NovelToon NovelToon

Merebut Suami Sang Pelakor

Calon Istri Baru Papa

Nancy diundang oleh Hanggono ke sebuah restoran mewah yang katanya sang papa ingin membicarakan sesuatu dengannya. Nancy sangat penasaran dengan apa yang hendak sang papa bicarakan dengannya karena sepertinya ini adalah masalah yang serius. Nancy tiba di restoran yang dimaksudkan oleh sang papa dan menemukan sang papa tengah menunggunya di sebuah meja namun ada satu hal yang mengganggu pemandangan Nancy yaitu sang papa duduk bersama seorang wanita yang usianya sepertinya sama dengannya dan mereka nampak sangat mesra sekali.

"Ehem."

Hanggono yang menyadari bahwa Nancy datang pun segera menjaga sikapnya dengan wanita yang ada di sebelahnya kemudian pria itu mempersilakan Nancy duduk.

"Jadi ada apa Papa mengundang aku datang ke sini?"

"Papa ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Aku tahu kalau Papa mau mengatakan sesuatu jadi cepatlah katakan karena aku gak punya banyak waktu."

Hanggono nampak menarik napas dalam dan melirik wanita cantik di sebelahnya sebelum ia mulai memberanikan diri mengatakan pada Nancy mengenai maksud dan tujuannya mengundang Nancy ke sini.

"Ini adalah Dania, dia akan menjadi calon istri Papa. Papa harap kamu bisa menerima keputusan Papa."

Nancy terkejut saat Hanggono mengatakan hal tersebut padanya, ia memindai Dania dari ujung kepala hingga kaki dan Nancy bisa dikatakan secara terang-terangan menolak hal ini.

"Aku bisa saja mengizinkan Papa menikah lagi namun tentu saja bukan dengan wanita ini."

Sontak saja Dania terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Nancy barusan, ia tentu saja ingin marah dengan perangai Nancy ini namun Dania menahan diri untuk bersikap sopan dan tak membuat keributan di sini. Hanggono sendiri nampak tak terima dengan perangai Nancy barusan dan menegur putrinya.

"Papa tahu kamu bersikap seperti ini karena belum kenal dengan Dania. Kelak Papa yakin kalian berdua pasti akan akrab."

"Aku sama sekali gak yakin bisa akrab sama dia. Lihat dari wajahnya saja aku bisa tahu kalau wanita ini hanya mengincar harta Papa."

****

Nancy tak mau berlama-lama di sana, ia gerah melihat sandiwara Dania di depan Hanggono dan ia kesal bukan main karena papanya mau saja memercayai apa yang Dania katakan. Nancy langsung masuk ke dalam mobilnya dan menelpon seseorang.

"Iya Nona ada yang bisa saya bantu?"

"Saya butuh bantuan kamu, cari tahu semua informasi mengenai Dania."

"Baik Nona akan saya lakukan."

Nancy menutup sambungan teleponnya dan melajukan kendaraan itu menuju suatu tempat. Ia benar-benar tak habis pikir kalau sebentar lagi ia akan memiliki ibu tiri namun ia tak akan membiarkan itu terjadi. Nancy memberhentikan mobilnya di sebuah butik dan ia langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam tempat itu. Nancy disambut ramah oleh pegawai butik yang mana mereka sudah sering melihat Nancy di sini.

"Natasha ada di ruangannya?"

"Iya, Bu Natasha ada di ruangannya."

"Baiklah, terima kasih."

Nancy langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan Natasha yang merupakan sahabat sekaligus pemilik butik ini.

"Nancy, kamu kenapa?"

Nancy tak mengatakan apa pun untuk menjawab pertanyaan Natasha barusan hingga sahabatnya itu kemudian duduk di sebelah Nancy dan memberikan air putih padanya.

"Udah baikan?"

"Terima kasih."

"Sekarang cerita, kamu kenapa?"

Nancy kemudian menceritakan apa yang terjadi beberapa saat yang lalu pada Natasha mengenai rencana pernikahan Hanggono dan Dania.

****

Hanggono meminta maaf atas sikap Nancy barusan pada Dania. Hanggono berusaha meyakinkan pada Dania bahwa Nancy bersikap seperti itu karena belum kenal Dania.

"Nancy itu memang sifatnya keras kepala karena ia anak tunggal. Namun dia bersikap seperti itu karena dia belum kenal kamu nanti kalau kalian sudah kenal baik maka aku yakin bahwa Nancy akan jadi baik padamu."

"Aku paham kok. Lagian ini semua juga terlalu mendadak buat dia."

"Iya, harusnya aku mengatakan ini lebih cepat."

"Sudahlah, jangan disesali apa yang sudah terjadi. Toh sekarang Nancy sudah tahu kan kalau tak lama lagi kita akan menikah."

Hanggono tersenyum mendengar ucapan Dania barusan. Pria tua itu kemudian melabuhkan sebuah kecupan hangat di dahi Dania dan menggenggam tangan wanita yang seusia putrinya itu.

"Saya pikir saya gak akan pernah lagi jatuh cinta namun rupanya saya salah. Saya harap ini adalah pelabuhan cinta terakhir saya."

"Semoga saja hingga hari pernikahan nanti, semua dipermudah dan gak ada halangan yang berarti."

Akhirnya mobil yang membawa mereka tiba juga di apartemen. Dania mengecup mesra Hanggono sebelum akhirnya ia turun dari dalam mobil pria tua itu dan berjalan masuk ke dalam apartemen yang menjadi tempat tinggalnya. Dania tiba di depan unit apartemennya dan menemukan seorang pria yang menunggunya di sana. Dania nampak memutar bola mata malas dan berniat untuk tak melakukan percakapan apa pun dengan pria ini.

"Dania, aku sudah lama menunggu kamu di sini. Kita bisa bicarakan ini dengan baik-baik."

"Aku sudah memberikan keputusanku jadi gak ada lagi yang perlu kita bicarakan!"

****

Nancy sudah mendapatkan bukti bahwa ternyata Dania masih berstatus sebagai istri orang dan tentu saja Nancy makin benci pada Dania karena rupanya dugaannya soal Dania memang benar adanya. Wanita itu mendekati sang papa hanya demi harta saja dan Nancy tentu saja tak akan membiarkan sampai hal itu terjadi, ia tak akan rela jika harta keluarganya akan dikuasai oleh orang tamak dan gila harta macam Dania. Nancy kembali ke rumah dan segera mencari papanya.

"Papa sudah kembali ke rumah, Bi?"

"Tuan belum kembali, Non."

"Ya sudah, terima kasih."

Nancy menghela napasnya panjang seraya menunggu sampai papanya kembali ke rumah dan setelah menunggu selama hampir 1 jam lamanya akhirnya sang papa muncul juga. Tanpa buang waktu Nancy langsung menghampiri sang papa dan menyerahkan bukti yang menunjukan bahwa Dania masih berstatus sebagai istri orang.

"Ini aku bawakan bukti untuk Papa bahwa wanita itu masih menjadi istri orang. Dia itu bukan wanita baik-baik, aku bahkan sudah bisa menduganya sejak awal pertama kali kita bertemu."

****

Respon yang diberikan oleh Hanggono sungguh sama sekali tak seusai dengan apa yang diharapkan oleh Dania, sang papa mengatakan bahwa ia tahu akan hal ini dan Dania dan suaminya saat ini sedang dalam masa cerai dan tak lama lagi setelah mereka resmi bercerai maka Dania akan menikah dang Hanggono.

"Papa tahu itu dan masih saja mau menikahi wanita itu?"

"Dia wanita baik, dia gak seperti apa yang kamu pikirkan. Suaminya itu suka melakukan KDRT dan juga pelit, dia ditindas oleh keluarga suaminya yang sekarang oleh sebab itu dia menggugat cerai suaminya itu."

Dania tertawa mendengar jawaban Hanggono barusan, papanya polos sekali bisa memercayai semua ucapan Dania yang Nancy yakin seribu persen adalah kebohongan belaka.

"Baiklah kalau Papa gak percaya dengan apa yang aku katakan. Jangan menyesali semuanya nanti setelah dia menunjukan wajah aslinya pada Papa."

Saya Bersedia

Nancy tentu saja kecewa karena sang papa sama sekali tak mau mendengarkan apa yang ia katakan bahkan ketika bukti sudah ia sodorkan sang papa pun masih saja membela Dania dan mengatakan kalau wanita itu adalah wanita baik-baik? Nancy tentu saja ingin tertawa mendengar semua itu. Mana ada wanita baik-baik yang rela mendekati pria tua seperti papanya dan mengatakan mencintainya kalau bukan karena harta? Nancy datang ke makam mendiang sang mama. Di sana Nancy menangis dan mengadu pada sang mama mengenai kelakukan sang papa.

"Apa yang harus Nancy lakukan, ma?"

Nancy masih terisak selama beberapa saat hingga setelah semua perasaan sudah berhasil ia kendalikan maka Nancy mulai menyeka semua air mata yang barusan tumpah. Nancy menghela napas panjang dan berusaha tegar untuk menghadapi semua ini.

"Aku yakin kalau mama pasti akan membantuku. Maka tolong bantu aku untuk membuat papa gak jadi menikahi wanit itu."

Nancy mendoakan sang mama sebelum ia meninggalkan area pemakaman umum itu dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Nancy perlahan melajukan mobilnya namun tiba-tiba saja ada seorang pejalan kaki yang menyebrang dan tidak menengok kanan dan kiri hingga nyaris saja Nancy menabrak orang itu andai kata ia tidak menginjak pedal rem tepat waktu.

"Untung saja aku tepat waktu menginjak rem."

Nancy membuka sabuk pengamannya dan kemudian berjalan keluar dari dalam mobilnya menghampiri orang yang barusan hendak ia tabrak.

"Kamu punya mata kan? Kenapa gak lihat-lihat kalau mau nyebrang jalan?!"

Nancy meluapkan kekesalannya pada orang yang barusan hendak menyebrang jalan ini namun orang itu masih diam dan seperti tak merespon apa yang dikatakan olehnya.

"Maaf karena saya gak melihat-lihat ketika menyebrang jalan."

Nancy memerhatikan orang ini dengan seksama dan sepertinya ia pernah melihat orang ini namun ia lupa pernah bertemu dengannya di mana.

"Sepertinya aku pernah melihatmu."

Pria yang sejak tadi menunduk itu kemudian menatap wajah Nancy.

****

Nancy memerhatikan wajah pria yang ada di depannya dan berusaha mengingat di mana mereka pernah bertemu dan ia ingat sekarang bahwa mereka pernah bertemu di sebuah cafe dekat kantor.

"Kamu karyawan di Artha Property Indo Group kan?"

"Iya, saya bekerja di sana."

Nancy menganggukan kepalanya dan seketika ingatannya langsung tertuju pada kejadian beberapa bulan lalu saat pria ini datang ke cafe bersama seorang wanita yang wajahnya kini tak asing lagi baginya.

"Istrimu namanya Dania Kusumastuti kan?"

Pria itu nampak heran sekaligus terkejut saat mendengar pertanyaan dari Nancy namun kemudian ia menganggukan kepalanya.

"Bagaimana anda bisa tahu?"

"Ah jadi rupanya saya gak salah mengenali orang. Kamu ini pasti Putra, baru saja saya mau menemui kamu."

"Anda mau menemui saya? Kenapa?"

"Masuk ke dalam mobil saya. Ada hal yang mau saya bicarakan."

Putra awalnya agak ragu namun kemudian ia mengikuti langkah kaki Nancy masuk ke dalam mobil dan ia duduk di kursi penumpang bagian depan di sebelah Nancy. Nancy sendiri membawa mobil itu menuju sebuah taman dan berhenti di sana.

"Saya tahu kalau kamu dan Dania sedang dalam proses cerai."

"Iya saya dan Dania memang sedang dalam proses cerai. Saya berusaha membujuknya untuk tidak bercerai dengan saya namun dia tetap saja menolak dan tetap ingin bercerai dari saya."

****

Nancy makin penasaran dengan rumah tangga Putra dan Dania selama ini, karena ia tak mau membuang waktu maka ia segera saja menanyakan pada Putra semua yang selama ini ia ingin tanyakan.

"Apakah benar kamu suka KDRT dan keluargamu memerlakukan Dania dengan buruk?"

"Saya gak pernah melakukan KDRT pada Dania. Saya sangat mencintai dia dan soal keluarga saya yang melakukan hal buruk pada Dania juga itu semua gak benar."

Nancy memindai wajah Putra dan melihat sorot mata pria itu dan ia melihat bahwa Putra memang jujur dan tak menutupi apa pun hingga Nancy yakin bahwa Dania memang wanita ular yang sengaja mengincar papanya.

"Kamu tahu alasan kenapa dia menggugat cerai kamu?"

"Dia bilang saya gak memberikan apa yang ia minta."

"Jelas kamu gak bisa memberikan apa yang dia minta, kamu kan cuma staf biasa di kantor. Dia itu wanita mata duitan yang sedang mengincar papa saya."

Putra nampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Nancy barusan seolah pria itu tak percaya dengan apa yang dikatakan olehnya.

"Kamu gak percaya dengan apa yang saya katakan? Saya perlihatkan nih pada kamu bukti kedekatan papa saya dengan istri kamu selama ini."

Maka Nancy pun sengaja memperlihatkan foto kemesraan papanya dengan Dania pada Putra dan membuat Putra geram bukan main.

****

Putra merasa dihianati oleh Dania dan ia juga rupanya ditipu mentah-mentah selama ini. Putra merasa bahwa pengorbanannya selama ini sia-sia untuk memperjuangkan wanita yang bahkan sama sekali tak mencintainya. Raut penyesalan menghantui dirinya, ia merasa sudah bodoh bisa tertipu begini oleh Dania.

"Saya tahu ini gak mudah buat kamu, tapi saya menawarkan sesuatu untuk membantu kamu."

"Memangnya anda siapa? Kenapa bilang bisa bantu saya?"

"Kamu gak tahu saya siapa? Saya adalah Nancy Susilo Atmadji, Presdir Artha Property Indo Group."

Mata Putra seketik terbelalak mendengar pengakuan Nancy barusan, selama ini ia memang tak pernah bertemu langsung dengan presdir karena ia hanya staf biasa dan hanya mendengar bahwa presdir perusahaan adalah seorang wanita.

"Dan saya menawarkan kamu untuk bisa membalas rasa sakit hati ini pada Dania."

"Apa yang anda bisa lakukan untuk bantu saya?"

"Segera ceraikan Dania dan nikahi saya."

Putra makin terbelalak dengan ucapan Nancy barusan, Nancy nampak tenang sekali ketika mengatakan hal itu dan ia mengatakan pada Putra bahwa ia tak punya banyak waktu untuk memberikan Putra waktu untuk berpikir mengenai kesempatan ini.

"Waktumu gak banyak, segera pikirkan penawaran saya."

"Kapan saya harus kasih jawaban?"

"Besok."

"Besok?!"

"Iya besok, kamu temui saya di ruangan saya dan berikan jawabannya."

****

Nancy nampak tak bisa tidur semalaman karena menunggu hari ini tiba, hari di mana Putra akan memberikan jawaban atas permintaannya kemarin untuk menikahinya sebagai aksi balas dendam pada Dania. Nancy tak pernah segugup ini sebelumnya dan ia sejak tadi tak bisa fokus pada pekerjaannya.

"Kenapa sih aku harus gugup begini?"

Nancy menarik napas dalam-dalam dan berusaha menetralisasikan degup jantungnya hingga akhirnya sosok yang sejak tadi ia tunggu muncul juga bersama sang asisten pribadi.

"Bu, ini ada pegawai yang mau bertemu dengan anda katanya dia sudah buat janji."

"Iya, dia memang orangnya. Kamu bisa pergi dan tinggalkan kami berdua."

"Baik, Bu."

Maka selepas asisten pribadi Nancy pergi hanya ada mereka berdua di dalam ruangan ini dan Nancy merasa gugup namun ia memaksakan diri untuk tetap tenang di depan Putra.

"Jadi bagaimana jawabanmu?"

"Saya bersedia."

Dia Calon Suamiku

Untuk sesaat Nancy agak terkejut dan tak menyangka kalau dalam waktu yang singkat Putra akan langsung memberikan jawaban seperti yang ia minta kemarin. Nancy pikir pria ini akan minta waktu lebih lama lagi dan sengaja mencari alasan untuk tak menjawab pertanyaannya kemarin namun rupanya Putra memang bisa ia pegang ucapannya.

"Kamu yakin dan sadar dengan apa yang barusan kamu katakan pada saya?"

"Saya sadar dengan apa yang barusan saya katakan."

"Jadi katakan alasan kenapa kamu mau menerima tawaran saya."

"Saya mau balas dendam pada Dania. Kalau dia menghianati saya karena saya hanya staf biasa maka saya bisa mendapatkan yang lebih dari dia."

Nancy nampak tersenyum mendapatkan jawaban dari Putra barusan. Sepertinya semua bukti yang ia tampakan pada Putra kemarin sudah berhasil membuat pria ini jadi tergiur dengan penawaran yang sudah ia buat.

"Baiklah kalau begitu, saya rasa kita hanya tinggal membicarakan kapan waktu yang tepat untuk acara lamaran karena saya mau sesegera mungkin kita menikah."

"Tapi saya nggak bisa memberikan barang mewah untuk melamar anda."

"Dan apakah saya mengharapkan sesuatu dari kamu sebagai barang seserahan? Saya juga tahu berapa gaji kamu, kamu gak perlu mikir soal itu karena saya yang akan lakukan semua itu. Kamu hanya perlu siapkan keluarga kamu untuk datang di acara lamaran."

Putra terdiam mendengar apa yang Nancy katakan dan Nancy nampak memicingkan matanya dan membentak Putra.

"Kamu dengar saya nggak?!"

"Saya dengar."

"Kalau kamu dengar, kenapa hanya diam?"

"Anu saya jujur agak minder ketika anda mengatakan akan mengurus barang seserahan. Dulu waktu sama Dania kan dia minta ini itu sama saya sebagai barang seserahan ketika lamaran."

"Barang apa saja yang dia minta?"

Putra mulai menyebutkan barang yang seingatnya menjadi permintaan dari Dania ketika dulu ia hendak melamarnya dan sontak ha tersebut membuat gelak tawa Nancy tak bisa ditahan.

"Maaf kalau saya ketawa tapi wanita itu pintar juga mengelabui kamu."

****

Nancy pulang ke rumah dan tujuannya langsung menemui sang papa. Hanggono sedang ada di ruangan kerjanya dan ketika Nancy masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi atau ketuk pintu maka Hanggono sudah terbiasa karena hanya Nancy yang berani melakukan itu.

"Ada apa sayang? Kamu lelah seharian bekerja?"

"Ada hal yang mau aku bicarakan dengan Papa."

"Sepertinya serius."

"Memang serius karena ini menyangkut soal pernikahan."

"Pernikahan siapa yang kamu maksud?"

"Apakah Papa nggak mau kalau ada pria yang datang melamarku?"

"Jadi kamu udah punya calon? Kenapa gak cerita sama Papa?"

"Aku memang sudah punya calon hanya saja Papa harus tahu kalau calon suamiku adalah pria biasa dan bukan datang dari keluarga kaya raya seperti kita. Apakah Papa akan memberikan izin padanya menikahiku? Kalau Papa tidak memberi izin maka aku akan kawin lari saja sama dia."

"Bicara apa kamu ini? Siapa yang bilang tidak akan memberikan izin kamu menikah? Walau dengan pria yang bukan dari kalangan seperti kita maka Papa akan memberikan izin."

"Papa nggak akan menarik kata-kata Papa kan?"

"Tentu saja Papa nggak akan melakukan itu, sayang."

"Baguslah, aku nggak mau kalau Papa sampai menarik kembali kata-kata Papa barusan karena aku yakin Papa akan suka dengan calon suamiku."

****

Dania pikir Putra masih akan berusaha mediasi dengannya dan berusaha mengulur waktu mereka bercerai namun rupanya ia salah besar karena sekarang jalan Dania mulus sekali dalam persidangan cerai itu dan majelis hakim sudah memutuskan bahwa ia dan Putra sudah resmi bercerai secara negara.

"Apa yang terjadi padanya? Bukannya dia nggak mau kalau kita bercerai?"

Namun Dania menggelengkan kepalanya, ia tak mau fokus pada Putra karena baginya itu hanya masa lalu dan ia akan menatap masa depan yang indah bersama Hanggono yang bisa membuatnya bahagia dengan semua uang yang dimiliki pria tua itu.

"Kamu dan Putra sudah resmi bercerai?" tanya Marita.

"Iya Ma, aku dan dia sudah selesai, kini aku bebas!"

Marita dan Dania berpelukan bahagia, Marita adalah mama kandung Dania dan ia sudah mati-matian melarang Dania untuk menikah dengan Putra dulu hanya saja Dania ini keras kepala sekali hingga tak mau mendengarkan apa yang ia katakan.

"Dulu kan Mama sudah pernah menjodohkan kamu dengan pengusaha kaya raya tapi kamu malah milih si Putra yang gak ada apa-apanya."

"Aduh Ma, udah deh nggak usah bahas masa lalu. Sekarang kita akan hidup bahagia dan mewah karena nggak lama lagi aku dan Hanggono akan segera menikah."

"Pokoknya jangan sampai pernikahan kamu dengan pria tua bangka itu gagal!"

****

Nancy sudah mendapatkan kabar bahwa Putra dan Dania sudah resmi bercerai dan ini adalah saatnya menunjukan Putra pada sang papa anggaplah ini adalah awal pertemuan Putra dengan papanya sebelum acara lamaran resmi digelar.

"Jangan tegang begitu," ujar Nancy.

"Saya takut salah bicara," jawab Putra jujur.

"Jangan kaku bicaranya kalau di depan papa. Kita harus menunjukan bahwa kita ini pasangan yang saling mencintai satu sama lain."

Tak lama kemudian Hanggono tiba di restoran tempat di mana Nancy dan Putra menunggu. Nancy langsung memeluk papanya dan Putra canggung ketika bersalaman dengan Hanggono.

"Papa kenal sama calon suamiku?" tanya Nancy.

"Papa kenal, dia kan mantan suaminya Dania," jawab Hanggono.

"Oh jadi Papa rupanya kenal sama Putra dan Papa juga tahu kalau dia ini mantan suaminya Dania? Hebat juga Papa."

"Apakah yang kamu maksudkan dia yang akan menjadi calon suamimu?"

"Ada apa, Pa? Bukankah Papa bilang gak akan menentang siapa pun calon suamiku."

"Iya tentu saja tapi Papa nggak menyangka kalau dia adalah mantan suaminya Dania."

"Namanya juga jodoh. Aku mau menikah sama Putra karena dia ini pria yang baik dan bertanggung jawab, aku nggak peduli dia udah pernah menikah sama siapa."

"Putra, kenapa hanya diam saja? Katakan kenapa kamu mau menikah sama anak saya? Apakah kamu hanya mengincar harta keluarga saya?" tuding Hanggono.

Nancy hendak buka suara namun Putra menahan tangan Nancy.

"Maaf Pak Hanggono, saya memang tidak sekaya anda namun bukan berarti anda bisa menilai saya ini hanya mengincar harta keluarga anda. Bukankah seharusnya anda yang harus waspada karena saya dengar anda akan menikah dengan Dania? Asal anda tahu, sewaktu dia meminta mahar pernikahan sama saya dia meminta barang yang macam-macam tapi ternyata apa yang sudah saya korbankan untuk dia sama sekali gak berguna dan rumah tangga kami hancur karena dia memilih berpaling pada pria lain."

****

Dania mendatangi rumah Hanggono hari ini, ia sama sekali tak mengatakan apa pun pada pria tua itu karena ingin membuat kejutan.

"Kamu datang?"

"Kenapa kayaknya nggak suka kalau aku datang?"

"Bukan, saya suka kamu datang hanya saja biasanya kamu bilang dulu."

"Buat apa bilang? Kalau aku bilang nanti jatuhnya kan bukan kejutan lagi."

Hanggono nampak tersenyum sekilas menanggapi apa yang dikatakan oleh Dania barusan.

"Kamu ada apa, sih? Sepertinya ada sesuatu yang kamu pikirkan, ya?"

"Oh, ini soal Nancy. Dia akan segera menikah dengan pria pujaan hatinya. Minggu depan akan dilakukan lamaran, saya harap kamu bisa datang."

"Tentu saja aku akan datang."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!