NovelToon NovelToon

The Darkest Kiss

TDK — BAB 01

AWAL DARI SEGALANYA

-‘Aku tidak tahu kapan itu terjadi? Tapi yang aku tahu, semuanya sudah terjadi begitu saja. Ya! pria itu, dia membuatku dalam masalah besar.’ Batin Gabriella, atau yang biasa dipanggil Gaby (28th). Dia merupakan seorang wanita penjual bunga, dengan penghasilannya yang hanya untuk bisa mencukupi kehidupannya seorang diri setelah kematian ayahnya 1 tahun yang lalu.

-‘Dia menatapku tanpa henti, dan itu membuatku tidak nyaman meski alkohol dan musik di club sungguh enak. Tetapi semua itu justru membuatku gelisah dan panik akan tatapannya.’

Gaby melirik secara diam-diam, saat dia melihat seorang pria dengan jaket hitam dan kaos hitamnya yang kini duduk di sofa VIP bersama beberapa wanita di sana yang tengah menciumnya dan merabanya.

Dia pernah melihatnya dimanapun dia berada, dan itu membuat Gaby curiga bahwa pria itu membuntutinya mungkin? Entahlah!

“Gaby!” panggil seorang wanita bernama Ming yang merupakan teman pertamanya saat pertama kalinya Gaby pindah ke New York si kota besar dengan julukan kota yang tidak pernah tidur.

Seketika Gaby menatap Ming yang duduk di sampingnya. “Ya?”

“Jangan membuat kesalahan dengan menatap para pria di sini!” canda Ming yang memang ada benarnya juga.

Gaby sendiri juga tidak minat, namun pria itu terus menatap ke arahnya dengan senyum nakal penuh arti.

Wanita cantik berambut panjang itu meneguk segelas sodanya. “Aku harus pulang, ada pesanan bucket besok.” Ucap Gaby meraih jaket hitamnya dan turun dari tempat duduknya.

Tak ingin menatap ke arah pria itu. Gaby memilih berjalan pergi usai berpamitan dengan Ming.

“Kita bisa pindah ke kamar jika kau mau sayang!” goda seorang wanita seksi yang menyentuh pipinya dan menatap penuh gairah.

“Aku rasa tidak sekarang!” balas pria tampan dengan senyuman mautnya yang dapat melelehkan wanita manapun itu.

Sementara Gaby yang berjalan melewati orang-orang mabuk dan bersenang-senang. Seketika ia melambatkan langkahnya saat kepalanya mulai pusing dan pengelihatannya mulai kabur. “Ada apa denganku?” gumam Gaby berkerut alis penuh tanya hingga tubuhnya merasa lemas saat seseorang menyenggolnya dan hampir membuatnya terjatuh.

Sebisa mungkin Gaby menahan dirinya untuk bisa berdiri tegak hingga tanpa sadar tangan kirinya berpegangan dengan lengan seseorang yang keras dan gagah.

“Kau butuh bantuan?” suara yang begitu khas seorang pria dewasa.

Gaby menggeleng kecil dan mencoba melihatnya, namun pemandangannya kabur dan berganti panas dingin yang ia rasakan.

“Aku rasa pengaruh obatnya sudah bereaksi! Berikan aku uangnya sekarang Rian dan kau bisa membawanya pergi.” Ujar Ming kepada seorang pria bertopi koboy yang merupakan pembisnis ilegal jual beli wanita.

“Kau bisa melihat jumlah dollarnya sendiri. Thanks!” ucap Rian yang langsung pergi menghampiri Gaby.

-‘Tubuhku merasa panas! Aku menginginkan sesuatu? Sesuatu yang tidak pernah kulakukan.’ Batin Gaby menoleh ke arah pria berjaket hitam kulit itu.

“I want it. (Aku menginginkannya).” Ucap Gaby yang seketika membuat pria tampan itu tersenyum miring.

Sementara Rian yang mencoba melewati orang-orang di sana dan menuju ke arah Gaby. Seketika pria itu terlihat bingung dan kesal saat mendapati wanita incarannya tadi sudah hilang dari tempatnya. “Fuck it!” umpatnya kesal hingga dia berbalik arah dan melihat keberadaan Ming yang sudah hilang dengan membawa uangnya.

...***...

Sementara di sebuah kamar setelah menempuh beberapa menit. Tubuh Gaby dibanting di atas kasur putih.

Pria itu membuka jaket serta kaos hitamnya, menunjukkan tubuhnya yang sixpack dengan warna kulit eksotis yang melihatkan betapa manis dan tampannya pria itu.

“Kau yang memancingku, jangan salahkan aku saat kau sudah sadar wanita!” ucap Jax Martin (33th) seorang gangster yang harusnya dihindari jika ingin selamat.

Pria itu mulai mendekat ke arah Gaby yang menatapnya cukup dalam dan menelusuri tubuh hingga tatto di dada kanan Jax.

Tak bisa menahan gairahnya yang tiba-tiba muncul. Gaby langsung mengalungkan tangannya ke leher Jax dan membawanya lebih dekat dengan napas memburu. “Aku ti-tidak ingin melakukannya. Tapi— ”

“Tapi kau sangat menginginkannya?!”

Jax membelai wajah Gaby hingga ke lehernya dan membuat wanita itu seketika merasakan hal yang luar bisa karena efek obat yang Ming berikan.

Jax tahu, wanita polos itu baru saja kena tipu. Namun sebagai pria normal yang baik hati dan liar. Jax tak segan membantunya. “Aku akan membantumu menghilangkan panas di tubuhmu!”

Gaby yang sudah berkeringat, dia berkerut alis hingga Jax langsung saja mencium bibirnya dengan agresif sampai Gaby sendiri bingung harus membalasnya bagaimana. Dia tidak pernah melakukan ciuman bibir.

Saat ingin melepaskan dirinya. Jax justru melepas paksa pakaian Gaby dan itu membuatnya bertambah gairah.

Gaby mulai aktif bergerak saat dia sudah tidak bisa menahannya. Obat yang sangat luar biasa!

Jax terkejut saat wanita itu mulai gemeter namun masih bergerak menciuminya tanpa henti. Dari pipi ke lehernya dan dada serta pundaknya membuat Jax ikut berdesir menikmatinya. Oh! Apakah mungkin karena wanita itu masih seorang gadis perawan?

“Sshh~ Fuck me!” ujar Jax mendorong tubuh Gaby dan menindihnya sembari membuka keseluruh pakaian mereka sehingga kini tak ada kain apapun yang menempel.

“Aku mohon, tolong aku. Ini sangat menyiksa!” gumam Gaby.

Seketika Jax menatapnya lekat, menatap wajah cantik Gaby yang kini memejamkan matanya dengan napas memburu dan tubuh yang terus menggeliat.

Pria itu mendekatinya, sementara tangan kirinya mulai bergerak ke bawah dan menggesekkan sesuatu miliknya ke milik Gaby yang sudah sangat basah sampai wanita itu mendesis dan meracau tak karuan.

Jleb!

Gaby mendongak kaget dengan bibir terbuka saat dia merasakan sakit dan perih di areanya. Wanita itu membuka matanya dan bertatapan langsung dengan Jax yang juga menatapnya lekat tanpa pergerakan.

Air mata menetes dari sudut mata indah Gaby. Dia tidak bisa melakukan apapun, bahkan dia tidak tahu harus berbuat apa selain diam.

Saat Jax mulai menggerakkan pinggulnya, barulah Gaby mendesah tak karuan, meremas kuat bantalan hingga lengan kekar pria asing itu.

“Aahhh~ ”

.

.

.

Selang beberapa jam berlalu. Saat kedua mata Gaby mulai terbuka karena ia mendengar ricuh yang samar-samar membuat kepalanya pusing saat dia mulai terbangun.

“Sshhh— ” Desisnya memaksa duduk sambil memegangi kepalanya.

Wanita itu menatap kesekitarnya saat dia mulai membuka mata dengan kesadaran 100%. Deg! Jantungnya berdegup kencang saat ia mulai melihat hal-hal asing di kamar tersebut.

Tidak ada siapapun di sana. Di kamar minimalis yang sangat rapi.

“Aaww!!” pekik Gaby kesakitan saat dia menurunkan kedua kakinya ke lantai dan hendak bergerak. Ya! Dia baru saja melepas virgin nya semalam, tentu saja rasanya masih nyeri.

Gaby yang bekerut alis, dia mulai terlihat panik sendiri ketika melihat sebuah noda darah di seprei putih kasur empuk itu.

“Aku— aku melepaskannya?” Gumam Gaby mulai tak karuan hingga menangis histeris untuk menghilangkan rasa stress nya karena kejadian semalam yang diluar kendalinya.

“Wanita itu sudah bangun.” Bisik seorang pria dengan rambut punk berbisik di telinga Jax yang tengah duduk bersantai dengan anggotanya yang lain sambil bermain kartu.

Mendengar kabar tersebut. Jax hanya menyeringai kecil. “Biarkan saja. Apa yang wanita itu lakukan.” Gumam Jax yang masih fokus bermain.

...°°°...

Hai guyss!!!! Saya kembali lagi kannnnn dengan cerita baru pastinya. 😁 saya takut tidak bisa menulis lagi tahun depan, jadi saya akan menuangkannya semuanya di tahun ini yaaa, sebentar lagi juga tahun baru 😌

Yaaaa semoga saja kalian tidak bosan-bosan membaca karyaku karena saya sudah berusaha keras lohhhh!!! Kali ini cinta gangster yaaa, mafia jadi musuh tapi akan ada sedikit plot twist nantinya 😁

Seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!

LIKE ☑️

COMENT ☑️

VOTE☑️

RATE ⭐ 5 ☑️

FAVORIT ☑️

Thanks and See Ya ^•^

TDK — BAB 02

PERTEMUAN YANG MENGESALKAN

Dengan langkah yang gontai menahan rasa sakit di area intimnya, Gaby berjalan tergesa-gesa saat dia mengenakan sebuah mantel panjang yang ia temukan di dalam lemari. Mau tak mau Gaby mengenakannya karena pakaiannya robek entah karena apa. Kini dia hanya mengenakan mantel panjang warna hitam yang ia kancing, kan.

“Oh, no.” Gumam pelan Gaby ketika ia membuka pintu dan melihat beberapa pria yang sudah stand by di sana.

Degupan jantung Gaby tak karuan saat dia menatap dengan panik dan berjalan melewati mereka semua dengan langkah tertatih-tatih tanpa alas kaki dan rambut berantakan.

Sementara para pria tadi memandanginya dengan senyum nakal dan tatapan nakal penuh arti. Mereka terlihat sangat dengan pakaian serta dandanan liar bak para gangster pada umumnya.

“Kau mau kemana Nona?” tanya seorang pria berambut pirang yang mendekati Gaby.

Tentu saja wanita itu melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan mereka semua.

“Em ... Ak-aku, aku ma-mau ke-keluar. Aku.. Aku tidak tahu tempat apa ini, aku mohon bi-biarkan aku pergi.” Ucapnya gugup namun ia berani menatap para pria tadi.

“Pintu keluar ada di sana. Jika kau bisa keluar, maka kau selamat!” balas pria itu hingga dibalas oleh tawa dari yang lainnya.

Gaby benar-benar terlihat seperti orang linglung yang kebingungan dan sungguh bodoh. Pria itu mempersilahkannya untuk lewat dan pergi ke arah pintu keluar yang dimaksud.

Dengan mata berkaca-kaca dan keringat yang panik, wanita itu melangkah cepat ke arah yang dimaksud, meski ia masih merasakan nyeri di area intimnya, Gaby masih mencoba berlari menjauhi para pria tadi yang rupanya berjalan santai mengikutinya.

Napas Gaby memburu saat di depannya lagi dan lagi ada para gangster lainnya yang kali ini mereka berada di area motor.

“Oh, sial!” gumam Gaby rasanya ingin menangis. Dia terjebak, bagaimana bisa?

Tentu para pria tadi yang asik mengobrol kini menoleh melihat keberadaan Gaby. Mereka tahu siapa wanita itu, karena Jax Martin yang membawanya semalam. Dengan wajah panik, Gaby berlari menghindari mereka semua.

Di sisi lain, seorang pria baru saja memberitahu keberadaan Gaby yang baru saja keluar dari kamar. Tentu Jax hanya menatap dengan tegas dan seringaian kecil.

“JANGAN MENDEKAT ATAU AKU AKAN MELUKAI KALIAN!” Ancam Gaby yang kini menodongkan sebuah pisau lipat yang ia temukan di atas meja beserta kotak rokok dan botol minuman.

Gaby sangat yakin bahwa tempat itu adalah markasnya para gangster.

“Wow! Santai Nona. Jangan membuat kesalahan yang membuatku menyesal!” ucap salah satu pria dengan tatapan santai serta senyuman mengejek.

Gaby yang berada di tengah-tengah para pria tadi, dia benar-benar waspada. Saat salah satu di antara mereka maju, seketika Gaby melukainya dan berhasil menggores lengan pria itu. “Sshhh— Shit!” umpat pria itu menatap tajam.

Sedangkan Gaby yang gemetar pun tak peduli akan luka yang barusan dia berikan. Nyawanya sudah terancam saat ini. “JANGAN MENDEKAT!” sentaknya sembari memutar pelan tubuhnya dan mengancam mereka dengan pisaunya.

Dari arah belakang, Jax berdiri tepat di belakang. Gaby merasakannya, wanita itu menatap yakin dan langsung memutar tubuhnya dan menyerang Jax, namun pria itu langsung bergerak cepat dengan mencengkram pisau tersebut, menariknya dengan tangan kosong lalu membuangnya begitu saja.

Gaby melotot melihat darah yang keluar dari telapak tangan Jax, namun pria itu sama sekali tidak meringis sakit.

“Mungkin kau ingin bicara denganku?!” goda Jax menyeringai sekilas lalu menatap tajam saat Gaby mulai melangkah mundur karena kaget melihat pria yang sama saat di club'.

Pria yang sama ketika dia sedang berada di toko bunganya. “Ap-apa yang kau inginkan?” tanya Gaby memberanikan diri.

Jax menoleh ke kiri dan kanan, menatap ke anggotanya yang masih di sana. “APA YANG KALIAN INGINKAN HAH??!” tanya Jax lantang kepada yang lain sehingga Gaby terlihat heran namun juga panik.

“Breakfast!!” jawab mereka dengan seru.

Ya! Sarapan yang mereka maksud adalah Gaby.

Jax menatap wanita yang terlihat garang itu dengan senyuman miring mengejek. Tak butuh waktu lama pria itu langsung membopong tubuh Gaby bak kantong beras dan membawanya pergi.

“LEPASKAN AKU!! JANGAN MENYENTUHKU!! HELP ME!!!” teriak Gaby sekencang mungkin. Tak segan ia memukul punggung kekar Jax meski sia-sia.

Pria itu menurunkan Gaby saat mereka sudah berada di sebuah lorong gelap dengan cahaya dari arah luar yang merupakan pintu arah keluar dari ruang bawah tanah.

Wanita itu mendorong kasar Jax dan menatapnya tajam dengan wajah yang benar-benar marah. “You're a fucking man, a bastard and to hell with you! (Kau lelaki sialan, bajingan, dan pergilah ke neraka)!” Kesal Gaby dengan amarah meluap.

Jax yang mendapatkan cacian seperti itu, dia hanya menyeringai kecil dan mendekati Gaby yang mundur hingga menempel di tembok yang dingin.

Tangan kanan Jax yang kini menguncinya di dinding membuat Gaby tegang sendiri meski kedua tangannya diam, tapi rasanya dia tidak bisa melawan saat melihat tatapan dan senyuman Jax.

“Apa kau menyukai permainan semalam?!” ucapnya sembari menyentuh paha Gaby dan hendak menelusup masuk.

Tentu saja wanita itu langsung menepis kasar tangan Jax dan mencoba menurunkan mantel tersebut meski tidak bisa, karena ukurannya hanya sampai di atas lututnya saja.

Melihat wajah panik Gaby membuat Jax tertarik tersendiri.

“Aku akan melaporkan mu ke polisi!”

“Really? Apa atas tindakan penipuan dari temanmu itu?!”

Gaby berkerut alis mendengarnya. “Apa maksudmu?”

Jax menyeringai tak percaya melihat wanita naif dan polos yang selalu memiliki nasib malang karena mudah ditipu.

Pria bermata Cokelat terang itu mendekatkan wajahnya sehingga Gaby berpaling.

“Kau meminum obat perangsang! Jika aku tidak menolong mu, maka kau akan terbangun dalam keadaan yang lebih parah. Kau ingin mendengarnya?”

Terkejut mendengarnya, Gaby menatapnya lekat dan tajam.

“Kau akan dijual oleh seseorang yang sudah menjual mu. Narkoba akan disuntik di tanganmu berulang kali dan mereka akan memperkosa mu berulang kali sampai kau tewas!”

Gaby menepis kasar tanah Jax yang menunjuk-nunjuk ke lengannya bak suntikkan. Lalu ia membelai pipi wanita itu dengan cara menggoda dan menjahilinya.

“Sekarang apa kau berpikir beruntung karena hanya aku saja yang meniduri mu, Nona!”

Dengan menahan tangis, wanita itu masih menepis kasar tangan Jax setiap kali pria itu menyentuh apapun yang ada pada dirinya.

Bagaimana bisa Ming melakukan semua itu? Kenapa dia melakukannya? Gaby sendiri masih menatap sendu ke bawah sehingga Jax yang menatapnya pun seketika senyumannya memudar.

Mata silver Gaby menatap tajam ke Jax dengan berkaca-kaca dan mengepalkan kedua tangannya. Brugh! Gaby mendorong kasar tubuh Jax sampai pria itu mengalah dan melangkah mundur.

“Menjauh dariku!” ucap Gaby dengan lantang berani lalu melangkah pergi begitu saja dengan perasaan kesal sekaligus kecewa akan temannya yang mau menjualnya.

Gaby mengusap jejak air matanya dan melangkah menjauh dari ruang bawah tanah itu. Sementara Jax yang masih diam, dia menatap tajam ke arah kepergian Gaby.

Pria itu tersenyum miring.

“Jax! Ada panggilan untukmu, tawaran besar!” ucap salah satu temannya yang juga sama sepertinya. Seorang gangster yang bekerja ilegal dan selalu membuat onar serta memiliki catatan kriminal berulang kali. Itulah kehidupan Jax Martin selama ini.

TDK — BAB 03

TARGET SALVATORE CONTI

Gaby berjalan perlahan saat dia kembali ke toko bunganya. Ya! Toko bunganya sekaligus rumahnya yang memang bertingkat dua. Atau kalian bisa menyebutnya rumah toko.

Sambil meneteskan air matanya, wanita itu menatap penuh kesal saat dia melihat keberadaan Ming yang ternyata menunggu di depan tokonya dengan sembunyi-sembunyi.

“Gaby!”

Tak memperdulikannya, Gaby berjalan cepat melewatinya dan hendak masuk ke dalam toko, namun Ming si wanita berdarah cina itu mengehentikan langkahnya. “Maafkan aku.”

“Apa yang ada di pikiranmu hah? Kau menjual ku seperti barang kepada orang-orang sialan!” kesal Gaby menatap tajam dan kesal. Sementara Ming hanya diam dan merasa bersalah, namun dia memiliki alasan lain. Tapi itu sungguh keterlaluan!

“Aku tidak punya pilihan lain Gaby! Aku berhutang banyak dan mereka menawarkan pilihan yang besar. Kau tidak akan mengerti posisiku saat itu.” Ujar Ming seolah dialah yang paling tersakiti.

Gaby menyeringai tak percaya. “Posisimu? Dan kau menjual temanmu hanya untuk pilihan besar yang kau sebut uang itu? Apa kau sudah hilang akal?” gertak Gaby yang benar-benar muak hingga dia rasanya ingin menangis.

“Karena perbuatan konyol mu, seseorang menyelamatkan ku dan memperkosaku, APA KAU TAHU ITU? Pria itu mengatakan hal yang merendahkan ku dan sayangnya itu adalah fakta Ming!” suara Gaby yang serak karena sentakan, wanita itu mulai meneteskan air matanya saat dia tak bisa mengendalikan emosinya.

Selama ini dia sangat percaya dengan Ming, namun nyatanya kepercayaan itu dilenyapkan begitu saja.

Napas Gaby memburu sembari mengusap air matanya lalu kembali menatap Ming. “Jangan pernah menemui ku lagi. Kau sudah mendapatkan uangnya kan, sekarang pergilah. Senang bisa berteman denganmu.” Ucap Gaby yang akhirnya masuk ke dalam toko.

Sementara Ming tak sempat mengatakannya. Mengatakan soal bahaya yang akan datang menjemputnya.

Wanita dengan jaket hitam itu memilih pergi dengan perasaan menyesal namun tak ada gunanya lagi.

Sementara Gaby yang kini menatap dirinya di pantulan cermin wastafel sembari membuka mantel hitam milik pria asing itu. Seketika dia meringis tak percaya melihat tubuhnya yang terpenuhi oleh noda kecupan di sana.

“Look! You look like a whore now. (Lihat! Kau terlihat seperti seorang pelacur sekarang).” Gumam Gaby hingga akhirnya dia mulai membasuh wajahnya yang nampak kusam dan sangat berantakan.

...***...

Saat menjelang senja. Jax menambah kecepatan motornya, melewati para pengendara lain yang bergerak santai. Tentu, pria itu tidak mengenakan pelindung kepala dan hanya menggunakan jaket hitam kulit seperti biasa.

Hingga tak berselang lama dia sampai di sebuah club. Ya! Seseorang ingin bertemu dengannya di sana, dan seseorang itu adalah mafia bernama Salvatore Conti (39th).

“Kenapa kau mencari ku?” tanya Jax yang kini duduk di sofa singel dengan santai tanpa memperdulikan siapa yang saat ini dia hadapi.

Salvatore. Pria dengan tatapan tajam dan terkenal akan hati dinginnya serta pembunuhan yang selalu dia lakukan tanpa ampun itu meminta sesuatu kepada Jax seorang gangster biasa.

“Aku mendengar tentangmu. Kau cukup bengis saat bekerja! Aku akan menawarkan jumlah yang banyak jika kau membantuku membunuh seseorang.” Ujar Salvatore meraih segelas beer dan meneguknya.

Sementara Jax menatapnya dengan kerutan di kedua alisnya.

“Kau seorang mafia, anak buahmu dan asisten mu pasti siap melindungi mu, kan.” Ujar Jax heran dan masih merentangkan kedua tangannya di atas sandaran sofa hitam yang dia duduki.

Salvatore menyeringai kecil. “Aku tidak membutuhkan seorang asisten lagi. Dan anak buah ku— tentu saja aku sangat berhati-hati. Ini hanya mudah, bunuh seseorang maka aku akan membayar mu dengan jumlah yang kau inginkan. Dan aku akan menghapus tuntutan kriminal mu dan melancarkan bisnis ilegal mu itu!” tawar Salvatore membuat Jax menyeringai tak percaya.

Kedua pria tadi saling memandang hingga Jax mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Bagaimana jika aku mengkhianatimu?”

Salvatore menatap tajam dan datar. “Maka aku akan mengejar mu dan memastikan mu pergi dari dunia ini.” Ucap Salvatore hingga Jax mengangguk kecil lalu kembali bersandar santai.

Mafia itu menatap Jax yang masih diam. Dia sengaja memilihnya karena dia tahu dari banyak bibir tentang Jax Martin si gangster sialan yang tak kenal takut.

Pria dengan setelan jas rapi itu mulai mengeluarkan foto seorang wanita dan meletakkannya di atas meja. “Aku ingin kau membunuhnya tanpa ada yang tahu. Tapi berikan aku sebuah video untuk bukti bahwa kau sudah membunuhnya.”

Jax melihat foto tersebut. Seorang wanita cantik dengan bunga di tangannya serta senyuman lebar saat meladeni seorang pelanggan. Jax berkerut alis saat memperhatikannya dan meraih foto tersebut.

“Apa yang dia perbuat?”

“Dia hanya wanita malang karena ulah ayahnya. Vegas adalah ayahnya, dia pernah menjadi asisten ku dan berkhianat sehingga aku kehilangan separuh harta dan anak buahku ke tangan polisi sialan.” Jelas Salvatore yang masih di dengarkan oleh Jax walaupun pria itu fokus ke foto wanita tadi.

“Lalu?” Jax menyeringai kecil.

“Aku ingin memastikan pria itu sudah mati. Dia kabur dan berhasil lolos seolah-olah dia sudah tewas. Jika dia tahu putrinya dalam bahaya, aku yakin pria itu akan muncul.”

“Jika pria itu sudah mati?” tanya Jax menatap Salvatore dengan serius sehingga pria itu menatap balik dengan tatapan tajamnya.

“Bawa Gabriella ke Meksiko! Aku sendiri yang akan memutuskannya.” Jawab Salvatore.

Ya! Dia warga Meksiko, Salvatore sengaja datang ke New York untuk menemui Jax langsung. Dia memiliki alasan tersendiri meminta seorang gangster membantunya. Tentunya dia tidak ingin terseret polisi karena dia yakin, Vegas ayah Gaby bersekongkol dengan para polisi sialan. Itu sebabnya dia menyuruh orang luar untuk melakukan semuanya.

Sementara Jax sendiri sudah mengerti akan permainan Salvatore, namun dia sangat suka dengan tawaran pria itu.

“Akan aku bunuh wanita itu malam ini juga!”

...***...

Di atas kasur, Gaby terduduk dengan kedua kakinya tertekuk hingga ke dadanya. Wanita itu mendekapkan diri sambil merenung dengan rambut yang baru saja kering dari basahnya air shower.

Pyarr! Sebuah suara pecahan kaca yang cukup keras membuat Gaby tersentak kaget.

“¡Atrapa rápidamente a esa mujer! (Cepat tangkap wanita itu)!” pinta seorang pria bernama Rian yang membawa anak buahnya.

Tentu, dia seorang pembisnis ilegal yang menculik para gadis dan menjualnya di negaranya sendiri, Meksiko. Itulah pekerjaannya. Dan kini dia datang ke New York untuk mencari para gadis di sana setelah berburu di Rusia.

Brugh! Brugh! Suara gebrakan keras dari arah pintu membuat Gaby semakin panik dan takut hingga wanita itu gemetar dan bingung mencari telepon nya yang entah kemana?

“Aku mohon dimana? Dimana?” gumamnya dengan panik sendiri hingga menjatuhkan banyak barang di atas meja.

Saat dia meraih ponselnya, pintu didobrak paksa hingga Rian dan anak buahnya masuk bertatap muka dengan Gaby yang sontak terpaku dengan wajah tegang dan berkeringat.

Pria itu tersenyum jahat ke arahnya. “Ikat dia.” Pinta Rian.

Mendengar itu, Gaby menggeleng dan berlari menjauhi mereka, namun karena luas rumahnya tak sebesar milik orang kaya, akhirnya para pria sialan itu berhasil menangkapnya.

“LEPASKAN AKU!” teriak Gaby saat kedua tangannya dipegang oleh dua pria. Dan kini tangannya mulai diikat kebelakang.

Rian mendekatinya dan menyentuh tengkuk nya. “Aku sudah membeli mu, jadi aku datang ingin mengambil mu!” ucap Rian dengan mata terbuka lebar hingga seringaian devil.

Gaby menahan air matanya sebisa mungkin dan menatap dengan kesal. “Aku bukan barang. Dan kalian tidak bisa membawaku. LEPASKAN AKU!!!” sentaknya memberontak namun Rian hanya tersenyum miring.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!