya berteriak saat diminta untuk naik ke atas motor Haikal.
“Diam dan menurutlah atau kusobek mulut cerewetmu itu!!” Sentak Haikal. Kesal sekali dia karena mendengar suara teriakan Kanaya dari tadi.
Seketika Kanaya terdiam. Dia tahu jika Haikal tidak pernah main-main dengan omongannya. Kanaya juga sudah sering menerima perlakuan buruk dari Haikal yang membuat tubuhnya luka, sakit dan lebam.
Di perjalanan menuju tempat yang tidak Kanaya ketahui dimana, Kanaya bertanya-tanya. Kemanakah Haikal akan membawanya pergi. Hingga akhirnya pertanyaan Kanaya terjawab saat motor yang dikendarai Haikal tiba di depan sebuah bangunan yang Kanaya tebak adalah tempat hiburan malam.
“Buat apa Kakak membawaku ke sini?” Kanaya mulai awas. Dia merasa Haikal memiliki niat buruk pada dirinya.
“Gak usah banyak tanya bisa gak!!” Haikal kembali membentak. Begitulah sikapnya pada Kanaya. Tidak pernah baik sedikit pun jika tidak ada maunya.
Kanaya semakin dibuat awas. Dengan gerakan kuat, dia menghentak tangan Haikal hingga akhirnya terlepas. “Aku gak mau di sini. Aku mau pergi ke tempat kerjaku sebelum terlambat!” Kanaya sudah mengambil ancang-ancang mau pergi. Namun, Haikal begitu cepat menahan pergerakannya.
“Kak Haikal lepasin aku. Aku mau berangkat kerja, Kak!”
“Gak. Kamu memiliki pekerjaan yang lebih bagus di sini dari pada pekerjaan kamu sebagai pelayan kafe!”
“Maksud Kakak?” Haikal tak menjawab. Dia hanya menatap Kanaya dengan seringaian tipis di wajahnya. Tak lama, sosok Mami Dona menunjukkan batang hidungnya. Posisi Haikal dan Kanaya yang kini berada di bawah lampu membuat Mami Dona dapat melihat jelas wajah cantik wanita yang dibawa Haikal saat ini.
“Barang yang kamu bawa ternyata bagus juga.” Haikal tersenyum lebar mendengarnya. Sementara Kanaya, sudah dibuat bertanya-tanya apa maksud perkaraan Mami Dona.
“Apa aku bilang, aku pasti gak bakalan kecewain Mami deh!”
Mami Dona mengangguk. “Ya, ya. Tapi belum bisa dipastikan sebelum saya mendapatkan hasilnya nanti.”
Kanaya menatap wajah Mami Dona dan Haikal bergantian. “Apa maksudnya ini, Kak? Kenapa Tante ini berkata seperti itu?”
Haikal tak menjawab. Justru Mami Dona yang menjawabnya. “Kakak kamu itu sudah menjual kamu pada saya, manis. Jadi untuk malam ini, kamu harus memuaskan pelanggan saya karena saya akan memberikan uang yang sangat besar untuk kamu dan kakak kamu ini.”
“Apa?!” Kanaya terperangah kaget. “Tidak. Aku tidak mau!!” Kanaya bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti arti kalimat Mami Dona barusan. Pantas saja perasannya sejak tadi tidak bisa tenang. Ternyata karena dia akan dijual pada Mami Dona untuk pria hidung belang oleh Haikal.
“Mau kemana kamu, heh?!” Haikal mencekal kuat lengan Kanaya saat wanita itu hendak kembali kabur. Dia tentu tidak akan membiarkan Kanaya pergi begitu saja.
“Kak Haikal jahat. Kenapa Kakak mau jual aku sama wanita ini?! Aku gak mau, Kak. Masih banyak pekerjaan yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan uang!!”
Semakin kuat saja cekalan tangan Haikal. “Pekerjaan apa yang kamu maksud? Apa sebagai pelayan kafe, begitu?” Haikal tertawa sinis. “Cih. Untuk modal judiku saja tak cukup uang gaji yang kamu dapatkan dari sana.”
“Kalau Kakak mau dapat uang yang banyak untuk berjudi, kenapa gak Kakak saja yang mencari uang? Kenapa harus dengan cara menjualku seperti ini, Kak? Aku gak mau mengorbankan harga diriku demi uang. Aku mohon lepaskan aku!!”
“Banyak bicara! Menurutlah pada yang aku perintahkan. Kapan lagi kamu bisa berguna untuk menghasilkan uang yang banyak? Selama ini kamu hanya menjadi beban untuk aku dan ibu!!”
Kanaya menggeleng. Dia terus berusaha untuk memberontak. Dia bahkan menangis keras berharap dapat meluluhkan hati Haikal agar mengurungkan niat untuk menjual dirinya. Namun, Haikal tidak luluh begitu saja. Apa lagi bayangan uang lima ratus juta sudah berkeliaran di kepalanya. Haikal tidak peduli dengan tindakan tak terpujinya karena menjual kesucian adiknya demi mendapatkan uang.
Tak lama, beberapa orang suruhan Mami Dona nampak datang. Tanpa kata, Mami Dona memberikan isyarat lewat tatapan mata agar mereka segera menjalankan tugas dengan baik. Dia tidak punya waktu banyak untuk membawa Kanaya pada kliennya yang sudah tak sabar menggunakan jasanya.
Kanaya hanya bisa menangis saat dibawa paksa oleh mereka. Sementara Haikal, dia tersenyum puas karena kini uang muka hasil menjual kanaya sudah berada di tangannya.
“Empat ratus juta lagi akan saya berikan kepadamu jika wanita itu terbukti masih tersegel. Dan…” Mami Dona tersenyum miring sebelum melanjutkan perkataannya. “Dan jika wanita itu bisa memberikan pelayanan yang sangat baik, mungkin kamu bisa mendapatkan bayaran lebih dari yang saya janjikan.”
Semakin senang saja hati Haikal mendengarnya. Kapan lagi dia mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sekejap. Apa lagi caranya sangat mudah. Hanya dengan menjual Kanaya. Adik kandung yang tidak berharga di matanya.
Di dalam mobil yang kini membawa Kanaya, wanita itu terus berusaha untuk memberontak agar dilepaskan dan meminta pertolongan. Namun, usahanya sia-sia saja karena para pria yang membawanya tidak memperdulikan dirinya. Bahkan kini, Kanaya sudah dibawa masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah yang nampak mewah namun terlihat menyeramkan di mata Kanaya.
“Lepaskan aku. Lepaskan aku…” Kanaya terus memberontak saat tubuhnya dipaksa dibawa masuk ke dalam rumah. Tidak ia pedulikan rasa sakit di tangannya akibat terus memberontak meminta dilepaskan.
Bruk
Tubuh Kanaya terjatuh dengan kasar di atas lantai saat dua orang pria yang membawanya melepaskan tubuhnya begitu saja.
“Gadis ini yang akan menemani anda malam ini, Tuan.” Seorang pria berwajah dingin terdengar berbicara dengan pria yang kini berdiri tak jauh dari Kanaya dengan posisi membelakangi tubuh Kanaya.
“Bagus. Bawa wanita itu masuk ke kamar saya!!” Usai mengatakan hal tersebut, pria yang sudah membeli Kanaya berjalan meninggalkan ruangan bawah menuju ruangan lantai dua dimana kamarnya berada.
***
Selamat datang di karya baru SHy. Kali ini ceritanya bukan lagi seputar turunan keluarga novel sebelumnya, ya. Mari tinggalkan jejaknya dulu ya teman-teman sebelum lanjut🤗
Kanaya kembali memberontak saat tubuhnya kembali dibawa paksa untuk masuk ke dalam kamar pria yang sama sekali tidak ia kenal. Di dalam kamar tersebut, tubuh Kanaya bergetar hebat. Perasaannya sudah tidak bisa tenang karena membayangkan hal buruk akan terjadi pada dirinya.
“Saya mohon lepaskan saya, Tuan. Saya gak mau ada di sini…” Kanaya mengatupkan kedua tangannya saat memohon pada pria yang saat ini masih berdiri membelakangi tubuhnya.
“Melepaskanmu?” Pria itu tersenyum sinis. “Kamu tidak akan bisa lepas dariku setelah kamu masuk ke dalam rumah ini. Apa lagi aku sudah membayar mahal untuk dirimu!”
“Tapi saya tidak menjual diri, Tuan. Kakak saya yang sudah jahat menjual saya pada anda. Saya mohon lepaskan saya!!” Tangisan Kanaya semakin terdengar keras saja. Dia sangat takut dan putus asa.
Tubuh pria yang sejak tadi membelakangi Kanaya akhirnya berbalik. Membuat Kanaya akhirnya bisa melihat wajah pria itu. Darius, pria yang kini berdiri di hadapan Kanaya menatap dingin wajah Kanaya yang sudah basah oleh air mata.
Untuk pertama kalinya selama ia membeli seorang wanita, Darius dibuat menunggu lama untuk menikmati tubuh wanita itu karena harus meladeni permohonannya. Jika biasanya wanita yang datang kepadanya secara suka rela menjual tubuhnya, kini justru sebaliknya.
Darius tidak ingin lagi memperdulikan permohonan wanita itu. Apa lagi hasratnya sudah semakin naik ke ubun-ubun melihat wanita cantik yang berdiri di hadapannya saat ini. Walau pun penampilan Kanaya saat ini tertutup. Namun, berhasil membuat Darius tertarik kepada dirinya.
“Kamu tidak punya pilihan lain selain menuruti perkataanku. Jika tidak, kamu akan tahu sendiri akibatnya!!” Ancaman pria itu terdengar tidak main-main. Membuat Kanaya semakin takut saja.
“Dean, tolong aku…” Kanaya berteriak dalam hati. Berharap pria yang dicintainya saat ini segera datang menolong dirinya dari pria jahat yang sudah membelinya.
“Tunggu apa lagi? Cepat lakukan tugas kamu dengan baik!” Titah Darius. Dia sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh wanita yang berdiri di depannya.
Kanaya menggeleng cepat. Kedua bola matanya sibuk mencari celah untuk kabur. Kanaya tidak mau menuruti keinginan pria yang ada di depannya. Dia harus mempertahankan harga dirinya. Apa lagi sebentar lagi dia akan menikah dengan pria yang dicintainya. Kanaya hanya mau memberikan mahkotanya pada Dean, kekasihnya.
Pelan, Kanaya melangkah mundur dan hendak berlari ke arah pintu kamar. Pergerakan yang dilakukan Kanaya membuat Darius geram hingga akhirnya menarik paksa tangan Kanaya dan mengangkat tubuhnya menuju ranjang.
“Kamu yang sudah memaksaku untuk bersikap kasar!!” Darius melempar tubuh Kanaya ke atas ranjang. Membuat Kanaya semakin takut.
“Saya mohon lepaskan saya, Tuan. Saya gak mau melayani anda!”
Permohonan dan penolakan Kanaya tidak diperdulikan oleh Darius. Tanpa banyak kata, Darius membuka pakaian yang membalut tubuhnya dengan cepat kemudian melemparkannya dengan asal ke atas lantai. Dia menulikan telinga untuk mendengar setiap permohonan Kanaya. Darius tidak memperdulikan perasaannya yang sedikit tidak tega pada wanita itu. Darius lebih mengutamakan logikanya yang sudah tidak sabar untuk menikmati tubuh gadis yang berada di bawah kekuasaannya saat ini.
Dalam waktu sekejap, Kanaya kehilangan mahkota yang sudah ia jaga sejak lama dan hanya ingin ia berikan pada suaminya nanti. Bukan hanya kehilangan mahkotanya, Kanaya juga merasakan sakit yang teramat saat mahkotanya direnggut paksa oleh Darius.
Di tengah malam yang sunyi, Kanaya hanya bisa menangis meratapi hidupnya yang pilu. Sudahlah tidak lagi punya orang tua, kakak kandung yang menjadi satu-satunya anggota keluarganya yang tertinggal justru tega menjual dirinya.
“Tuhan, maafkan hambamu yang penuh dosa ini.” Rintih Kanaya merasa tubuhnya sangat kotor dan menjijikkan.
Pukul dua dini hari, Kanaya terbangun dari tidurnya sambil merasakan sakit yang teramat di bagian intinya. Seketika Kanaya langsung menangis saat mengingat kejadian memilukan yang terjadi pada dirinya. Ditatapnya sosok pria yang kini sedang tertidur tanpa rasa bersalah di sebelahnya. Sejenak, Kanaya tertegun saat menyadiri jika wajah pria itu mirip dengan seseorang.
Kanya mengabaikan perasaan itu. Dia harus segera pergi meninggalkan tempat yang sudah menjadi saksi bisu hilangnya mahkotanya. Ya, dia harus segera pergi sebelum pria itu bangun dan kembali menikmati tubuhnya.
Pelan-pelan, Kanaya memasang kembali pakaiannya yang kini berserakan di atas lantai karena ulah Darius. Untung saja pria itu tidak menyobeknya tadi sehingga Kanya bisa mengenakannya kembali walau dalam keadaab sedikit kusut.
Keluar dari dalam kamar, Kanaya mencari jalan untuk keluar. Seorang pria yang tengah berjaga dan melihat sosok Kanaya segera menunjukkan jalan keluar. Dia sudah tidak lagi menahan Kanaya untuk tetap berada di sana karena yakin Kanaya sudah melakukan tugasnya dengan baik.
“Kak Haikal, kenapa kamu jahat sekali kepadaku…” Kanaya menangis tersedu-sedu mengingat perlakuan buruk Haikal padanya. Padahal selama ini Kanaya selalu baik pada Haikal. Bahkan hampir seluruh gajinya sebagai pelayan kafe diambil oleh Haikal.
Sejak kepergian ibu, kelakuan buruk Haikal semakin bertambah parah padanya. Haikal memperlakukannya semena-mena bahkan kini tega menjual dirinya hanya demi mendapatkan uang.
“Ibu… Kanaya sudah kotor, Bu. Kanaya gagal mewujudkan harapan ibu untuk menjaga kehormatan Kanaya.”
Tidak ada lagi hal yang bisa Kanaya lakukan saat ini untuk mengembalikan kesuciannya yang sudah direnggut. Kanaya merasa sudah kehilangan semangat hidup bahkan merasa sudah tidak pantas lagi untuk bersama dengan Dean.
Pukul empat pagi, Kanaya akhirnya tiba di rumah. Kondisi pintu rumah tidak terkunci saat Kanaya membukanya. Melihat suasana rumah yang sunyi dan gelap, membuat Kanaya menyimpulkan jika Haikal tidak berada di rumah saat ini. Entah kemana pria berengsek itu pergi. Kanaya tidak memperdulikannya. Kanaya lebih memilih untuk segera membersihkan tubuhnya yang kotor dan menangis meratapi hidup di dalam kamar.
Di saat Kanaya sedang meratapi hidupnya yang pilu, Haikal justru tengah menikmati hidup dengan bahagia karena mendapatkan uang dalam nominal yang besar secara cuma-cuma.
“Ternyata Kanaya bisa diandalkan juga!” Haikal tersenyum puas. Kini dia menjadi kaya mendadak hanya karena menjual Kanaya tanpa harus bekerja susah payah untuk mendapatkan uang.
Pukul tujuh pagi, di saat Haikal pulang ke rumah setelah berfoya-foya menggunakan uang hasil menjual Kanaya, kepulangannya disambut dengan kemarahan Kanaya.
“Kenapa Kakak tega melakukan ini semua kepadaku? Kenapa, Kak? Apa salahku pada Kakak sampai Kakak tega menjual adik Kakak sendiri pada pria bejat?!!”
Kemarahan Kanaya dibalas dengan amarah balik oleh Haikal. “Berani sekali kamu membentakku seperti itu?!” Haikal mencengkram kuat rahang Kanaya hingga membuat Kanaya meringis kesakitan. “Selama ini kamu hanya menjadi beban di keluarga kita. Jadi kapan lagi kamu bisa bermanfaat jika tidak dengan cara sepetti ini?!!”
***
Sebelum lanjut ke bab berikutnya, jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya dulu teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih kesayangan semua🤗🤗
Dengan sekuat tenaga Kanaya melepaskan cengkraman tangan Haikal dari wajahnya hingga akhirnya terlepas. “Aku yang Kakak bilang menjadi beban di keluarga kita? Apa Kakak tidak salah bicara? Selama ini Kakak yang membuat beban di keluarga kita dan aku yang harus menanggung akibatnya!!” Sentak Kanaya. Jika biasanya dia hanya bisa bersabar menghadapi sikap Haikal, kini sebaliknya.
Tatapan mata Haikal nampak tajam menatap wajah Kanaya. “Berani kamu berkata seperti itu pada kakakmu sendiri, Kanaya!!”
“Kenapa tidak? Selama ini aku selalu menurut dengan perkataan Kakak. Aku bahkan hanya bisa pasrah saat uang hasil kerja kerasku diambil sama Kakak. Dan tadi malam, dengan teganya Kakak menjualku pada pria bejat padahal Kakak tahu kalau sebentar lagi aku mau menikah dengan Dean!!” Pekik Kanaya. Suaranya terdengar menggelegar. Kanaya benar-benar melampiaskan sakit di hatinya pada Haikal.
“Cih, apa yang kamu harapkan menikah dengan pria seperti Dean? Pria muda yang belum jelas masa depannya seperti apa. Lebih baik aku menjualmu saja dari pada aku mengizinkan kamu menikah dengan Dean!”
Kanya terperangah kaget mendengar jawaban Haikal. Sungguh tidak punya hati sekali Haikal. Bukannya meminta maaf atas kesalahannya, Haikal justru membuatnya semakin sakit hati dengan perkataannya.
“Kak Haikal benar-benar keterlaluan!!” Kanaya kembali terpekik hingga membuat Haikal semakin kesal mendengarnya.
“Kalau kamu masih banyak bicara dan berani membentak kakakmu, lebih baik kamu pergi dari rumah ini. Toh kehadiranmu di sini sudah gak penting lagi karena aku sudah mendapatkan uang yang sangat banyak dari menjual tubuhmu!!”
Kanaya terperangah kaget. “Kenapa aku yang Kakak usir dari rumah ini? Tega sekali Kakak mengusirku dari sini setelah Kakak mendapatkan apa yang Kakak inginkan. Aku tidak mau pergi dari sini. Ini rumah peninggalan orang tua kita. Kita berdua berhak tinggal di sini. Kalau Kakak tidak suka dengan keberadaanku di sini, lebih baik Kakak saja yang pergi!”
“Baik, kalau itu mau kamu!” Haikal tidak ingin mempermasalahkannya. Dia akan pergi. Toh uang hasil penjualan Kanaya bisa ia pergunakan untuk membeli tempat tinggal baru yang lebih bagus dari rumah peninggalan orang tua mereka.
Setelah kepergian Haikal, Kanaya kembali masuk ke dalam kamar dan meratapi hidupnya di sana. Entah pada siapa lagi ia akan mengadu saat ini. Pada Dean pun tidak mungkin karena Kanaya sudah merasa tidak pantas untuk bersama dengannya lagi.
Sementara itu, Darius nampak baru terjaga dari tidurnya. Malam panjang yang ia lewati dengan Kanaya berhasil membuatnya tidur sangat pulas bahkan sampai lupa waktu. Terbangun dari tidur, Darius langsung memikirkan sosok Kanaya. Wanita muda yang sudah ia renggut keperawanannya.
“Bodoh. Kenapa aku sampai lupa memasang pengaman!!” Darius merutuki diri saat teringat akan sesuatu. Karena sibuk mendengarkan permohonan Kanaya, membuatnya lupa mengambil pengaman lebih dulu dan langsung menggebu untuk menerkam Kanaya.
“Aghh.” Darius mengusap kasar wajah tampannya. Untuk pertama kalinya dia melakukan kesalahan yang fatal saat menyentuh wanita bayaran. Darius tidak pernah seceroboh ini sebelumnya hingga membuatnya jadi kesal.
Besar harapan Darius jika kejadian semalam tidak menimbulkan masalah untuk ke depannya di kehidupannya dan Kanaya. Darius tidak ingin mengenal sosok Kanaya lagi dan berurusan dengannya. Di tengah kemelut hati Darius, tiba-tiba saja ponselnya terdengar berbunyi. Darius langsung mengangkat panggilan telefon yang ternyata dari putranya.
“Hallo, Pah. Papah dimana. Aku udah di rumah sekarang.” Tanya putra sematawayang Darius.
Darius segera mengubah posisi dari duduk menjadi tegak. Menghela napas sejenak sebelum menjawab pertanyaan Dean. “Papa lagi jalan ke kantor. Kalau kamu ada urusan dengan Papa, tunggu sebentar lagi Papa akan balik ke rumah.” Balas Darius. Dia terpaksa berdusta karena tidak ingin mendapatkan banyak pertanyaan dari Dean.
Setelah panggilan telefon tertutup, Darius gegas membersihkan tubuh dan berangkat kembali menuju rumah utama. Ya, rumah utama. Darius memang memiliki beberapa rumah. Dan rumah yang ia tempati semalam bersama Kanaya adalah rumah yang biasa ia gunakan untuk menyalurkan hasrat dengan wanita bayarannya.
Setibanya di rumah, Darius disambut dengan wajah datar Dean. Anak Darius itu memang sangat minim ekspresi setiap kali bersama Darius semenjak kepergian ibunya.
“Tumben sekali kamu cari Papa pagi-pagi begini?” Darius sudah duduk di atas sofa. Dean mengikuti dan kini keduanya duduk dengan posisi saling berhadapan.
Dean menghela napas. Kebetulan sekali pagi ini dia mendapatkan izin cuti setengah hari masuk ke perusahaan tempat ia bekerja sehingga dia bisa bertemu dengan Darius untuk membahas sesuatu penting.
“Aku ingin memberitahu Papa jika aku berniat untuk menikah dalam waktu dekat ini, Pah.”
Kedua bola mata Darius membulat sempurna. Menatap tak percaya wajah putranya. “Kamu jangan bercanda, Dean. Umur kamu masih muda. Kamu juga masih menjalani study magister sambil bekerja.” Komentar Darius. Bukannya tak setuju. Dia ingin memastikan saja sekaligus mengingatkan Dean.
“Aku serius, Pah. Memangnya apa yang salah dengan umurku? Di kantor urusan agama, umurku sudah masuk ke dalam kategori yang bisa untuk menikah. Aku juga sudah bekerja untuk menghidupi istriku nanti.”
Darius menghela napas. Dia tahu jika Dean adalah pria yang bertanggung jawab walau usianya masih muda. Anaknya itu juga bisa diandalkan. “Papa gak masalah kalau kamu masih tetap bersikeras untuk menikah. Tapi, Papa minta supaya kamu mau memenuhi syarat dari Papa.”
“Syarat apa, Pah?” Dean cepat menyahut.
“Kamu harus menerima permintaan Papa untuk mengelola salah satu usaha bisnis Papa. Karena Papa mau kamu memiliki uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga kamu nanti.”
Dean menghembuskan napas kasar di udara. Dia tidak berkenan untuk menerimanya. Sudah berapa kali Darius meminta hal tersebut padanya. Darius bahkan meminta Dean melanjutkan study magisternya di Amerika saja. Namun, karena alasan ingin hidup mandiri, Dean menolaknya. Dan kini, Darius kembali meminta salah satu hal yang sama jika ingin tetap menikah di usia muda.
“Apa tidak ada syarat yang lain? Aku masih nyaman bekerja di tempat kerjaku saat ini, Pah.” Dean meminta negosiasi Darius.
Darius cepat menggeleng. Akan lebih terjamin hidup dan masa depan Dean bila mengelola salah satu usaha bisnisnya saja dibandingkan bekerja sebagai bawahan di perusahaan orang lain.
Mau tak mau, Dean akhirnya menerima syarat dari Darius. Membuat Darius senang karena akhirnya putra sematawayangnya mau melanjutkan usaha bisnis keluarga mereka.
Usai berbicara panjang lebar dengan Darius, Dean langsung berpamitan untuk pergi. Dia berniat untuk bertemu dengan wanita yang sangat dicintainya dan menyampaikan kabar bahagia.
“Kanaya, kamu pasti senang banget kalau mendengar aku udah mendapat restu dari Papa untuk menikah.” Gumam Dean dengan wajah tersenyum. Selain ingin memberitahu Kanaya kabar bahagia tersebut, Dean juga berniat memberitahu Kanaya tentang siapakah dirinya sebenarnya.
***
Sebelum lanjut ke bab berikutnya, jangan lupa berikan rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️, like, komen dan giftnya dulu teman-teman🤗
Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya. Terima kasih kesayangan semua🤗🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!