NovelToon NovelToon

Choose Destiny

Awal

23 April 2018

"Kita akhiri saja hubungan ini."

Pria itu pun meninggalkanku sendiri. Apakah ia benar-benar sudah tidak mencintaiku lagi?Tetapi, Kenapa?

Flashback on

13 Juli 2012

Hari ini adalah hari pertamaku di SMA baruku. Aku pindah sekolah, karena ayah ku ditugaskan kerja di kota ini.

"Hai. Kenalkan namaku Rachel Amelia, namamu?" tanya gadis berambut pendek sebahu itu padaku.

"Hai juga, namaku Brianna Maurell. Senang berkenalan denganmu." jawab ku sambil tersenyum manis.

Setelah perkenalan singkat itu, kami pun mulai menjadi teman dekat. Hari - hari di SMA juga berjalan dengan baik, sampai aku bertemu dengannya. Seseorang yang tidak sengaja kutabrak di kantin.

Saat itu aku sedang membawa bakso pesenanku, aku yang terburu - buru karena jam istirahat akan selesai, malah tidak sengaja menabrak orang dibelakangku dan membuat seragamnya basah oleh kuah bakso.

Aku langsung meminta maaf padanya, ia tidak menjawab permintaan maaf ku dan langsung meninggalkanku sendiri.

aku pun benar-benar malu, sudah tidak dimaafkan, jadi pusat perhatian pula.

Seminggu setelah kejadian itu, aku kembali bertemu dengan nya.

Ia sedang duduk dibangku taman, sambil membaca buku. Aku juga baru tahu bahwa dia adalah kakak kelasku dari temanku Rachel. Lalu, aku mencoba untuk meminta maaf dengan benar kali ini.

"Hai, kak. Eeemmmn....aku mau minta maaf soal kejadian di kantin waktu itu, aku benar-benar gk nyadar kalau ada kakak dibelakang." ucapku kepadanya.

Ia melihatku sekilas dengan ekspresi dingin. Kulihat wajahnya sangat tampan.

"Oh, kejadian waktu itu."

Kulihat ia tersenyum tipis kepadaku dan langsung pergi meninggalkanku lagi.

Aku bingung, apa dia sudah memaafkanku?

"Hai, Bri. Ngelamun aja, ntar kerasukan gimana?" tanya Rachel kepadaku.

Aku pun tersadar dari lamunanku akibat suara Rachel ditelingaku.

"Ih, jangan doain dong." ucapku dengan ekspresi takut.

"Iya iya sorry, mau ke kantin gak? mumpung masih istirahat nih."

Aku hanya menjawabnya dengan anggukan dan pergi keluar kelas bersama Rachel.

"Hai." sapa seorang pria kepadaku.

Aku yang tadi sedang duduk di meja kantin pun terkejut dengan suara orang yang menyapaku.

"Hai juga kak." balas ku.

Aku tersenyum canggung ke arah pria yang sudah duduk di sebelahku.

"Siapa namamu?" tanyanya padaku

"Brianna Maurell, kak. Kalau nama kakak?" tanyaku balik.

"Steven Baryen, orang yang pernah lu tabrak waktu itu." jawabnya sambil tersenyum.

Rachel yang sudah selesai memesan mi ayam pun datang. Dan kak Steven langsung beranjak pergi.

Rachel langsung bertanya alasan kak Steven datang. Dan ya aku menjawabnya dengan bingung juga.

Setelah kejadian dia yang menghampiri ku di meja kantin, ia mulai bersikap cuek kembali. Aku tidak masalah sih, toh malah lebih baik seperti itu.

Hari ini aku bertugas membuang sampah milik kelasku, setelah aku membuangnya keluar. Aku tidak sengaja melihat kak Steven sedang merokok di halaman belakang sekolah.

"Kenapa melihatku seperti itu?" tanyanya.

"Emmm.....maaf kak."

Ia pun membuang rokoknya, lalu pergi menghampiriku.

"Kamu belum pulang jam segini?" tanyanya.

"Emmm....hari ini jadwalku membuang sampah, jadi aku pulang agak terlambat." jawabku.

"Oooo...ya udah gue pulang dulu. Bye." ucapnya sambil melambaikan tangannya.

Setelah itu ia pergi. Aku juga segera bergegas ke mobilku untuk pulang.

Sejak beberapa hari ini, dia selalu menatapku. Entah saat aku lewat di depannya atau ia tidak sengaja melihat ku dari jauh. Rachel yang tahu, langsung menduga bahwa kak Steven menyukaiku.

Menurutku itu tidak mungkin, memangnya pria tampan dan disenangi banyak cewek seperti itu, menyukaiku yang biasa seperti ini.

20 Agustus 2012

"Bri, lagi ngapain?" tanya Rachel.

"Lagi ngerjain PR matematika, lupa ngerjain kemarin."

"Ntar kalau udah, anterin aku ke kantin ya!"

"Siap, hel." balas ku.

Setelah selesai mengerjakan PR ku, aku menemani Rachel ke kantin. Tanpa sengaja aku melihat kak Steven sedang bersama perempuan di bangku taman.

Kenapa aku merasa tidak suka ya? Aku pun langsung memalingkan wajahku ke arah lain dan berjalan lebih cepat, sampai Rachel malah kutinggal.

Setelah saat itu, aku mulai melihat kak Steven selalu bersama dengan perempuan itu.

Siapa sih dia?

"Hel, kamu tau gak siapa cewek yang sering bareng kak Steven?" tanyaku pada Rachel.

"Ooo..itu kalau gak salah namanya kak Karin."

"Oo..."

"Kenapa cemburu ya?" goda Rachel.

"Apaan sih? Jelas gak lah, emang dia siapa aku?" balas ku.

Rachel pun memilih diam saja. Apa memang benar aku menyukainya?

25 September 2012

Hari berjalan dengan cepat tak terasa sudah bulan September sekarang. Aku tidak peduli lagi dengan perasaan ku pada kak Steven, karena aku ingin fokus pada sekolahku.

Hari ini aku berangkat terlalu pagi, jadi sekolah masih sepi. Aku tidak sengaja melihat kak Steven di bangku teman. Jangan tanya kenapa dia selalu di bangku taman, karena itu tempat favorit nya.

"Brianna." panggil seseorang kepadaku.

Aku sedikit terkejut mendengar suara itu.Aku pun menengok ke arah taman. Ia melambaikan tangan menyuruhku menghampirinya.

"Emmmm.... Kenapa kak?" tanyaku.

"Nanti pas istirahat ikut gue ke perpustakaan!"

"Buat apa?" tanyaku kembali.

"Udah ikut aja."

Ia beranjak dari bangku taman dan menggandengku, ia mengantarkan ku ke kelas. Dan ya langsung pergi begitu saja.

Di jam istirahat, aku langsung pergi ke perpustakaan seperti yang disuruh kak Steven. Kulihat dia sedang membaca buku di samping rak buku.

"Emmmm... Hai kak. Kenapa nyuruh aku ke sini?" tanyaku.

"Gue mau lu nemenin gue baca, cepetan pilih buku. Gue tunggu di bangku pojok sana."

Aku pun langsung pergi memilih buku. Aku sebenarnya tidak terlalu suka ke perpustakaan, ya karena aku tidak suka baca buku sih. Setelah selesai memilih buku, aku pun pergi ke tempatnya.

"Biasanya lo pulang di jemput apa jalan kaki?" tanyanya.

"Biasanya aku bawa mobil sendiri sih kak."

"Mulai besok lo pulang gue anter aja."

"Eh? Gak usah kak. Aku bisa kok pulang sendiri." balas ku.

"Gak usah bantah deh." ucapnya dengan nada agak membentak.

Aku pun terdiam. Ia melanjutkan kembali membacanya.

Hari ini aku di antar oleh kak Steven pulang. Selama perjalanan, tidak ada obrolan sama sekali. Kami hanya diam.

"Makasih kak, udah nganter."

"Ya. Besok gue tunggu di gerbang kayak tadi." balasnya.

Aku hanya menganggukan kepala dan ia pun pergi dengan mobilnya.

1 Desember 2012

Tak terasa sebentar lagi aku akan libur sekolah, hubunganku dengan kak Steven pun berjalan semakin dekat. Kami merahasiakan kedekatan kami ketika di sekolah.

"Nih, jus yang kamu pesen." ucapnya sambil memberikan jus nya.

"Makasih, kak." balas ku.

"Gimana ujian semesternya? Bisa?" tanyanya.

"Bisa kok, kak. Makasih ya waktu itu mau bantu ngajarin."

"Gak masalah kok. Ya udah yuk pulang."

Hari ini ayahku mengambil rapot sekolahku. Ayahku juga senang karena nilaiku bagus.

"Karena nilai rapot kamu bagus, kamu mau ayah beliin apa?" tanya ayah.

"Aku gak mau apa-apa kok yah."

"Beneran?" tanyanya kembali.

"Iya, yah. Sebelum pulang ke rumah, kita pergi ke makam bunda dulu ya."

"Baik, putri ayah yang cantik."

Suka?

Sekitar 1 jam, kami sampai ke makam bunda. Bundaku sudah meninggal sejak aku kelas 5 SD, akibat sakit jantung. Jadi, sekarang aku tinggal berdua saja dengan ayah.

"Bun, Nana kangen. Hari ini Nana rapotan dan nilai rapot Nana bagus-bagus, bun. Maaf ya, bun. Akhir-akhir ini Nana jarang ngunjungin bunda, tapi Nana janji nanti Nana bakal sering ke sini." ucapku kepada makam bunda.

"Ayah juga kangen sama bunda. Bunda yang tenang ya disana, Ayah bakal jaga Nana dengan baik." ucap ayah.

Aku menengok ke ayah yang sudah ada disebelahku, aku pun memeluknya dan menangis.

"Bun, Nana pulang dulu ya. Nana bakal sering dateng kesini."

"Ayah juga pulang dulu ya,bun."

•••••••••••••••••••••••••••••

Hari ini sekolah sudah libur akhir semester. Jadi, aku memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah saja.

drrrrrtt.... drrrrrtt..

"Halo, kak. Tumben telpon?" tanyaku kepada kak Steven.

"Emm... aku mau ngajak kamu jalan-jalan, ada waktu gak?"

"Ada kok. Kapan kak?"

"Hari ini, jam 3. Nanti aku jemput, bisa gak?"

"Bisa kak. Ya udah aku siap - siap dulu, kak."

"Ok." balasnya.

Lalu, aku mulai bersiap - siap.

Jam 3 tepat, ia sudah ada didepan pagar rumahku.

"Tepat waktu banget, kak."

"Ya kan, cowok gak boleh telat buat jemput ceweknya." balasnya.

Aku tertawa mendengar ucapannya itu.

Ceweknya? batinku dalam hati.

Aku bingung apa ini yang dinamakan kencan? Ah, sudahlah. Jangan memikirkan yang macam - macam.

Kami jalan - jalan ke taman kota, sambil menikmati es krim. Lalu mengakhirinya dengan makan malam, entah kenapa hal sesederhana ini membuatku sangat gembira. Yah, memang sederhana sih. Tapi, aku sangat menyukainya.

"Emmmm... kak makasih jalan - jalannya."

"Emm.. ya sama - sama. Bri, jujur aku tertarik denganmu. Mungkin sejak kejadian, kamu yang minta maaf waktu di bangku taman." ucapnya.

Aku benar - benar terkejut dengan perkataannya.

"Kakak suka aku?"

"Yah, bisa dibilang begitu.Tapi, aku mau lebih ngenal kamu. Terima aku pelan - pelan, oke." jawabnya.

"Iya kak. Emmm...... aku masuk dulu."

Sekarang aku benar - benar tidak bisa berpikir. Ini benar - benar gila, aku tidak menduga jika apa yang pernah di katakan Rachel benar terjadi.

Sudah beberapa hari sejak kejadian dimana kak Steven mengungkapkan perasaan nya padaku. Ia sering meneleponku, mengajakku jalan - jalan di hari Sabtu, bahkan ia sudah menyuruhku memanggil namanya saja tanpa panggilan kakak. Meskipun kami belum bisa dibilang pacaran, tapi aku sangat senang sekali.

••••••••••••••••••••••••••••

6 Januari 2013

Hari ini aku sudah masuk kembali ke sekolah. Dan, sekarang aku sudah semester 2 loh.

"Bri, udah lama gak ketemu. Kangen banget." ucap Rachel sambil memelukku.

"Ih, Hel. Jangan peluk - peluk gitu, gak enak di lihat yang lainnya." gerutu ku.

"Ih, jahat. Kamu gak kangen aku ya?"

"Ya pasti kangen lah." jawabku.

Kami pun berpelukan lagi, meski banyak yang menatap kami aneh.

Sekarang aku sedang berjalan di koridor kelas 3, aku disuruh mengantarkan buku ke kelas 3-2.

tok.. tok..

"Silakan masuk." ucap pak guru.

"Permisi, pak. Saya disuruh bu Indah untuk mengantar buku bapak yang ketinggalan di kelas tadi."

"Oo.. terimakasih, nak."

"Sama - sama, pak. Saya permisi dulu."

Aku melihat sekilas ke arah arah pojok kelas itu, aku melihat Steven sedang memandangku. Ia tersenyum tipis. Aku buru - buru melanjutkan langkahku.

Di jam istirahat ini, Rachel memintaku mengantarnya ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku pelajaran. Apa aku tidak salah lihat? Steven sedang berbincang dengan kak Karin di depan kelasnya.

"Hei. Kenapa berhenti?" tanya Rachel.

"Oo..maaf." jawabku.

Aku lanjut jalan, aku penasaran apa yang mereka bicarakan?

Steven barusan memberitahuku bahwa dia tidak bisa mengantarku pulang, jadi aku memutuskan naik ojek saja.

Sebenarnya aku tidak terlalu ingin mempercayainya, tapi itu benar dia. Steven sedang berduaan dengan kak Karin di cafe dekat sekolah.

Aku benar - benar bingung, apa maksudnya? Dia bilang, dia menyukaiku. Tetapi, ia malah dengan perempuan lain. Aku benar - benar emosi sekarang. Dari tadi, aku selalu melihatnya dengan kak Karin.

drrrrrtt..... drrrrrtt.....

Aku tidak ingin mengangkat teleponnya, aku benar - benar kecewa dengannya.

••••••••••••••••••••••••

Sekarang aku sedang mengerjakan tugas bersama Rachel di kelas. Sebenarnya ini jam istirahat, tetapi karena aku malas keluar, aku mengajak Rachel mengerjakan tugas yang guruku barusan berikan.

"Bri, kenapa kemarin gak jawab teleponnya?" tanya kak Steven.

Aku kaget mendengar suaranya. Bagaimana dia bisa kesini? Oh, tidak. Sekarang banyak anak yang melihat ke arah kami.

"Emmmm.... kak Steven, kemarin aku tidur lebih cepat. Jadi, aku tidak tahu kalau kakak telepon."

Aku berharap ia segera pergi sekarang. Aku tidak tahan dengan pandangan mereka ke arahku.

"Ya udah. Pulang sekolah tunggu aku di tempat biasanya." ucapnya.

Ia pun pergi keluar. Dan para cewek - cewek datang menghampiri meja ku.

"Bri, lo ada hubungan apaan sama kak Steven?"

"Elo pacaran ya sama kak Steven?"

"Gilak lo, bisa deketin cowok kayak kak Steven."

"Kenalin gue ke kak Steven dong, Bri."

Aku pusing mendengarkan omongan mereka yang tidak jelas.

•••••••••••••••••••••••••••

"Bri, kok lama keluarnya?" tanya Steven.

"Eh, sorry kak. Hari ini jadwal buang sampah di kelas." jawabku.

"Ooo... Bri, kamu kok manggil aku kakak lagi sih."

"Emmm.. kak, kemarin aku lihat kakak lagi berduaan bareng kak Karin. Kakak ada hubungan apa sama kak Karin?" tanyaku.

Ya ampun, mulutku benar - benar lancang sekali.

"Oh, kemarin aku lagi ngerjain tugas bareng Karin. Gak ada hubungan apa - apa sih."

"Beneran kak?" tanyaku lagi.

"Iya, kenapa? Kamu cemburu ya?" goda nya.

"Ih, enggak kok kak. Yuk pulang keburu sore."

Hatiku sedikit lega mendengar penjelasan nya. Tapi, aku tetap tidak suka dia dekat dengan kak Karin.

•••••••••••••••••••••••••••••

Aku sedang berjalan ke kantin sendiri, karena Rachel sedang tidak masuk. Tiba - tiba, ada seseorang yang menarik tanganku kasar. Yah, dan aku duga pasti dia.

"Heh! Lo itu siapa hah? Sok deket sama Steven. Lo harus tau Steven itu pacar gue!" bentak kak Karin kepadaku.

Apa - apaan ucapannya? Dia bilang Steven pacarnya. Apa perempuan ini sudah gila?

"Emmmm.... sorry ya kak. Tapi, kak Steven bilang dia gak punya pacar. Apalagi pacar busuk kayak gini!" bentakku balik.

Apa kalian pikir aku takut padanya? Tentu saja tidak, aku bukan tipikal orang yang mau di injak - injak oleh orang lain.

"Gila lo ya, berani bentak - bentak gue!" ucapnya dengan nada tinggi.

Ia pun menarik rambutku kuat, dan aku juga ikut menarik rambutnya. Ya akhirnya terjadilah tarik - menarik, tempat yang awalnya sepi pun, menjadi ramai akibat pertengkaran ini.

Dan akhirnya, kami berdua berada disini. Ya, kami berakhir di ruang BK. Setelah berhasil di lerai oleh anak - anak yang lain.

Guru BK hanya memberi kami hukuman untuk membersihkan kamar mandi selama seminggu.

Ah, aku benar - benar kesal dengan hukuman ini. Sudah telat pulangnya, harus ketemu perempuan ini lagi.

Kulihat Steven masih menungguku. Aku sebenarnya sedang malas menemuinya, tapi ya sudahlah.

"Emmmm.. kak sorry lama nunggunya." ucapku.

"Gak apa - apa kok. Tadi kamu kenapa berantem sama Karin?" tanyanya.

"Kak aku lagi males bahasnya."

"Ya udah, gak usah dibahas deh. Maaf ya, tadi aku gak bisa ngelerai, aku lagi di perpustakaan jadi gak denger."

"Iya, kak."

Ia mengantarku pulang. Selama diperjalanan, ia melontarkan beberapa candaan. Kami pun tertawa.

"Makasih kak, udah dianter. Kayaknya besok aku pulang sendiri dulu, kak." ucapku.

"Loh? Kenapa?" tanyanya.

"Besok aku harus ngerjain hukuman ku, jadi pulangnya lebih lambat."

"Gak masalah kok, aku bakal nungguin kamu. Atau aku bantu deh ngerjain hukumannya. Pokok, besok kamu tetep pulang bareng aku. Oke."

"Ya udah deh. Terserah kakak aja. Aku masuk dulu ya kak."

Ia tersenyum, lalu segera mengendarai mobilnya.

Resmi Pacaran?

Pulang sekolah hari ini, aku harus mengerjakan hukuman membersihkan kamar mandi bareng kak Karin.

"Heh! Entar gue mau pulang lebih cepet, jadi lo aja yang ngerjain hukumannya sendiri." ucap kak Karin.

"Gak bisa gitu, kak. Kan ini hukuman kita berdua, masa aku aja yang ngerjain."

"Udah deh, pokoknya gue mau pulang cepet nanti." ucapnya nyolot.

"Ok, fine. Aku bakal bilang ke guru BK, kalau kakak gak ngerjain hukumannya."

"Terserah kamu. Dasar tukang ngadu."

Dia pun pergi tanpa ada rasa bersalah. Pokoknya bakal aku laporin.

Akhirnya, sepulang sekolah aku mengerjakan hukumanku sendiri. Tapi ini lebih baik, daripada aku harus mengerjakannya dengan perempuan aneh itu.

"Bri, kamu kok bersihin sendiri?" tanya Steven.

"Eh? Kakak kok kesini?"

"Mau bantuin kamu, bukannya Karin juga dihukum? Kok cuma kamu yang ngerjain?"

"Kak Karin pulang duluan." jawabku.

"Kebiasaan dia. Ya udah yuk, aku bantu biar cepet kelar."

"Iya, kak."

"Bri, panggil aku Steven. Oke."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Setelah itu, dia membantuku.

"Makasih Stev, udah nganter pulang dan tadi udah bantu aku." ucapku.

"Sama - sama. Ya udah buruan masuk, udah mau malem nih."

"Iya. Hati - hati ya pulangnya."

Dia tersenyum, lalu pergi.

••••••••••••••••••••••••••••

Dan ya keesokannya, aku melaporkan kak Karin ke guru BK.

"Berani banget lo ya!" bentak kak Karin.

Ia mendorong ku sampai jatuh. Benar - benar gila.

"Kemarin aku kan udah bilang bakal laporin kakak, kakak aja yang gak mau dengerin."

"Heh! gara - gara elo, hukuman gue ditambah tau. Dasar cewek gak tau diri!" bentaknya lagi.

Plak..

Dia menamparku, tapi kenapa pipiku tidak merasa sakit ya?

"Udah puas hah?!" tanya Steven dengan nada membentak.

"Loh? Steven kamu?" kak Karin pun terkejut.

"Ini salah kamu sendiri Karin, kenapa kamu malah nyalahin Brianna. Puas kamu jadi tontonan anak - anak sekarang! Ayo, Bri kita pergi!"

Dia menggandeng ku menjauh dari kerumunan anak - anak. Kami pergi ke halaman belakang sekolah.

"Kamu baik - baik aja?" tanyanya.

"Iya, Stev. Pipi kamu merah banget, mau aku anterin ke UKS buat ngobatinnya?"

"Emm... gak usah. Nanti aku obatin di rumah sendiri."

"Makasih ya. Udah nolongin aku tadi." ucapku.

"Gak masalah kok.Emmmm...Bri,kamu mau gak jadi pacar aku?"

Degh.. Degh..

"Eh? A.. aku mau kok jadi pacar kamu." jawabku dengan terbata - bata.

"Beneran?"

"Iya." jawabku.

Ia tiba - tiba memelukku, aku benar - benar terkejut dengan tindakannya.

"Berarti mulai sekarang kita pacaran ya. Aku janji bakal jadi pacar yang baik buat kamu."

"Iya." balas ku.

Dan kami pun pacaran, pada tanggal 2 Februari 2013. Entah apa yang akan terjadi nantinya, aku jalani saja.

•••••••••••••••••••••••••••

9 Februari 2013

Sudah seminggu sejak kami pacaran, dia selalu memperhatikanku dengan baik. Dan berita aku dan Steven pacaran pun sudah diketahui banyak anak di sekolah.

"Bri, tuh liat pangeran mu sudah datang." ucap Rachel.

Ia masuk ke kelasku dan menghampiri meja ku.

"Bri, udah makan belum?" tanya Steven.

"Belum, masih mau ngerjain tugas bareng Rachel."

"Mau aku beliin makan di kantin?"

"Gak usah. Bentar lagi aku ke kantin bareng Rachel."

"Ya udah. Aku tunggu kamu di kantin." Balasnya.

Dia tersenyum manis, lalu segera pergi.

"Kamu beruntung banget sih, Bri. Kak Steven itu romantis banget." ucap Rachel.

"Ah, apaan sih hel? Udah yuk lanjut ngerjain, keburu jam istirahat nya habis."

Setelah selesai mengerjakan tugasnya, aku dan Rachel pergi ke kantin.

Aku tidak sengaja berpapasan dengan kak Karin di tangga, dia menatapku sinis.

Aku sih tidak terlalu peduli sih, karena sekarang dia sudah tidak menggangguku lagi. Mungkin dia takut dengan Steven.

"Bri." sapa Steven.

"Eh? Kamu masih di kantin?"

"Iya, kan tadi aku udah bilang nunggu kamu. Mau makan apa biar aku pesenin?"

"Aku mi ayam aja, kamu mau apa hel?" tanyaku pada Rachel.

"Aku samain aja deh." jawabnya.

"Berarti 2 mi ayam ya." ucap Steven.

"Iya." balas ku.

"Ya udah, tunggu dulu ya." ucap Steven.

Steven sedang memesan mi ayam sekarang.

"Bri, besok Sabtu mau jalan bareng gak?" tanya Rachel.

"Eh? Kayaknya gak bisa deh. Sabtu aku udah janjian pergi bareng Steven."

"Yah. Ya udah deh gak papa, lain kali aja." balasnya dengan nada kecewa.

"Sorry ya hel."

Dia hanya tersenyum. Lalu Steven datang dengan 2 mangkok mi ayam.

"Makasih, kak." ucap Rachel.

"Makasih, Stev." ucapku.

"Sama - sama." balas Steven.

"Kamu gak mesen juga?" tanyaku.

"Tadi aku udah makan duluan."

"Oo... ya udah, aku makan dulu ya."

Dia hanya mengangguk, sambil menatapku. Apa ada sesuatu di wajahku?

••••••••••••••••••••••••••••

Hari Sabtu ini, aku akan pergi bareng Steven. Sekarang aku sedang menunggunya.

"Hei. Sorry agak telat." ucap Steven.

"Gak papa kok."

"Ya udah yuk naik."

"Tumben pakai motor?" tanyaku.

"Mobilnya lagi di service, jadi pakai motor dulu, Gak papa kan?"

"Gak papa kok."

Kami berencana pergi ke pasar malam hari ini. Sekitar 30 menitan akhirnya kami sampai ke pasar malam nya.

"Aku pesen tiket masuk dulu ya." ucap Steven.

"Iya, Stev."

"Udah nih. Yuk masuk." ajak Steven sambil membawa 2 buah tiket.

Dia menggandeng tanganku sekarang, entah kenapa jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya?

Di pasar malam kami bermain, menaiki wahana yang ada di sana, dan berkuliner. Itu benar - benar menyenangkan. Sekarang aku sedang duduk di bangku menunggu Steven yang sedang membelikan minuman.

"Ini, minumannya." ucapnya sambil memberikan segelas coklat panas.

"Makasih."

"Apa kamu senang?" tanyanya.

"Tentu saja, hari ini begitu menyenangkan."

"Syukur lah kamu senang."

"Emm... Katanya kamu tinggal sendiri ya di sini, orang tua kamu dimana?" tanyaku.

"Orang tua aku udah gak ada. Ayahku udah meninggal sejak aku lahir, dan ibu aku meninggal waktu aku umur 8 tahun. Jadi, setelah itu aku dirawat oleh nenek."

"Eh, sorry. Aku gak tahu."

"Gak papa kok, kan kamu pacar aku jadi kamu harus tau tentang aku juga."

"Stev, kamu di sekolah jarang banget kumpul bareng temen - temenmu yang lain."

"Aku gak terlalu suka berteman, aku lebih suka membaca buku aja."

"Kamu gak ngerasa kesepian kayak gitu?" tanyaku.

"Gak kok. Sekarang kan juga udah ada kamu yang nemenin aku."

"Iya sih. Kak Karin gak pernah ada hubungan apa - apa sama kamu?" tanyaku.

"Gak ada. Pernah sih dia bilang suka aku, tapi aku respon biasa aja. Lagian kenapa aku juga yang dia suka? Kan masih banyak cowok yang lain."

"Em.. apa yang kamu suka dari aku?"

"Aku juga gak tau. Aku ngerasa berdebar aja deket kamu, masa aku punya penyakit jantung ya?" candanya.

"Ih, jangan sampai dong. Aku juga gak tahu, kenapa aku bisa suka orang kayak kamu?"

"Kenapa ya?"

"Ih, kenapa senyum aneh gitu sih, Stev."

"Gak papa. Pingin goda kamu aja." ucapnya.

"Stev, aku pingin hubungan ini berjalan dengan lancar, jangan pernah tinggalin aku ya. Janji?"

"Janji. Aku mau kok jadi yang terakhir buat kamu."

Dia tiba - tiba mendekat, lalu mencium kening ku. Ya ampun, wajahku pasti sudah memerah sekarang.

"Pulang yuk, udah malam nih. Nanti ayah kamu nyariin." ajaknya.

"Eh? Emm.. iya."

Aku masih gugup setelah kejadian tadi, aku tidak pernah menduga ini akan terjadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!