NovelToon NovelToon

Benci Tapi Cinta 3

Eps. 01 - Prolog

Bagi kalian yang bingung dengan jalan ceritanya bisa baca dulu di novel "Benci tapi Cinta". Atau sekedar kepo dengan perjalanan cinta orang tua Alisya dan ketiga kakaknya, wkwk. Selamat membaca😘

*

*

*

Dalam kisah ini menceritakan kehidupan Alisya. Bagaimana ia menemukan cinta sejatinya dan bagaimana perjalanan hidupnya.

Dua tahun sudah Alisya menempuh kuliah jurusan kedokteran. Jurusan yang ia impikan dari ia masih kecil. Tak ada yang istimewa. Hari-hari yang ia lalui sama seperti mahasiswa pada umumnya. Hingga seseorang datang dalam kehidupannya dan mengacaukan hari-harinya.

Rayputra Arjun Pavian. Laki-laki yang beberapa bulan belakangan ini berusaha mendekati Alisya. Namun, Alisya tak pernah menanggapinya. Sifat plaboy dari pria itulah yang membuat Alisya enggan membuka hatinya. Ia memilih untuk fokus menuntut ilmunya.

Tak berhenti di situ saja. Pria yang akrab disapa Ray itu tak gentarnya mengejar Alisya. Gadis acuh itu telah meluluh lantahkan isi hatinya. Ia jatuh cinta pada Alisya dan kini berusaha mendekati gadis pujaannya itu. Justru sikap dingin Alisya lah yang membuat Ray semakin jatuh cinta.

Ternyata, dibalik keacuhannya itu Alisya menaruh hati pada kakak tingkatnya. Namun, ia memilih untuk diam dan menyimpan perasaan itu sendiri. Bukan tak berani, tetapi ia takut untuk memulai sebuah hubungan. Sedikit trauma di masa lalu membuatnya tak percaya diri.

Menilik sedikit dengan kehidupan Zidan dan Zara. Kini, kedua putranya tumbuh dengan sehat. Kebahagiaan dalam keluarga kecil itu sedang mereka rasakan. Setelah badai yang mereka lalui, kini mereka dapat hidup dengan harmonis. Begitupun dengan rumah tangga Barra dan Kayla.

Sedangkan Raffa, pria dingin itu kini sedang berusaha mempertahankan cintanya. Meyakinkan dirinya dan Viona bahwa perpisahan sementara antara keduanya bukanlah hal yang buruk. Raffa memilih melanjutkan studinya ke luar negeri. Lain halnya dengan Viona yang memilih bekerja mengelola restoran itu. Waktulah yang akan membuktikan segalanya. Dengan kesabaran dan kesetiaan, mereka yakin bahwa Tuhan akan mempersatukan mereka jika waktunya telah tepat.

Waktu berjalan begitu cepat. Arvin dan Alina tak menyangka jika kini putra dan putrinya telah tumbuh dewasa. Rasanya, baru kemarin masa-masa mengasuh mereka. Tetapi, kini mereka telah menemukan jalan hidupnya sendiri.

.

.

Semua telah berubah, begitu pula waktu. Seiring bergantinya waktu, pasti meninggalkan cerita tersendiri dalam kehidupan. Entah itu cerita bahagia ataupun cerita sedih lainnya. Namun, dibalik semua kisah yang telah dilalui itu membuat kita semakin dewasa dalam menyikapi kehidupan.

Dua hati, dua insan yang dulunya membenci kini dapat hidup bersama dan bahagia. Perjalanan kisah Arvin dan Alina membuat kita tersadar, bahwa jodoh memang tak akan ke mana.

Lalu, bagaimana dengan kisah yang akan dijalani oleh Alisya? Mampukah Ray meluluhkan hati Alisya atau malah menyakitinya?

Berawal dari kisah di masa lalunya, saat ia tak sengaja dikenalkan oleh sahabatnya pada seorang laki-laki. Alisya mencoba membuka hatinya terhadap laki-laki tersebut. Namun, tanpa ia duga laki-laki itu telah menyakitinya bahkan mereka belum sempat bertemu satu sama lain. Sejak saat itulah, Alisya tertutup dengan hatinya. Bukan sengaja, ia hanya tidak siap untuk terluka.

Gadis ceria itu memilih untuk acuh terhadap laki-laki yang berusaha mendekatinya. Saat ia jatuh cinta dengan seseorang pun, ia juga memilih untuk menutupinya. Terlebih lagi saat ini citra Ray dimata Alisya tak terkesan baik. Ia takut hanya jadi salah satu dari perempuan yang Ray mainkan hatinya saja.

Seorang plaboy mengejar cinta? Apa?

Lalu, apakah Ray berhasil mendapatkan cinta Alisya? Sedangkan ia tak kekurangan satupun cinta dari wanita lain yang selalu mengelilinginya.

Eps. 02

Alisya Clarissa Kirania. Anak bungsu dari pasangan Arvin dan Alina kini sudah tumbuh menjadi remaja yang lebih dewasa. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan sebagai seorang dokter. Alisya kuliah di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Sudah berjalan hampir dua tahun Alisya menjadi mahasiswa di Universitas tersebut.

Jauh dari orang tua membuatnya menjadi wanita yang mandiri dan semakin dewasa. Jika dulu ia selalu bermanja pada orang tuanya karena ia adalah anak perempuan satu-satunya, kini ia berbeda. Hanya satu kekurangannya, yaitu tidak bisa memasak makanan sendiri seperti ibunya, wkwk.

Sikap Alisya yang pemberani dan tegas, juga terkadang sedikit ceroboh membuat sebagian pria kagum terhadapnya. Apalagi saat di kelas waktu jam perkuliahan, Alisya terkenal dengan pemikiran kritisnya. Dan itu membuat sebagian temannya terkagum melihatnya.

Saat ini, ia sedang duduk di bawah pohon sekitar kampus bersama sahabatnya, Laura. Sudah hampir dua tahun ini mereka menjadi dekat dan saling mencurahkan cerita kehidupan masing-masing. Alisya sedang membaca buku sedangkan Laura menyusun laporan tugasnya di laptop.

"Cha, bagaimana dengan cowok yang kemarin? Ada perkembangan?" tanya Laura. Alisya akrab disapa dengan sebutan Icha saat di kampusnya.

Alisya menghentikan membacanya. Ia memutar bola matanya dengan malas. Lalu beralih menatap Laura.

"Aku tidak tertarik padanya. Lagipula dia cukup terkenal di kalangan cewek-cewek," jawab Alisya. Laura menghela napasnya sejenak.

"Terkenal di kalangan cewek-cewek bukan berarti tidak serius denganmu Cha! Sepertinya dia serius ingin menjalin hubungan sama kamu," ujar Laura.

"Aku tidak peduli. Untuk saat ini aku hanya ingin fokus dengan kuliahku," ucap Alisya. Ia melanjutkan kembali membaca bukunya.

"Semenjak kejadian itu, aku takut untuk membuka hatiku pada pria lain. Aku hanya tidak ingin mereka mencintaiku karena fisik. Aku ingin mereka mencintaiku dengan tulus dari hatinya. Itulah kenapa aku selalu tidak percaya dengan adanya cinta. Bagi mereka kaum lelaki, itu hanya bualan saja untuk mendapatkan apa yang mereka mau," gumam Alisya.

Ia teringat peristiwa saat ia masih duduk di bangku SMA. Saat itu ia masih kelas X semester dua.

"Cha? Kenapa bengong?" tanya Laura. Ia menggoyangkan lengan Alisya agar Alisya mendapatkan kesadarannya kembali.

"Eh, nggak apa-apa kok. Ayo ke kelas, pelajaran akan segera dimulai," ucap Alisya. ia berdiri dan disusul dengan Laura. Mereka berjalan menuju kelas mereka.

Alisya sampai di dalam kelasnya. Namun di tempat duduknya sudah ada seorang laki-laki tengah berdiri di sana. Alisya menghela napasnya sejenak. Laki-laki itu sungguh serius mengejar dirinya.

"Kamu bukan dari kelas ini kan? Ngapain di sini?" tanya Alisya datar. Ia menampilkan ekspresi tak suka pada pria itu.

Pria itu berdiri dengan tegap. Ia tersenyum tipis melihat sikap Alisya padanya. Sungguh manis dimatanya.

"Aku hari ini akan belajar di kelas ini dan duduk di sampingmu," jawab pria itu santai.

"Ayo duduklah, kelas akan segera dimulai," ucap pria itu dan mempersilakan Alisya untuk duduk.

"Kau!" ujar Alisya kesal. Namun ia tidak ingin mencari gara-gara saat ini. Alisya terpaksa duduk di samping pria itu.

Rayputra Arjun Favian. Laki-laki tampan yang selalu menjadi pusat perhatian para wanita di sekelilingnya. Saat ini ia sedang mengejar cinta dari gadis yang bernama Alisya. Ya, pria yang akhir-akhir ini selalu datang kepadanya dan mendekatinya. Ray, sapaan akrabnya.

Ray satu jurusan dengan Alisya. Mereka hanya berbeda kelas saja. Ray ingin mengenal Alisya lebih jauh lagi. Ia terpesona pada Alisya saat pandangan pertama. Kebetulan juga mereka satu organisasi di program studi mereka. Jadi, sudah sering juga Alisya dan Ray bertemu.

Alisya tak pernah menanggapi serius sikap Ray padanya. Berbicara seperlunya dan bersikap semestinya, itu yang dilakukan Alisya saat bertemu dengan Ray.

Seperti hari ini, Ray nekad masuk ke kelas Alisya demi untuk berdekatan dengan Alisya. Ia sungguh terpesona dengan Alisya.

Tanpa terasa jam mata kuliah hari ini selesai. Alisya hanya diam saja sedari tadi. Sedangkan Ray senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan Alisya.

"Mau pulang sekarang? Bagaimana kalau kita makan dulu di kantin," ucap Ray saat melihat Alisya berdiri dan ingin beranjak dari tempat duduknya.

"Maaf ya, aku sibuk," jawab Alisya. Ia berlalu begitu saja.

Ray berlari untuk menghentikan langkah Alisya. Ia menarik tangan Alisya dan tidak mempedulikan teriakan Alisya yang minta melepaskan genggaman tangan Ray. Ray membawa Alisya menuju kantin.

"Hei, apa kamu tidak dengar? Aku tidak ingin makan di kantin bersamamu!" ucap Alisya. Namun Ray hanya acuh.

Sampainya di kantin, Ray memesan beberapa makanan dan minuman. Ia tidak melepas genggaman tangannya. Ray dan Alisya duduk bersandingan.

"Lepaskan tanganmu dariku! Kenapa kamu tidak sopan sama sekali?" ujar Alisya kesekian kalinya.

"Duduk dan nikmati makanannya saja," balas Ray.

"Bagaimana bisa menikmati makanannya? Kamu menggenggam tanganku terus," ujar Alisya.

"Ya sudah, biarkan aku yang menyuapimu," jawab Ray santai.

"Tidak! Lebih baik aku tidak makan!" tolak Alisya.

Ray menghela napasnya sejenak. Ia menyendok makanannya dan memakannya dengan nikmat. Alisya hanya memandangi Ray dengan kesal. Tiba-tiba Ray menyodorkan sendok berisi makanan ke depan bibir Alisya. Alisya masih menatap Ray dengan geram.

"Makanlah, aku tahu kamu sudah lapar. Jika kamu tidak mau memakannya, aku tidak akan melepas genggaman tanganku," ujar Ray. Alisya memutar bola matanya dengan malas. Betapa tidak tahu malunya pria dihadapannya ini. Alisya terpaksa makan siang bersama dengan Ray. Namun bukannya makan sendiri, ia justru disuapi oleh Ray.

Laki-laki ini kenapa terasa tidak asing bagiku? Siapa dia sebenarnya? gumam Alisya yang memperhatikan Ray. Ia sedang mengingat-ingat siapa laki-laki ini sebenarnya.

Selesai makan, Alisya langsung meninggalkan Ray begitu saja. Ia tidak ada niatan untuk dekat dengan Ray apalagi sampai menjalin hubungan dengannya. Setelah membayar makanan yang ia pesan tadi, Ray segera menyusul Alisya. Hari ini, ia harus mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sungguh tergila-gila dengan Alisya.

"Cha tunggu!" ucap Ray.

Alisya seketika menghentikan langkahnya. Baru kali ini ia melihat laki-laki yang begitu tak tahu malunya yang terus mengejarnya. Padahal Alisya sudah menolaknya berkali-kali namun tetap saja Ray masih kekeh mengejar Alisya.

"Ada apa lagi? hari ini aku sudah menuruti semua kemauanmu ya! Kamu jangan tidak sopan padaku!" ucap Alisya geram.

Ray hanya menyengir sambil menatap Alisya. Ia tidak peduli bahwa Alisya sudah menolaknya berkali-kali.

"Minta nomor telepon kamu dong, boleh ya?" ujar Ray.

Alisya hanya menatap Ray dengan kesal. Ia mendorong Ray lalu Alisya segera berlari meninggalkan Ray. Ray terdiam di posisinya. Tak mungkin juga ia terus menyusul Alisya. Ray duduk di kursi yang terletak di dekatnya. Ia mengacak rambutnya dengan kasar. Baru kali ini ia ditolak oleh seorang gadis yang ia cintai. Biasanya mereka yang selalu merebutkannya dan Ray selalu berganti pacar setiap tiga bulan sekali atau setiap kali ia merasa bosan.

"Apa dia sama sekali tidak terpesona olehku? Menarik juga dia," gumam Ray. Sebelum ia mendapatkan Alisya, ia tidak akan berhenti mengejarnya.

Bersambung...

Eps. 03

Setelah berhasil lolos dari Ray, Alisya segera memesan taksi dan langsung pulang. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki sambil menghela napasnya sejenak.

"Tidak bisa seperti ini terus. Tapi, pasti Ray tidak akan berhenti begitu saja. Aku harus bagaimana?" gumam Alisya bingung.

Tanpa terasa, taksi yang ia tumpangi telah sampai di depan kostnya. Alisya segera turun dan masuk ke dalam kostnya. Sudah hampir dua tahun ini dirinya hidup sendirian. Bukan tanpa alasan, ia hanya ingin belajar mandiri. Itu saja.

Sampai di kamarnya, ia merebahkan dirinya dan menatap langit-langit kamarnya. Lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabatnya, Laura.

***

Seperti remaja pada umumnya, setelah selesai ngampus, Ray akan bersenang-senang dengan teman-temannya. Tak lupa, ia selalu membawa salah satu wanita yang mengerjarnya setiap harinya. Hampir setiap malam waktunya ia habiskan di klub malam tersebut. Walaupun hanya sekedar bertukar cerita maupun mendengarkan cerita teman-temannya.

Ray merasa nyaman berada di klub itu. Meskipun beberapa kali ibunya kerap memarahinya agar berhenti datang ke tempat itu.

"Ray, si Icha apa kabar?" tanya Vino, teman Ray.

"Jutek banget dia sama aku. Heran sih, padahal selama ini tidak ada yang bisa menolak pesonaku," balas Ray percaya diri. Lalu ia mengecup pelipis gadis yang ada di sampingnya. Gadis itu tersenyum dan tersipu malu.

"Kamu sih, kurangilah menggoda para wanita-wanita itu. Mana ada wanita yang serius dan percaya sama plaboy sepertimu!" timpal Andre, lalu ia tersenyum getir.

"Sialan kamu!" ucap Ray.

"Sayang, apa aku tidak pantas mendapatkan cintamu? Aku mau kok jadi pacar kamu," ujar gadis itu yang Ray ketahui bernama Gita. Gita bukanlah teman satu jurusan dengan Ray. Namun, gadis itu tak hentinya untuk mendekati Ray. Berharap bisa mendapatkan hatinya dan memilikinya seutuhnya.

Ray hanya tersenyum tipis. Gadis ini tak ada yang spesial di matanya. Bahkan ia tak tertarik sama sekali. Hubungan yang ia jalani dengan gadis-gadis itu tak ada yang ia anggap serius.

"Kamu mau jadi pacarku?" tanya Ray santai. Gita terlihat begitu senang. Ia menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Sayangnya tidak akan pernah terjadi. Aku hanya menginginkan Icha saja. Hanya dia yang pantas," ucap Ray. Seketika raut wajah Gita berubah masam. Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Sudah lama ia mengincar Ray, namun tak ada tanggapan yang serius terhadapnya.

"Selama ini kamu menganggapku apa Ray? Aku yang lebih dulu kenal kamu, bukan wanita itu," batin Gita dengan kesal.

Hari semakin larut, tak memudarkan mereka untuk tetap di sana. Meskipun teman-temannya banyak yang minum, berbeda dengan Ray. Ia bahkan tak pernah menyentuh minuman itu. Ia hanya suka dengan kebisingan dan keramaian suasana klub itu. Ia sama sekali tak tertarik dengan minuman seperti itu.

Merasa kesal dengan perkataan Ray tadi, Gita langsung meminum minuman itu dalam jumlah banyak. Ucapan Ray begitu menyakitinya meskipun ia tahu bahwa Ray tak pernah menganggapnya serius dari awal.

"Hei, kenapa kamu minum begitu banyak?" seru Ray. Ia mengambil gelas yang ada ditangan Gita.

"Biarkan aku meminumnya Ray, berikan padaku!" rengek Gita sambil berusaha mengambil kembali gelas yang ada ditangan Ray.

"Cukup! Jika kau minum lagi, aku akan meninggalkanmu di sini sekarang juga!" Ray sedikit membentak Gita. Gadis itu sedikit tersadar dan terlihat ketakutan.

Ting

Satu pesan masuk ke dalam ponsel Ray. Ia melirik sekilas lalu menghela napasnya sejenak. Ia segera membereskan barangnya dan bersiap untuk pergi.

"Andre, kamu antar Gita pulang. Aku tak tertarik mengantar gadis yang sedang mabuk," ucap Ray datar. Ia meninggalkan mereka bertiga begitu saja. Satu pesan itu membuat Ray patuh untuk segera pulang.

"Sialan! Lagi-lagi harus aku yang mengantar wanitanya pulang," gumam Andre dan Vino hanya tertawa melihat kekesalan sahabatnya itu.

Jalanan masih terlihat begitu ramai. Dengan santai Ray mengarahkan mobilnya menuju rumahnya. Ya, pesan tersebut berasal dari ibunya. Meminta Ray agar segera pulang.

Pukul 22.30 Ray baru sampai di rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, ia bergegas menuju kamarnya. Nampak sepi, pasti ibu dan adiknya sudah tertidur, pikir Ray.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini Ray?" Suara itu berhasil membuat langkah Ray terhenti. Ia menoleh ke arah tangga yang sudah ada ibunya di sana. Ray hanya terdiam. Ia tak berani menatap ibunya.

"Ray capek Ma, mau istirahat dulu," ucap Ray karena tak ingin berdebat dengan ibunya.

"Tunggu! Kamu ini sudah besar. Tidak bisakah kamu memikirkan masa depanmu?" ucap ibu Ray dengan sedikit meninggikan suaranya. Ray hanya menatap ibunya sekilas lalu memilih untuk pergi ke kamarnya.

"Ray! Mau ke mana kamu? Mama belum selesai bicara!" panggil ibu Ray. Namun Ray tetap berjalan menuju kamarnya. Bahkan ia mengunci pintu kamarnya setelah ia masuk ke dalam.

Ray terduduk di tepi ranjang. Tatapannya kosong melihat pantulan dirinya di cermin. Kilatan ingatan di masa lalu membuatnya kesal dan ingin marah.

"Jika bukan karena papa, kami tidak akan menderita! Brengsek!!" gumam Ray. Ia mengacak rambutnya dengan asal.

"Ray, mama ingin bicara sama kamu sebentar," ucap ibu Ray sambil mengetuk pintu kamar Ray.

"Besok saja Ma. Ray lelah hari ini," tolak Ray. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Sampai kapan kamu menghukum dirimu seperti ini sayang. Semenjak mas Harun pergi meninggalkan kami, sikap Ray berubah drastis. Maafkan mama sayang," gumam Mayang, ibu Ray.

Karena tak mendapati jawaban dari putranya, ia memilih untuk kembali ke kamarnya. Namun sebelum ke kamarnya, ia menuju kamar Akira, anak keduanya yang saat ini masih berumur loma tahun. Mayang mengusap dan mengecup kening putrinya itu dengan lembut. Saat ini, hanya kedua anaknya yang menjadi sumber kekuatannya setelah suaminya pergi meninggalkannya begitu saja. Cukup lama Mayang berada di kamar Akira. Tanpa sadar, sudut matanya berair dan ia segera mengusapnya.

"Mama hanya ingin melihat kalian bahagia dengan tanpa atau adanya kasih sayang seorang ayah," gumam Mayang. Ia membenahi selimut Akira sebelum meninggalkannya.

Tanpa terduga, Ray tengah berdiri di balik pintu dan melihat kesedihan ibunya. Dan itu membuatnya semakin membenci ayah kandungnya yang meninggalkannya begitu saja. Hatinya hancur melihat ibunya sedih dan menangis. Ia juga ikut terluka melihatnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 23.00 tepat. Selesai mengerjakan tugas, Alisya segera menghamburkan diri ke ranjangnya. Mengerjakam tugas membuatnya lelah dan ingin segera menutup matanya. Namun sebelum memejamkan mata, ia menghubungi Laura terlebih dahulu. Hanya sekedar bertukar cerita dan berguaru melalui telepon. Hingga pada akhirnya Alisya tertidur dengan pulas.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!