NovelToon NovelToon

My Possessive Duda

prolog

Rani tidak mengetahui jika membantu seorang perempuan paruh baya terkena musibah akan membawahnya dengan hal yang sangat rumit baginya. bukan bukan rumit, seperti hal yang keberuntungan atau kerugian yang ia dapat walau ia menyukai suatu hal yang disebut anak kecil

--- Serkan atau disebut achmad serkan praditya seorang duda memiliki seorang anak yang bernama muhammad reyhan praditya buah cintanya walau tidak ada istri disampingnya ia mampu dengan tangannya merawat anaknya. Serkan memiliki perusahaan yang besar yaitu compony J.Praditya, perusahaan yang sudah ada dimana mana seperti USA, istanbul dan indonesia. Serkan mendirikan perusahaannya dengan tangannya sendiri tidak ada campur tangan oleh orangtuanya walau pun dengan perasaan patah hati karena ditinggal oleh mantan istrinya dan juga anaknya yang masih memerah

Karena itu serkan memulai pendiriannya sendiri, serkan akan membuktikan jika ia bisa lebih kuat dan bisa lebih kaya dari pilihan mantan istrinya dan lihat sekarang ia sudah dijuluki menjadi billioner. Serkan yang sekarang sudah merubah dirinya menjadi kejam, dingin dan tak kenal ampun bukan seperti dulu yang murah senyum dan lembut. Serkan merubahnya karena seorang wanita yang sangat ia benci kecuali gadis yang berbeda dari sekian perempuan yang hanya menginginkan hartanya dan gadis itu harus menjadi miliknya, MILIKNYA

"Mommy" panggil anak lelaki itu berlari kearahnya

"Kau yang akan menjadi ibu dari anak ku. Mau tidak mau kau harus menjadi momynya" tekan serkan menatapnya tajam kalau perkataannya tidak bisa dibantah oleh siapa pun

Rani hanya memandang kedua manusia yang memandangnya berbinar

Aku menghela nafas kasar

"Baiklah..." suhutnya lesuh. Serkan mendengar itu tersenyum menang kalau serkan bisa menaklukkan gadis didepannya melalui anak tercintanya

\*\*

Oke sekian dari prolognya jadi kalau para readrs penasaran dari cerita gaje ku ini, kuy baca dan jangan lupa dilove and komen

Kode keras tuh👆

By. Mh08

MPD ~ 1

"Rani!!" Teriak mama memanggil anaknya

"Ran... ooh ran!! Sini dulu kamu ran" teriak mama sekali lagi. Karena anak satunya ini ada eror-erornya memanggilnya saja mesti harus teriak teriak

"Iih ada apa sih ma teriak gak jelas kayak orang utan aja" ujar rani berjalan menuju mamanya

"Dasar anak durhaka kamu ran, mama manggil gak denger. Heran mama liat kamu ni, ntah ngidam apa mama dulu hamilin kamu" omel mama menepuk jidat frustasi

"Lah mama ni lucu dah, ran manalah tau mama ngidam apa dulu. Emang ran bisa keluar trus liat mama makan apa trus ran masuk lagi keperut. Kalo gitu kenapa gak ran aja keluar sendiri gak perlu tuh dokter megang ran yang masi imut-imutnya" balas rani kalah bawelnya

"Ni lah yakan mama jawab sepatah kamu jawab beberapa kata. Ada aja alasan itu" ucap mama melotot kerani tapi yang dipelototin bukanya takut malah biasa saja tidak ada takutnya

"Duuuh mama ni bawel banget dech sampai lelah anakmu berdiri menunggu mama yang tidak memberi alasan kenapa hayati dipanggil dihadapan ibunda" dialognya

"Noh liat, kebanyakan nonton korengan makanya jadi mendrama gini. Dasar apa mama punya anak alay seperti kamu ran"

"Oh my got mams, ran itu bukan alay tapi lagi hits zamannya edan. Dan satu lagi bukan korengan mams tapi korea" sewotnya

"Udalah sama aja itu. Kamu ni sok sokan ngajarin mama pula lagi! Kamu gak tau mama yang dulu ngajarin kamu yang gak bisa baca"

Lah buset mamanya ni malah kemasalalu dah, udah kayak lagu masa lalu biarlah masa lalu aseek gedek

"Mams itukan ran masi kecil, ya wajar ran gak bisa baca" rajuknya

"Masa umur enam tahun gak bisa baca. Kamu gak liat tuh anak tetangga anaknya aja yg umurnya empat ampe lima aja bisa, lah kamu"

"Uda dong ma. Jangan samain rani sama anak tetangga, ma. Dia, dia kalo rani ya rani" balas rani memutar matanya. Aku tidak memyukai jika dia disamain sama orang, ini gaya ku dan styleku jadi orang mau ngomong ya serah dia

"Gak sopan memutar mata didepan orang tua rani!, mama suda bilang lebih feminim ran jangan kayak waria gini. Kamu harus ganti riasan kamu ini, gimna nanti ada yang mau sama kamu. Kalo tampangnya aja gini" omel mama

"Ya Allah ma, stop. Pala rani uda puyeng ini, mama manggil rani mau ngapain, mau disuruh apa diceramahin" frustasi rani mengacak rambutnya

Tekadang tuh rasanya rani ingin melempar mamanya ke pulau amazon yang katanya banyak hewan buas. Sepanjang waktu pasti ada aja teriakan lucitaluna yang kedua

"Kamu kalo diceramahin diterima, jangan membatah" kata mama

"Oke okeh ma rani terima semua ucapan mama, bahkan rani simpan didalam otak dengan lapang dada, okeh" ngalah rani

"Dan sekarang mama menyuruh rani ada apa? Mau beli sayur kah, beli gula garam apa mobil?" Sambung rani

"Yauda sana kamu kamu kepasar. ini kertasnya, semua yang mau dibeli disitu, ingat jangan ada yang ketinggalan kalo ada kepala kamu yang mama tinggalkan" mama memberi secarik kertas nama-nama bahan yang akan dibeli

"Uda sano! Ngapain lagi disini?" Ucap mama melotot. Aku mendengarnya tepelongo

Bayangkan saja, mamanya menyuruhnya untuk membeli bahan-bahan belanja sedangkan saja uangnya belom dikasi. Mau beli pake apaan? pake daon biar dikate sodaranya kunti

"Trus uangnya mana mams?" Tanyanya menaikan tanganya seperti meminta uang

"Ya pakai uangmu lah" ujar mama berjalan ke ruang tamu lalu duduk bersila menghidupkan tv dengan santainya

Lah buset mamanya gak salah bilang ni, batinnya

"Maa... ran serius ni" rajuk rani mengikuti jalan mamanya bahkan ia memegang tangan mamanya seperti anak kecil meminta permen

"Mama dua serius lagi. Gak liat nih muka mama seriusnya ngalahin ibu-ibu pejabat mau kondangan" ucap mama menatap tv yang berita acaranya tentang 'ngerumpi' dan itu membuat rani menatap kearah tv sinis yang tidak bersalah itu

"Hubungannya dengan uang sama ibu-ibu pejabat mau kondangan apa ma? Uda deh ma, ran tuh lagi galo-galonya masalah uang. Jadi mau bayar tuh belanjaan gak bisa"

Mama langsung menoleh

"Lah bukannya kamu punya butik? Gak mungkin butik kamu itu bangkrut ampe gak ada uang. Jangan boongin mama deh ran, mama tuh uda ngalahin tuh detektif jadi gak bisa ditypo-typo. Uda sana kalo gak mau pergi mama buang tuh kucing kesayangan kamu ke parbus, mau!" Ancam mama melirik tobi kucing kesayangannya

"No mams! Jangan sakitin pujaan hati ran. Cukup ran aja yang mama sakitin tobi jangan" dramanya dengan muka sedih memeluk tobi yang menatap tuannya dengan pandangan tidak mengerti

Kalo tuh kucing bisa ngomong pasti ia akan berkata 'sepertinya tuannya bukan yang ini, aku yakin pasti tuannya tertukar, kalo ini memang tuannya aku tidak akan mengakuinya' sedih banget dah gak diakui sama kucing sendiri

Mama menoyor kening anaknya sampai ia terjungkir kebelakang

"Elah ma kenapa gak noyor pake balok aja sekalian" ucap ran yang terjatuh kebawah

Ini mamanya yang kuat menoyornya apa ia yang terlalu lemah

"Sudah kan dramanya? Kalo gitu kamu berangkat sana. nanti pasarnya tutup" ujar mama

"Iss yauda deh, mama nih gak pengertian banget" decaknya berjalan menghentak hentakkan kakinya sebal lalu menoleh lagi kearah mamanya

"Mama serius ni" tanyanya lagi

Dengar ya, aku tuh bukannya pelit masalah uang, tapi ya kalian mengertilah ini tanggal tua! kalo ada uang pun harus hemat-hemat pelit gimana gitu, sama diri sendiri aja pelit apalagi mau beli belanjaan moma, adeeeh yasudahlah mau gimna lagi hanya bisa meratap dipojok dinding

Walaupun aku punya butik yang terkenal seindonesia kan harus hemat-hemat juga kan

Mama memutar matanya jengah

"Ya ran mama serius!"

"Eh mama gak sopan!" Ucap ran melototkan matanya

"Kamu yang buat mama memutar mata, tauk" balas mama gak mau ngalah

"Gak ada ko rani ajarin, wlee" ejek rani masi didepan pintu ruang tamu

"Pergi gak sana! Kalo gak, bakal mama buang tuh kucing kamu" ancam mama mulai kesal lalu mengambil tobi yang berdiam sedari tadi

Mendengar itu ran langsung lari terbirit birit. Mama menggeleng kepala heran melihat anaknya

Pov rani

Aku berjalan dengan santainya walaupun tadi uda lari-lari gak jelas dibuat mamsnya kearah luar pintu utama

"Eh ada mang ujang" sahutnya berjalan ketempat mang ujanng yang lagi membersihkan mobil kesayangan ayah tercintanya tapi malah yang disahutnya terkaget kaget melihatnya

"Ah non buat mang ujang kaget aja!" Balas mang ujang lalu mengelus dadanya ber istigfar

Lah dikate ni mamaknya valak ampe terkejut apa, pikirku

"Buset mang, biasa aja kale liat rani. Uda Kayak rani mirip aja tuh sama valak" ujarku melirik mang ujang

"E-eehh bukan itu maksud mang ujang non. Non taulah mang kan uda lanjut usia uda minim aja gitu rasa aura kepekaan" jawab mang ujang menggaruk tengkuknya yang gak gaktal

"Lah berarti mang ujang sodaranya roy kaosii yak? weleh mang kenapa gak bilang dari dulu atuh mang, kan bisa kita buat perfom perfom tuh didepan rumah kita kan lumayan uang nya" godaku menaik naikan alis

"Bukan gitu juga aduh non" ragunya

"Ah yauda deh mang. Rani pergi dulu, mang ni gak jelas banget" ucapku berjalan kearah kendaran beroda dua jenis scoopy, kendaraan yang paling disayang kalo lecet aja harus diobati apalagi kamu

"Emang non mau kemana? Gak mau mang ujang antari?" Tanyanya lalu menawarkan untuk memberi tumpangan

"Ah mang ini kepo deh. Rani bawa kendaraan sendiri aja. Mana tau dapat bule kan bisa dibawak pulang" ucapku menghidupkan mesin

"Dadaa.. mang ujang" lambaiku dan dibalas dengan lambaian mang ujang

***

Jangan lupa di love ❤ and komen

MPD ~ 2

Aku berjalan menyusuri ibu kota yang padatnya gak ketulang. Etss jangan bimbang rani joki kalo masalah bawa kendaaran. Cinta aja ada solusinya apalagi menempuh rumah tangga, aseeek,,,

Huffttt capcainya hayati

"Duh sepertinya bukan dijalan aja yang rame dipasarpun juga rame" manolognya

Aku memarkirkan motor dan meletakkan helm monionsku dijok motor lalu membenarkan asal rambutku yang berlarian kasana dan kesono, uda kayak ayu tingtong aja mencari lakiknya

"Bang ni motor aye dijaga bener-bener yak, jaga nya jangan ngelewengan kesana-kesani. Kalo perlu abang disini aja jadi penjaga kereta saya" kataku menatap abang-abng tukang parkir yang hitamnya ngalahin kecap, bukan ngejek elah

"Ahsiapp neng... akan abang jaga seperti hati adek yang abang jaga" senyumnya menaik naikan alis menggoda.

Idiih ko geli aku dengernya, batinku bergidik serem

"Aduh bang kalo ngahayal jangan disini deh noh dihutan aja deh banyak yang ladenni. Uda mana sini kartunya!" minta ku dengan wajah takut

"Ini neng kartunya dijaga baik-baik yah kayak hati abng" aku merampas kartu dari tanganya lalu berlari secepatnya menjauh dari jangkauan makhluk astral itu

"Gila!! Masi aja ada makhluk kayak begituan" omelku sampai tidak menyadari jika orang disekitar menatapnya heran

"Aku beli apa dulu yah" aku mengeluarkan secarik kertas berisi nama bahan dan lalu membacanya

"Masyallah ini beneran mamske nyuruh belanja sebanyak gini! Buset dah mana mencapai kapasitas dompet ini namanya. Mau ngoropi ni ceritanya" kejutku bahkan melototi kertas itu kalo bisa ni mata keluar leser biar tebakar sendiri kertasnya

"Yaudalah beli daging sama ayam aja dah dulu" putusnya berjalan keperdagangan yang menjual segala jenis lauk pauk

Setelah membeli segala bahan-bahan kebutuhan aku menyusuri jalan pasar melihat lihat sesuatu yang mencuri perhatian didepan tetapi ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya

Buugghh

"Akhkk..." rintih seseorang didepannya

"Astagfirullah ibu! Ibu gak papa? Ooh may got belanjaanya berhamburan! Aduuhh ibu beneran gak papa ni? Gila tuh orang jalan gak pake mata kali yak! AWAS LU GUE SUMPAHIN LU JATUH KELANGIT ODOL! mentang-mentang naik motor ninja main nabrak-nabrak orang tua!" Teriakku membahana sumpah sarapahi seorang anak muda membawa motor besar semrawutan untung orang-orang disini masih mau membantu walau hanya memungut belanjaan ibunya

Enak aja tuh bocah sembarangan

menabrak ibu ini dan malah kabur melarikan diri kan apa gak gila buat naik darah aja dah tuh bocah

Liat aja tuh jumpa beneran gue geprek tuh anak, pikirku kesal lalu juga membantu  mengutip balanjaan yang jatuh dijalanan dan berjalan kearah ibu itu untuk membantunya berdiri

"Makasih ya mbak Bu" ujarnya terimakasih pada orng yang membantu mengambil belanjaannya " iya neng, nih belanjaan nya" jawab mereka dan diangguki oleh rani lalu menghampiri ibu yang terduduk diatas aspal

"Ibu serius gak papa ni?" Tanyaku setelah menduduki ibu itu disuatu tempat berteduh

"Iya ibu gak apapa ko nak" jawab ibu itu sedikit meringis

"Ibu gak mungkin gak apapa. Liat ibu aja meringis gini, pasti ada yang luka atau memar" jawabku khwatir melihat lihat diseluruh tubuh ibu itu ada yang luka atau tidak

"Tapi ibu beneran gak apapa" cerca ibu itu tersenyum

"Sstt! ibu diam aja, ini untuk keselamatan ibu" ujarku meriksa kakinya karena aku melihat ibu itu meringis saat ia menaikan kakinya

"Essss...sss" ringisnya. Rani melirik ibu itu yang merintih saat aku memegang kaki disebelah kanan

"Sepertinya yang ini rasa sakitnya? Maaf ya bu saya periksa dulu kan mana tau ada luka atau memar. Kan bisa saya obati kalo gak diobati kakinya bisa diamputasi emang ibu mau kakinya diamputasi? Gak mau kan" ucapku dan ibu itu menggeleng tidak mengiginkan hal itu terjadi

"Kaki ibu sedikit memar!" Hebohku saat melihat kaki ibu ini membiru dan mulai membengkak

Dan ibu itu meneliti kakinya

"Ah ya, sepertinya" jawabnya

"Bukan sepertinya bu, memang sudah memar. Kalo gitu ibu nunggu sini ya" suruhku lalu meletakkan barang belanjaan ku dan belanjaan ibu di sebelah kursi jalan

"Lah emang kamu mau kemana?" Tanya ibu itu heran melihatnya ingin pergi meninggalkan barang-barangnya

"Saya mau beli minyak urut sama beli minuman. Butuh Aqua kan. Jadi ibu tunggu sini dulu ya. Jangan kemana-mana! Kalo perlu saya ikat ibu biar gak pergi kemana-mana. Ingat bu jangan kemana mana" ancamku lalu berjalan mencari apotik terdekat

Dan jangan lupakan bagaimana ekpresi ibu itu ketika ada seseorang yang mengacamnya hanya bisa terpelongo dan menggagukkan kepala mengiyakan dari pada kena omel lagi dengan sang gadis manis itu

"Permisi, mbak" ucapku tergesa

"Mau beli apa dek?" Tanya mbak apotik dengan tersenyum

"Mbak saya mau beli minyak urut. Ada gak mbak?"

"Bentar ya dek, biar saya cek dulu" jawabnya dan aku menggaguk kepala mengiyakan

Sementara mbak itu mencari sesuatu yang ia beli

"Adek maunya berapa?"tanyanya meletakan minyak urut satu kotak diseteling kaca

"Satu aja mbak sama aquanya saya ambil juga. Semuanya berapa?" Tanyaku mengeluarkan uang dari dompet

"Semuanya tiga puluh ribu dek"

"Ni mbak uangnya, makasih ya mbak" sahutku mengasih uang pas

"Iya dek sama sama" balasnya

Aku berlari ringan kearah ibu yang terjatuh tadi dengan khawatir pasalnya ibu itu uda kesakitan

Untung aja ibu tuh jumpa bidadari yang baiknya tuh gak ketulang, ya siapa lagi kalo bukan rani. dengan sombongnya ia berucap, dasar kebanyakan kepdean yah gini

"Apa masi sakit bu?" Tanyaku

"Lumayan sakitlah" jawab ibu itu tersenyum

"Mari sini kakinya bu" ujarku jongko didepan ibu itu mengambil kakinya lalu meletakkannya dipaha dan mengeluarkan minyak urut untuk memulai mengerut yang memar

Ets jangan salah ya gini- gini ia adalah andalan melakukan urut mengurut ginian. Kan uda sering disuruh moma kusuk jadi yah uda terbiasa aja tapi kalian tahulah anak zaman sekarang kalo disuruh pasti ogah ogahan, lah sama kayak gua bro disuruh uda kayak kebo malas minta ampun tapi karena moma punya senjata yang menyakitkan ya jadi nurut deh

Elah ko bahas pribadi yak, ucapku neplok jidat

"Kamu serius ni mau ngurut ibu?" Ucap ibu itu menatapku ragu

"Yah serius bu. Emang muka saya kayak gak serius yah? Yauda bu biar saya seriusin dah mukannya biar ibu percaya" aku tersenyum dan memperagakan muka serius menatap ibu itu yang menatapnya ragu

Ibu itu yang melihatnya terkekeh

"Kamu lucu dan baik. Ibu beruntung dibantu sama kamu" ucapnya

"Saya memang lucu dan imut buk jadi jangan diragukan, semua dunia ama pelanet pun tau soal itu" kekeh rani. Ibu itu mengganguk kepala lalu tersenyum terkikik karena kepedean anak muda didepannya

"Ohya bu, ibu kenapa bisa terjatuh dan ditabrak sama anak kunyuk sialan itu" tanya rani emosi sambil mengurut dengan hati hati dan lembut karena tidak ingin menambah memar yang diperbuatnya

"Ibu juga gak tau, tiba tiba uda keserempet aja, terus dengan membahananya kamu teriak membantu ibu. Ibu takjub liat kamu, banyak orang yang disekitar ibu hanya kamu yang teriak dan itu membuat ibu tersentuh" ucap ibu itu tersenyum menatapnya dan itu membuat rani sangat malu karena dipuji oleh wanita paruh baya didepannya

"Ah ibu bisa aja dah muji mujinya. Jadi naik kuping saya bu" ujarku menggaruk tengkuk yang tidak gatal

"Ha..haha..ha tuh kan kamu memang lucu dan polos jadi buat gemes" aku menunduk kepala malu malu merona karena jarang orang yang memujinya

Karena sifatnya itu kadang ngejahilin dan ngesilin jadi orang jarang memujinya dan baru ibu ini yang memujinya dengan kebaikannya bukan dengan fisiknya dan aku sangat menyukainya

Biasanya aku selalu menjahilin bang radit dan sekitarnya jadi orang menggangapku ngeselin tapi salahnya orang memandangnya dengan fisiknya yang cantik bukan karena kebaikannya

"Uda dong bu jangan muji lagi ntar tambah naik kuping saya, ntar saya malah masuk berita jadi manusia teraneh memiliki kuping yang panjang. Kan jadi terkenal saya bu karna itu" cemberutku

"Iya deh iya hehe, ohya nama kamu siapa hem?" Tanya ibu itu menatapku

"Nama saya rania lewana, ibu bisa manggil rani atau apa aja boleh saya lapang dada menerima panggilan dari ibu" suhutku tersenyum lebar

"Baiklah kalo gitu ibu akan panggil rani aja kayak orang biasa manggil kamu, rani nama yang cantik seperti orangnya" aku mengganguk kepala menggiyakan dan tersenyum malu. Lagi lagi dipuji kan gak terbiasa aku tuh

***

By, ranimh08

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!