"Aitsss...mengapa kepala ku begitu sakit?"
Wanita itu memegang kapalanya kuat. Meringis menahan sakit, yang sedikit demi sedikit berangsur hilang.
"Di mana aku?" gumam wanita itu, memperhatikan sekeliling nya. Dia melihat tirai menjuntai dengan lantai terbuat dari kayu, serta kamar mandi yang sedikit terlihat, kamar ini terasa sangat berbeda dari kamar-nya.
Ada apa ini? Apakah dia bermimpi? Mengapa pula pakaiannya sangat terasa panas? Pakain jelek apa yang sedang digunakannya, sangat susah untuk berjalan, pakaian yang dikenakannya juga seperti menelan tubuhnya. Sangat tidak fashionable sekali.
'Brukk...!'
"Astaga, dasar sialan! Mengapa harus ada undakan lantai disini?" geram wanita itu menggerutu. Mengabaikan orang-orang yang entah sejak kapan berada di ruangan yang sama dengannya.
"Permaisuri Anda bangun?" seru seorang wanita muda berkaca-kaca.
"Hei! siapa yang kau panggil Permaisuri?" ucap wanita itu terheran-heran melihat wanita muda dihadapannya berkaca-kaca bersama satu wanita lainnya.
"Kami adalah pelayan setia anda, apa anda lupa dengan kami? Hamba adalah Yu Are, dia adalah Rei Rei dan ini adalah Panglima Besar Zilong, Gege yang menyayangi Anda!" ucap wanita muda tadi khawatir memperkenalkan dirinya dan yang lain.
"Ohh... ya ampun apa aku sudah mati? Mengapa orang-orang ini memainkan drama?!" histeris wanita itu menutup mulutnya syok.
"Permaisuri, jangan berkata seperti itu! Anda baik-baik saja," ucap Yu Are menitikan air mata.
"Ya ampun, aku harus pergi dari drama mereka!" Secara cepat ia berlari ke arah jendela di kamar yang bukan kamarnya ini. Yang juga tanpa di sadarinya, pakaiannya kembali membuat ia jatuh sampai membentur tepian nakas di depannya.
"Yie Er/ Permaisuri!" Serentak ketiga orang itu berteriak panik.
"Rei Rei cepat panggil tabib!" Yu Are berteriak saking khawatirnya. Membuat Rei Rei hanya bisa mengangguk dalam keterpakuan.
"Permaisuri, anda harus segera sembuh!" gumam Yu Are menggosok pelan telapak kaki Junjungannya. Mengabaikan keberadaan Panglima Besar Zilong di samping Yie Er.
"Yu Are, beritahu penjaga di depan untuk memberitahu Yang Mulia, bahwa Permaisuri telah terbangun!" perintah Panglima Besar Zilong mutlak.
"Baik Panglima." Angguk Yu Are berlalu pergi. Meninggalkan Panglima Besar Zilong bersama Yie Er.
"Meimei, cepat bagun! Gege merindukanmu, jangan membuat semua orang yang menyanyangimu khawatir!"
Panglima Besar Zilong menunduk, mengecup sayang kening Yie Er.
"Mengapa lama?!" Panglima Besar Zilong berucap tanpa memandang orang-orang dibelakangnya.
"Maaf Panglima, ada sedikit kendala!" Rei Rei menunduk bersama Yu Are disampingnya. Tak lupa seorang tabib kerajaan yang juga berdiri di samping Rei Rei.
"Cepat periksa Permaisuri!"
"Ba_ik Panglima," gugup tabib bernama Mou.
Tabib Mou dengan segera memeriksa Yie Er penuh hati-hati. Mengingat dibelakangnya berdiri seorang Panglima Besar Kerajaan dari Dinasti Han.
"Panglima, tak ada luka yang perlu di cemaskan hanya saja seperti nya Permaisuri hanya syok dengan apa yang terakhir kali di alaminya. Dan sedikit memar di kening Permaisuri!" Jelas Tabib Mou.
"Syukurlah. Terimakasih tabib Mou!" ucap Pangkima Besar Zilong menatap dalam Yie Er.
"Yu Are, berikan imbalan tabib Mou!"
"Baik Panglima!" Yu Are memberikan sekantong koin emas kepada tabib Mou.
"Terimakasih Panglima. Semoga Anda panjang umur, jika begitu hamba undur diri Panglima!" salam tabib Mou menunduk menyatukan tangannya.
"Aittss mengapa aku masih disini?" gumam lirih Yie Er memegang memar di dahinya.
"Permaisuri, apa ada yang sakit?" tanya Rei Rei.
"Aittss kepalaku sakit, dan mengapa kau terus berdrama? Hentikan semuanya, jangan terus memanggilku Permaisuri, aku muak mendengarnya!" decih Yie Er menatap tajam ketiga orang di depannya.
"Meimei, mungkin sekarang kau masih syok. Gege memaklumi itu, lebih baik jangan banyak bergerak terlebih dulu." Usapan lembut Panglima Zilong pada kepala Yie Er.
"Dan jika ada Yang Mulia masuk. Maka lekaslah menutup matamu, mengerti!"
"Mengapa?" heran Yie Er. Menatap dalam pria di depannya. Lagipula mengapa harus memerintah dirinya. Enak saja.
"Yang Mulia memasuki ruangan!"
"Dasar tidak punya tata krama, mengapa yang di depan sana berteriak!" gerutu Yie Er, mengabaikan perintah Panglima Besar Ziling dan Yuan di depannya.
"Apakah engkau baik-baik saja Permaisuri? Zhen kira engkau tidak akan pernah bangun dari tidur panjangmu!" ucap Yuan menatap dingin Yie Er.
Ada apa dengan pria sok tampan di depannya ini? Siap yang ingin tertidur begitu panjangnya. Tidak tahu sopan santun. Jika ingin memainkan drama harusnya sengan elegan, bukan kampungan seperti itu. Lihatlah bakat ekting yang sebenarnya!
"Mengapa kau tak menjawab pertanyaan Zhen?apakah sekarang Permaisuri tidak bisa bicara?!" Yuan berkata pelan, dan menusuk.
"Maaf Yang Mulia, tetapi sayangnya hamba masih bisa berbicara. Jika Yang Mulia merasa begitu khawatir, hamba sungguh tersanjung dengan Yang Mulia!"
"Apa? rupanya sekarang engkau cupuk berani Permaisuri. Sayang sekali, Zhen tidak begitu peduli dengan Permaisuri tidak diharapkan ini!" balas Yuan tajam.
Yie Er membalas Yuan sama tajamnya, bagus sekali ekting lelaki di depannya. Hanya saja, adakah naskah drama seperti itu?
__________________________________________________
Permaisuri Yie Er
Kaisar Yuan
Panglima Zilong
"Ahaha...! Terima kasih atas pujiannya Yang Mulia. Tetapi maaf, hamba sekarang sedang dalam masa pemulihan. Yang Mulia juga pastinya masih mempuntai banyak pekerjaan!"
Semua orang yang berada di kediaman Dandelion merasa terkejut melihat sikap Yie Er yang berbeda. Apakah benar di depan mereka adalah sang permaisuri mereka yang lemah lembut, bahkan digretak oleh orang tingkat bawah saja masih menunduk. Membuat banyak rakyat tak suka kepadanya, menjadikan Yie Er sebagai Permaisuri tak diharapkan. Bahkan banyak penghuni Istana yang mejunuukan rasa tak sukanya secara terang-terangan. Dan bodohnya, mereka semua malah menatap Yie Er penasaran. Mengabaikan Yuan dengan kobaran api membaranya.
"Berani sekali engkau berbicara seperti itu kepada Zhen!" desis Yuan mengeratkan rahang.
Suasana kamar Yie Er seketika berubah menjadi tegang. Mereka lupa dengan Kaisar mereka karena Permaisuri.
Yu Are dan Rei Rei berkeringat dingin melihat kemarahan sang Kaisar. Bagaimana bila Junjungannya mendapat hukuman seperti yang lalu-lalu.
Zilong melihat perubahan Yie Er tersenyum, dalam lubuk hatinya dia merasa senang dengan sikap baru Meimei nya yang tak lagi terlihat lemah. Rasanya, baru kemarin dia melihat Meimei yang lemah lembut, saking lembutnya Meimei nya tak pernah merasa tersinggung dengan prilaku buruk banyak orang. Membuat ia dan Babanya kerap kali takut dengan sikap Yie Er yang kerap kali terlalu lemah lembut, penuh kasih sayang.
"Maaf Yang Mulia, aaking lelahnya ternyata hamba salah berbicara!"
"Permaisuri, rupanya engkau benar-benar lelah. Sampai kesadaran akalmu pun hilang. Jika begitu Zhen akan membantumu dengan menyiapkan ramuan pemulih akal." Ucap Yuan menyeringai,
mata merah nya sempat berkilat tajam, meninggalkan kamar Yie Er dalam keheningan.
"Permaisuri, tenang saja. Nanti hamba dan Rei Rei yang akan meminum ramuan itu untuk Permaisuri." Ucap Yu Are bersama Rei Rei yang juga mengangguk.
"Mengapa kalian? Hanya ramuan saja harus diwakilkan. Biar aku saja yang meminumnya," gerutu Yie Er.
Katiga orang itu mengerut dahi heran. Ada apa dengan Permaisuri mereka, tentu saja ramuan pemulih akal itu sangat pahit, sampai rasa pahitnya tidak akan hilang dalam satu minggu. Itu sebabnya ramuan itu disebut pemilih akal, agar yang meminumnya dapat menyadarkan akal nya agar tak meminum ramuan itu.
"Yie Er, biar mereka yang meminumnya. Cepatlah beristirahat, agar saat Baba kembali engkau sudah pulih seperti sedia kala. Dan maaf, nanti Gege harus kembali pergi."
Yie Er hanya diam, menatap pria di depannya. Ia sama sekali tidak mengerti dengan ucapan pria di depannya. Jadi lebih baik ia diam mendengarkan.
"Permaisuri, mengapa anda diam. Apa ada sesuatu?" tanya Yu Are.
Yie Er melirik Yu Are aneh, mengapa wanita di depannya ini sangat cerewet?
"Jangan lagi memanggil panggilan Permaisuri kepadaku. Aku bukanlah Permaisuri kalian!" gerutu Yie Er.
Yie Er sudah merasakan ke anehan semenjak dia terbangun dari tidur nya. Dengan pakain sejenis hanfu, ruangan yang berbeda sekali dengan ruangan modern seperti kamarnya.
Ditambah lagi, ketika mendengar orang yang tak di kenal nya memanggil dengan sebutan Permaisuri, terlebih lagi dia mempunyai seorang Gege. Dan Yie Er tahu, mereka bukan hanya sekedar memaikan drama dengan berakting, seperti pria yang dipanggil Yang Mulia, mana mungkin tatap mata merahnya itu adalah akting. Yie Er tidak sebodoh itu untuk bersih keras menyangkal semuanya. Dan itu artinya dia terlempar ke masa lalu dimana masa kepemimpinan dipimpin oleh seorang Kaisar. Itu yang Yie Er tahu, dia tidak suka dengan pelajaran sejarah.
"Meimei kamu tak apa?" tanya Panglima Besar Zilong khawatir melihat Yie Er tiba-tiba terdiam membisu.
"Hmm... tidak apa. Hanya saja, badan ini terasa lelah dan ingin beristirahat."
"Baiklah. Jika begitu kami akan meninggalkan mu, istirahatlah dengan baik. Jangan banyak bergerak!" ucap Panglima Besar Zilong mengelus lembut rambut Yie Er.
Ketiga orang itu meninggalkan Yie Er di dikediamannya. Sempat terlihat raut khawatir dari Yu Are dan Rei Rei melihat Junjungan mereka, pastilah Jungjungan nya itu masih merasa syok dengan semuanya.
Yie Er menatap atap-atap di atasnya. Mengapa juga ia bisa terlempar ke dunia entah berantah ini? Dan wajahnya, masih sama seperti dulu. Hanya saja wajah ini terasa lebih lembut dan kenyal, dengan rambut panjang lurus sampai pada pinggangnya bahkan lebih.
Wanita itu bilang ini Diansti Han. Dan mereka memanggil dirinya Permaisuri. Lalu kemana Permaisuri asli nya, apa ia sudah mati? Jika benar, kasihan sekali. Tapi ia lebih mengasihanai dirinya, sudah mati tertembak oleh orang kepercayaannya yang berhianat, dan terlempar ke Abad 21 Lalu dengan hidup kembali sebagai Permaisuri.
Yie Er menutup mata. Biarkan saja masalah yang yang tengah menimpanya sekarang. Lebih baik ia tidur, dan kembali terbangun. Sampai ia bisa kembali berpikir dengan jernih.
Yie Er membuka nentranya. Ia berpindah ke dimensi mimpi. Netra tajamnya menjelajah dengan waspada, telinganya meruncing mendengar suara-suara kecil. Sayang sekali, hutan indah ini hanya di isi dengan suara semilar angin dan hewan. Jika saja hutan ini ada di dunianya, mungkin saja sekarang sudah banyak muda-mudi pasangan yang tengah bermesraan.
Yie Er tak henti-hentinya menjelajah, sampai kakinya berhenti di pinggiran danau.
"Yie Er!"
Namanya terpanggil, dengan cepat Yie Er menoleh. Menatap sesuatu dengan alis berkerutnya. Apakah ini wujud Permaisuri asli sari Dinasti Han? Sangat mirip sekali denganya.
"Apa kamu si Permaisuri itu?"
"Iya, aku adalah Permaisuri. Dan kamu sekarang adalah diruku."
"Dirimu?!"
"Ya. Aku adalah dirimu Yie Er, dan kamu adalah diriku Yie Er." Permaisuri itu memegang lembut kedua bahu Yie Er.
"Yang benar saja. Dan mengapa kau memanggilku. Tentunya aku berada di sini karena mu, pemilik asli dari tubuh ini.
"Maaf, aku memanggilmu untuk menggantikan diriku. Jiwa kita mati dalam waktu yang sama, itu sebabnya aku bisa memanggilmu."
"Memanggilku? Hey, kamu ingin aku menggantikan kehidupan rumitmu itu?! Lebih baik jika aku berada di surga sekarang." Yie Er berdecak kesal.
"Apa kamu yakin akan ke surga? Mangingat siapa kamu dulu?"
"Bagaimana Permaisuri sepertimu tahu siapa aku?"
"Karena aku adalah dirimu Yie Er. Aku tahu segalanya tentang mu, tentang apa yang sekarang sedang ada di pikiran mu itu. Karena kita adalah satu, aku yang memanggil mu ke sini, dimana sekarang kau hidup di jaman ini untuk mengganti kan aku." Jelas Permaisuri memeluk tubuh Yie Er. Dan secara tak langsung Permaisuri itu memeluk tubuhnya.
Mendengar itu Yie Er diam, dia bingung ketika orang di hadapannya mengatakan jika dirinya adalah Yie Er dan begitu pun sebaliknya.
"Tapi jika kau adalah aku, mengapa kita berbeda jaman?"
"Soal itu, aku tidak tahu. Mungkin kamu adalah reinkarnasiku."
"Reinkarnasi. Sekarang aku mengerti. Mungkin sang pencipta ingin aku berada di surganya, bukan malah di nerakanya. Ah, jika saja aku lebih dulu menembak kepala bodoh penghianat itu. Ini semua tidak akan pernah terjadi." Yie Er menggeram marah, kembali mengingat penghianatan yang terjadi kepada dirinya.
"Mungkin ini takdir Yie Er. Maaf juga aku memanggilmu, sekarang hidupku adalah milikmu, keluargaku juga adalah keluargamu. Jalani hidupmu yang sekarang dengan baik. Maaf, aku tidak bisa berlama-lama." Permaisuri melepas pelukannya, menatap Yie Er lembut. Menggumakan maaf untuk Yie Er.
"Ah, dan ketika kamu terbangun. kamu akan mengingat ingatan ku dulu. Seperti apa aku hidup, dan orang-orang yang mencintai dan kamu cintai. Kamu juga akan merasakan perasaan yang sama dengan perasaanku Yie Er. Bedanya, lelaki yang kita cinta pasti akan berbeda."
"Mengapa berbeda?"
Yie Er terpaku menatap dirinya yang lain di depannya. Lucu sekali, bahkan perasaannya pun akan sama. Tapi mengapa lelaki yang akan berbeda.
"Karena hatimu adalah milikmu, dan hatiku adalah milikku." Permaisuri terseyum, menatap Yie Er penuh arti.
Yie Er diam terpaku. Apakah cintanya yang sekarang juga akan sama mengenaskannya seperti cintanya dulu. Cinta yang membuatnya amat sangat menjadi kejam di dunia gelap. Membuat banyak rintihan nyawa yang melayang ditangannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!