Prolog : dua orang pasang pemuda mendaki gunung S, salah satu gunung tertinggi di provinsi ketiga terbesar S.U . Didalam pendakian mereka melanggar apa yang tidak boleh dilakukan ketika pendakian, empat hari berlalu mereka belum juga melapor ke pos registrasi pendakian hingga penjaga registrasi curiga dengan mereka karena sudah waktunya harus turun tetapi mereka belum juga turun.
Akhirnya penjaga registrasi menghubungi keluarganya dan memasang foto mereka di papan pencarian.
Alat-alat camping berantakan di ruangan khusus, ticong yang melihatnya menjerit “gel, Bogel. Kok berserakan seperti ini, mau kemana kau sih”
sahutan dari ruang tamu “biasa lah kak.”
Bogel langsung ke ruangan khusus alat-alat camping “biasa kak mau naik gunung S”
“sama siapa kau kesana?”
“sama Rini, Taurus, Nisa”
“berempat aja kalian kesana”
“iya Kak. si Rini ngajakin kesana, dia kepingin kesana”
“ya udah hati-hati kalian kalau kesana”
“iya. eh tunggu dulu kak, pinjam alat ko ya kak”
“ya udah pakai lah, tapi ko jaga ya. Jangan sampai rusak,”
“iya. tunggu dulu,”
“apa lagi sih, kakak mau ke sekret ini. Ada kerjaan”
“kerjaan apa sih! paling cuma nongkrong sama temen-temen kakak.”
Sambil menjewer telinga bogel “otakmu, ada berkas yang mau dikerjakan, ada kerjasama dengan LSM jerman”
“iya-iya, tapi tunggu dulu, aku nebeng ke stasiun”
“iya sudah, kakak tunggu di luar”
hampir lima belas menit ticong menunggu “gel, bogel. buruan kakak masih banyak kerjaan lo?” jeritan ticong dari luar rumah yang sedang menunggu bogel,
bogel keluar rumah membawa carrier “sabar kenapa sih, gak sabar kali.”
“bukan gitu, kakak sudah ditunggu sama teman-teman kakak,”
“iya tau loh, kayak lagi M aja kakak ini. Ngomel terus, atau karena udah gak lama punya pacar ya, hehehe”
sambil menjitak kepala bogel “jaga bicara mu, mau kakak tambah lagi pakai ini” sambil mengepalkan tangannya
“aduh sakit kak, iya-iya”
mereka berbicara didalam mobil yang mau berangkat mengantarkan bogel ke terminal. dua puluh menit mereka berjalan, mereka sampai di terminal, Rini, Taurus, dan Nisa sudah menunggu.
“makasih kak”
“iya. ada uangmu?”
“ada sih tapi kalau kakak mau nambahin buat jaga-jaga kantong boleh lah.”
“ini, tambahan buat kamu. Jangan boros-boros, terus hati-hati kalau kesana”
“iya”
“eh, satu lagi jangan buat masalah dan jangan bawa-bawa nama kakak ko ya?”
“iya-iya, cerewet kali sih.”
teman-teman bogel sudah menunggu, Taurus mendatangi mobil ticong
“eh, kak ticong. sehat kak?”
“sehat, Rus jangan macam-macam kalian ya disana?”
“jaga adik kakak”
“kayak anak kecil aja aku kak” ucap bogel
“siap kak ticong”
“ya sudah kak berangkat dulu ya Gel, Rus”
taurus sambil hormat “siap kak”
ticong langsung menginjak pedal gas mobilnya menuju ke sekret, yang tidak terlalu jauh dari terminal.
“Rus, udah ko pesan tiket kita?”
“sudah aman tu”
“minumnya juga udah kau bawa kan”
“kalau yang itu aman Gel.”
Bogel, Rini, Taurus dan Nisa berangkat menunju gunung tertinggi di S.U dengan menaiki angkutan umum. Agar lebih menghemat tenaga, karena pendakian gunung S sangat menguras tenaga, apa lagi untuk pendaki pemula seperti Rini dan Nisa.
di dalam perjalanan mereka beristirahat untuk menghemat tenaga mereka, agar lebih fit sewaktu mendaki gunung S. mereka duduk berpasangan di angkutan umum yang mereka naiki, biasa mereka anak muda yang sedang lagi kasmaran.
mobil honda jazz yang masuk di pelataran parkir sekret kalem langsung menegur ticong “dari mana aja cong, kok lama kali ko. Udah ditungguin sama bang bolang sama bang soram”
“iya tadi ngantar Bogel dulu ke terminal”
“udah buruan mereka baru mulai itu rapatnya”
“oke-oke makasih Lem”
ticong bergegas menuju ruang rapat, Ticong mengetuk pintu ruang rapat
“permisi,”
bolang menegur ticong “masuk Cong, lama kali ko dari mana saja?”
“maaf bang tadi ngantar Bogel ke terminal”
“kemana dia?”
“biasa bang, ke gunung S”
soram menyahut “sudah-sudah kita mulai saja rapatnya”
“oke bang”
mereka mulai rapat tentang kerjasama dengan LSM jerman. yang mau mendukung program mereka, tentang konservasi hutan lindung yang sudah di rusak oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit.
kembali kita ke Bogel dan teman-temannya, senja di ufuk barat terlihat indah di daerah pegunungan sekitar dua puluh menit lagi mereka sampai di desa N.L . desa N.G ini adalah salah satu desa tempat masuknya para pendaki gunung S.
Ada dua desa yang bisa masuk untuk pendakian ke gunung S, tetapi desa N.L ini desa yang paling tenar untuk para pendaki.
“akhirnya kita sampai juga” sahut taurus
nisa bertanya “Yang malam ini juga kita naik gunung nya Yang?”
“gak lah Yang, besok pagi kita naiknya.”
“ohhh”
bogel langsung menyahut “yaudah kita langsung ke pos registrasi aja dulu mumpung belum gelap kali, jadi kita lebih enak pasang tendanya”
Rini menanyakan sama bogel “Yang pos registrasinya dimana?”
“di bawah kaki gunung S Yang”
“jauh dari sini Yang?”
“yah lumayan kalau kita jalan kaki paling dua puluh menit lah”
“hah…. belum juga naik gunung udah capek”
“iya sudah, kita jalan aja. kalau kita jalan sambil bicara-bicara pasti gak kerasa lo Yang.”
“ya sudah lah.”
mereka berempat berjalan dengan santai, dan mereka sambil berbincang-bincang tentang gunung S, serta tentang pendakian yang Taurus dan Bogel sudah lakukan.
Dua puluh menit berlalu mereka berempat sampai di pos registrasi, “Tus, ko jaga mereka dulu ya, aku mau lapor dulu ke pos”
“ok”
bogel menghampiri pos registrasi yang lumayan gelap karena hanya disinari oleh lampu emergensi,
“misi bang,”
“iya” petugas mengambil senternya dan menyorot ke wajah bogel!
“eh, kau nya Gel. bawa orang ko Gel?”
“gak bang, aku sama taurus, kami cuma dua pasang aja bang”
“mana dia taurus?”
“tuh, lagi jaga cewek-cewek”
“ohhh, pasti yang baru lagi kan?”
sambil memberi kode “iya bang, diam-diam aja”
sambil geleng-geleng kepala “dasar lah kalian, yang mana lagi anak orang yang kalian bawa”
“sudah aman itu bang, masih ada tempat yang mantap kan”
“ada sih itu, tempat biasa teman-teman komunitas kakakmu.”
“Tapi aman kan bang, mereka gak masuk kan?”
“kayak nya gak sih Gel, dengar kabar mereka lagi fokus sama pendanaan LSM dari luar, makanya mereka dalam minggu ini gak masuk”
“ohhh, pantas tadi kak ticong kayak orang lagi M, ngomel aja”
“hehehe, biasalah kakak mu. kalau lagi sibuk gak bisa diganggu”
“ya udah bang nanti aku sama taurus kemari, kami memasang tenda dulu biar cewek-cewek itu bisa istirahat”
“oke-oke, awas tapi jangan macam-macam kalian iya”
“iya aman itu bang, udah makan bang?”
“sudah sih, tapi kalau mau dibawakan ya mau?”
“oke aman itu, nanti kami bawakan, aku kesana dulu ya bang”
bogel segera menghampiri teman-temannya, taurus sedikit komplain “lama kali kau gel, nanti kan bisa?”
“santai lah Rus, kita lobi dulu biar dapat tempat yang enak pasang tenda”
“jadi dimana kita pasang?” tanya taurus
“biasa tempat orang kak Ticong pasang tenda?”
“nanti payah, itu kan tempat prioritas mereka gel, gak ada yang boleh pasang tenda di sana.”
“Aman itu, mereka gak ada yang naik, mereka fokus sama job mereka”
“ya udah, yang penting kau tanggung jawab kalau tiba-tiba mereka masuk”
“iya-iya aman itu, udah gak percaya lagi ko sama aku”
“iya” ucap taurus
memang komunitas ticong yang mendidik warga setempat untuk mengelola gunung S ini untuk menjadi lebih baik untuk registrasinya dan manajemennya, dan separuh dari hasil pendapatan dibagi ke desa. makanya komunitas mereka menjadi prioritas jika ada yang naik, maupun cuma nyantai di bawa kaki gunung S.
Mereka berempat membuka tenda di area khusus yang tidak pernah di tempati oleh orang umum, Bogel dan Taurus memasang tenda masing-masing dan sedangkan Rini dan Nisa mereka berdua menyiapkan makanan buat makan malam mereka.
singkat cerita kegiatan mereka berempat selesai, tak lupa mereka memberi makanan untuk penjaga Pos registrasi, lalu mereka makan bersama-sama. Setelah mereka siap makan malam, mereka pergi ke pos registrasi untuk sedikit berbincang-bincang.
“sudah siapkan?” sahut bogel
“sudah Yang.”
“ayo kita ke pos bentar, kita bincang-bincang di sana biar lebih dekat aja sama mereka”
“iya Yang”
mereka berempat pergi ke pos, dan mereka berbincang-bincang sampai hampir larut malam, dan mereka berpamitan untuk istirahat.
“bang kami ke tenda dulu ya?” taurus mengajukan pamit sama penjaga registrasi
“ya udah, kalian istirahat. abang lihat cewek-cewek kalian pun sudah pada ngantuk tuh.”
“iya bang, kami pamit ya bang”
“oke”
sebelum mereka berempat kembali ke tenda bogel ditarik, sambil berbisik di telinga bogel “jangan jadi tanda goyang ya, hehehe”
“gak lah bang, kalau jadi pun gak goyang, tenda kita kan tenda anti goyang”
“iya lah orang kau pakai punya ticong kan”
“hehehe, bang tau aja”
“udah sana kau”
“iya-iya”
biasa candaan para anak pendaki, mereka berempat beristirahat di tenda masing-masing, Bogel sama Rini sedangkan Taurus sama Nisa. Dingin malam yang menusuk ke tulang membuat tidur mereka sedikit terganggu, dan hanya mereka di tenda yang tau apa yang mereka lakukan dengan udara cukup dingin hingga menusuk ke tulang.
Suara kicauan burung menambah suasana pagi menjadi lebih indah, Bogel dan Taurus siap-siap membereskan peralatan campingnya ke dalam carrier , sedangkan Rini dan Nisa menyiapkan makan untuk sarapan pagi dan makan siang di tengah perjalanan, semua yang dilakukan Rini dan Nisa itu instruksi dari Bogel
“Rus kau ambil aja air buat kita nanti di jalan, biar ini aku yang beresin”
“ok Wak” taurus mengambil wadah untuk mengambil air di sungai
Rini memanggil Bogel “Yang ini makanannya sudah siap, makan dulu?”
“iya nanggung ini, kamu sisihkan saja ke tempat makan kita, biar alat masaknya aku cuci biar aku masukkan ke carrier”
“iya Sayang”
setelah mereka selesai melakukan kegiatan sebelum mendaki gunung S mereka segera menuju pos registrasi untuk registrasi barang-barang bawaan mereka seperti makanan yang mengandung sampah.
dengan membawa carrier bogel dan taurus meregistrasi sampah mereka “pagi bang”
“gak biasanya pagi-pagi sudah mau berangkat”
“iya bang karena bawa cewek bang, biar bisa santai jalannya”
“mau ngapain kalian? hehehe.”
“apa gak mau di regis sampah kami?”
“regis lah, kan cuma bercanda”
“iya bang, aman tu.”
mereka melakukan prosedur yang sudah ditetapkan oleh pengelola agar gunung S lebih bersih dan terjaga dari sampah-sampah anorganik. Setelah selesai mereka langsung bergerak menuju pintu rimba gunung S
bogel berkata “oke sebelum kita berangkat kita berdoa dulu”
mereka berempat berdoa agar perjalanan mereka lancar “selesai, ayo kita jalan” sahut bogel.
Baru saja beberapa langkah dari pintu rimba merak sudah dihadapkan dengan tanjakan yang curam,
“Baru saja mulai, sudah tanjakan Yang” Rini mulai mengeluh
“Katanya pengen naik gunung S, iya gini lah jalur nya!!!”
Sambil menelan nafas “hmmm, iya-iya”
“Ya sudah, pegang tangan ku Yang”
Rini memegang tangan bogel agar tidak jatuh, memang Rini sedikit manja ketimbang Nisa,
Taurus menyahut sambil memegang tangan nisa “ tuh kan suruh siapa, kan kalian yang minta naik gunung S, ini belum seberapa, di depan lebih curam tanjakan nya, apa lagi masuk hutan lumut. Berlumpur lah kita semua, hehehe”
Nisa menjawab “ benar itu Yang?”
“Iya kita lihat saja nanti”
“Sudah-sudah jangan banyak bicara, hemat tenaga, perjalan masih jauh tau. Ini saja masih mulai kalian sudah ngeluh”
Sambil cemberut “iya-iya. Rini ikutin apa kata kamu aja Yang”
“Ya sudah”
Mereka mulai melanjutkan perjalanan, setelah tanjakan curam di awal mereka mulai berjalan di jalur yang landai.
“Gini kan enak loh Yang”
“Iya ini baru awal lo Yang, ayo kita jalan”
Taurus memberi saran dengan Rini dan Nisa “kita jalan pelan-pelan saja, yang penting jangan banyak istirahat, iya kan Gel !!! “
“Iya benar itu, pelan-pelan saja yang penting kita jalan terus, walaupun mau istirahat kita jangan duduk, kita bersandar di pohon, dan jangan banyak minum”
“Terus gak banyak minum ya haus lah Sayang?”
“Bukan gak minum tapi jangan banyak-banyak, kalau bisa cuma basah bibir aja atau tenggorokan”
“Ohhh, gitu ya. Kalau banyak minum gimana Yang”
“Kalau kita banyak minum, kitakan banyak jalan ini, jadi perut kita banyak guncangan jadi kita sepat mual, dan kita cepat haus juga” Bogel sambil menjelaskan sama Rini dan Nisa
“Ohhh. Gitu ya Yang, ya udah deh aku ikut apa kata kamu aja”
“Ya sudah,”
Mereka berbicara sambil berjalan pelan-pelan, sudah berapa kali mereka melewati tanjakan yang curam, akhirnya mereka sampai di tempat peristirahatan pertama.
Nama tempat itu disebut pintu angin, waktu sudah tengah hari juga.
“Sudah kita istirahat lima belas menit disini sambil makan siang”
Rini terkejut “hah, di tempat ini Yang”
“Iya, biar aku ambil makanan kita tadi, yang sudah kalian berdua masak”
Mereka istirahat sambil makan siang, makan siang kali ini mereka cuma, makan telur rebus, kentang rebus dan minum teh manis hangat.
“Yang cuma ini makan kita?”
“Iya Rin” sambil merapikan giginya, karena sedikit kesal
“Ini sudah sangat cukup Yang, biar lebih efisien waktu dan ini juga yang dibutuhkan sama tubuh kita”
Nisa menyahut “udah Rin, benar kata bogel, dia kan lebih tau. Secara dia dan Taurus sudah sering kemari bahkan kakak Bogel yang mendidik orang-orang sini untuk mengurus gunung ini”
“Hmmm, iya Rin”
“Kamu sih ngeluh aja, semakin kamu banyak mengeluh, semakin capek nanti lo Rin”
“Tuh Nisa saja tau Yang” sahut bogel
“Iya-iya”
“Coba kamu lihat ke atas, itu jalur kita nanti, makanya kita jangan banyak buang-buang tenaga untuk mengeluh”
Rini melihat, sambil menelan ludah “alamak, curam kali Yang”
“Iya begitulah jalur gunung S coba kamu perhatikan sekeliling, kanan dan kiri kita jurang lo”
“Iya Yang baru sadar aku”
“Sudah tahu kan, gimana jalurnya bukan aku gak mau ngajak”
“Iya Yang.”
Taurus menyahut “tanjakan di depan itu namanya tanjakan patah hat”
“Kalau di gunung tertinggi di jawa, itu jalurnya tanjakan cinta. Kalau disini namanya tanjakan patah hati”
Nisa tersenyum “kamu ada saja Yang”
Bogel menyahut “iya benar yang dibilang Taurus itu”
“Tanjakan yang membuat kita patah hati dan patah semangat kalau kita lihat”
“Iya juga ya Yang, aku saja hampir patah semangat, tapi bukan patah hati ya, aku gak mau kamu cari yang lain selain aku”
“Iya-iya”
Rini membisikan sesuatu di telinga bogel “awas ya, kalau Ayang main-main, gak bakalan dikasih lagi nanti”
“Iya-iya”
Lima belas menit berlalu, mereka membereskan bekas makanan mereka, yang organik tetap mereka tinggal kan sedangkan yang anorganik mereka simpan masuk ketas mereka.
Mereka lanjut mulai perjalanan menaklukkan tanjakan patah hati, tanjakan yang di mana tidak ada habis-habisnya.
Entah sudah berapa kali mereka istirahat di tanjakan yang curam, akhirnya mereka juga sampai di hutan lumut yang sering mereka katakan area (the lord of the ring)
bogel memberikan arahan “oke kita mulai memasuki are (the lord of the ring)”
“apa itu Yang”
“coba kamu lihat dan perhatikan dengan teliti di depan mu?”
rini mulai teliti melihat arah ke depan, sedikit bingung “hmmm, itu banyak lumutnya Yang.”
“iya, coba kamu lihat lebih teliti lagi”
“hmmm, iya kayak film the lord of the ring Yang”
“Itu dia. Makanya ini kami sebut area (the lord of the ring)
taurus menyahut pembicaraan Bogel dan Rini “iya benar, tapi kita harus sedikit berhati-hati disini. Dan jaga bicara kita, jangan sampai keterlaluan”
“hus…. Rus, jangan buat panik mereka. Memang yang di bilang sama Taurus itu benar.”
“iya, aku kan cuma memberitahukan mereka saja Gel.”
“iya. Ya sudah kita jalan pelan-pelan saja, jalannya jangan lasak, karena ini tanah humus dan berlumpur. Bisa-bisa kita terpeleset masuk ke dalam lumpur”
“iya Yang, jadi kita jalannya dari mana Yang?”
“kita pelan-pelan dari akar-akar pohon”
“ayo Gel, kita jalan. Cuaca mulai gak bagus ini.”
“Iya Tus”
mereka mulai jalan dengan perlahan-lahan, memasuki hutan lumut yang sedikit berbeda auranya dengan jalur lainnya.
Memang banyak penduduk sekitar bilang disinilah tempat sebuah kerajaan yang tidak nampak. Di sekitar sini ada namanya hutan lumut terlarang, jika manusia yang sudah masuk ke area tersebut jangan harap kembali kedunia nyata.
Dengan sangat berhati-hati mereka berempat jalan pelan-pelan akhirnya mereka keluar dari hutan lumut
Sambil menelan nafas ‘hmmm, keluar juga” Taurus sedikit mengeluh,
di dalam hati taurus ‘cuma hutan ini yang paling aku khawatirkan kalau bawa orang, syukur keluar juga dari sini’
Saat ini mereka sudah mulai memasuki area cadas, mereka hampir sampai di lokasi area camp. Cuaca hujan gerimis saat mereka sudah di cadas, hari sudah sore.
“Pakai mantel hujan kalian” perintah Bogel.
“Buruan hari sudah sore, jangan sampai malam kita di jalan”
“Iya Gel.”
Mereka berdua sambil menuntun pacar mereka masing-masing berjalan sedikit cepat dari yang tadi mereka jalan. Hujan semakin deras, mereka tidak memutuskan untuk berhenti, tetapi mereka memutuskan untuk jalan lebih cepat.
“Ayo buruan Yang”
“iya Sayang” sahut Rini
Sebelum gelap mereka sudah sampai di area camp. Bogel dan Taurus segera membuat tenda agar lebih cepat mereka istirahat, setelah selesai mereka baru bersih-bersih dan masak untuk makan malam mereka.
Pada saat mereka mendaki memang lagi sunyi tidak ada yang naik, hanya ada terlihat satu tenda yang sudah terpasang di area camp.
Setelah mereka selesai memasang tenda mereka masak untuk makan malam, malam itu mereka tidak keluar dari tenda, karena di luar hujan lumayan deras.
Jeritan dari tenda “Tus, gak bisa lah kita nyantai-nyantai”
taurus sudah tau kode dari bogel “tunggu hujan berhenti lah” sahut dari tenda taurus.
“Oke kita tunggu aja, kalau gak berhenti gimana Rus?” Tanya bogel
“udah besokkan masih bisa, kita satu malam lagi disinikan”
“iya Rus.”
“Ngapain sih Yang” sahut nisa
“gak loh Yang, nyantai-nyantai sambil menikmati bintang, kalau cerah indah kali loh Yang”
“emang iya Yang”
“iya loh, biasanya kalau malam hujan seperti ini pagi nanti kita bisa lihat matahari terbit”
“bener Yang?”
“bener loh Yang, ngapain aku bohong. Ngapain juga aku bohong”
“hehehe, iya juga ya”
Sedangkan Bogel dan Rini sedikit melakukan kehangatan di dalam tenda karena memang cuaca sangat dingin
“Yang, tuh Nisa lihat tenda mereka sudah mati lampu apa mereka sudah tidur?” tanya nisa dengan taurus,
“ya bisa jadi sih. ya sudah, kamu tidur kalau sudah ngantuk”
“hmmm, belum ngantuk kok Yang.”
“Jadi kamu mau ngapain hujan gini?” Posisi Taurus dan Nisa memang lagi duduk.
“Emang kamu gak capek Yang?” tanya taurus dengan nisa
“capek sih, lumayan pegal kaki Nisa ini?”
“terus!!!” taurus pura-pura tidak tau kalau nisa minta pijitin
“hehehe, kalau nisa minta pijit boleh gak?
“hmmm, boleh kok. Ya sudah kaki kamu yang pegal arah kemari biar aku pijitin”
“Makasih Yang hehehe”
sementara Bogel dan Rini masih melakukan penghangat.
‘kurang ajar ini Bogel, gak tau tempat dia, Rini pun mau aja !!!, perasaan ku makin gak enak. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa lah’ hati taurus sedikit khawatir dan memohon.
“Yang kok kamu melamun sih”sahut nisa
“gak kok Yang, cuma sedikit mulai ngantuk” taurus sedikit berbohong demi menutupi ke khawatirannya
“kayaknya Bogel dan Nisa sudah tidur tuh Yang”
“iya sih”
“oh iya Yang, boleh Nisa tanya?”
*tanya apa sih Yang.”
Sambil berbisik di telinga Taurus “masalah mawar hitam”
taurus langsung terkejut “husss…. Sudah kita jangan bicarakan itu”
“kenapa Yang”
sedikit marah “sudah tidak perlu di bahas itu, aku juga gak tau. Sudah aku mau tidur capek”
“kamu marah ya Yang”
“gak, udah kita tidur saja, besok kita matahari terbit di puncak timur sama, kita ke pilar satu dan dua”
Ekspresi nisa yang sedikit cemas “iya Yang, tapi kamu benar-benar gak marah kan?”
“gak loh Yang”
hati yang lega “syukur deh, Yang dingin”
taurus langsung memberi sleeping bag nya “itu pakai itu kamu tidur nya biar gak kedinginan”
“kamu pakai apa?”
“pakai jaket aja, udah biasa Yang?
“udah tidur sana”
“iya.”
Nisa berbicara di dalam hati ‘sepertinya taurus marah, kalau aku gak tidur pasti taurus semakin marah. Mending besok tanyakan masalah ini ke bogel, tapi lewat rini.’
‘pasti bogel ngasi tau masalah kisah mawar hitam yang legenda dari gunung ini’
Sebelum matahari terbit taurus membangunkan nisa, “Yang bangun, mau lihat matahari terbit gak?” tanya taurus
dengan sedikit malas “hmmm, bangunin.”
Sambil menelan nafas “hmmm, datang manjanya?”
“emangnya gak boleh manja sama pacarnya sendiri” nisa dengan gaya manjanya
“boleh iya-iya”
Setelah mereka berdua bangun dan keluar dari tenda dengan area yang sedikit becek karena hujan tadi malam, mereka berdua membangunkan Bogel dan Rini.
Taurus menggoyangkan tenda bogel “Gel. Gel bangunan”
“iya-iya” sahut bogel dari dalam tenda
bogel melihat masih sedikit gelap “mau ngapain sih Rus”
“Rini gak mau melihat matahari terbit, cuacanya lagi bagus ini?”
“oh iya, jarang-jarang dapat itu”
bogel membangunkan rini lalu mereka keluar dari dalam tenda,
dengan gaya orang yang baru bangun “segarnya udara ini” ucapan Bogel yang baru bagun.
Taurus berbisik di telinga bogel “gila kau Gel, gak tau tempat”
dengan senyum mencela “hehehe, namanya udara dingin, biasalah”
“bukan ditahan dulu”
“bukan aku yang minta, Rini yang ngasih, mana mungkin aku menolak”
“serahmu lah Gel”
“aman itu, kita nikmati aja suasana pagi ini !!!”
bogel memberi perintah “Yang buat kopi enak ini”
“iya, biar aku buat kan”
Rini dan Nisa membuat kopi dan teh untuk mereka berempat
“Gel, kita gak ke puncak timur lihat matahari terbitnya”
“gak usah lah Rus, disini aja kita sambil ngopi. Disini juga nampak, walau gak beberapa jelas sih, timbang kesana lagi kan lumayan jauh rus, mana kita belum makan lagi?”
“hmmm bilang aja capek, karena tadi malam, tau kali aku otakmu gel”
“hehehe, selo lah Rus, aman itu”
“ya sudahlah, gak bisa bilang kalau aku pergi sama mu”
“hehehe, kita nanti ke pilar satu sama dua aja, gak usah ke puncak timur. Tapi kalau kau mau ajak Nisa gak apa-apa aku gak ikut”
“Terserah mu aja lah Gel.”
Mereka berempat duduk santai minum kopi dan teh ditemani dengan cemilan roti kering, melihat pemandangan matahari terbit di ufuk timur, di hiasi dengan perbukitan yang berjejer rapi, dibalut awan-awan bagaikan negeri diatas awan. Jarang-jarang pemandangan yang sangat indah di dapatkan oleh para pendaki gunung S.
“Kita ke pilar dulu atau makan dulu?” Bogel menawarkan sama Rini dan Nisa.
“hmmm, ke pilar aja dulu Yang.”
Taurus menyahuti “kita bawa beberapa peralatan masak aja nanti kalau lapar atau mau ngopi bisa di sana kita makan minumnya”
“bagus juga idemu Rus,” ucap Bogel “tapi kau yang bawa ya, yang punya ide kan kau hehehe”
“ah telur itik lah kau Gel, ya gantian kita”
“iya, aku cuma becanda loh. Aman itu”
mereka bergegas membereskan barang-barang untuk yang dibawa ke pilar satu dan dua.
“Gimana Rus, udah siap di masukkan semua Yang perlu dibawa”
“sudah aman Gel”
Rini, Nisa, Taurus dan Bogel berjalan santai menuju Pilar satu, di tengah perjalanan ada pemandangan yang sangat indah
“Yang mau lihat gunung SN?” sapa bogel
“mana Yang,”
“itu di samping kanan kita”
“waw indahnya, foto yuk yang”
Rini mengajak Bogel berfoto selfie, mereka melanjutkan perjalan menuju pilah satu. Di tengah perjalanan Nisa berbicara dengan Rini tentang masalah Mawar Hitam mitos tentang gunung ini.
Sesampainya mereka berempat di pilar satu, mereka membuka logistik untuk masak di pilar satu, sambil makan mereka berbincang-bincang
“Yang aku boleh tanya ini?” ucap rini
“tanya apa sih Yang”
“ini mau tanya masalah mawar hitam, mitosnya yang bisa dapat mawar hitam di gunung ini bisa abadi di alam lain ya Yang”
“hmmm,”
bogel sedikit ragu menjelaskannya masalah ini, karena terus dibujuk dengan rini, akhirnya bogel menerangkan semuanya, Taurus hanya bisa diam padahal taurus sudah menyenggolnya
‘astaga Gel kamu ini gak tau posisi, perasaan ku mulai gak enak. sudah banyak pantangan dilanggar’
memang setiap pendaki tidak diperbolehkan membahas masalah mawar hitam di gunung ini, jika itu dibahas akan mendapatkan mara bahaya bagi yang membahasnya.
Singkat cerita mereka sudah siap dengan agenda mereka ke pilar satu dan dua, singkat cerita mereka kembali ke tenda untuk bersantai menunggu malam, hari itu keindahan yang mereka dapatkan di puncak tidak terkira bagi Rini dan Nisa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!