KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 1.
"Selamat ulang tahun istriku."
Senyum sumringah seorang pria bernama Husni Abdullah berusia tiga puluh dua tahun saat memberikan ucapan hari kelahiran istrinya. Husni memberi sedikit kejutan untuk Delia Ismawati dengan membawakan nasi tumpeng diatas meja dorong, Saat pukul tepat dua belas dini hari. Walaupun tidak seperti pada umumnya ulang tahun yang biasa dengan kue tar dan lilin, Namun Delia terharu dengan perhatian suaminya.
"Terima kasih, mas. Sudah memberiku kejutan ulang tahunku tahun ini." Delia dengan mata berkaca-kaca. Penuh haru.
" Sama-sama sayang, ini tidak seberapa dengan kamu mau menjadi istriku dan menjadi ibu bagi kedua anak-anakku," Husni memeluknya, dia bersyukur memiliki perempuan yang di nikahinya satu tahun yang lalu.
"Mamah, selamat ulang tahun,"
Suara seorang gadis kecil bernama Mia Indriani. berusia lima tahun yang sukses menarik perhatian kedua orang tuanya yang langsung menoleh arah ambang pintu.
"Mia, sini sayang." ucap Delia melambaikan tangan menyuruhnya mendekati mereka yang tengah duduk ditepi ranjang. Mia mendekati mereka dengan membawa sebuah kotak kado, sekali lagi Mia pun mengucapkan ulangtahun untuk mamah sambungnya.
"Mia? ayo kasih Mamahnya kado." ucap Husni pada sang putri bungsu.
"Ini Mah, Kado ulangtahun buat Mamah, moga Mamah suka ya?" Mia yang duduk di pangkuan papahnya menyerahkan kotak kado itu.
"Makasih ya sayang, Mamah pasti suka apapun kado dari anak mamah." Delia mengulurkan tangannya dan menerima kotak kado itu. Delia memeluknya, mengecup kening putri sambungnya.
Setelah acara ulang tahun selesai, Mia kembali ke kamarnya untuk tidur lagi, setelah di suruh Ayahnya tidur.
Husni menutup rapat pintu kamarnya. dia berjalan mendekati Delia.
"Ya ampun, Aku hampir saja lupa!" Gerutu Husni menepuk keningnya sendiri.
Husni langsung memberikannya sebuah kotak berudru persegi panjang berwarna merah.
"Ini untukmu, sekali lagi. selamat ulang tahun sayang."
Delia menerima kotak beludru itu
"Boleh aku buka, Mas?."
"Silahkan, buka aja!"
Delia membuka kotak persegi itu, Delia matanya membulat takjub ia memegang sebuah kalung emas putih pemberian suaminya.
"Mas, kamu membelikanku kalung ini untukku?." Delia yang masih tak percaya dengan hadiah yang diberikan oleh suaminya.
"Iya, Delia. Itu untukmu, kamu suka gak?." Husni tanya balik.
"Suka, terima kasih ya mas!" Delia tersenyum, Bahagia.
"Alkhamdulillah. Kalau suka, sini aku pakein ke leher kamu." Husni mengambil kalung itu dari tangan istrinya, Delia menyingkap rambutnya ke samping bahu kanannya.
"Sudah, kamu cocok banget pake kalung itu. cantik banget jadinya," Husni memuji istrinya setelah memasangkan kalung ke lehernya.
"Ish.. gombal." Delia tersipu dengan memukul pelan dada suaminya.
"Hey.. itu benar, kamu emang cantik kok!." Husni menangkup ke dua pipi istrinya dengan kedua tangannya. Wajah Delia merah merona mendengar pujian suaminya.
"Delia, semoga kita selalu bersama, Semoga kamu menjadi wanita terakhirku menjadi ibu dari anak anakku." Husni mencium kening istrinya dengan penuh perasaan. Delia yang mendapatkan penuh kasih sayang suaminya pun memejamkan matanya. Ia begitu meresapi kecupan suaminya.
Hari Sabtu mantan ibu mertua Husni datang berkunjung kerumah, Susi Anjarsari. Ibu kandung Rindu mantan istri Husni. berkunjung bersama cucunya, Dita, Anak kandung Husni yang ikut dengan sang nenek, berbeda dengan sang adik, Mia, Yang ikut... dengan ayahnya. Sejak Husni dan Rindu resmi bercerai dua tahun lalu.
"Dita, Salim dulu dong sama Mamahnya masa cuma ayah, aja yang di Salim?" Tegur Husni pada Dita, ia ingin anaknya juga menghormati ibu sambungnya.
Dita menghela nafasnya dengan memutar mata malas terpaksa bangkit dari duduknya di sofa dekat sang adik, ia Menyalami Ibu sambungnya tanpa mengatakan apapun. Entah mengapa semenjak ayahnya menikah lagi Dita memang tak menyukai Delia.
"Dita, sayang? mau bikinin es buah atau mau bikinin puding?" Tawar Delia pada anak sambungnya. Duduk didekat suaminya.
"Gak, Gak mau! Aku kesini cuma mau ngomong sama Ayah, bukan mau makan disini!" Tolak Dita dengan ketus
"Dita, bicara yang sopan, Nak! Mamah kamu cuma nawarin kamu, kalau kamu gak mau tolak dengan halus." tegur Husni lagi dengan lembut.
"Udah, mas. Gak papa, gak perlu di besar besarkan," protes Delia tak ingin suaminya memarahi anaknya yang akan berujung keributan.
"Kak Dita puding buatan mamah enak loh, Mia aja tadi minta mamah bikinin puding, iya'kan mah?" Mia yang ikut nimbrung.
"Halah, yang namanya puding ya sama aja kaya yang lain." Susi yang tak terima cucunya memuji istri mantan mantunya.
"Beneran kok nek, aku aja suka banget. suka abisin puding buatan, Mamah, oh. iya? Mamah jadi kan bikin pudingnya?" Mia
"Iya, sayang. Ya udah mamah bikinin dulu, ya?" Sambil mengelus rambutnya, Delia berdiri lalu beranjak pergi ke dapur.
"Yah, Dita seneng banget, akhirnya Minggu depan mamah bakal pulang ke indo. Iya' kan. Nek?" Dita senyum sumringah, terbit di bibirnya.
"Iya, Yang di bilang, Dita itu benar. Semalem Rindu telpon dan bilang kalo Minggu depan dia pulang dari Hongkong, karna akan di pindahin lagi ke Jakarta."
Husni terkejut mendengarnya. Entah ia harus senang atau bagaimana mengetahui mantan istrinya pulang lagi ke tanah air.
Sejak ke pulangan anak dan mantan ibu mertuanya, Dari rumahnya sejak sore Husni jadi kepikiran dan banyak melamun. Dia memikirkan bagaimana harus bersikap saat bertemu kembali dengan mantan istrinya. Pasti akan canggung. Tepatnya saat Husni duduk di kursi meja makan, Bayangan masa lalu Husni muncul dalam ingatan.
Mengenang kembali saat dirinya mengantar Rindu, Sang istri ke bandara, hendak mendapat tugas dari atasannya. Rindu di pindahkan bekerja di Hongkong, sebagai sekretaris. Hal itu membuat Rindu senang, Ia mengambil kesempatan itu untuk bekerja di luar negri. Bahkan dirinya harus meninggalkan anak-anak nya yang masih membutuhkan kasih sayangnya sebagai seorang ibu, Terlebih anak bungsunya yang masih berusia 1 tahun. Tanpa memikirkan anaknya yang masih menyusui, Rindu keukeuh mengejar karirnya.
Husni sebagai suami tak dapat berbuat apa-apa, Walaupun dirinya sudah membujuknya, Namun Rindu tetap egois. Dengan berat hati Husni menuruti keinginan istrinya pergi ke luar negeri.
Walaupun Rindu dan Husni tengah menjalani hubungan LDR komunikasi mereka lancar, Saling memberi kabar.
Delia dari tadi memperhatikan suaminya hanya duduk melamun. Delia mendekati suaminya mengulurkan tangannya memegang bahunya.
"Mas.. kamu kenapa? Kok melamun terus sih?" Delia yang tiba-tiba membuyarkan lamunan suaminya.
"Ah.. iya, maaf!. Aku sedang memikirkan ucapan Dita dan mantan ibu mertua tadi siang." Husni ungkapnya jujur.
MOHON MAAF KALAU BANYAK TYPO.
SOALNYA INI NOVEL PERDANA AKU.
Bab 2.
* * *
Delia dari tadi memperhatikan suaminya hanya duduk dan melamun,
Delia berjalan mendekati Husni, Wanita berusia 30 tahun itu berdiri di belakang, mengulurkan tangannya. Memegang bahu sang suami
"Mas, Kamu kenapa? Kok melamun terus sih?" Tanya Delia membuyarkan lamunan Husni.
"Ah... Iya, Maaf!" Husni diam sejenak.
"Aku sedang memikirkan ucapan Dita, dan mantan Ibu mertua tadi siang." Husni jawabnya jujur tak ingin menyimpan rahasia dari istrinya.
"Emangnya Dita dan Bu Susi bilang apa? Sampai Mas jadi kepikiran gini?" Delia penasaran.
"Mereka bilang kalau Minggu depan, Rindu akan kembali dari Hongkong!" Husni memegang telapak tangan istrinya. Mengelus telapak tangannya lembut.
"Lantas apa yang membuat Mas jadi kepikiran seperti ini?" Delia lalu dia duduk di kursi kosong dekat kursi duduk suaminya.
"Bukannya bagus, itu artinya anak-anak akan bertemu Mamahnya' kan?" Delia heran dengan pikiran suaminya, kembali nya sang mantan istri suaminya justru menjadi beban suaminya.
"Entahlah, Del. Aku seperti tidak tahu harus bagaimana ketika kami bertemu nanti, itu yang aku pikirkan," Husni mencurahkan apa yang ada di pikirannya.
"Apa? Mas akan gagal move on jika bertemu dengan Mba Rindu? Apa Mas Husni masih mengharapkan nya?" Delia menatap ekspresi wajah suaminya. Ia curiga suaminya masih memendam perasaan terhadap mantan istrinya.
"Delia, kamu ini ngomong apa sih? Gak mungkinlah!. aku dan Rindu kami sudah bercerai dua tahun lalu, lagi pula. Sekarang kamu itu istriku, Gak mungkin aku masih mengharapkan dia lagi, lagian bukan itu yang aku pikirkan!" Husni jelasnya walau sedikit kesal dan tersinggung dengan pertanyaan istrinya yang menurutnya menyudutkannya.
"Ya, terus apa yang sedang mas Husni pikirkan?"
"Aku justru memikirkan Mia! Sejak usia satu tahun bahkan sampai sekarang, dia belum pernah bertemu dengan ibu yang sudah melahirkannya." Kata Husni mencurahkan isi pikiran yang membebaninya.
"Saat Mia bertemu dengan Rindu pasti dia akan bingung, bagaimana dia bisa memiliki ibu lain selain kamu. Dia akan bertanya, kenapa Rindu pergi? Kenapa bisa Mamah dan Ayahnya pisah? Mia masih terlalu kecil untuk tahu masalah orang dewasa." Husni dengan mimik wajah cemas dan khawatir.
Delia menggenggam telapak tangan suaminya.
"Mas, kita akan menjelaskannya pelan-pelan, cepat atau lambat Mia akan mengerti semuanya," Delia
"Kamu mau membantuku juga kan? menjelaskannya. Aku tidak bisa melakukannya sendirian, Aku butuh kamu di sisiku." Husni pintanya.
Melihat wajah memelas suaminya membuat Delia tak tega
"Iya, Mas. Pasti!. Aku akan ada di sisimu, kita hadapi sama-sama." Delia.
Husni tersenyum lebar ia terharu istrinya mendukungnya. Husni menumpuk telapak tangannya di atas telapak tangan istrinya yang menggenggam telapak tangannya, matanya berkaca-kaca menatap istrinya.
"Terima kasih. Del, aku gak tau kalau kamu gak ada!"
Husni berhambur mendekap istrinya erat, menciumi bahu Delia. Delia membalas dekapan Husni mengelus-elus punggungnya. Memberikan kekuatan pada suaminya.
Seperti biasa Delia masuk ke kamarnya setelah dari kamar putri sambungnya,
Mia tidur setelah Delia membacakan dongeng untuknya.
"Mia sudah tidur, Del?" Tanya Husni yang sedang duduk bersandar di punggung ranjang nya sambil membaca buku.
"Udah, mas. Baru aja! Tuh anak tumben malam ini gak kaya biasanya. Jam delapan biasanya dia udah tidur, tapi malam ini jam setengah sepuluh baru mau tidur," keluh Delia yang ikut duduk di samping suaminya.
"Mungkin dia emang belum ngantuk aja kali Del." Husni menutup dan meletakkan bukunya di meja kecil dekat ranjang.
"Iya juga, sih!" Delia membenarkan ucapan suaminya.
"Mm.. Mas. Aku boleh ngomong serius gak sama kamu?" Delia ragu-ragu.
"Yaudah, ngomong aja. Aku dengerin kok." Husni ia beralih menghadap berhadapan dengan istrinya. Siap mendengarkannya.
"Mas, Menurutmu gimana kalau Aku lepas KB aja?" Ucap Delia hati-hati. Delia meremas ujung baju piyamanya.
"Ya. Aku pengen ngasih Mia dan Dita adik!" Delia mengutarakan isi hatinya.
"Del, kita 'kan udah sepakat! Kalo kita akan menunda momongan? Kenapa sekarang kamu bahas itu lagi, sih?" Husni sedikit ketus.
"Iya, mas. Tapi sampai kapan? Orang tuaku dan orang tuamu juga udah nanyain, kapan aku akan memberikan mereka momongan?" Delia yang mulai tersulut emosi dengan ucapan sedikit ketus suaminya.
"Jangan-jangan bener lagi? yang di omongin si siska, kalau kamu cuma pengen punya anak dari satu wanita aja. Kamu gak mau punya anak lagi selain dari mantan mu?" Ucap Delia yang sudah tidak dapat menahan emosinya. Walau bukan tanpa alasan Delia menuduh Husni tak menginginkan seorang anak dari wanita lain, karena Husni hanya mengharapkan anak dari satu wanita saja. Stateman itu ia ketahui dari teman dekat Rindu yang bernama siska agustina.
Saat itu, Hari dimana mereka bertemu, ketika Husni dan Delia bertandang kerumah Bu Susi mantan mertuanya, memperkenalkannya sebagai calon istrinya, Dan kebetulan saat itu siska sedang berkunjung kerumah ibu dari sang sahabatnya. Siska yang sudah mengetahui mantan suami sahabatnya akan menikah lagi. Matanya menandai Delia dari atas kepala sampai kaki, siska sambil menjabat tangan saat Husni memperkenalkannya dengan calon istrinya. Siska menarik sudut bibirnya keatas, seolah mengejek
"Jadi ini calon istri Husni?" Ucap Siska memastikan. Delia hanya tersenyum, menganggukan kepala.
"Lumayan, tapi tidak secantik Rindu sih!." Ejek Siska dengan tatapan tak suka.
Delia sakit hati mendengar ucapan siska, Mengapa? Dia harus membandingkannya dengan wanita lain?.
"Sis, please! loe gak ada hak banding-bandingin calon istri gua ma mantan gua. Jadi jangan bandingkan mereka" ucap Husni dengan tegas.
"Wah.. ternyata ada yang gak terima ternyata? Tapi aku kasian deh ma calon kamu, aku masih ingat loe pernah bikin stateman ma Rindu, kalau loe cuma mau punya anak dari satu wanita aja." Siska sambil melirik kearah Delia, memanas-manasi.
"Siska.. stop! Jangan jadi kompor, memanas-manasi orang. Sebaiknya kamu pergi dari sini." Husni usirnya dengan tangan menunjuk kearah pintu.
Setelah pamit dengan Bu Susi, Siska pergi dari rumah Ibu sang sahabatnya.
"Del, jangan dengerin ucapan siska, ya!" Husni memegang ke dua bahu Delia. Delia hanya mengangguk walau dalam hati masih ada yang ingin dia bicarakan. Ingatan itu pun sirna saat ia terhenyak dengan suara suaminya.
"Ya. Allah. Del, Kok kamu jadi su'udzon gini sih? Del, Aku memang memintamu untuk menundamu memiliki momongan karena alasan anak-anak. Kamu tahu sendiri kalau Dita belum menerimamu sebagai Mamahnya, kalau kamu hamil kamu pasti akan kepikiran, dengan apa yang di perbuat dan apa yang di ucapkan oleh Dita akan membuatmu tersinggung dan itu tidak baik bagi kehamilanmu." Husni terangnya
"Belum lagi nanti kita akan menghadapi Mia saat dia akan bertemu Rindu, Bukankah itu akan menguras emosi kita nantinya?" Husni menjelaskan panjang lebar agar istrinya mengerti. Sementara Delia, ia mencerna ucapan suaminya barusan. Delia kembali luluh setelah membenarkan alibi suaminya.
"Kamu benar, Mas! Maafin Aku. ya, Mas. Aku udah su'udzon ma kamu" Delia merasa bersalah pada suaminya.
"Ya, gapapa. Aku ngerti kok! Kamu pasti capek di tanya kapan punya anak? Aku cuma minta kamu bersabar untuk menunda dulu punya anak." Husni berharap istrinya mengerti. Walaupun Delia kecewa, namun ia pun tak dapat berbuat apa-apa selain bersabar untuk sementara. Husni menghapus air mata istrinya yang mulai menetes di pipinya, Husni berhambur mendekap istrinya memberikan ketenangan.
Mohon dukungannya para reader
Bab 03
" Ya, gapapa. Aku ngerti kok! kamu pasti capek di tanya, kapan punya anak? Aku cuma minta kamu bersabar untuk punya anak." Husni berharap istrinya mengerti dirinya. Walaupun Delia kecewa, namun dirinya tak dapat berbuat apa-apa. Selain bersabar untuk sementara. Husni menghapus air mata istrinya yang menetes menganak sungai di pipinya dengan ke dua telapak tangannya. Husni bukan orang yang tidak peka hanya saja ia orang yang tidak tahu harus bagaimana menghibur istrinya saat sedang sedih. Husni menarik lengan Delia ke arahnya, mendekapnya erat mengelus-elus punggungnya.
Bu Susi dan Dita datang ke rumah Husni saat hari menjelang sore. Mereka langsung nyelonong masuk tanpa mengucapkan salam karena pintu depan terbuka lebar. Wanita paruh baya dan cucunya itu mendekati Mia yang sedang duduk di kursi ruang makan sambil memasukan es krim ke mulutnya, ia begitu lahap memakan es krim favoritnya.
"Mia, Cucu nenek lagi makan apa sayang?." Sapa Bu Susi pada cucu bungsunya.
"Es krim. Nek! Kak Dita mau?." Tawar Mia menyeret mangkok es krim yang di atas meja ke arah samping kakaknya.
"Gak, Buat kamu aja gigi kak Dita lagi sakit!." Tolak Dita tangannya menyeret mangkok es krim ke arah depan adiknya.
"Mia, kamu jangan banyak-banyak makan esronh krimnya ya, sayang. Nanti kaya kakak kamu sakit gigi." Bu Susi mengingat kannya.
"Bu Susi tenang aja walaupun es krim favorit nya Mia, tapi gak setiap hari kok, Baik aku atau pun ayahnya Mia selalu mengatur pola makan Mia." Suara Delia tiba-tiba datang mendekati meja makan.
"Bagus deh, kalau kamu emang bisa jaga pola makan cucu saya, Saya gak mau ya kalau kamu ngasih makan Mia sembarangan terus jadi sakit." Bu Susi suaranya terdengar ketus.
Delia memaklumi sikap dan tutur Bu Susi yang tak menyukai dirinya, Hingga tak menanggapi ucapannya yang terdengar tak enak di dengar itu.
"Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh." Terdengar suara dari depan yang ternyata itu suara Husni.
" Wa'alaikum salam." Serempak semua di ruangan itu menjawab salam Husni. Mia sangat senang melihat ayahnya baru pulang dari kerja.
"Wa'alaikum salam, Ayah udah pulang?." Tanya Mia langsung turun dari kursi berlari ke arah ayahnya. Menyambut tangan ayahnya untuk Salim.
"Ya, sayang. Eh ada Ibu dan Kak Dita" Husni begitu melihat mantan ibu mertua dan putri sulungnya ada di rumahnya. Husni mendekati mereka dengan menggendong putri bungsunya. Husni menyerahkan tas kerjanya kepada sang istri, tak lupa Delia menyambut tangan sang suami untuk di salim, Delia masuk ke kamar dengan membawa tas kerja suaminya.
"Husni, kami datang kemari karena ada yang ingin Ibu bicarakan denganmu." Bu Susi menyampaikan maksud kedatangannya
Husni menurunkan putri bungsunya pelan.
"Mia, main dulu sama kakak dulu ya, Ayah mau ngobrol sama nenek." Husni minta izin
"Ok. Ayah! Ayo, Kak."
Husni menatap punggung ke dua putrinya yang meninggalkan mereka untuk pergi ke ruang tv.
Husni masuk ke kamar setelah meminta izin untuk mandi dahulu sebelum berbicara dengan sang mantan ibu mertua, Delia menyerahkan handuk pada sang suami yang sedang berdiri di dekat ranjang sambil melepaskan kemeja kerjanya.
"Bu Susi katanya mau bicara sama aku, tapi gak tau beliau mau bicara apa?."
"Kira-kira mantan ibu mertuanya mas mau bicara apa, ya?." Tanya Delia penasaran, Husni mengendikkan bahunya.
"Apa ini ada hubungannya sama kepulangannya mba Rindu ke tanah air?." Delia asal tebaknya.
Degh..
Husni tertegun mendengarnya. Sesaat ia terdiam, ia hampir lupa tentang ucapan sang anak dan mantan ibu mertuanya yang memberitahukan kepulangan Rindu
"Mas, kamu kenapa kok bengong?." Delia membuyarkan keterdiaman suaminya.
"Delia kamu temani mas bicara sama Bu Susi, ya." Pinta Husni
"Aku sih bisa aja, tapi kalo Bu Susi maunya sama Mas aja gimana?."
"Sudah kamu tenang aja, kan' ada suami kamu."
"Iya. Mas! Aku mau. Yasudah, Mas mandi dulu baru kita temui Bu Susi sama-sama." Delia mendorong pelan bahu suaminya.
"Makasih ya, sayang! I love you."
Cup.
Suara kecupan di pipi Delia, Delia membulatkan matanya kearah sang suami. sementara pelaku yang telah mencuri kecupan di pipinya kabur masuk ke kamar mandi sambil tertawa, telapak tangan Delia memegang pipi bekas kecupan sang suami. Wajahnya merona tersipu.
Husni dan Delia keluar dari kamar mereka dan langsung menemui Bu Susi yang tengah menemani ke dua cucunya.
"Delia akan ikut bergabung menemaniku, aku tidak mau menutupi apapun darinya." Husni mengajukan syarat.
Bu Susi berdecak, bibirnya mengerucut, sebal.
Husni, Delia dan Bu Susi kini sudah berdiri di taman belakang rumah. Bu Susi pun mulai membuka mulutnya.
"Besok aku akan membawa Dita dan Mia menjemput Rindu ke bandara." Bu Susi.
"Apa?." Husni dan Delia langsung shock mereka belum siap mendengarnya.
"Iya, aku akan mengajak anak-anak menjemput ibu mereka ke bandara."
"Enggak, Bu. Untuk sementara Mia tidak akan bertemu dulu dengan Rindu." Tolak Husni keberatan.
"Loh, tapi kenapa Husni. Kamu mau memisahkan Mia dengan ibunya, iya?." Bu Susi tak terima. Seketika suasana jadi tegang.
"Kamu pasti sudah di cuci otaknya sama istri kamu ini, sampe kamu tidak mau mempertemukan Mia sama ibunya." Bu Susi dengan ketus.
"Bu, Delia gak ada sangkut pautnya, ini real aku yang buat keputusan. Karena apa? Karena pasti Mia akan bingung kenapa dia punya dua ibu dan yang sangat aku hindari adalah dia akan berfikir kalau ibunya tidak menginginkannya hingga memilih meninggalkannya saat masih bayi." Husni memberi penjelasan.
Setelah Bu Susi dan Dita meninggalkan rumah Husni, rumah suasana jadi tampak mencekam akibat perdebatan alot antara mantan menantu dan mantan mertua. Keduanya masing-masing tidak ada yang mau mengalah, Husni tetap pada keputusannya yang tidak ingin putri bungsunya menjemput ibu kandungnya ke bandara besok.
"Masih kepikiran besok ya, Mas?." Delia membuyarkan lamunan suaminya yang tengah berdiri di teras depan rumahnya.
"He'um, ya kamu benar." Husni menganggukkan kepalanya.
"Entah, kenapa? aku merasa kepulangan Rindu terlalu mendadak sampai aku belum siap jika harus menghadapi Mia besok." Husni terlihat khawatir
"Kamu harus tenang Mas, kita harus berfikir positif bahwa besok Mia akan baik-baik saja. Kita akan ada di dekatnya. Kita akan membuatnya mengerti, Mas lupa ya, kalo anak kita itu walaupun usianya baru lima tahun tapi dia punya pikiran seperti orang dewasa. Ya, Mia bisa jadi anak yang bijak dari anak seusianya." Delia berusaha menenangkan kecemasan suaminya.
"Ya, Kamu benar sayang. Putri kita dia bisa punya pikiran dewasa dari usianya, bahkan aku merasa kalau dia lebih bijak dari Dita, kakaknya." Husni tersenyum. Ia mulai lega dengan penjelasan sang istri mengenai sosok putrinya.
Mohon dukungannya ya para readers.
Moga kalian sehat selalu.. aamiin
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!